Anda di halaman 1dari 7

1.

Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan

Laporan Keuangan terbit setiap 3 bulan sekali (per kuartal). Laporan Keuangan ini lebih banyak berisikan
angka-angka yang merupakan ukuran kinerja keuangan sebuah perusahaan. Untuk Laporan
Keuangan Kuartal 1 (kinerja 3 bulan) biasanya rilis di sekitar bulan April, Laporan Keuangan
Kuartal II (kinerja 6 bulan) biasanya rilis di sekitar bulan Juli, Laporan Keuangan Kuartal III (kinerja 9
bulan) biasanya rilis di sekitar bulan Oktober. Laporan Keuangan Kuartal IV (kinerja Full 1 tahun)
biasanya rilis di bulan Maret tahun berikutnya, agak lama dikarenakan harus melalui proses audit

Laporan Tahunan ini terbit setiap 1 tahun sekali. Dalam Laporan Tahunan, tidak hanya berisi
angka-angka, melainkan juga penjelasan secara kualitatif dari manajemen mengenai kondisi dan
apa saja yang dialami oleh perusahaan selama 1 tahun ke belakang, dan bagaimana prospek
perusahaan ke depannya.

2. Laporan Neraca

ASET = LIABILITAS + EKUITAS

Aset sendiri terbagi atas Aset Lancar dan Aset Tidak Lancar. Aset Lancar adalah Aset yang likuid dan
dapat dicairkan dalam jangka waktu di bawah 1 tahun. Aset tidak lancar adalah Aset yang dapat
dicairkan dalam jangka waktu di atas 1 tahun. Contoh Aset Lancar adalah Kas dan setara Kas, Piutang
Usaha, serta Persediaan.

Liabilitas juga terbagi atas Liabilitas Jangka Pendek dan Liabilitas Jangka Panjang. Liabilitas Jangka
Pendek adalah Liabilitas yang jatuh tempo dalam jangka waktu di bawah 1 tahun. Liabilitas Jangka
Panjang adalah Liabilitas yang jatuh tempo dalam jangka waktu di atas 1 tahun.

Ekuitas terdiri dari setoran awal pemilik, serta penambahan saldo laba yang ditahan.

3. Laporan Laba Rugi (Income Statement)

Dalam Laporan Laba Rugi ada beberapa komponen yang perlu untuk diperhatikan

Pendapatan atau biasa disebut Revenue, merupakan total penjualan barang dan jasa yang diakui oleh
suatu perusahaan dalam periode tertentu. Selain penjualan barang dan jasa, ada sumber pendapatan
lain seperti bunga dari investasi, atau pendapatan dari Royalti yang juga dapat diakui sebagai
penjualan.

Beban Pokok Penjualan, atau biasa disebut juga Cost of Goods Sold, merupakan biaya yang
timbul dari proses produksi barang dan jasa. Beban pokok penjualan ini biasanya bersifat variable
cost. Seiring dengan kenaikan pendapatan, maka beban pokok penjualan akan semakin meningkat
juga. Hanya saja yang perlu diperhatikan adalah, mana yang lebih besar antara kenaikan
pendapatan dengan beban pokok penjualan. Pendapatan setelah dikurangi dengan Beban Pokok
Penjualan, akan menghasilkan yang disebut dengan Laba Bruto.

Laba bruto, atau biasa disebut juga Gross Profit, merupakan perbedaan antara Pendapatan dengan
Beban Pokok Penjualan. Laba Bruto mengukur tingkat keuntungan sebuah perusahaan sebelum
mempertimbangkan biaya lain seperti biaya operasional, beban bunga, beban pajak, dll. Apabila laba
bruto perusahaan berkurang dari tahun ke tahun, hal ini mungkin mengindikasikan bahwa
terdapat: penurunan volume penjualan, perusahaan tidak menetapkan harga yang sesuai untuk
produknya, biaya dari bahan mentah meningkat, atau proses produksi yang tidak efisien.

