BATU GINJAL
LAPORAN PENDAHULUAN
BATU GINJAL
Mengetahui,
NIM : 11194692010083
Menyetujui
Mengetahui
Ketua Jurusan Program Studi Profesi Ners
Mohammad Basit, S.Kep., Ns., MM
NIK. 1166102012053
LAPORAN PENDAHULUAN
Anatomi Fisiologi
A. Ginjal
Immobilisasi
Pekerjaan
Terjadi presipitasi
Hospitalisasi
garam dalam urine
Ansietas
Tekanan hidrostatik Penurunan reabsorbsi Adanya luka insisi
bedah
Kurang terpajan
informasi
nyeri
Mis interpretasi
informasi
Gangguan
rasa Defisit
nyaman pengetahuan
Sumber : Hardjoeno 2016
D. Manifestasi Klinis
1. Nyeri dan pegal di daerah pinggang : Lokasi nyeri tergantung dari dimana batu
itu berada. Bila pada piala ginjal rasa nyeri adalah akibat dari hidronefrosis
yang rasanya lebih tumpul dan sifatnya konstan. Terutama timbul pada
costovertebral.
2. Hematuria : Darah dari ginjal berwarna coklat tua, dapat terjadi karena adanya
trauma yang disebabkan oleh adanya batu atau terjadi kolik
3. Batu ginjal menimbulkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi pelvis
ginjal serta ureter proksimal yang menyebabkan kolik.
4. Sumbatan: batu menutup aliran urine akan menimbulkan gejala infeksi saluran
kemih: demam dan menggigil.
5. Gejala gastrointestinal, meliputi: Mual, Muntah dan Diare (Nursalam, 2016)
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Urin
a. PH lebih dari 7,6
b. Sediment sel darah merah lebih dari 90%
c. Biakan urin
d. Ekskresi kalsium fosfor, asam urat
2. Darah
a. Hb turun
b. Leukositosis
c. Urium kreatinin
d. Kalsium, fosfor, asam urat
3. Radiologi
a. Foto BNO/NP untuk melihat lokasi batu dan besar batu
b. USG abdomen
c. PIV (Pielografi Intravena)
d. Sistoskpi (Mary Baradero, 2018)
F. Penatalaksanaan
1. Terapi medis dan simtomatik
Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau melarutkan batu yang
dapat dilarutkan adalah batu asam urat, dilarutkan dengan pelarut solutin G.
Terapi simtomatik berusaha untuk menghilangkan nyeri. Selain itu dapat
diberikan minum yang lebih/banyak sekitar 2000 cc/hari dan pemberian
diuretik bendofluezida 5 – 10 mg/hr.
2. Terapi mekanik (Litotripsi)
Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan bantuan nefroskopi perkutan
untuk membawa tranduser melalui sonde kebatu yang ada di ginjal. Cara ini
disebut nefrolitotripsi. Salah satu alternatif tindakan yang paling sering
dilakukan adalah ESWL. ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy)
adalah tindakan memecahkan batu ginjal dari luar tubuh dengan
menggunakan gelombang kejut.
3. Tindakan bedah
Tindakan bedah dilakukan jika tidak tersedia alat litotripsor, (alat gelombang
kejut). Pengangkatan batu ginjal secara bedah merupakan mode utama.
Namun demikian saat ini bedah dilakukan hanya pada 1-2% pasien. Intervensi
bedah diindikasikan jika batu tersebut tidak berespon terhadap bentuk
penanganan lain. Ini juga dilakukan untuk mengoreksi setiap abnormalitas
anatomik dalam ginjal untuk memperbaiki drainase urin. Jenis pembedahan
yang dilakukan antara lain:
a. Pielolititomi : jika batu berada di piala ginjal
b. Nefrolithotomi/nefrektomi : jika batu terletak didalam ginjal
c. Ureterolitotomi : jika batu berada dalam ureter
d. Sistolitotomi : jika batu berada di kandung kemih
G. Komplikasi
1. Sumbatan: akibat pecahan batu
2. Infeksi: akibat diseminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi.
3. Kerusakan fungsi ginjal: akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan dan
pengangkatan batu ginjal
4. Hidronefrosis (Susan Martin, 2007)
H. Pengkajian
Menurut Asmadi (2008:167) pengkajian merupakan tahap awal dari proses
keperawatan. Disini, semua data dikumpulkan secara sistematis guna
menentukan status kesehatan klien saat ini.
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, no registrasi,
diagnosa medis, dan tanggal medis.
2. Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasa sangat mengganggu saat ini.
Menurut (Arif Muttaqin, 2011:110) keluhan utama yang lazim didapatkan
adalah nyeri pada pinggang. Untuk lebih komprehensifnya, pengkajian nyeri
dapat dilakukan dengan pendekatan PQRST.
3. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan di bagi menjadi 3 yaitu :
a. Riwayat penyakit sekarang.
Mengetahui bagaimana penyakit itu timbul, penyebab dan faktor yang
mempengaruhi, memperberat sehingga mulai kapan timbul sampai di
bawa ke RS.
b. Riwayat penyakit dahulu.
Klien dengan batu ginjal didapatkan riwayat adaya batu dalam
ginjal. Menurut Kartika S. W. (2013:137) kaji adanya riwayat batu
saluran kemih pada keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK
kronis, riwayat penyakit bedah usus halus, bedah abdomen
sebelumnya, hiperparatiroidisme, penggunaan antibiotika, anti
hipertensi, natrium, bikarbonat, alupurinol, fosfat, tiazid, pemasukan
berlebihan kalsium atau vitamin D.
c. Riwayat penyakit keluarga.
Yaitu mengenai gambaran kesehatan keluarga adanya riwayat
keturunan dari orang tua.
d. Riwayat Psikososial
Bagaimana hubungan dengan keluarga, teman sebaya dan bagaimana
perawat secara umum. Menurut Arif Muttaqin (2011:112) pengkajian
psikologis pasien meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan
perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi,
kognitif, dan perilaku pasien. Perawat mengumpulkan pemeriksaan awal
pasien tentang kapasitas fisik dan intelektual saat ini, yang menentukan
tingkat perlunya pengkajian psikososial spiritual yang seksama.
e. Pola-pola Fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup
Bagaimana pola hidup orang atau klien yang mempunyai penyakit
batu ginjal dalam menjaga kebersihan diri klien perawatan dan tata
laksana hidup sehat.
2) Pola nutrisi dan metabolism
Nafsu makan pada klien batu ginjal terjadi nafsu makan menurun
karena adanya luka pada ginjal. Kaji adanya mual dan muntah, nyeri
tekan abdomen, diit tinggi purin, kalsium oksalat atau fosfat, atau
ketidakcukupan pemasukan cairan, terjadi abdominal, penurunan
bising usus (Kartika S. W., 2013:187).
3) Pola aktivitas dan latihan
Klien mengalami gangguan aktivitas karena kelemahan fisik
gangguan karena adanya luka pada ginjal.
4) Pola eliminasi
Bagaimana pola BAB dan BAK pada pasien batu ginjal biasanya BAK
sedikit karena adanya sumbatan atau batu ginjal dalam saluran
kemih, BAK normal.
5) Pola tidur dan istirahat
Klien batu ginjal biasanya tidur dan istirahat kurang atau terganggu
karena adanya penyakitnya.
6) Pola persepsi dan konsep diri
Bagaimana persepsi klien terdapat tindakan operasi yang akan
dilakukan dan bagaimana dilakukan operasi.
7) Pola sensori dan kognitif
Bagaimana pengetahuan klien tarhadap penyakit yang dideritanya
selama di rumah sakit.
8) Pola reproduksi seksual
Apakah klien dengan nefrolitiasis dalam hal tersebut masih dapat
melakukan dan selama sakit tidak ada gangguan yang berhubungan
dengan produksi sexual.
9) Pola hubungan peran
Biasanya klien nefrolitiasis dalam hubungan orang sekitar tetap baik
tidak ada gangguan.
10) Pola penanggulangan stress
Klien dengan nefrolitiasis tetap berusaha dab selalu melakukan hal
yang positif jika stress muncul.
11) Pola nilai dan kepercayaan
Klien tetap berusaha dan berdo’a supaya penyakit yang di derita ada
obat dan dapat sembuh.
f. Pemeriksaan Fisik Fokus
Menurut Arif Muttaqin (2011:113) pada pemeriksaan fokus didapatkan
adanya perubahan TTV sekunder dari nyeri kolik. Pasien terlihat sangat
kesakitan, keringat dingin, dan lemah.
1) Inspeksi
Pada pola eliminasi urine terjadi perubahan akibat adanya hematuri,
retensi urine, dan sering miksi. Adanya nyeri kolik menyebabkan
pasien terlihat mual dan muntah.
2) Palpasi
Palpasi ginjal dilakukan untuk mengidentifikasi masa. Pada beberapa
kasus dapat teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis.
3) Perkusi
Perkusi atau pemeriksaan ketok ginjal dilakukan dengan memberikan
ketokan pada sudut kostovertebral dan didapatkan respon nyeri.
I. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan eleminasi urine b.d penurunan kapasitas kandung kemih (karena
proses penyakit)
2. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
3. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi
4. Ansietas b.d kurang terpapar informasi
5. Risiko infeksi
6. Gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit
No Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI
1. Gangguan eleminasi urine b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Eleminasi Urin (I.08238)
penurunan kapasitas kandung kemih selama 1 x 24 Jam gangguan eleminasi Observasi
(karena proses penyakit) urine klien menurun dengan kriteria hasil : Identifikasi tanda dan gejala retensi
Eliminasi Urin (L.04034) atau inkontinensia urie
Desakan berkemih dari skala 3 (sedang) Identifikasi faktor yang menyebabkan
ke skala 5 (menurun) retensi atau inkontinensia urin
Distensi kandung kemih dari skala 3 Monitor eleminasi urin
(sedang) ke skala 5 (menurun) Terapeutik
Berkemih tidak tuntas dari skala 3 Catat waktu-waktu dan haluaran
(sedang) ke skala 5 (menurun) berkemih
Urine menetes dari skala 3 (sedang) ke Batasan asupan cairan, jika perlu
skala 5 (menurun) Ambil sampel urine atau kultur
Edukasi
Ajarkan tanda dan gejala infeksi
saluran kemih
Ajarkan megukur asupan cairan dan
haluaran urin
Ajarkan mengenali tanda berkemih
dan waktu yang tepat untuk
berkemih
Anjurkan minum yang cukup, jika
tidak ada kontraindikasi
Anjurkan mengurangi minum
menjelang tidur
Kolaborasi
Kolaboratif pemberian obat supositoria
uretra, jika perlu
2. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri (I.08238)
selama 1 x 24 Jam tingkat nyeri klien Observasi
menurun dengan kriteria hasil : Identifikasi lokasi, karakteristrik,
Tingkat Nyeri (L.08066) durasi, frekuensi, kualiats dan
Keluhan nyeri dari skala 3 (sedang) ke intensitas nyeri
skala 5 (menurun) Identitas skala nyeri
Meringis dari skala 3 (sedang) menjadi 5 Identifikasi faktor yang memperberat
(menurun) nyeri
Gelisah dari skala 3 (sedang) menjadi 5 Terapeutik
(menurun) Berikan tehnik non farmakologis
Pola tidur dari skala 3 (sedang) menjadi dalam menangani nyeri
5 (membaik) Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
Jelaskan strategi mengurangi nyeri
Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
Ajarkan tehnik non farmakologis
untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
Kolaboratif pemberian analgetik, jika
perlu
3. Defisit pengetahuan b.d kurang Setelah dilakukan tindakan keperawatan Edukasi Kesehatan (I.12383)
terpapar informasi selama 1 x 24 Jam diharapkan Observasi
pengetahuan klien meningkat dengan Identifikasi kesiapan dan kemampuan
kriteria hasil : menerima informasi
Tingkat Pengetahuan (L.12111) Terapeutik
Verbalisasi minat dalam belajar dari Sediakan materi dan media
skala 3 (sedang) ke skala 5 (meningkat) pendidikan kesehatan
Kemampuan menjelaskan pengetahuan Jadwalkan pendidikan kesehatan
tentang suatu topik dari skala 3 (sedang) sesuai kesepakatan
ke skala 5 (meningkat) Berikan kesempatan untuk bertanya
Perilaku sesuai dengan pengetahuan Edukasi
dari skala 3 (sedang) ke skala 5 Jelaskan faktor risiko yang dapat
(meningkat) mempengaruhi kesehatan
Pertanyaan tentang masalah yang
dihadapi dari skala 3 (sedang) ke skala 5
(menurun)
4. Ansietas b.d kurang terpapar Setelah dilakukan perawatan selama 1 x 24 Reduksi Ansietas (I.09314)
informasi jam ansietas menurun dengan kriteria hasil: Observasi
Tingkat Ansietas (L.09093) Monitor tanda-tanda ansietas
Perilaku gelisah dari skala 3 (sedang) ke Identifikasi saat tingkat ansietas
skala 5 (menurun) berubah
Perilaku tegang dari skala 3 (sedang) ke Terapeutik
skala 5 (menurun) Ciptakan suasana terapeutik untuk
Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang menumbuhkan kepercayaan
dihadapi dari skala 3 (sedang) ke skala 5 Temani pasien untuk mengurangi
(menurun) kecemasan
Pahami situasi yang membuat
ansietas
Dengarkan dengan penuh perhatian
Gunakan pendekatan yang tenang
dan meyakinkan
Edukasi
Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien
Anjurkan mengungkapkan perasaan
dan persepsi
Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat anti
ansietas
Edukasi
Jelaskan mengenai kondisi dan
pilihan terapi/pengobatan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgesik,
antipruritus, antihistamin, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA