Askep CA Mamae
Askep CA Mamae
Disusun oleh:
Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa faktor
resiko pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara, yaitu :
a. Tinggi melebihi 170 cm
b. Masa reproduksi yang relatif panjang.
c. Faktor Genetik
d. Ca Payudara yang terdahulu
e. Keluarga
Diperkirakan 5 % semua kanker adalah predisposisi keturunan ini, dikuatkan bila 3
anggota keluarga terkena carsinoma mammae.
f. Kelainan payudara ( benigna )
Kelainan fibrokistik ( benigna ) terutama pada periode fertil, telah ditunjukkan bahwa
wanita yang menderita / pernah menderita yang porliferatif sedikit meningkat.
g. Makanan, berat badan dan faktor resiko lain
h. Faktor endokrin dan reproduksi
Graviditas matur kurang dari 20 tahun dan graviditas lebih dari 30 tahun, Menarche
kurang dari 12 tahun
i. Obat anti konseptiva oral
Penggunaan pil anti konsepsi jangka panjang lebih dari 12 tahun mempunyai resiko
lebih besar untuk terkena kanker.
Kanker mammae merupakan penyebab utama kematian pada wanita karena kanker
(Maternity Nursing, 1997). Penyebab pasti belum diketahui, namun ada beberapa
teori yang menjelaskan bagaimana terjadinya keganasan pada mammae, yaitu:
Mekanisme hormonal, dimana perubahan keseimbangan hormone estrogen dan
progesterone yang dihasilkan oleh ovarium mempengaruhi factor pertumbuhan sel
mammae (Smeltzer & Bare, 2002). Dimana salah satu fungsi estrogen adalah
merangasang pertumbuhan sel mammae .
Suatu penelitian menyatakan bahwa wanita yang diangkat ovariumnya pada usia
muda lebih jarang ditemukan menderita karcinoma mammae, tetapi hal itu tidak
membuktikan bahwa hormone estrogenlah yang, menyebabkan kanker mammae
pada manusia. Namun menarche dini dan menopause lambat ternyata disertai
peninmgkatan resiko Kanker mammae dan resiko kanker mammae lebih tinggi
pada wanita yang melahirkan anak pertama pada usia lebih dari 30 tahun.
Virus, Invasi virus yang diduga ada pada air susu ibu menyebabkan adanya massa
abnormal pada sel yang sedang mengalami proliferasi.\
Genetik
o Kanker mammae yang bersifat herediter dapat terjadi karena adanya “linkage
genetic” autosomal dominan.
o Penelitian tentang biomolekuler kanker menyatakan delesi kromosom 17
mempunyai peranan penting untuk terjadinya transformasi malignan.
o mutasi gen BRCA 1 dan BRCA 2 biasanya ditemukan pada klien dengan riwayat
keluarga kanker mammae dan ovarium (Robbin & kumar, 1995) serta mutasi gen
supresor tumor p 53 (Murray, 2002).
Defisiensi imun
Defesiensi imun terutama limfosit T menyebabkan penurunan produksi interferon
yang berfungsi untuk menghambat terjadinya proliferasi sel dan jaringan kanker dan
meningkatkan aktivitas antitumor. Gangguan proliferasi tersebut akan menyebabkan
timbulnya sel kanker pada jaringa epithelial dan paling sering pada system duktal.
Mula-mula terjadi hyperplasia sel dengan perkembangan sel atipikal. Sel ini akan
berlanjut menjadi karsinoma in situ dan menginvasi stroma. Kanker butuh waktu 7
tahun untuk dapat tumbuh dari sebuah sel tunggal menjadi massa yang cukup besar
untuk bias diraba. Invasi sel kanker yang mengenai jaringan yang peka terhadap
sensasi nyeri akan menimbulkan rasa nyeri, seperti periosteum dan pelksus saraf.
Benjolan yang tumbuh dapat pecah dan terjadi ulserasi pada kanker lanjut.