Beban Operasional, atau biasa disebut juga Operating Expenses, merupakan beban yang ditimbulkan
dari aktivitas operasional perusahaan, namun di luar dari biaya produksi barang dan jasa. Biaya yang
ditimbulkan dari aktivitas pemasaran dan gaji karyawan adalah contoh dari beban operasional atau
operating expenses. Perlu untuk diketahui juga, beban operasional tidak memiliki korelasi positif
dengan peningkatan jumlah penjualan kopi tersebut seperti hal nya beban pokok penjualan.

Laba Operasional, atau biasa disebut juga Operating Profit, merupakan perbedaan antara Laba
Bruto yang telah dikurangi dengan Beban Operasional. Laba Operasional ini sudah
mempertimbangkan beban pokok penjualan dan beban operasional, namun belum
mempertimbangkan beban bunga dan beban pajak. Apabila laba operasional perusahaan mengalami
penurunan dari tahun ke tahun, hal ini mungkin mengindikasikan bahwa terdapat : biaya
operasional yang kurang efisien, aktivitas pemasaran yang kurang tepat sasaran, beban gaji yang
terlalu besar.

Beban Bunga, atau biasa disebut juga Interest Expense, merupakan biaya yang dibebankan
kreditor (bank) pada suatu bisnis untuk keuntungan penggunaan uang mereka.

Beban Pajak, atau biasa disebut juga Tax Expense, merupakan jumlah yang harus dibayarkan kepada
pemerintah

Laba Bersih, atau biasa disebut juga Net Profit, merupakan laba bersih suatu perusahaan setelah
dikurangi seluruh biaya, termasuk beban bunga dan beban pajak. Laba bersih ini biasanya yang
menjadi salah satu indikator utama yang sangat diperhatikan oleh investor. Apabila laba bersih
mengalami penurunan, maka biasanya investor akan bereaksi secara negatif (baca : harga saham
cenderung menurun), dan apabila laba bersih mengalami kenaikan, maka biasanya investor akan
bereaksi secara positif (baca : harga saham cenderung meningkat).

4. Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement)

Laporan Arus Kas adalah apa yang menghubungkan antara Neraca dan Laporan Laba Rugi, serta apa
yang mendorong berjalannya perusahaan. Investor yang cerdas lebih memusatkan perhatian mereka
kepada kas ketimbang laba karena beberapa alasan. Pertama, Keuntungan dapat diperbaiki dalam
beberapa periode terutama jika perusahaan memiliki fondasi yang kuat, sebaliknya kas yang
bermasalah hampir dapat dipastikan perusahaan akan segera berakhir. Kedua, kas lebih sulit
untuk dimanipulasi (baik disengaja maupun tidak disengaja) karena kas dapat lebih mudah diukur
dengan menggunakan rekening bank.

Ada 3 bagian utama yang perlu diperhatikan, yaitu : operating cash flow, investing cash flow, dan
financing cash flow.

- Operating cash flow, atau arus kas dari aktivitas operasi, menunjukkan arus kas yang
dihasilkan atau digunakan perusahaan ketika memproduksi suatu produk barang atau jasa.
Contoh arus kas masuk dalam aktivitas operasi: penjualan barang atau jasa kepada
pelanggan, penjualan surat-surat berharga. Sementara itu contoh arus kas keluar dalam
aktivitas operasi: pembayaran kepada supplier, pembayaran bunga, pengeluaran untuk riset
dan pemasaran, membeli persediaan.
- Investing cash flow, atau arus kas dari aktivitas investasi, membahas perolehan aset jangka
panjang seperti perlengkapan mesin atau property. Contoh arus kas masuk dalam aktivitas
investasi: menjual investasi jangka pendek atau jangka panjang, menjual properti atau
peralatan, mendivestasi aset. Sementara itu, contoh arus kas keluar dalam aktivitas investasi:
pembelian mesin, investasi pada pabrik baru, akuisisi perusahaan baru.
- Financing cash flow, atau arus kas dari aktivitas pendanaan, termasuk peminjaman uang
yang dilakukan perusahaan, perubahan dalam hutang, dividen, atau bunga yang dibayarkan.
Contoh arus kas masuk pada aktivitas pendanaan: melakukan peminjaman kepada pihak
ketiga atau bank, penerbitan surat obligasi, menjual saham treasury. Sementara itu,
contoh arus kas keluar dalam aktivitas pendanaan: membayar hutang kepada pihak ketiga atau
bank, membayarkan dividend, buyback saham treasury.

