Oleh :
Rahel Permata Herni Simanjuntak G991906028
Risna Annisa Mardiyati G991906029
Pembimbing :
Prof. Dr. dr. OS Hartanto, Sp.S(K)
I. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 72 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Pendem, Sumberlawang
Nomor Rekam Medis : 002956xx
Status : Menikah
Pekerjaan : Pensiun PNS
Tanggal MRS : 4 Desember 2019
Tanggal Pemeriksaan : 5 Desember 2019
5. Riwayat Kebiasaan
Riwayat makan : Makan 3 kali sehari
Riwayat minum alkohol : Disangkal
Riwayat merokok : Disangkal
Riwayat olahraga : Jarang
d. Thoraks
Bentuk thoraks : Normochest, simetris, retraksi intercostae (-), sela
iga melebar (-), limfadenopati axilla (-/-), limfade
nopati supraclavicula (-/-), limfadenopati infraclav
icula (-/-)
e. Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC V linea midclavicularis
sinistra, tidak kuat angkat
Perkusi : Batas kanan atas di SIC II linea sternalis dextra
Batas kanan bawah di SIC II linea parasternalis de
xtra
Batas kiri atas di SIC II linea sternalis sinistra
Batas kiri bawah di SIC V linea midclavicularis si
nistra
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II normal, regular, bising (-)
f. Pulmo
Inspeksi : Pengembangan dada kanan-kiri simetris
Palpasi : Fremitus taktil dada kanan-kiri normal
Pengembangan dada kanan-kiri simetris
Perkusi : Sonor, redup pada batas relatif paru-hepar di SIC
VI
Auskulasi : Suara dasar vesikular (+/+), suara tambahan whee
zing (-/-), ronki basah kasar (-/-), ronki basah halu
s (-/-)
g. Abdomen
Inspeksi : Dinding perut sejajar dengan dinding dada, striae
(-), ascites (-), luka (-), massa (-)
Auskultasi : Bising usus 17 kali/menit, suara tambahan (-)
Palpasi : Timpani, ascites (-)
h. Ekstremitas
Warna kulit : Warna kulit coklat, turgor menurun (-), hiperpigm
entasi (-), petechiae (-), icterus (-)
- - - - - -
- - - - - -
2. Pemeriksaan Neurologi
a. Kesadaran dan Fungsi Luhur
Kesadaran : GCS E4V5M6
Fungsi Luhur : Dalam batas normal
4) N. V
Kanan Kiri
Sensorik V1 – V3 : Dalam batas normal
M. masseter dan m. temporalis : Dalam batas normal
Refleks kornea : (+) (+)
5) N. VII
Terdapat parese sinistra UMN
6) N. VIII
Sulit dievaluasi
7) N. IX dan N. X
Refleks muntah (-)
8) N. XI
Dalam batas normal
9) N. XII
Terdapat parese sinistra UMN
d. Pemeriksaan Fungsi Motorik
Kekuatan Tonus
555 444 Normal Normal
555 444 Normal Normal
Kanan Kiri
Refleks biceps : +2 +2
Refleks triceps : +2 +2
Refleks patella : +2 +2
Refleks achilles : +2 +2
k. Skor Siriraj
= (2,5 Kesadaran) + (2 Muntah) + (2 Nyeri kepala) + (0,1 Di
astole) – (3 Atheroma) – 12
= (2,50) + (20) + (20) + (0,152) – (30) – 12
= 0+ 0 + 0 + 5,2 – 0 – 12
= - 6,8 (Stroke Non Hemorrhagic)
V. Assessment
Klinis : Hemiparese tipika sinistra, disartria
Topis : Subcortex cerebri dextra
Etiologis : Stroke infark trombotik
VI. Plan
1. MRS Unit Stroke
2. Infus NaCl 0,9% 20 tpm
3. Injeksi ranitidin 50 mg/12 jam
4. Injeksi sitikolin 250 mg/12 jam IV
5. Injeksi mecobalamin 500 mg/12 jam
6. Aspilet 80 mg
7. Observasi KUVS
8. Edukasi
VII. Prognosis
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad sanam : Dubia ad bonam
Ad functionam : Dubia ad bonam
BAB II
FOLLOW UP
Riwayat DM disangkal
SpO2 : 99%
HR : 82 kali/menit
Nervi Craniales
Kekuatan Tonus
555 444 Normal Normal
555 Normal Normal
444
+2 / +2 +2/ +2 - -
Fungsi sensorik : dalam batas normal
SpO2 : 99%
HR : 51 kali/menit
Nervi Craniales
Fungsi Motorik
Kekuatan Tonus
555 444 Normal Normal
+2 / +2 +2/ +2 - -
Fungsi sensorik : dalam batas normal
Dx lain : Hipokalsemi
P: 1. Infus NaCl 0,9% 20 tpm
2. Injeksi ranitidin 50 mg/12 jam
3. Injeksi sitikolin 250 mg/12 jam IV
4. Aspilet 1 x 80 mg
5. CaCO3 3x1
6. Mecobalamin 2 x 500 mg
Plan : Cek lab puasa hari ini
Nervi Craniales
Fungsi Motorik
Kekuatan Tonus
555 444 Normal Normal
+2 / +2 +2/ +2 - -
Dx lain : Hipokalsemia
Dislipidemia
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Menurut World Health Organization (WHO), stroke merupakan tanda-tanda
klinis yang berkembang secara cepat akibat gangguan fungsi otak fokal atau
global, dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih, yang
dapat menyebabkan kematian tanpa ada penyebab lain selain vaskuler
(Rumantir, 2007).
B. Klasifikasi
Berdasarkan proses yang mendasari terjadinya gangguan peredaran darah
otak, stroke dibedakan menjadi dua kategori yaitu :
1. Stroke Non Hemoragik
Stroke non hemoragik atau stroke iskemik merupakan 88% dari seluruh
kasus stroke. Pada stroke iskemik terjadi iskemia akibat sumbatan atau
penurunan aliran darah otak (Hartwig, 2005). Berdasarkan perjalanan
klinis, dikelompokkan menjadi (Noerjanto, 1992).
a. TIA (Transient Ischemic Attack)
Pada TIA gejala neurologis timbul dan menghilang kurang dari 24
jam. Disebabkan oleh gangguan akut fungsi fokal serebral, emboli
maupun trombosis.
b. RIND (Reversible Ischemic Neurologic Deficit)
Gejala neurologis pada RIND menghilang lebih dari 24 jam namun
kurang dari 21 hari.
c. Stroke in Evolution
Stroke yang sedang berjalan dan semakin parah dari waktu ke
waktu.
d. Completed Stroke
Kelainan neurologisnya bersifat menetap dan tidak berkembang
lagi.
Stroke non hemoragik terjadi akibat penutupan aliran darah ke sebagian otak
tertentu, maka terjadi serangkaian proses patologik pada daerah iskemik.
Perubahan ini dimulai dari tingkat seluler berupa perubahan fungsi dan
bentuk sel yang diikuti dengan kerusakan fungsi dan integritas susunan sel yang
selanjutnya terjadi kematian neuron.
2. Stroke Hemoragik
Pada stroke hemoragik terjadi keluarnya darah arteri ke dalam ruang
interstitial otak sehingga memotong jalur aliran darah di distal arteri
tersebut dan mengganggu vaskularisasi jaringan sekitarnya. Stroke
hemoragik terjadi apabila susunan pembuluh darah otak mengalami ruptur
sehingga timbul perdarahan di dalam jaringan otak atau di dalam ruang
subarachnoid (Kaplan, 2009).
b. Dapat dirubah
1) Hipertensi
2) Merokok
3) Diabetes
4) Fibrilasi atrium
5) Kelainan jantung
6) Hiperlipidemia
7) Terapi pengganti hormon
8) Anemia sel sabit
9) Nutrisi
10) Obesitas
11) Aktifitas fisik
Kejang – kejang + -
Muntah + -
2. Pemeriksaan penunjang
Pencitraan otak sangat penting untuk mengkonfirmasi diagnosis stroke
non hemoragik. Non contrast computed tomography (CT) scanning adalah
pemeriksaan yang paling umum digunakan untuk evaluasi pasien dengan
stroke akut yang jelas. Selain itu, pemeriksaan ini juga berguna untuk
menentukan distribusi anatomi dari stroke dan mengeliminasi
kemungkinan adanya kelainan lain yang gejalanya mirip dengan stroke
(hematoma, neoplasma, abses) (Hassmann, 2013).
Kasus stroke iskemik hiperakut (0-6 jam setelah onset), CT Scan
biasanya tidak sensitif mengidentifikasi infark serebri karena terlihat
normal pada >50% pasien, tetapi cukup sensitif untuk mengidentifikasi
perdarahan intrakranial akut dan/atau lesi lain yang merupakan kriteria
eksklusi untuk pemberian terapi trombolitik.
Teknik-teknik pencitraan berikut ini juga sering digunakan:
a. CT Angiografi
b. CT Scan Perfusion
c. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Pungsi lumbal terkadang diperlukan untuk menyingkirkan meningitis
atau perdarahan subarachnoid ketika CT Scan negatif tetapi kecurigaan
klinis tetap menjadi acuan.
H. Output Stroke
Kehilangan fungsi yang terjadi setelah stroke sering digambarkan sebagai
impairments, disabilitas dan handicaps. Oleh WHO membuat batasan sebagai
berikut:
1. Impairments : menggambarkan hilangnya fungsi fisiologis, psikologis dan
anatomis yang disebabkan oleh stroke. Tindakan psikoterapi, fisioterapi,
terapi okupasional ditunjukkan untuk menetapkan kelainan ini.
2. Disabilitas : merupakan setiap hambatan, kehilangan kemampuan untuk
berbuat sesuatu yang seharusnya mampu dilakukan oleh orang yang sehat.
3. Handicaps : merupakan halangan atau gangguan pada seorang penderita
stroke untuk berperan sebagai manusia normal akibat impairment dan
disabilitas.
Dalam uji klinik, Indeks Barthel merupakan skala yang sering digunakan
untuk menilai keluaran dan merupakan pengukuran yang dipercaya dapat
memberikan penilaian yang lebih objektif terhadap pemulihan fungsional
setelah stroke. Indeks Barthel merupakan suatu teknik yang menilai
pengukuran performasi pasien dalam 10 aktifitas hidup sehari-hari yang
dikelompokkan ke dalam 2 kategori yaitu:
1. Kategori yang berhubungan dengan self care antara lain : makan,
membersihkan diri, berpakaian, perawatan buang air besar dan buang air
kecil, penggunaan toilet.
2. Kategori yang berhubungan dengan morbiditas antara lain : berjalan,
berpindah dan menaiki tangga.
Skor maksimum dari Indeks Barthel ini adalah 100 yang menunjukkan
bahwa kemampuan fungsional penderita sangat mandiri dan dapat melakukan
aktifitas sehari-hari tanpa bantuan dari orang lain, sedangkan skor terendah
adalah 0 yang menunjukkan bahwa penderita mengalami ketergantungan total
untuk dapat melakukan aktifitas sehari-hari (Mahoney et al, 1965).
BAB IV
PENUTUP