Anda di halaman 1dari 18

Makalah : Keperawatan Jiwa

Dosen : Ns. Masniati Arafah, S.Kep

KONSEP DASAR KESEHATAN


KEPERAWATAN JIWA

DISUSUN OLEH :
Nama : Yeyen Elsya Afridelinsari
Nim : 218042
Prodi : Akper II A

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA


AKADEMI KEPERAWATAN PELAMONIA
MAKASSAR
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan saya
rahmat dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
tugas Keperawatan Jiwa ini. Tak lupa pula saya memberikan
penghormatan yang setinggi-tingginya kepada Dosen yang selalu
membimbing kami dalam proses pembelajaran. Saya mengucapkan maaf
yang sebesar-besarnya jika dalam penulisan makalah ini masih terdapat
kekurangan karena manusia tidak luput dari kesalahan.
Terlepas dari semua kesalahan-kesalahan yang saya perbuat dalam
penulisan makalah ini, semoga teman-teman mendapatkan manfaat dari
makalah Keperawatan Jiwa ini. Saya pun mengucapkan terima kasih
kepada Dosen maupun teman-teman atas kritik dan saran yang
dikemukakan.
Sekali lagi saya memohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat
kekurangan dalam makalah ini. Saya ucapkan terima kasih yang setinggi-
tingginya karena telah mengapresiasi makalah ini. Akhir kata, semoga
makalah ini bermanfaat bagi teman-teman.

Makassar, 17 Maret 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................1
C. Tujuan Penulisan.............................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................2
A. Pengertian Kesehatan Jiwa............................................................2
B. Pengertian Keperawatan Kesehatan Jiwa......................................2
C. Perkembangan Keperawatan Kesehatan Jiwa...............................3
1) Di Dunia......................................................................................3
2) Di Indonesia................................................................................6
D. Etik Legal Keperawatan Jiwa..........................................................8
E. Komunikasi Dalam Keperawatan....................................................10
F. Model Stres Adaptasi......................................................................11
G. Gangguan Jiwa...............................................................................13
BAB III PENUTUP.................................................................................14
A. Kesimpulan......................................................................................14
B. Saran...............................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan merupakan kebutuhan pokok manusia sebagaimana
halnya dengan semua usaha untuk memajukan kesejahteraan. Uraian
tentang keperawatan yang baik harus dilakukan oleh seseorang
perawat dengan sendirinya harus dimulai dari perawat itu sendiri.
Model keperawatan yang dijelaskan oleh Hildegard Peplau
mencakup segala sesuatu tentang diri individu itu sendiri yang
tepatnya didalam dirinya, yaitu interpersonal, dan ini mengarah pada
kejiwaan seseorang. Inilah model konsep teori yang dijadikan acuan
perawat untuk melakukan tindakan keperawatan.
Perawat juga harus tau apa saja yang harus dilakukan, untuk
inilah saya mengangkat model konseprtual jiwa interpersonal yang
dimana model konsep ini erat sekali dengan teori Hildegard E. Peplau
sehingga perawat memiliki gambaran untuk melakukan tindakan
keperawatan yang tepat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penyusun merumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Mengetahui Pengertian Kesehatan Jiwa
2. Mengetahui Pengertian Keperawatan Kesehatan Jiwa
3. Mengetahui Perkembangan Keperawatan Kesehatan Jiwa
4. Mengetahui Etik Legal Keperawatan Jiwa
5. Mengetahui Komunikasi Dalam Keperawatan
6. Mengetahui Model Stres Adaptasi
7. Mengetahui Gangguan Jiwa
C. Tujuan Penulisan
Diharapkan mahasiswa mampu memahami dan mengetahui
tentang konsep dasar kesehatan keperawatan jiwa.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kesehatan Jiwa
Pengertian kesehatan jiwa banyak dikemukakan oleh para ahli
termasuk oleh organisasi, diantaranya menurut :
1. WHO
Kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada gangguan jiwa ,
melainkan mengandung berbagai karakteristik yang positif
yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan
kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.
2. UU Kesehatan Jiwa No. 3 Tahun 1996
Kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual,
emosional secara optimal dari seseorang dan perkembangan
ini berjalan selaras dengan orang lain.
3. Stuart & Laraia
Indikator sehat jiwa meliputi sifat yang positif terhadap diri
sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri,
keutuhan, kebebasan diri, memiliki persepsi sesuai kenyataan
dan kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan.
4. Rosdahl
Kondisi jiwa seseorang yang terus tumbuh berkembang dan
mempertahankan keselarasan, dalam pengendalian diri serta
terbebas dari stres yang serius.
B. Pengertian Keperawatan Kesehatan Jiwa
1. Menurut Dorothy, Cecelia
Perawatan Psikiatrik / Keperawatan Kesehatan Jiwa adalah
proses dimana perawat membantu individu/kelompok dalam
mengembangkan konsep diri yang positif, meningkatkan pola
hubungan antar pribadi yang lebih harmonis serta agar
berperan lebih produktif di masyarakat.
2. Menurut ANA

2
Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek
keperawatan yang menggunakan ilmu tingkah laku manusia
sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara terapeutik
dalam meningkatkan, mempertahankan, memulihkan
kesehatan mental klien dan kesehatan mental masyarakat
dimana klien berada.
3. Menurut Kaplan Sadock
Proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan dan
mempertahankan perilaku yang akan mendukung integrasi.
Pasien atau klien dapat berupa individu, keluarga, kelompok,
organisasi atau komunitas.
4. Caroline dalam Basic Nursing 1999
Keahlian perawat kesehatan mental adalah merawat seseorang
dengan penyimpanan mental, dimana memberikan kesempatan
kepada perawat untuk mengoptimalkan kemampuannya, harus
peka, memiliki kemampuan untuk mendengar, tidak hanya
menyalahkan, memberikan penguatan atau dukungan,
memahami dan memberikan dorongan.
5. Menurut Stuart Sundeen
Keperawatan mental adalah proses interpersonal dalam
meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang
berpengaruh pada fungsi integrasi. Pasien tersebut biasa
individu, keluarga, kelompok, organisasi atau masyarakat. Tiga
area praktik keperawatan mental yang perawatan langsung,
komunikasi dan management.
C. Perkembangan Keperawatan Kesehatan Jiwa
1. Di Dunia
Perkembangan sejarah keperawatan di dunia diawali pada zaman
purbakala (Primitive Culture) sampai pada munculnya Florence
Nightingale sebagai pelopor keperawatan yang berasal dari Inggris.

3
Perkembangan keperawatan sangat dipengaruhi oleh perkembangan
struktur dan kemajuan peradaban manusia.
Perkembangan keperawatan diawali pada :
a) Zaman Purbakala (Primitive Culture)
Manusia diciptakan memiliki naluri untuk merawat diri sendiri
(tercermin pada seorang ibu). Harapan pada awal
perkembangan keperawatan adalah perawat harus memiliki
naluri keibuan (Mother Instinc). Dari masa mother Instinc
kemudian bergeser ke zaman dimana orang masih percaya
pada sesuatu tentang adanya kekuatan mistic yang dapat
mempengaruhi kehidupan manusia. Kepercayaan ini dikenal
dengan nama Animisme, mereka meyakini bahwa sakitnya
seseorang disebabkan karena kekuatan alam/pengaruh gaib
seperti batu-batu, pohon-pohon besar dan gunung-gunung
tinggi.
Kemudian dilanjutkan dengan kepercayaan pada dewa-dewa
dimana pada masa itu mereka menganggap bahwa penyakit
disebabkan karena kemarahan dewa, sehingga kuil-kuil
didirikan sebagai tempat pemujuaan dan orang yang sakit
meminta kesembuhan di kuil tersebut. Setelah itu
perkembangan keperawatan terus berubah dengan adanya
Diakones & Philantrop, yuaitu suatu kelompok wanita tua dan
janda yang membantu pendeta dalam merawat orang sakit,
sejak itu mulai berkembanglah ilmu keperawatan.
b) Zaman Keagamaan
Perkembangan keperawatan mulai bergeser kearah spiritual
dimana seseorang yang sakit dapat disebabkan karena adanya
dosa/kutukan tuhan. Pusat perawatan adalah tempat-tempat
ibadah sehingga pada waktu itu pemimpin agama disebut
sebagai tabib yang mengobati pasien. Perawat dianggap

