Anda di halaman 1dari 19

BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN

HIPOTESIS PENELITIAN

A. Landasan Teori

1. Pemahaman Konsep Matematika

a. Pemahaman Konsep

Standar untuk mengukur siswa menjadi kompeten dalam suatu

disiplin ilmu yang di pelajarinya adalah dengan cara paham dengan bidang

ilmu tersebut. Maka dari itu, seorang guru dikatakan sukses mengajar

setidak nya siswa dapat paham dengan apa yang di ajarkannya.

Secara teori pemahaman berasal dari kata paham secara etimologi

kata ini adalah kata serapan dari bahasa arab yaitu ‫( فَ ْه ٌم‬fahm) artinya

pengertian atau pengetahuan, sedangkan pemahaman adalah proses

perbuatan memahami atau memahamkan (Kbbi, 2019). Secara teoritis

Arikunto (2009) dalam (Cicek, 2017) menjalaskan secara luas pemahaman

adalah cara bagaimana seseorang untuk memperluas, menyimpulkan,

menggeneralisasikan, memberikan contoh, memahami kembali dan

memperkirakan ilmu yang telah di dapatkan.

Konsep adalah “orangtua” dari gagasan-gagasan praktis (Bono,

2008), konsep menjadi bagian yang sangat penting dalam usaha proses

berpikir. Pengertian paling relevan dari konsep itu sendiri, pada (Kbbi,

2019) di jelaskan bahwa konsep adalah ide rancangan tentang gambaran


mental dari objek, proses atau pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan

oleh akal budi untuk memahami suatu hal. Sedangkan (Ahmadi & Ibda,

2020) menjelaskan bahwa konsep adalah sekelompok fakta atau ide yang di

representasikan secara formal maupun informal, dan (Rosyadi, 2018)

menjelaskan konsep merupakan ide abstrak yang mungkin untuk

mengelompokan benda atau objek kedalam contoh dan non-contoh untuk

dapat membantu siswa dalam mengatur pemikirannya maka siswa harus

diajarkan untuk membangun konsep.

Dalam pelajaran matematika pemahaman konsep merupakan dasar

utama dalam proses belajar, Pemahaman konsep berarti bagaimana siswa

dapat memahami atau menangkap bahasan atau materi yang disajikan dalam

bentuk yang lebih di pahami, agar mampu menginterpretasikan dan

kemudian mampu mengaplikasikannya (Rosyadi, 2018). Dari pemahaman

konsep inilah akan melahirkan teorema atau rumus-rumus, maka dari itu

dalam proses belajar mengajar matematika pemahaman konsep harus paling

ditekankan kepada siswa.

b. Pemahaman Konsep Matematika

Hiebert dan carpenter dalam ( Rosyadi, 2018:93) menjelaskan bahwa

pemahaman dalam matematika adalah membuat hubungan antara ide, fakta,

atau prosedur yang semuanya merupakan bagian dari jaringan. Dapat

dipahami bahwa pemahaman konsep matematika tujuan utamanya adalah


mendorong siswa untuk mampu memanfaatkan dan mengaplikasikan materi

yang telah diterima dan dipahaminya dalam kegiatan belajar.

c. Indikator Pemahaman Konsep

Pemahaman konsep matematika merupakan kecakapan yang harus di

kuasai siswa, dan sebaiknya bisa di jelaskan berdasarkan data dengan berbagai

teknik alasan, agar hasil luarnya dapat dijadikan penelitian. Karena

pemahaman konsep mesti harus dihitung, maka harus ada alat ukur

keberhasilan siswa dalam memahami konsep tersebut. Salah satu alat indikator

siswa dapat memahami konsep yaitu dengan merujuk pada peraturan direjen

Dikdasmen Depinas Nomor 506/c/Kep/PP/2004, beberapa mengungkapkan

pemahaman konsep matematika sebagai berikut bahwa siswa mampu :

a. Memberikan pernyataan ulang dari sebuah konsep

b. Dapat mengklasifikasikan objek sesuai dengan sifat – sifat konsepnya

c. Dapat memberikan contoh dan non contoh dari sebuah konsep

d. Dapat menyajikan konsep dari berbagai bentuk representasi

e. Dapat memahami syarat perlu dan syarat khusus untuk dikembangkan

f. Dapat memilih prosedur atau operasi tertentu dalam menggunakan atau

memanfaatkan konsep

g. Dapat memecahkan masalah dengan mengaplikasikan konsep atau

algoritma.