Pertumbuhan sel terjadi irregular dan bisa menyebar melalui saluran limfe dan
melalui aliran darah. Dari saluran limfe akan sampai di kelenjer limfe menyebabkan
terjadinya pembesaran kelenjer limfe regional. Disamping itu juga bisa
menyebabkan edema limfatik dan kulit bercawak (peau d’ orange). Penyebaran
yang terjadi secara hematogen akan menyebabkan timbulnya metastasis pada
jaringan paru, pleura, otak tulang (terutama tulang tengkorak, vertebredan panggul)
Pada tahap terminal lanjut penderita umumnya menderita kehilangan progersif
lemak tubuh dan badannya menjadi kurus disertai kelemahan yang sangat,
anoreksia dan anemia. Simdrom yang melemahkan ini dinyatakan sebagai kakeksi
kanker.
3. Stadium IIb
Tumor yang berdiameter kurang 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) dan
tanpa penyebaran jauh atau tumor yang berdiameter lebih 5 cm tanpa keterlibatan
limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh.
4. Stadium IIIa
Tumor yang berdiameter lebih 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) tanpa
penyebaran jauh.
5. Stadium IIIb
Tumor yang berdiameter lebih 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) dan
terdapat penyebaran jauh berupa metastasis ke supraklavikula dengan keterlibatan
limfonodus (LN) supraklavikula atau metastasis ke infraklavikula atau menginfiltrasi /
menyebar ke kulit atau dinding toraks atau tumor dengan edema pada tangan.
Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan pembengkakan bisa juga
luka bernanah di payudara. Didiagnosis sebagai Inflamatory Breast Cancer. Bisa
sudah atau bisa juga belum menyebar ke pembuluh getah bening di ketiak dan
lengan atas, tapi tidak menyebar ke bagian lain dari organ tubuh
6. Stadium IIIc
Ukuran tumor bisa berapa saja dan terdapat metastasis kelenjar limfe infraklavikular
ipsilateral, atau bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe
mammaria interna dan metastase kelenjar limfe aksilar, atau metastasis kelenjar
limfe supraklavikular ipsilateral
6. Stadium IV
Tumor yang mengalami metastasis jauh, yaitu : tulang, paru-paru, liver atau tulang
rusuk.
Status penampilan (performance status) kanker menurut WHO (1979) :
1. 0 : Baik, dapat bekerja normal.
2. 1 : Cukup, tidak dapat bekerja berat namun bekerja ringan bisa.
3. 2 : Lemah, tidak dapat bekerja namun dapat berjalan dan merawat diri sendiri
50% dari waktu sadar.
4. 3 : Jelek, tidak dapat berjalan, dapat bangun dan merawat diri sendiri, perlu
tiduran lebih 50% dari waktu sadar.
5. 4 : Jelek sekali, tidak dapat bangun dan tidak dapat merawat diri sendiri,
hanya tiduran saja.
2. Keluhan Utama :
Klien menyatakan nyeri di bagian luka post operasi / luka jahitan pada mammae
apalagi jika di pegang. Rasa nyeri seperti ditusuk-tusuk. Dari hasil pengkajian rentan
nyeri 1-10 pasien mengatakan gejala skala nyeri 7. Nyeri sering kali timbul saat
beraktifitas atau di gunakan miring ke kanan
3. Riwayat Penyakit :
e. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengatakan pada mamae kanan terdapat benjolan sebesar bola bekel
yang terasa nyeri jika digerakkan. Awalnya benjolan hanya kecil karena semakin
membesar pasien membawanya ke dr.Imron , dari dr.Imron diberi obat asam
mefenamat 3x1 tablet, dan amoxcilin 3x 1 tablet. Karena tidak sembuh pasien
datang ke poli bedah RSUD Kebumen pada tanggal 19 April 2020, setelah di
lakukan pemeriksaan pasien di diagnosa kanker mamae dextra, TTV pasien saat
diperiksa TD 130/80 mmHg, S: 36,4OC, N: 80x/mnt, RR : 18x/mnt. dari poli bedah
pasien di sarankan untuk rawat inap, pasien memilih ruang dahlia.
Pasien menjalani operasi (mastektomi) tanggal 22 April 2020 ± pukul 10.15
WIB dan dibawa menuju bangsal pukul 11.30. Pasien mendapatkan Regional
Anestesi (RA) pada bagian mamae dextra. Terdapat luka post operasi tertutup kasa
steril berukuran 14 x 5 cm (banyaknya jahitan belum terkaji, karena luka masih
baru).
Pasien mengeluhkan nyeri pada luka operasi, pasien tampak meringis
kesakitan, nyeri bertambah bila saat bergerak atau bergeser, skala nyeri 7 nyeri
seperti di tusuk, pasien tampak keringat dingin, pada pemeriksaan dada didapatkan
data tampak adanya luka operasi, terdapat drinase, pasien juga mengatakan tidurnya
juga terganggu karena nyerinya. Pasien mendapatkan terapi cefotaxim 3x500mg
secaraiv, infus RL 20tpm, ketorolak 2x 30 mg,
5. Pemerikasaan Fisik :
a. Keadaan Umum :
Kesadaran : Composmentis
Vital Sign : TD = 110/70 mmHg
Nadi = 90 x/m
Respirasi : 20x/m
Suhu : 36,8°C
b. Kepala :
Bentuk : mesochepal normal tidak ada keluhan
Kulit : bersih tidak ada lesi
Rambut : bersih
Muka : simetris
Mata : simetris, conjunctiva : merah muda, sclera : tidak anemis
Hidung : normal tidak ada secret
Mulut : normal, gigi : bersih, bibir : mukosa bibir lembab
e. Dada : bentuk normoches, terdapat luka post operasi di mamae kanan, terdapat
luka post operasi tertutup kasa steril berukuran 14x5 cm, tidak ada tanda tanda
pembengkakan. Kassa terlihat bersih tidak ada cairan yang merembes
1. Paru
- Inspeksi : simetris
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan
- Perkusi : Sonor kanan kiri
- Auskultasi : tidak ada bunyi tambahan
2. Jantung
- Inspeksi : tidak tampak ictus cordis
- Palpasi : tidak teraba ictus cordis
- Perkusi : pekak
- Auskultasi : reguler tidak ada suara tambahan
g. Genetalia :
- Wanita: bersih
i. Ekstremitas :
- Atas : Terpasang infuse di tangan kiri
- Bawah :Tidak ada kelainan
6. Pemeriksaan Penunjang
Tgl Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
26/4/1 WBC 12.0 4.8 – 10.8
3 RBC 4.41 3.7 – 6.5
HGB 12 12 – 17
HCT 37.3 47 – 75
MCV 84.6 80 – 99
MCH 27.2 27 – 31
MCHC 32.2 33.37
PLT 267 150 – 450
RDW 40.0 35 – 47
PDW 9.2 9 – 13
MPV 7.9 7.2 – 11.1
P-LCR 12.0 15 – 25
7. Terapi Medis :
Cairan IV : RL 20 tpm
Obat Parenteral : cefotaxim 2x 500 mg
Ketorolac 2x 30 mg
B. ANALISA DATA
NO DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI
1. DS:
P: Pasien mengatakan nyeri Nyeri akut Insisi bedah
pada luka operasi
Q: Rasa nyeri seperti tertusuk
tusuk
R: nyeri pada mamae kanan
S : Skala nyeri 7
T: nyeri akan bertambah jika
untuk bergerak
DO:
·Pasien tampak meringis
kesakitan
·Pasien terlihat berkeringat dingin
·Pada abdomen tampak luka
operasi
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN:
1. Nyeri akut b.d Insisi bedah
2. Gangguan pola tidur b.d gangguan rasa nyaman nyeri
3. Resiko infeksi b.d Terbukanya pintu masuk mikroorganisme
D. INTERVENSI
DX Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
I Setelah dilakukan tindakn 1. Observasi keluhan Nyeri insisi bermakna
keperawatan tindakan nyeri,perhatikan pada paska operasi
2x24 jam, diharapkan lokasi,intensitas (skala awal,diperberat oleh
nyeri dapat berkurang dan 0-10)dan faktor pergerakan, dan juga
teratasi dengan kriteria: pemberat. batuk,
Skala nyeri berkurang
menjadi 0-2 2. Monitor vital sign. Respon autonemik
Pasien terlihat rileks meliputi perubahan pada
Melaporkan Nyeri tekanan darah,nadi dan
hilang/terkontrol pernafasan yang
berhubugan dengan
keluhan penghilang nyeri
III Setelah dilakukan tindakan 1.Observasi tanda-tanda Dugaan adanya infeksi
keperawatan selama 2x24 vital.Perhatikan
jam tidak terjadi infeksi demam, dan menggigil
ditandai dengan: 2.Cuci tangan setiap Menurunkan resiko
Tidak sebelum maupun penyebaran bakteri
terdapat(tanda tanda sesudah tindakan
infeksi)bengkak, keperawatan dan
panas,kemerahan perawatan luka aseptic
TTV
o TD : 110/70 mmHg 3. Inspeksi kondisi luka, Memberikan deteksi dini
o N: 80x/mnt insisi bedah dan akan terjadinya proses
o RR: 22x/mnt balutan. Catat infeksi dan pengawasan
o T: 36,00 C karakteristik drainase penyembuhan.
luka/drain
24 I S:
April P: Pasien mengatakan masih nyeri pada luka operasi
2020 Q: Rasa nyeri seperti tertusuk tusuk
R: nyeri pada mamae kanang
S : Skala nyeri 5
T: nyeri akan bertambah jika untuk bergerak
O:
Wajah pasien meringis menahan nyeri
TTV:
TD : 110/80 mmHg
RR : 22x/ menit
N :92x/menit
S : 36.8OC
A:
Masalah nyeri teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi:
1.Selidiki keluhan nyeri,perhatikan lokasi,intensitas
(skala 0-10)dan faktor pemberat.
2. Pantau vital sign.
3. Berikan posisi yang nyaman untuk pasien
4. Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri segera saat
mulai.
5. Berikan analgesic sesuai indikasi
II S:
Pasien mengatakan sudah bisa tidur di malam hari
O:
Pasien masih terlihat mengantuk
Kantung mata pasien terlihat menebal
A:
Masalah gangguan pola tidur teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
1. Tentukan kebiasaan tidur Tentukan kebiasaan tidur
pasien biasanya dan perubahan yang terjadi pada tidur
pasien
2. Berikan tempat tidur yang nyaman
3. Instruksikan tindakan relaksasi.
S:
pasien mengatakan pada luka terasa nyeri
III
O:
Terdapat luka post op pada mamaedextra
A:
Masalah resti infeksi teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
1. Awasi tanda-tanda vital.Perhatikan demam,menggigil
2. Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan
luka aseptic
3. Pertahankan perawatan luka aseptic,pertahankan
balutan kering.
4. Berikan antibiotik sesuai indikasi
25
April S:
2020 P: Pasien mengatakan masih nyeri pada luka operasi
I Q: Rasa nyeri seperti tertusuk tusuk
R: nyeri pada mamae kanan
S : Skala nyeri 3
T: nyeri akan bertambah jika untuk bergerak
O:
Wajah pasien meringis menahan nyeri
TTV:
TD : 120/80 mmHg
RR : 24x/ menit
N :94x/menit
S : 36.8OC
A:
Masalah nyeri teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi:
1.Selidiki keluhan nyeri,perhatikan lokasi,intensitas
(skala 0-10)dan faktor pemberat.
2. Pantau vital sign.
3. Berikan posisi yang nyaman untuk pasien
4. Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri segera saat
mulai.
5. Berikan analgesic sesuai indikasi
S:
Pasien mengatakan sudah bisa tidur di malam hari
II
O:
Pasien masih terlihat mengantuk
Kantung mata pasien terlihat menebal
A:
Masalah gangguan pola tidur teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
1. Tentukan kebiasaan tidur Tentukan
kebiasaan tidur pasien biasanya dan
perubahan yang terjadi pada tidur
pasien
2. Berikan tempat tidur yang nyaman
3. Instruksikan tindakan relaksasi.
S:
pasien mengatakan pada luka terasa nyeri
III
O:
Terdapat luka post op pada mamaedextra
A:
Masalah resti infeksi teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
1. Awasi tanda-tanda vital.Perhatikan demam,menggigil
2. Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan
luka aseptic
3. Pertahankan perawatan luka aseptic,pertahankan
balutan kering.
4. Berikan antibiotik sesuai indikasi