Laporan arus kas ditujukan untuk memberikan informasi tentang posisi kas perusahaan, atau
jumlah kas yang dimiliki perusahaan pada akhir periode dalam seluruh rekening bank yang
dimiliki. Selain itu, Laporan arus kas juga memberikan informasi perbedaan antara jumlah kas
di awal dengan jumlah kas di akhir periode akuntansi. Apabila jumlah kas di akhir periode lebih
sedikit dibandingkan dengan di awal periode, artinya arus kas masuk lebih sedikit dibandingkan
dengan arus kas keluar (arus kas negatif). Sebaliknya, apabila jumlah kas di akhir periode lebih
banyak dibandingkan dengan di awal periode, artinya arus kas masuk lebih besar dibandingkan
dengan arus kas keluar (arus kas positif).
Rasio Fundamental dalam Neraca

Contoh soal:

1. Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio ini secara umum ingin menjawab pertanyaan “Berapa kali sebuah perusahaan dapat
membayar hutang jangka pendek dengan menggunakan seluruh aset lancar kita (persediaan, kas,
piutang dagang) tanpa menghitung aset tetap seperti property, peralatan, dan pabrik?”

Semakin tinggi angka Rasio Lancar ini maka semakin baik posisi keuangan perusahaan. Apabila
Rasio Lancar kurang dari 1.0, artinya perusahaan tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk
mengembalikan hutang.

Selain Rasio Lancar (Current Ratio), ada pula yang disebut Rasio Cepat (Quick Ratio) dan Rasio Kas
(Cash Ratio). Pada intinya, Quick Ratio dan Cash Ratio juga ingin menjawab pertanyaan apakah
perusahaan dapat membayar hutang jangka pendek dengan menggunakan aset lancarnya.
Quick Ratio mengeluarkan Persediaan dalam perhitungan Aset.

Cash Ratio, ingin menjawab pertanyaan apakah perusahaan dapat membayar hutang jangka
pendek dengan hanya menggunakan kas saja

Notes :

Rasio Lancar yang dianggap baik adalah >1.0


Rasio Cepat yang dianggap baik adalah >1.0

Rasio Kas yang dianggap baik adalah di antara 0.5 – 1.0

2. Rasio Hutang Terhadap Modal (Debt to Equity Ratio)

Rasio ini secara umum ingin menjawab pertanyaan “Apakah hutang yang ada saat ini (baik hutang
jangka pendek maupun jangka panjang) dapat dibayarkan dengan menggunakan ekuitas (modal)
yang ada?”

ada beberapa industry yang terdapat pengecualian untuk rasio ini, yaitu industry Bank, Konstruksi,
dan Perusahaan Investasi.

4.2 Rasio Fundamental dalam Laporan Laba Rugi

Laporan Laba-Rugi membantu kita menjelaskan seberapa menguntungkan sebuah bisnis

1. Gross Profit Margin

Gross Profit Margin / Margin Laba Kotor secara umum ingin mengukur profitabilitas
perusahaan dilihat dari Laba Kotor nya.

2. Operating Profit Margin

Operating Profit Margin / Margin Laba Operasional secara umum ingin mengukur profitabilitas
perusahaan dilihat dari Laba Operasional nya.
3. Net Profit Margin

Operating Profit Margin / Margin Laba Operasional secara umum ingin mengukur profitabilitas
perusahaan dilihat dari Laba Operasional nya.