Berdasarkan uraian di atas maka indikator pemahaman konsep yang

akan digunakan dalam penelitian ini meliputi menyatakan ulang sebuah


konsep, mengklasifikasikan konsep sesuai dengan sifat- sifat konsep,

menyajikan konsep dari berbagai representasi, menggunakan syarat perlu dan

syarat khusus untuk di kembangkan, mengaplikasikan prosedur atau operasi

tertentu dari sebuah konsep dalam pemecahan masalah.

2. Minat Belajar

1. Pengertian Minat Belajar

Minat belajar sangat penting bagi siswa, karena dengan minat siswa

akan antusias terhadap pelajaran yang di pelajarinya dan dengan minat siswa

dapat memperkuat ingatan terhadap apa yang di pelajarinya. Sehingga minat

bisa menjadi pondasi pembelajaran dikemudian hari.

Minat dalam (Kbbi, 2019) dijelaskan sebagai kecenderungan hati

terhadap sesuatu. yang mana hal tersebut dapat menjadikan semangat,

keantusiasan, partisi dalam mempelajari suatu hal. Pendapat (Syahputra,

2020:12) bahwa minat adalah hal yang mempengaruhi keinginan atau

ketertarikan seseorang terhadap suatu hal yang di pelajari atau ditemukan.

Sedangkan (Sutrisno, 2021:9) berpendapat bahwa minat bisa di tinjau dari

dua hal yaitu minat sebagai sebab dan minat sebagai akibat, minat sebagai

sebab dimana minat sebagai kekuatan yang memaksa seseorang untuk

menaruh perhatiannya pada suatu situasi atau aktifitas tertentu dan minat

sebagai akibat adalah pengalam yang efektif yang stimular karena

berpartisipasi dalam suatu kegiatan atau aktifitas.


Minat belajar berarti aspek psikologi seseorang yang memiliki gairah,

keinginan, semangat, perasaan suka untuk melakukan proses proses belajar

yang kemudian di tunjukan dengan keantusiasan, dapat berpartisipasi dan

aktif dalam mengikuti kegiatan proses belajar.

Minat belajar pada dasarnya akan timbul dari pengalaman siswa

dalam belajar dan rangsangan-rangsangan dari pelajaran yang di pelajarinya

karena biasanya ada kebutuhan terhadap dirinya. Beberapa sebab-sebab lain

yang dapat menimbulkan minat belajar, yaitu:

a. Kuasai materi yang akan diajarkan

b. Gunakan metode yang tepat

c. Berikan penampilan mengajar yang menarik

d. Evaluasi proses belajar

2. Indikator Minat Belajar

Minat belajar bisa dirasakan dengan rasa suka/senang, pernyataan

lebih menyukai, adanya rasa ketertarikan adanya kesadaran untuk belajar

tanpa di suruh, berpartisipasi dalam aktivitas belajar, memberikan perhatian.

Safari (2005) dalam (Syahputra, 2020:19) menjelaskan beberapa indikator

minat belajar yaitu: perasaan senang, ketertarikan, penerimaan, dan

keterlibatan siswa.

a) Perasaan Senang

Apabila seorang siswa memiliki perasaan senang terhadap pelajaran

tertentu maka tidak akan ada rasa terpaksa untuk belajar. Contoh yaitu
senang mengikuti pelajaran, tidak ada perasaan bosan, dan hadir saat

pelajaran.

b) Keterlibatan Siswa

Ketertarikan seseorang akan obyek yang mengakibatkan orang

tersebut senang dan tertarik untuk melakukan atau mengerjakan kegiatan

dari obyek tersebut. Contoh: aktif dalam diskusi, aktif bertanya, dan aktif

menjawab pertanyaan dari guru.

c) Ketertarikan

Berhubungan dengan daya dorong siswa terhadap ketertarikan pada

sesuatu benda, orang, kegiatan atau bias berupa pengalaman afektif yang

dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. Contoh: antusias dalam mengikuti

pelajaran, tidak menunda tugas dari guru.

d) Perhatian Siswa

Minat dan perhatian merupakan dua hal yang dianggap sama dalam

penggunaan sehari-hari, perhatian siswa merupakan konsentrasi siswa

terhadap pengamatan dan pengertian, dengan mengesampingkan yang lain.

Siswa memiliki minat pada obyek tertentu maka dengan sendirinya akan

memperhatikan obyek tersebut. Contoh: mendengarkan penjelasan guru dan

mencatat materi

3. Gaya Mengajar

a. Pengertian Gaya Mengajar

Pada hakikatnya mengajar merupakan cara pengajar menghantarkan

pelajar kepada tujuan yang telah direncanakan, dalam prakteknya,


pengajar akan punya caranya sendiri dalam menyampaikan materi atau

pelajaran meskipun pada tujaun yang sama. Keberagaman dalam cara

mengajar dapat diperoleh gambaran umum tentang pola interaksi pengajar,

materi pembelajaran, dan perilaku siswa itu sendiri, pola ini sering di

istilahkan dengan gaya mengajar atau teaching style (Kusumawati &

Murati, 2019).

Gaya sendiri dalam (Kbbi, 2019) dapat di jelasakan sebagai ragam

rupa, bentuk dan sebagainya yang khusus, gaya juga dalam kaitan nya

dengan sikap bias di definisikan sebagai gerakan atau gekstur tubuh, jika

dikaitkan pada kata mengajar, maka dapat diartikan bahwa gaya mengajar

adalah ragam sikap, bentuk pembelajaran atau sebagainya yang secara

khusus disampaikan oleh pengajar untuk menyampaikan materi.

Pada umumnya gaya mengajar guru itu perlu bila instrumental yaitu

mengajarkan hal-hal tertentu, akan tetapi bila bersifat developmental yakni

mengembangkan pribadi siswa, flesibelitasnya maupun otonomi

pribadinya, maka sebaiknya siswa harus mengenal macam-maca gaya

mengajar. Variasi gaya mengajar guru juga dapat dilakukan dengan

menarik dan mempertahankan minat dan semangat siswa dalam belajar.

b. Macam – macam gaya mengajar

Gaya mengajar guru itu dibedakan kedalam empat macam yaitu

gaya mengajar klasik, gaya mengajar teknologis, gaya mengajar

personalisasi, gaya mengajar interaksional.

a) Gaya mengajar klasik


Gaya ini sangat menentukan baik dalam pilihan materi pelajaran

maupun penentuan proses pembelajaran. Isi pelajaran bersifat pasti,

jelas dan di kelompokkan secara menyeluruh dan benar. Proses

penyampaian bahan tidak didasarkan atas minat anak melainkan pada

urutan tertentu. Peran guru ini sangat dominan karena dia harus

menyampaikan bahan dan sebagai penyebar atau sumber pengetahuan

utama. Guru menempatkan diri sebagai orang yang serba bisa dan

sebagai satu-satunya sumber belajar maka guru harus ahli tentang

pelajaran yang dipegangnya. Dengan demikian proses pengajaran

yang siswanya diberi pelajaran. Tapi gaya ini hanya sebagian kecil

akan menguasai bahan pelajaran sepenuhnya, sebagian lagi akan

mengusainya untuk sebagian saja dan ada lagi yang akan gagal. Peran

peserta didik hanya melakukan aktivitas sesuai dengan petunjuk guru

dan peserta didik hampir tidak memiliki kesempatan untuk melakukan

aktivitas sesuai dengan minat dan keinginan. Hal ini peserta didik

akan menirukan apa yang diamati yang dilakukan secara verbal, guru

berusaha mengajarkan bagaimana melatih kemampuan berpikir

melalui bahasa.

b) Gaya Mengajar Teknologis

Gaya mengajar ini pada kompetensi siswa secara individual.

Bahan pelajaran disesuaikan dengan tingkat kesiapan anak.

Peranan ini pelajaran adalah dominan. Oleh karena itu bahan

disusun oleh ahlinya masingmasing. Bahan itu dengan data objektif


dan keterampilan yang dapat menuntun kompetensi kejuruan

peserta didik. Peran siswa disini adalah belajar dengan

menggunakan perangkat atau media, siswa dapat mempelajari apa

yang dapat bermanfaat bagi dirinya dalam kehidupan. Peran guru

hanya memandu, mengarah atau pemberi kemudahan dalam belajar

karena pelajaran sudah terpogram sedemikian rupa dalam

perangkat.

c) Gaya Mengajar Personalisasi

Gaya ini berpusat pada anak didik. Didasarkan pada teori

pendidikan yang menyatakan bahwa pendidikan sesungguhnya

berpusat pada anak serta pengalaman yang di dasarinya dan

pengajaran ini di lakukan berdasarkan atas minat, pengalaman dan

pola perkembangan mental siswa. Dominasi pengajaran ada

ditangan siswa. Ada dua aliran dari personalisasi yakni aliran

progressive dan aliran romantik. Siswa dipandang sebagai suatu

pribadi. Perkembangan emosional dan penyesuaian diri dalam

lingkungan sosial merupakan yang vital sebagaimana

perkembangan kecerdasannya. Peran guru dapat membimbing dan

membantu perkembangan itu melalui pengalaman belajar. Oleh

karena itu guru harus mempunyai kemampuan mengasuh, ahli

dalam psikologi dan metodologi serta bertindak sebagai

narasumber. Bahan pelajaran disusun dan muncul berdasarkan atas

minat dan kebutuhan siswa secara individual. Dengan begitu untuk


menjalankan gaya ini guru harus memperdalam pengetahuan dan

keterampilan tentang cara-cara mengajar yang terbuka baginya.

d) Gaya Mengajar Interaksional

Gaya ini guru memberikan persoalan kepada peserta didik

kemudian proses diskusi peserta didik menanggapi sehingga

ditemukan kesimpulan. Guru dalam hal ini menciptakan iklim

saling ketergantungan dan timbulnya dialog antar siswa. Siswa

belajar melalui dialog, mengemukaan pandangannya tentang realita

juga mendengarkan pandangan siswa lain. Dengan demikian dapat

ditemukan padangan baru hasil pertukaran pikiran tentang apa

yang dipelajari disamping itu manusia dipandang makhluk sosial

yang sangat dibutuhkan bagi perkembangan individu dan

terjadinya kematangan pada diri individu sendiri.

c. Ciri - Ciri Gaya Mengajar

Adapun ciri - ciri gaya mengajar guru menurut (Toenlio, 2012)

dapat penulis sampaikan sebagai berikut : 1. Penggunaan variasi atau gaya

suara dalam penggunaan variasi atau gaya suara ini seorang guru harus

dapat mengadakan perubahan nada suarua yang keras menjadi lemah, dari

tinggi menjadi rendah, dari cepat berubah menjadi lambat, dari suara

gembira menjadi suara sedih atau pada saat memberikan tekanan pada

kata-kata tertentu. 2. Pemusatan perhatian dan Kesenyapan Guru harus

bisa memusatkan perhatiannya dalam hal yang dianggap penting kepada


siswa. Dengan adanya kesenyapan yang tiba-tiba dan disengaja selagi guru

menerangkan sesuatu, maka hal ini merupakan alat yang baik untuk

menarik perhatian karena pengubahan stimulus dari adanya suara ke

keadaan tenang atau dari keadaan kesibukan ke kegiatan lalu dihentikan,

akan dapat menarik perhatian, sebab siswa ingin tahu ada apa yang terjadi.

3. Mengadakan kontak pandang dalam mengadakan kontak pandang

sebaik seorang guru pandangan nya menjelajahi seluruh kelas dan melihat

kepada mata siswa untuk menunjukkan hubungan yang intim kepada

mereka, karena kontak pandang dapat digunakan untuk menyampaikan

informasi. 4. Gerakan badan dan mimik dan pergantian posisi guru dalam

kelas variasi atau gaya dalam ekspresi wajah guru, gerakan kepala,

gerakan badan adalah aspek yang sangat penting dalam berkomunikasi.

Pergantian posisi guru dalam kelas dapat digunakan untuk memper

tahankan perhatian siswa agar siswa dapat kosentrasi.

4. Gaya Mengajar Pembelajaran Jarak Jauh

Lebih dari 91% populasi siswa dunia telah dipengaruhi oleh penutupan

sekolah karena pandemi COVID-19(UNESCO). Dengan adanya fenomena

tersebut maka dunia pendidikan memutuskan untuk melalui pembelajaran jarak

jauh, di Indonesia juga telah di menetapkan sesuai dengan ketetapan menurut

kemendikbud nomor 4 tahun 2020(KEMENDIKBUD, 2020). Dimana diantaranya

ada tiga tugas utama dalam mendesain dan mengimplementasikan pembelajaran


jarak jauh, di antaranya ada APA( isi/konten), SIAPA( profil belajar, kondisi, dan

kebutuhan saat ini), BAGAIMANA (desain dan implementasi pembelajaran) yaitu

a. APA (isi/konten)

Apa materi yang harus di ajarkan, dengan melalui koordinasi dengan

kepala sekolah agar di pastika guru tetap mengikuti perubahan kurikulum,

kebijakan, atau panduan yang ada.

b. SIAPA (profil pembelajaran, kondisi dan kebutuhan siswa)

- Guru harus memiliki pemahmaan yang mendalam tentang siswa dan

bagaimana mereka belajar, hal ini akan sangat membantu GURU untuk

merancang pengalaman belajar jarak jauh yang lebih baik.

- Tinjau apa yang guru ketahui tentang siswa mengenai pengetahuan,

keterampilan, kebiasaan, dan minat mereka, kekuatan mereka dan

tantangan mereka.

c. BAGAIMANA (Desain dan Implementasi Pembelajaran Jarak Jauh)

Guru menyusun struktur pembelajaran jarak jauh bergantung pada apa

yang diajarkan, siapa yang diajar, kemampuan pribadi dan sumber daya

yang tersedia. Juga kegiatan me refleksi dalam hal ini mendesain

pengalaman saat belajar jarak jauh.

- Lengkap dan pelajaran terstruktur

Guru perlu menyusun kembali rencana pembelajaran tatap muka

menjadi pembelajaran jarak jauh. Dengan .mengadakan kelas jarak

jauh dan memastikan jadwal proses pembelajaran dilaksanakan, yang

mempertimbangkan alat komunikasi satu sama lain, dan


mempertimbangkan biaya, pola pelaksanaan secara serentak( pada saat

yang sama) atau asinkronus (tidak pada saat yang sama) atau campuran

keduanya.

- Konten dan aktivitas pembelajaran yang dipilih

Memilih sumber daya, peralatan dan aktifitas yang tepat yang dapat di

tawarkan kepada siswa agar memiliki pemahaman yang lebih baik dari

krisis pandemi ini. Juga membantu mereka merasa normal dan

terbiasa, dan membuat mereka merasa aman.

a. Memastikan jumlah tugas dan waktu yang diberikan kepada siswa

tanpa menciptakan stress lebih banyak bagi mereka dan

keluarganya

b. Memilih cara terbaik berkomunikasi dengan orang tua atau wali

murid mereka untuk mencapai tujuan

c. Menyiapkan diri untuk lebih sadar, tanggap, dan mendukung.

d. Keunggulan Pembelajaran Jarak Jauh

Keunggulan dari metode pendidikan jarak jauh antara lain:

1) Proses pembelajaran dapat dilakukan tanpa dibatasi oleh


keharusan pengajar dan peserta didik untuk berada di ruang dan
waktu yang sama.
2) Penggunaan teknologi komunikasi dan informasi sebagai media
pembelajaran menimbulkan biaya yang lebih rendah baik bagi
penyelenggara pendidikan jarak jauh maupun peserta didik.
3) Materi ajar dan berbagai interaksi dalam bentuk tulisan yang
dikemas secara digital memungkinkan peserta didik untuk
dapat membaca kembali berulang-ulang informasi yang tercatat di
dalamnya.
e. Kelemahan Pembelajaran Jarak Jauh

Kelemahan dari metode pendidikan jarak jauh antara lain:

1) Minimnya kontak langsung antara pengajar dan peserta didik


memperlambat proses terbangunnya relasi sosial dan nilai-nilai
yang menjadi tujuan dasar dari pendidikan.
2) Rendahnya kontrol terhadap proses pembelajaran sebagai impikasi
dari cara belajar mandiri yang menjadi titik berat dari pendidikan
jarak jauh.
3) Keterbatasan teknologi komunikasi dan informasi yang tidak dapat
menggantikan sepenuhnya proses komunikasi dan interaksi secara
langsung yang terjadi dalam pendidikan konvensional.

B. Kerangka Berpikir

1. Pengaruh Minat Belajar dan Gaya Mengajar Pembelajaran Jarak

Jauh Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa.

Faktor – faktor yang diduga mempunyai pengaruh terhadap

pemahaman konsep matematika adalah minat belajar dan gaya mengajar

pembelajaran jarak jauh. Minat belajar berasal dari dalam diri atau unsur

intrinsik siswa itu sendiri. Minat belajar berpengaruh besar terhadap

kemampuan pemahaman konsep siswa. Karena minat belajar berarti siswa

dapat melakukan keterlibatan sepenuhnya perhatian dan pikirannya

dimana pada masa pandemi ini siswa harus mengubah adaptasinya dalam

belajar. Otomatis perubahan tersebut membuat minat belajar menjadi efek

dari adanya perubahan kebiasaan belajar sat ini.

Gaya mengajar
2. Pengaruh Minat Belajar Terhadap Pemahaman Konsep Matematika

Siswa

Proses pengelolaan guru dalam kegiatan pembelajaran di dalam

kelas akan berpengaruh terhadap tumbuhnya minat belajar peserta didik

pada kegiatan pembelajaran. Minat belajar peserta didik dalam mengikuti

kegiatan pembelajaran memberikan peran yang sangat penting dalam

tercapai keberhasilan belajar. Apabila seluruh peserta didik dalam

mengikuti kegiatan pembelajaran mempunyai minat belajar yang besar

maka peserta didik juga akan semakin bersemangat dalam memahami apa

yang telah disampaikan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran dan

berdampak pada pemahaman konsep matematika yang akan dicapai oleh

peserta didik.

3. Pengaruh Gaya Mengajar Pembelajaran Jarak Jauh Terhadap

Pemahaman Konsep Matematika Siswa

Keberhasilan tujuan pembelajaran yang hendaknya dicapai dalam

belajar mengajar tentunya tidak terlepas dari peran seorang guru. Guru

dituntut menjadi guru yang profesional agar tercapainya tujuan dalam

pembelajaran. Pengelolaan guru dalam pembelajaran dapat dilihat dengan

cara pembelajaran menjadi suatu yang menyenangkan dan sesuai dengan

karakteristik siswanya.

Gaya mengajar guru diperlukan bervariasi, untuk itu perlu adanya

perubahan sikap, tingkah laku, dan perbuatan dalam belajar mengajar yang

bertujuan untuk mengatasi kebosanan siswa, sehingga siswa memiliki


minat tinggi dalam belajar. Guru yang menggunakan variasi mengajar

yang baik dapat dilihat melalui antusiasme dan keaktifan siswa dalam

proses pembelajaran. Siswa tidak bisa dipaksakan untuk terus menerus

memusatkan perhatiannya dalam pembelajaran, apalagi jika guru saat

mengajar tanpa menggunakan variasi yang membuat siswa kurang

memperhatikan dan bosan dalam belajar.

Supaya pembelajaran jarak jauh berlangsung dengan suasana yang

menyenangkan dan siswa dapat menerima dengan mudah materi yang

telah disampaikan oleh guru seharusnya menggunakan variasi gaya

mengajarnya secara tepat dan optimal. Sehingga tujuan meningkatnya

antusiasme karena dalam pembelajaran siswa tidak merasa bosan, materi

yang disampaikan oleh guru menjadi mudah dipahami siswa sehingga

variasi gaya mengajar berpengaruh terhadap prestasi belajar yang dicapai

oleh siswa

C. Penelitian Terkait

Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Agil Nugroho dkk

dengan judul “ Pengaruh Minat Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Mata

Pelajaran Matematika”(Nugroho et al., 2020) hasil yang di lakukan dengan

cara metode kausal pada minat belajar sebagai variabel bebas dan hasil

belajar sebagai variabel terikat. Objek penelitian ini dilakukan di kelas VA

dan VB sekolah dasar negeri kopo 01 kecamatan cisarua kabupaten bogor

dengan menggunakan kuisioner skala likert. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara minat belajar terhadap
hasil belajar. Hal ini berdasarkan analisis statistik yang menghasilkan

koefisien determinasi (rxy)sebesar 0,369 dan dalam pola permasalahannya

menjadi Ŷ = -17,14 + (0,75x) yang berarti tingkat pengaruh tergolong kuat

dan diperoleh thitung sebesar 33,28 lebih besar dari ttabel dengan taraf

nyata nyata 0,05 sebesar 4,04 yang berarti signifikan. Berdasarkan hasil

penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang positif

dan signifikan antara minat belajar terhadap hasil belajar siswa.

Penelitian yang dilakukan oleh achmad djauhari dengan judul “

Pengaruh Gaya Mengajar Guru dan Kebiasaan Belajar Terhadap Hasil

Belajar” (Djauhari, 2016). Hasil penelitianyang dilakukan dengan cara

analisis regresi parsial maupun ganda ini digunakan untuk menghitung

besarnya pengaruh antara variable bebas yang terdiri dari Gaya mengajar

guru (X1) dan Kebiasaan belajar (X2) terhadap variable terikat (Y) yaitu

Terhadap hasil belajar Mata Pelajaran IPS. Persamaan regresi diatas dapat di

interpretasikan bahwa Y (Hasil belajar Mata Pelajaran IPS) akan meningkat

sebesar 13,3 atau 13,3% point untuk setiap kenaikan satu satuan X1 (Gaya

mengajar guru). Jadi apabila gaya mengajar guru mengalami peningkatan 1

point setiap satuan, maka nilai raport (Hasil belajar Mata Pelajaran IPS)

siswa akan meningkat sebesar 13,3%. Hasil analisis regresi diatas dapat

disimpulkan bahwa gaya mengajar guru berpengaruh positif terhadap hasil

belajar Mata Pelajaran IPS siswa. Apabila meningkatan gaya mengajar guru

akan diikuti peningkatan Hasil belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS.
Penelitian yang dilakukan Dina Sri Nindiarti yang berjudul “

Pengelolaan Pembelajaran Jarak Jauh yang Memandirikan Siswa Dan

Implikasinya Pada Pelayanan Pendidikan”(Dina Sri Nindiati, 2020). Hasil

penelitian Studi dilakukan menggunakan metode litelatur review dengan

menggunakan metode analisis konten. Metode kajian pustaka ini

menggunakan berbagai referensi seperti buku, jurnal penelitian, dan

modul pengelolaan pembelajaran jarak jauh yang diterapkan pada

institusi pendidikan menunjukkan Hasil pelaksanaan pembelajaran jarak

jauh harus dikelola dengan sistematis dimulai dari penyusunan silabus

materi, pemilihan aktivitas belajar, dan strategi pembelajarannya

merumuskan struktur materi dan memilih aktivitas yang relevan,

adapun tugas yang diberikan harus mempertimbangkan beban, waktu,

dan kemampuan siswa. Simpulan, Lembaga pendidikan perlu

mengupayakan layanan komunikasi yang efektif dan efisien,

pengawasan, serta pendampingan pada siswa dan orangtua

D. Hipotesis Penelitian

Dengan mempertimbangkan teori-teori dan kerangka berpikir, hipotesis

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh yang signifikan minat belajar dan gaya mengajar

pembelajaran jarak jauh secara bersama-sama terhadap pemahaman

konsep matematika
2. Terdapat pengaruh yang signifikan minat belajar terhadap pemahaman

konsep matematika

3. Terdapat pengaruh yang signifikan gaya mengajar pembelajaran jarak

jauh terhadap pemahaman konsep matematika

Anda mungkin juga menyukai