4
sebagai budak dan yang hanya membantu dan bekerja atas
perintah pemimpin agama.
c) Zaman Masehi
Keperawatan dimulai pada saat perkembangan agama nasrani,
dimana pada saat itu banyak terbentuk Diakones yang suatu
organisasi waanita yang bertujuan untuk mengunjungi orang
sakit sedangkan laki-laki diberi tugas dalam memberikan
perawatan untuk mengubur bagi yang meninggal.
Pada zaman pemerintahan Lord-Contantine, ia mendirikan
Xenodhoecim atau hospes yaitu tempat penampungan orang-
orang sakit yang membutuhkan pertolongan. Pada zaman ini
berdirilah Rumah Sakit di Roma yaitu Monastic Hospital.
d) Pertengahan abad VI Masehi
Pada abad ini keperawatan berkembang di Asia Barat Daya
yaitu Timur Tengah, seiring dengan perkembangan agama
islam. Pengaruh agama islam terhadap perkembangan
keperawatan tidak lepas dari keberhasilan Nabi Muhammad
SAW menyebarkan agama islam.
Abad VII Masehi, di Jazirah Arab berkembang pesat ilmu
pengetahuan seperti ilmu pasti, kimia, hygiene dan obat-
obatan. Pada masa ini mulai muncul prinsip-prinsip dasar
keperawatan kesehatan seperti pentingnya kebersihan diri,
kebersihan makanan dan lingkungan. Tokoh keperawatan yang
terkenal dari Arab adalah Rufaidah.
e) Permulaan Abad XVI
Pada masa ini, struktur dan orientasi masyarakat berubah dari
agama menjadi kekuasaan, yaitu perang, eksplorasi kekayaan
dan semangat colonial. Gereja dan tempat-tempat ibadah
ditutup, padahal tempat ini digunakan ole orde-orde agama
untuk merawat orang sakit. Dengan adanya perubahan ini,
sebagai dampak negatifnya bagi keperawatan adalah

5
berkurangnya tenaga perawat. Umtuk memenuhi kurangnya
perawat, bekas wanita tuna susila yang sudah bertobat bekerja
sebagai perawat, mereka terdiri dari orde-orde agama, wanita-
wanita yang mengikuti suami berperang dan tentara (pria) yang
bertugas rangkap sebagai perawat.
2. Di Indonesia
Perkembangan keperawatan di Indonesia dimulai pada masa
penjajahan Belanda sampai pada masa kemerdekaan.
a) Masa Penjajahan Belanda
Perkembangan keperawatan di Indonesia dipengaruhi
oleh kondisi sosial ekonomi yaitu pada saat penjajahan
colonial Belanda, inggris, dan jepang. Pada masa
pemerintahan colonial belanda, perawat berasal dari
penduduk pribumi yang disebut Velpeger dengan dibantu
Zieken Oppasser sebagai penjaga orang sakit.
Tahun 1799 didirikan rumah sakit Binen Hospital di
Jakarta untuk memelihara kesehatan staff dan tentara
belanda. Usaha pemerintah colonial belanda pada masa ini
adalah membentuk dinas kesehatan tentara dan dinas
kesehatan rakyat. Deandels mendirikan rumah sakit di
Jakarta, Surabaya, dan semarang tetapi tidak diikutti
perkembangan profesi keperawatan, karena tujuannya
hanya untuk kepentingan tentara Belanda.
b) Masa Penjajahan Inggris (1812-1816)
Gubernur jenderal inggris ketika VOC berkuasa yaitu
Raffles sangat memperhatikan kesehatan rakyat. Berangkat
dari semboyannya yaitu kesehatan adalah milik manusia, ia
melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki derajat
kesehatan penduduk pribumi antara lain :
1) Pencacaran umum
2) Cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa

6
3) Kesehatan para tahanan
Setelah pemerintahan colonial kembali ke tangan Belanda
kesehatan penduduk lebih maju. Pada tahun 1819 didirikan
RS. Stadverband di Glodok Jakarta dan pada tahun 1919
dipindahkan ke salemba yaitu RS. Cipto Mangunkusumo
(RSCM). Tahun 1816-1942 berdiri rumah sakit – rumah sakit
hamper bersamaan yaitu RS. PGI Cikini Jakarta, RS. ST
Carolius Jakarta, RS. ST Boromeus di Bandung, RS.
Elizabeth di Semarang. Bersamaan dengan itu berdiri pula
sekolah-sekolah perawat.
c) Zaman Penjajahan Jepang (1942-1945)
Pada masa ini perkembangan keperawatan mengalami
kemunduruan, dan dunia keperawatan di indonesia
mengalami zaman kegelapan. Tugas keperawatan dilakukan
oleh orang-orang tidak terdidik, pimpinan rumah sakit diambil
alih oleh jepang, akhirnya terjadi kekurangan obat sehingga
timbul wabah.
d) Zaman Kemerdekaan
Tahun 1949 mulai adanya pembangunan dibidang
kesehatan yaitu rumah sakit dan balai pengobatan. Tahun
1952 didirikan sekolah guru perawat dan sekolah perawat
setingkat SMP, pendidikan keperawatan professional mulai
didirikan tahun 1962 yaitu Akper milik Departemen
Kesehatan di Jakarta untuk menghasilkan perawat
professional pemula. Pendirian Fakultas Ilmu Keperawatan
(FIK) mulai bermunculan, tahun 1985 didirikan PSIK
(Program Studi Ilmu Keperawatan) yang merupakan
momentum kebangkitan keperawatan di Indonesia. Tahun
1995 PSIK FK UI berubah status menjadi FIK UI, kemudian
muncul PSIK-PSIK baru seperti di Undip, UGM, UNHAS, dll.

7
D. Etik Legal Keperawatan Jiwa
Klien psikiatri memiliki hak legal, sama seperti klien ditempat lain.
Isu legal dan etik yang dibahas pada bagian ini terutama berkaitan
dengan topik klien yang menunjukkan sikap bermusuhan dan agresif,
tetapi berlaku untuk semua klien di lingkungan kesehatan jiwa.
1. Hospitalisasi Involunter
Kebanyakan klien masuk ke tempat rawat inap atas dasar
sukarela. Hal ini berarti mereka ingin mencari terapi dan setuju
dirawat di rumah sakit. Akan tetapi, beberapa klien tidak mau
dirawat di rumah sakit dan diobati. Keinginan mereka dihargai
kecuali mereka berbahaya bagi diri mereka sendiri atau orang
lain (misalnya : mereka mengancam atau berupaya bunuh diri
atau membahayakan orang lain). Klien yang dirawat di rumah
sakit diluar kemauan mereka dengan kondisi seperti ini
dimasukkan ke rumah sakit untuk perawatan psikiatri sampai
mereka tidak lagi berbahaya bagi diri mereka sendiri atau orang
lain. Setiap Negara bagian memiliki hukum yang mengatur
proses komitmen sipil, tetapi sama di setiap Negara bagian.
Seseorang dapat ditahan di fasilitas psikiatri selama 48 sampai
72 jam karena keadaan darurat sampai dapat dilakukan
pemeriksaan untuk menentukan apakah klien harus dimasukkan
ke fasilitas psikiatri untuk menjalani terapi selama periode waktu
tertentu. Banyak Negara bagian memiliki hukum yang sama,
yang mengatur komitmen klien dengan masalah
penyalahgunaan zat yang membahayakan diri mereka sendiri
atau orang lain ketika dibawah pengaruh zat. Komitmen sipil atau
hospitalisasi involunter mengurangi hak klien untuk bebas atau
meninggalkan rumah sakit ketika ia menginginkannya. Hak klien
yang lain tetap utuh.
2. Keluar Dari Rumah Sakit

8
Klien yang masuk rumah sakit secara sukarela memiliki hak
untuk meninggalkan rumah sakit jika mereka tidak
membahayakan diri sendiri atau orang lain. Klien dapat
menandatangani suatu permintaan tertulis untuk pulang dan
keluar dari rumah sakit tanpa saran medis jika mereka tidak
berbahaya. Apabila klien yang masuk rumah sakit secara
sukarela yang berbahaya bagi dirinya sendiri atau orang lain
mendatangani surat permintaan untuk pulang, psikiater dapat
mengajukan komitmen sipil untuk menahan klien terhadap
keinginannya sampai dapat dilakukan pemeriksaan untuk
memutuskan hal tersebut.
Selama berada di rumah sakit, klien tersebut minum obat-obatan
dan membaik cukup cepat sehingga ia memenuhi syarat untuk
pulang ketika ia tidak lagi berbahaya. Beberapa klien berhenti
minum obat-obatan setelah pulang dari rumah sakit dan kembali
mengancam, agresif, atau berbahaya. Klinisi kesehatan jiwa
semakin bertanggung jawab secara hukum untuk tindak criminal
klien tersebut, yang meningkatkan perdebatan tentang komitmen
sipil yang luas untuk klien yang berbahaya. Studi yang dilakukan
Weinberger et al (1998) menunjukkan bahwa pengadilan
menerima kurang dari 50% petisi professional kesehatan jiwa
untuk komitmen sipil yang luas untuk klien psikiatri yang
berbahaya. Perhatian pengadilan adalah klien psikiatri yang
memiliki hak sipil dan tanpa alasan yang kuat tidak boleh ditahan
di rumah sakit jika mereka tidak menginginkannya ketika mereka
tidak lagi berbahaya. Masyarakat menentang dengan menuntut
bahwa mereka patut dilindungi dari individu yang berbahaya,
yang memiliki riwayat tidak mengkonsumsi obat-obatan sehingga
dapat menjadi ancaman bagi masyarakat.
3. Hak-Hak Klien

9
Klien kesehatan jiwa tetap memiliki semua hak sipil yang
diberikan kepada semua orang, kecuali hak untuk meninggalkan
rumah sakit dalam kasus komitmen involunter. Klien memiliki hak
untuk menolak terapi, mengirim dan menerima surat yang masih
tertutup, dan menerima atau menolak pengunjung. Setiap
larangan (misalnya : surat, pengunjung, pakaian) harus
ditetapkan oleh pengadilan atau instruksi dokter untuk alasan
yang dapat diverifikasi dan didokumentasikan. Contohnya
sebagai berikut :
a) Klien yang pernah berupaya bunuh diri tidak diizinkan
menyimpan ikat pinggang, tali sepatu, atau gunting, karena
benda tersebut dapat digunakan untuk membahayakan
dirinya.
b) Klien yang menjadi agresif setelah kunjungan seseorang
dilarang dikunjungi orang tersebut selama suatu periode
waktu.
c) Klien yang mengancam orang lain diluar rumah sakit
melalui telepon diizinkan menelepon hanya jika diawasi
sampai kondisinya membaik.
E. Komunikasi Dalam Keperawatan
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan
secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk
kesembuhan pasien. Teknik komunikasi terapeutik merupakan cara
untuk membina hubungan yang terapeutik dimana terjadi
penyampaian informasi dan pertukaran perasaan dan pikiran dengan
maksud untuk mempengaruhi orang lain.
Adapun tujuan komunikasi terapeutik adalah :
1. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban
perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk
mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal yang
diperlakukan.

10
2. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan
yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya.
3. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.
Fungsi komunikasi keperawatan jiwa adalah untuk mendorong dan
mengajarkan kerja sama antara perawat dan pasien melalui
hubungan perawat dan pasien. Perawat berusaha mengungkap
perasaan, mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta
mengevaluasi tindakan yang dilakukan dalam perawatan.
F. Model Stres Adaptasi
Model stress adaptasi pertama kali dikembangkan oleh Gail Stuart
pada tahun 1983.
1. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor yang menjadi sumber
terjadinya stress yang mempengaruhi tipe dan sumber dari
individu untuk menghadapi stress baik yang biologis,
psikososial, dan sosiokultural. Secara bersama-sama, faktor ini
akan mempengaruhi seseorang dalam memberikan arti dan
nilai terhadap stress pengalaman stress yang dialaminya.
Adapun macam-macam faktor predisposisi meliputi hal sebagai
berikut :
a) Biologi : latar belakang genetik, status nutrisi, kepekaan
biologis, kesehatan umum, dan terpapar racun.
b) Psikologis : kecerdasaan, keterampilan verbal, moral,
personal, pengalaman masa lalu, konsep diri, motivasi,
pertahanan psikologis, dan control
c) Sosiokultural : usia, gender, pendidikan, pendapatan,
okupasi, posisi sosial, latar belakang budaya, keyakinan,
politik, pengalaman sosial, dan tingkatan sosial.
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi adalah stimulus yang mengancam individu.
Faktor presipitasi memerlukan energi yang besar dalam

11
mengahadapi stress atau tekanan hidup. Faktor presipitasi ini
dapat bersifat biologis, psikologis, dan sosiokultural. Waktu
merupakan dimensi yang juga mempengaruhi terjadinya stress.
Adapun faktor presipitasi yang sering terjadi adalah sebagai
berikut :
a) Kejadian yang menekan (stressful)
b) Ketegangan hidup
3. Penilaian terhadap Stresor
Penilaian terhadap stressor meliputi penentuan arti dan
pemahaman terhadap pengaruh situasi yang penuh dengan
stress bagi individu. Penilaian terhadap stressor ini meliputi
respon kognitif, afektif, fisiologis, perilaku, dan respon sosial.
Penilaian adalah dihubungkan dengan evaluasi terhadap
pentingnya suatu kejadian yang berhubungan dengan kondisi
sehat.
a) Respon kognitif
b) Respon afektif
c) Respon fisiologis
d) Respon perilaku
e) Respon sosial
4. Sumber Koping
Sumber koping meliputi asset ekonomi, kemampuan dan
keterampilan, teknik pertahanan, dukungan sosial, serta
motivasi.
5. Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah suatu usaha langsung dalam
manajemen stress. Ada tiga tipe mekanisme koping, yaitu
sebagai berikut :
a) Mekanisme koping problem focus

12
Mekanisme ini terdiri atas tugas dan usaha langsung untuk
mengatasi ancaman diri. Contoh: negosiasi, konfrontasi, dan
mencari nasehat.
b) Mekanisme koping cognitively focus
Mekanisme ini berupa seseorang dapat mengontrol masalah
dan menetralisirnya. Contoh: perbandingan positif, selektif
ignorance, substitution of reward, dan devaluation of desired
object.
c) Mekanisme koping emotion focus
Pasien menyesuaikan diri terhadap distress emosional
secara tidak berlebihan. Contoh: menggunakan mekanisme
pertahanan ego seperti denial, supresi, atau proyeksi.
G. Gangguan Jiwa
Gangguan jiwa yaitu syndrome atau pola perilaku yang secara
klinis bermakna yang berhubungan dengan distress atau penderitaan
dan menimbulkan gangguan pada satu atau lebih fungsi kehidupan
manusia.
Kejadian gangguan jiwa yang terjadi ini dapat ditimbulkan akibat
adanya suatu pemicu dari fungsi afektif dalam keluarga yang tidak
berjalan dengan baik. Apabila fungsi afektif ini tidak dapat berjalan
semestinya, maka terjadi gangguan psikologis yang berdampak pada
kejiwaan dari seluruh unit keluarga tersebut.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu
mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana
adanya serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang
lain.
Secara umum diketahui baIwa gangguan jiwa disebabkan oleh
adanya gangguan pada otak tapi tidak diketahui secara pasti apa
yang mencetuskannya. Stress diduga sebagai pencetus dari
gangguan jiwa tapi stress dapat juga merupakan hasil dari
berkembangannya mental illness pada diri seseorang.
Prinsip Keperawatan jiwa :
1. Manusia
2. Lingkungan
3. Kesehatan
4. Keperawatan
Fungsi perawat kesehatan jiwa adalah memberikan asuhan
keperawatan secara langsung dan asuhan keperawatan secara tidak
langsung. Fungsi ini dapat dicapai dengan aktifitas perawat kesehatan
jiwa yang membantu upaya penanggulangan masalah kesehatan jiwa.
B. Saran
Diharapkan perawat lebih mempelajari mengenai fungsi dan
peranannya dalam penanganan masalah kesehatan jiwa dengan
memahami masalah kesehatan jiwa yang ada serta upaya
penangannya dengan baik.

14
DAFTAR PUSTAKA

Hartanto, H. (2011). Komunikasi Terapeutik Pada Gangguan Jiwa.


Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Keliat, Budi, Anna, P. (2010). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Ed. 2.
Jakarta:EGC.
Stuart, Gail W, (2012). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Suliswati. (2011). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
EGC.
Yosep, Iyus. (2010). Keperawatan Jiwa. Jakarta: PT. Refika Aditama.
Yusuf, Rezki F. (2015), Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.

Sulistyawati, A. (2011), Pelayanan Kesehatan Keperawatan Jiwa, Jakarta:


Salemba Medika.

15

Anda mungkin juga menyukai