4.3 Rasio Fundamental dalam Laporan Arus Kas

Laporan Arus Kas menjadi salah satu laporan yang cukup krusial di mana apabila sebuah
perusahaan tidak mampu menjaga arus kas, maka perusahaan tersebut cepat atau lambat akan
mengalami kebangkrutan.

apabila arus kas perusahaan meningkat, maka belum tentu arus kas perusahaan dikatakan
baik. Kita perlu melakukan pengecekan lebih dalam, apakah kenaikan arus kas tersebut diperoleh
dari operating cash flow atau kah diperoleh dari financing cash flow? Apabila arus kas naik namun
disebabkan oleh financing cash flow nya (yang diperoleh karena perusahaan melakukan
pinjaman), sementara operating cash flow nya negative, maka arus kas perusahaan tersebut
tidak dapat dikatakan baik.

Bagaimanakah Laporan Arus Kas yang dikatakan baik?

1. Operating Cash Flow.

Operating Cash Flow yang baik bernilai positif, atau dengan kata lain uang kas masuk lebih besar
daripada uang kas keluar. Ketika Operating Cash Flow bernilai positif, artinya pemasukan kas dari
pelanggan cukup untuk membayar supplier, pegawai, dll. Sebaliknya, apabila operating cash
flow bernilai negatif, artinya pemasukan kas dari pelanggan tidak mencukupi untuk membayar
supplier, pegawai, dll.

2. Investing Cash Flow

Investing Cash Flow yang baik memiliki nilai negatif. Ketika Investing Cash Flow bernilai negative,
artinya perusahaan sedang melakukan ekspansi (baik berupa mesin, peralatan, pabrik, atau
melakukan akuisisi), yang artinya perusahaan melihat masa depan nya cerah dan prospektif
sehingga berani melakukan ekspansi. Sebaliknya, apabila perusahaan memiliki investing cash
flow yang positif, artinya perusahaan tidak sedang berekspansi, atau yang lebih buruk,
perusahaan melakukan penjualan aset, yang berpotensi mengurangi kapasitas produksi di masa
yang akan datang.

3. Financing Cash Flow

Jika operating cash flow yang baik bernilai positif, dan investing cash flow yang baik bernilai
negatif, lalu bagaimanakah Financing cash flow yang baik? Financing Cashflow yang baik tergantung
dari selisih antara Operating Cash Flow dan Investing Cash Flow. Apabila jumlah Operating Cash
Flow dan Investing Cashflow bernilai positif (yang artinya Operating Cash Flow juga mampu
menutupi Investing Cash Flow), maka Financing Cash Flow yang baik adalah negatif, di mana
kelebihan kas tersebut bisa digunakan untuk melakukan pembayaran hutang sehingga
menurunkan jumlah hutang.

Sebaliknya, apabila jumlah Operating Cash Flow dan Investing Cashflow bernilai negatif (yang
artinya Operating Cash Flow tidak mampu menutupi Investing Cash Flow), maka Financing Cash
Flow yang baik adalah bernilai positif, yang artinya perusahaan melakukan pinjaman untuk
menutupi kekurangan tersebut.

5.1 Memahami Saham Undervalued

Lalu bagaimana cara kita tahu harga sahamnya murah atau mahal?

Kita perlu sebuah nilai pembanding untuk mengetahui apakah harga sahamnya saat ini
dikatakan mahal atau murah. Nilai pembanding inilah yang disebut dengan nilai intrinsik atau
intrinsic value.

5.2 Memahami Intrinsic Value

apa sebenarnya pengertian dari intrinsic value dan bagaimana cara menghitungnya?

Pengertian Intrinsic Value adalah nilai kekayaan bersih perusahaan saat ini ditambah dengan
akumulasi laba yang bisa dikumpulkan ke depannya.

Salah satu pendekatan yang paling sederhana adalah dengan menambahkan nilai ekuitas dengan
akumulasi laba bersih selama beberapa tahun ke depan (biasanya 5 tahun)

Apakah nilai intrinsik selalu tetap? Jawabannya tidak.

Oleh karena itu dalam bursa saham di BEI, carilah perusahaan-perusahaan yang konsisten
mencetak laba dan kenaikan ekuitas, agar bisa kita hitung berapa nilai wajar atau nilai
intrinsik perusahaan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai