Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY.S DENGAN CA MAMMAE

Disusun oleh:

1. Muhammad Rizky Bazzano (A01802448)

2. Ngatik Pujiono (A01802452)

3. Puspo Wulandari (A01802456)

4. Rido Ahmad Mustakim (A01802460)

5. Satri Yulianti (A01802464)

6. Siti Sahirah (A01802468)

7. Tri Lestari (A01802472)

8. Yuyun Septiani (A01802477)

9. Vivi Rahmawati (A01802478)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG


2020
LAPORAN PENDAHULUAN CA MAMMAE (CARSINOMA MAMMAE)/
KANKER PAYUDARA

1.     PENGERTIAN CA MAMMAE (CARSINOMA MAMMAE)/ KANKER PAYUDARA


Ca mammae merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan
payudara. Kanker bisa tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak,
maupun jaringan ikat pada payudara (Wijaya, 2005).
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang
terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di
payudara. Jika benjolan kanker tidak terkontrol, sel-sel kanker bias bermestastase
pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase bias terjadi pada kelenjar getah bening
ketiak ataupun diatas tulang belikat. Seain itu sel-sel kanker bias bersarang di
tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit. (Erik T, 2005)
Ca mammae (carcinoma mammae) adalah keganasan yang berasal dari sel
kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit
payudara. Ca mammae adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan
payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan
lemak maupun jaringan ikat pada payudara. (Medicastore, 2011)
Ca mammae adalah suatu penyakit pertumbuhan sel, akibat adanya onkogen
yang menyebabkan sel normal menjadi sel kanker pada jaringan payudara
(Karsono, 2006).
 Carsinoma mammae atau kanker payudara adalah neoplasma ganas dengan
pertumbuhan jaringan mammae abnormal yang tidak memandang jaringan sekitarnya,
tumbuh infiltrasi dan destruktif dapat bermetastase ( Soeharto Resko Prodjo, 1995).
Kanker payudara adalah terjadinya gangguan pertumbuhan yang ganas yang
terjadi pada jaringan payudara. Kanker biasanya terdiri dari gumpalan yang keras
dan kenyal tanpa adanya batas. Mungkin adanya garis asimetris antara kedua
payudara.Bila kanker sudah berkembang, tanda-tanda akan lebih nyata sepeti
jaringan menjadi merah,borok,membengkak dan kanker terlihat dengan jelas.
Kanker payudara merupakan salah satu kanker yang terbanyak ditemukan
di Indonesia.Biasanya kanker ini ditemukan pada umur 40-49 tahun dan letak
terbanyak di kuadran lateral atas (Arif Mansjoer, Kapita selecta kedokteran Edisi 2 ).
Kelenjar susu merupakan sekumpulan kelenjar kulit. Pada lateral atasnya,
jaringan kelenjar ini keluar dari buatannya ke arah aksila, disebut tonjolan spence
atau ekor payudara.
Setiap payudara terdiri atas 12 sampai 20 lobulus kelenjar yang masing-
masing mempunyai saluran ke papila mammae, yang disebut duktus laktiferus.
Pendarahan payudara terutama berasal dari cabang arteri Perforantes
Anterior dari arteri Mammaria Interna, arteri torakalis yang bercabang dari arteri
aksilaris dan beberapa arteri Interkostalis.
Penyaliran limf dari daerah sentral dan medial yang selain menuju ke kelenjar
sepanjang pembuluh mammaria interna, juga menuju ke aksila kontra lateral, ke m.
rektus abdominis lewat ligamentum falsifarum hepatis ke hati, pleura dan payudara
kontra lateral. (Sjamsuhidajat, 2004)

2.  ETIOLOGI CA MAMMAE (CARSINOMA MAMMAE)/ KANKER PAYUDARA


Sebab-sebab keganasan pada mammae masih belum diketahui secara pasti (Price &
Wilson, 1995), namun ada beberapa teori yang menjelaskan tentang penyebab
terjadinya Ca mammae, yaitu:
•    Mekanisme hormonal
Steroid endogen (estradiol & progesterone) apabila mengalami perubahan dalam
lingkungan seluler dapat mempengaruhi faktor pertumbuhan  bagi ca mammae
(Smeltzer & Bare, 2002: 1589).
           Virus
Invasi virus yang diduga ada pada air susu ibu menyebabkan adanya massa abnormal
pada sel yang sedang mengalami proliferasi.
           Genetik
-        Ca mammae yang bersifat herediter dapat terjadi karena adanya “linkage genetic” 
autosomal dominan (Reeder, Martin, 1997).
-        Penelitian tentang biomolekuler  kanker menyatakan delesi kromosom 17 mempunyai
peranan penting untuk terjadinya transformasi malignan (Reeder, Martin, 1997).
-        mutasi gen BRCA 1 dan BRCA 2 biasanya ditemukan pada klien dengan riwayat
keluarga kanker mammae dan ovarium (Robbin & kumar, 1995) serta mutasi gen
supresor tumor p 53 (Murray, 2002).
           Defisiensi imun
Defesiensi imun terutama limfosit T  menyebabkan penurunan produksi interferon yang
berfungsi untuk menghambat terjadinya proliferasi sel dan jaringan kanker dan
meningkatkan aktivitas antitumor .

Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa faktor
resiko pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara, yaitu :
a.     Tinggi melebihi 170 cm
b.     Masa reproduksi yang relatif panjang.
c.      Faktor Genetik
d.     Ca Payudara yang terdahulu
e.     Keluarga
Diperkirakan 5 % semua kanker adalah predisposisi keturunan ini, dikuatkan bila 3
anggota keluarga terkena carsinoma mammae.
f.       Kelainan payudara ( benigna )
Kelainan fibrokistik ( benigna ) terutama pada periode fertil, telah ditunjukkan bahwa
wanita yang menderita / pernah menderita yang porliferatif sedikit meningkat.
g.     Makanan, berat badan dan faktor resiko lain
h.     Faktor endokrin dan reproduksi
Graviditas matur kurang dari 20 tahun dan graviditas lebih dari 30 tahun, Menarche
kurang dari 12 tahun
i.       Obat anti konseptiva oral
Penggunaan pil anti konsepsi jangka panjang lebih dari 12 tahun mempunyai resiko
lebih besar untuk terkena kanker.

3.  ANATOMI DAN FISIOLOGI 


a.    Anatomi Payudara
LAPORAN PENDAHULUAN CA MAMMAE (CARSINOMA MAMMAE)/ KANKER PAYUDARA
Payudara normal mengandung jaringan kelenjar, duktus, jaringan otot
penyokong lemak, pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe. Pada bagian lateral ats
kelenjr payudara, jaringan kelenjar ini keluar dari bulatannya kearah aksila, disebut
penonjolan Spence atau ekor payudara. Setiap payudara terdiri atas 12-20 lobulus
kelenjar yang masing-masing mempunyai saluran ke papilla mammae, yang
disebut duktus lactiferous. Diantara kelenjar susu dan fasia pectoralis, juga diantara kulit
dan kelenjar tersebut mungkin terdapat jaringan lemak. Diantara lobules tersebut ada
jaringan ikat yang disebut ligamnetum cooper yang memberi rangka untuk payudara.
Perdarahan payudara terutama berasal dari cabang a. perforantes
anterior dan a. mammaria interna, a. torakalis lateralis yang bercabang dari a.
aksilaris, dan beberapa a. interkostalis.
Persarafan kulit payudara diurus oleh cabang pleksus servikalis dan n.
interkostalis. Jaringan kelenjar payudara sendiri diurus saraf simpatik. Ada beberapa
saraf lagi yang perlu diingat sehubungan dengan penyulit paralisis dan mati rasa pasca
bedah, yakni  n. intercostalis dan n. kutaneus brakius medialis yang mengurus
sensibilitas daerah aksila dan bagian medial lengan atas.
Penyaliran limfe dari payudara kurang lebih 75% ke aksila, sebagian lagi ke
kelenjar parasternal, terutama dari bagian yang sentral dan medial dan adapula
penyaliran yang ke kelenjar interpectoralis. Pada aksila terdapat rata-rata 50 buah
kelenjar getah bening yang berada disepanjang arteri dan vena brakialis.
Jalur limfe lainnya berasal dari daerah sentral dan medial yang selain menuju
ke kelenjar sepanjang pembuluh mammaria interna, juga menuju ke aksila kontralateral,
ke m. rectus abdominis lewat ligamentum falsiparum hepatis ke hati, pleura dan
payudara kontralateral.
b.    Fisiologi Payudara
Payudara merupakan kelenjar tubuloalveolar yang bercabang-cabang, terdiri
atas 15-20 lobus yang dikelilingi oleh jaringan ikat dan lemak. Tiap lobus
mempunyai duktus ekskretorius masing-masing yang akan bermuara pada puting susu,
disebut duktus laktiferus, yang dilapisi epitel kuboid selapis yang rendah, lalu ke duktus
alveolaris yang dilapisi epitel kuboid berlapis, kemudian bermuara ke duktus
laktiferus yang berakhir pada putting susu.
Ada 3 hal fisiologik yang mempengaruhi payudara, yaitu :
a)     Pertumbuhan dan involusi berhubungan dengan usia
b)     Pertumbuhan berhubungan dengan siklus haid
c)      Perubahan karena kehamilan dan laktasi.

4.  PATOFISIOLOGI CA MAMMAE (CARSINOMA MAMMAE)/ KANKER PAYUDARA


Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut
transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi:
a.     Fase Inisiasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang
memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan
oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus,
radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan
yang sama terhadap suatu karsinogen. kelainan genetik  dalam sel atau bahan
lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu
karsinogen. bahkan gangguan fisik menahunpun bisa membuat sel menjadi lebih
peka untuk mengalami suatu keganasan.
b.     Fase Promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi
ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi.
karena itu diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan (gabungan dari
sel yang peka dan suatu karsinogen).

Kanker  mammae merupakan penyebab utama kematian pada wanita karena kanker
(Maternity Nursing, 1997). Penyebab pasti belum diketahui, namun ada beberapa
teori yang menjelaskan bagaimana terjadinya keganasan pada mammae, yaitu:
           Mekanisme hormonal, dimana perubahan keseimbangan hormone estrogen dan
progesterone yang dihasilkan oleh ovarium mempengaruhi factor pertumbuhan sel
mammae (Smeltzer & Bare, 2002). Dimana salah satu fungsi estrogen adalah
merangasang pertumbuhan sel mammae .
Suatu penelitian menyatakan bahwa wanita yang diangkat ovariumnya pada usia
muda lebih jarang ditemukan menderita karcinoma mammae, tetapi hal itu tidak
membuktikan bahwa hormone estrogenlah yang, menyebabkan kanker  mammae
pada manusia. Namun menarche dini dan menopause lambat ternyata disertai
peninmgkatan resiko Kanker  mammae dan resiko kanker  mammae lebih tinggi
pada wanita yang melahirkan anak pertama pada usia lebih dari 30 tahun.
           Virus,  Invasi virus yang diduga ada pada air susu ibu menyebabkan adanya massa
abnormal pada sel yang sedang mengalami proliferasi.\
           Genetik
o    Kanker  mammae yang bersifat herediter dapat terjadi karena adanya “linkage
genetic”  autosomal dominan.
o    Penelitian tentang biomolekuler  kanker menyatakan delesi kromosom 17    
mempunyai peranan penting untuk terjadinya transformasi malignan.
o    mutasi gen BRCA 1 dan BRCA 2 biasanya ditemukan pada klien dengan riwayat
keluarga kanker mammae dan ovarium (Robbin & kumar, 1995) serta mutasi gen
supresor tumor p 53 (Murray, 2002).
            Defisiensi imun
Defesiensi imun terutama limfosit T  menyebabkan penurunan produksi interferon
yang berfungsi untuk menghambat terjadinya proliferasi sel dan jaringan kanker dan
meningkatkan aktivitas antitumor. Gangguan proliferasi tersebut akan menyebabkan
timbulnya sel kanker pada jaringa epithelial dan paling sering pada system duktal.
Mula-mula terjadi hyperplasia sel dengan perkembangan sel atipikal. Sel ini akan
berlanjut menjadi karsinoma in situ dan menginvasi stroma. Kanker butuh waktu 7
tahun untuk dapat tumbuh dari sebuah sel tunggal menjadi massa yang cukup besar
untuk bias diraba. Invasi sel kanker yang mengenai jaringan yang peka terhadap
sensasi nyeri akan menimbulkan rasa nyeri, seperti periosteum dan pelksus saraf.
Benjolan yang tumbuh dapat pecah dan terjadi ulserasi pada kanker lanjut.
Pertumbuhan sel terjadi irregular dan bisa menyebar melalui saluran limfe dan
melalui aliran darah. Dari saluran limfe akan sampai di  kelenjer limfe menyebabkan
terjadinya pembesaran kelenjer limfe regional. Disamping itu juga bisa
menyebabkan edema limfatik dan kulit bercawak (peau d’ orange).  Penyebaran
yang terjadi secara hematogen akan menyebabkan timbulnya metastasis pada
jaringan  paru, pleura, otak tulang (terutama tulang tengkorak, vertebredan panggul)
Pada tahap terminal lanjut penderita umumnya menderita kehilangan progersif
lemak tubuh dan badannya menjadi kurus disertai kelemahan yang sangat,
anoreksia dan anemia. Simdrom yang melemahkan ini dinyatakan sebagai kakeksi
kanker.

Pathway CA MAMMAE (CARSINOMA MAMMAE)/ KANKER PAYUDARA


 

5.  MANIFESTASI KLINIS CA MAMMAE (CARSINOMA MAMMAE)/ KANKER


PAYUDARA
Gejala  umum Ca mamae adalah :
           Teraba adanya massa atau benjolan pada payudara
           Payudara tidak simetris / mengalami perubahan bentuk dan ukuran karena mulai
timbul pembengkakan
           Ada perubahan kulit : penebalan, cekungan, kulit pucat disekitar puting susu,
mengkerut seperti kulit jeruk purut dan adanya ulkus pada payudara
           Ada perubahan suhu pada kulit : hangat, kemerahan , panas
           Ada cairan yang keluar dari puting susu
           Ada perubahan pada puting susu : gatal, ada rasa seperti terbakar, erosi dan terjadi
retraksi
           Ada rasa sakit
           Penyebaran ke tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan kadar kalsium darah
meningkat
           Ada pembengkakan didaerah lengan
           Adanya rasa nyeri atau sakit pada payudara.
           Semakin lama benjolan yang tumbuh semakin besar.
           Mulai timbul luka pada payudara dan lama tidak sembuh meskipun sudah diobati,
serta puting susu seperti koreng atau eksim dan tertarik ke dalam.
           Kulit payudara menjadi berkerut seperti kulit jeruk (Peau d' Orange).
           Benjolan menyerupai bunga kobis dan mudah berdarah.
           Metastase (menyebar) ke kelenjar getah bening sekitar dan alat tubuh lain

6.  PENTAHAPAN  CA MAMMAE (CARSINOMA MAMMAE)/ KANKER PAYUDARA


Pentahapan mencangkup mengklasifikasikan kanker payudara berdasarkan
pada keluasan penyakit. Pentahapan segala bentuk kanker sangat penting karena
hal ini dapat membantu tim perawatan kesehatan merekomendasikan pengobatan
terbaik yang ada, memberikan prognosis, dan beberapa pemeriksaan darah dan
prosedur diagnostik dilakukan dalam petahapan penyakit. Pemeriksaaan dan
prosedur ini mencankup rontgen dada, pemindaian tulang, dan fungsi hepar,
pentahapan klinik yang paling banyak digunakan untuk kanker payudara adalah
sistem klasifikasi TNM yang mengevaluasi ukuran tumor, jumlah nodus limfe yang
terkena, dan bukti adanya metastasis yang jauh.
Tumor primer (T) :
1. Tx : Tumor primer tidak dapat ditentukan
2. T0 : Tidak terbukti adanya tumor primer
3. Tis : Kanker in situ, paget dis pada papila tanpa teraba tumor
4. T1 :Tumor <>
a.  T1a : Tumor <>
b.  T1b :Tumor 0,5 – 1 cm
c.   T1c :Tumor 1 – 2 cm
5. T2 :Tumor 2 – 5 cm
6. T3 : Tumor diatas 5 cm
7. T4 : Tumor tanpa memandang ukuran, penyebaran langsung ke dinding
thorax atau kulit :
a.  T4a : Melekat pada dinding dada
b.  T4b : Edema kulit, ulkus, peau d’orange
c.   T4c : T4a dan T4b
d.  T4d : Mastitis karsinomatosis
Nodus limfe regional (N) :
1.    Nx : Pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan

2.    N0 : Tidak teraba kelenjar axila


3.    N1 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang tidak melekat
4.    N2 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang melekat satu sama lain
atau melekat pada jaringan sekitarnya
5.    N3 : Terdapat kelenjar mamaria interna homolateral
Metastas jauh (M) :
1. Mx : Metastase jauh tidak dapat ditentukan
2. M0 : Tidak ada metastase jauh
3. M1 : Terdapat metastase jauh, termasuk kelenjar subklavikula

Kanker payudara mempunyai 4 stadium, yaitu:


1. Stadium I
Tumor yang berdiameter kurang 2 cm tanpa keterlibatan limfonodus (LN) dan tanpa
penyebaran jauh. Tumor terbatas pada payudara dan tidak terfiksasi pada kulit dan
otot pektoralis.
2. Stadium IIa
Tumor yang berdiameter kurang 2 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) dan
tanpa penyebaran jauh atau tumor yang berdiameter kurang 5 cm tanpa keterlibatan
limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh.

3. Stadium IIb
Tumor yang berdiameter kurang 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) dan
tanpa penyebaran jauh atau tumor yang berdiameter lebih 5 cm tanpa keterlibatan
limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh.

4. Stadium IIIa
Tumor yang berdiameter lebih 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) tanpa
penyebaran jauh.

5. Stadium IIIb
Tumor yang berdiameter lebih 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) dan
terdapat penyebaran jauh berupa metastasis ke supraklavikula dengan keterlibatan
limfonodus (LN) supraklavikula atau metastasis ke infraklavikula atau menginfiltrasi /
menyebar ke kulit atau dinding toraks atau tumor dengan edema pada tangan.
Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan pembengkakan bisa juga
luka bernanah di payudara. Didiagnosis sebagai Inflamatory Breast Cancer. Bisa
sudah atau bisa juga belum menyebar ke pembuluh getah bening di ketiak dan
lengan atas, tapi tidak menyebar ke bagian lain dari organ tubuh

6. Stadium IIIc

Ukuran tumor bisa berapa saja dan terdapat metastasis kelenjar limfe infraklavikular
ipsilateral, atau bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe
mammaria interna dan metastase kelenjar limfe aksilar, atau metastasis kelenjar
limfe supraklavikular ipsilateral

6. Stadium IV
Tumor yang mengalami metastasis jauh, yaitu : tulang, paru-paru, liver atau tulang
rusuk.
Status penampilan (performance status) kanker menurut WHO (1979) :
1. 0 : Baik, dapat bekerja normal.
2. 1 : Cukup, tidak dapat bekerja berat namun bekerja ringan bisa.
3. 2 : Lemah, tidak dapat bekerja namun dapat berjalan dan merawat diri sendiri
50% dari waktu sadar.
4. 3 : Jelek, tidak dapat berjalan, dapat bangun dan merawat diri sendiri, perlu
tiduran lebih 50% dari waktu sadar.
5. 4 : Jelek sekali, tidak dapat bangun dan tidak dapat merawat diri sendiri,
hanya tiduran saja.

7.  PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK CA MAMMAE


(CARSINOMA MAMMAE)/ KANKER PAYUDARA
a.     Pemeriksaan labortorium meliputi: Morfologi sel darah, LED, Test fal marker (CEA)
dalam serum/plasma, Pemeriksaan sitologis
b.     Test diagnostik lain:
           Non invasive: Mamografi, Ro thorak, USG, MRI, PET
           Invasif : Biopsi, Aspirasi biopsy (FNAB), True cut / Care biopsy, Incisi biopsy, Eksisi
biopsy
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan :
1.     Pemeriksaan payudara sendiri
2.     Pemeriksaan payudara secara klinis
3.     Pemeriksaan manografi
4.     Biopsi aspirasi
5.     True cut
6.     Biopsi terbuka
7.     USG Payudara, pemeriksaan darah lengkap, X-ray dada, therapy medis,
pembedahan, terapi radiasi dan kemoterapi.

LAPORAN PENDAHULUAN CA MAMMAE (CARSINOMA MAMMAE)/ KANKER PAYUDARA

LAPORAN PENDAHULUAN CA MAMMAE (CARSINOMA MAMMAE)/ KANKER PAYUDARA


8.  KOMPLIKASI
Metastase ke jaringan sekitar melalui saluran limfe (limfogen) ke paru,pleura, tulang
dan hati.
Selain itu Komplikasi Ca Mammae yaitu:
a.      metastase ke jaringan sekitar melalui saluran limfe dan pembuluh darahkapiler
( penyebaran limfogen dan hematogen0, penyebarab hematogen dan limfogen
dapat mengenai hati, paru, tulang, sum-sum tulang ,otak ,syaraf.
b.      gangguan neuro varkuler
c.      Faktor patologi
d.      Fibrosis payudara
e.      kematian

9.  PENATALAKSANAAN MEDIS CA MAMMAE (CARSINOMA MAMMAE)/ KANKER


PAYUDARA
1.     Pembedahan
a.      Mastectomy radikal yang dimodifikasi
Pengangkatan payudara sepanjang nodu limfe axila sampai otot pectoralis mayor.
Lapisan otot pectoralis mayor tidak diangkat namun otot pectoralis minor bisa jadi
diangkat atau tidak diangkat.
b.      Mastectomy total
Semua jaringan payudara termasuk puting dan areola dan lapisan otot pectoralis
mayor diangkat. Nodus axila tidak disayat dan lapisan otot dinding dada tidak
diangkat.
c.      Lumpectomy/tumor
Pengangkatan tumor dimana lapisan mayor dri payudara tidak turut diangkat. Exsisi
dilakukan dengan sedikitnya 3 cm jaringan payudara normal yang berada di sekitar
tumor tersebut.
d.      Wide excision/mastektomy parsial.
Exisisi tumor dengan 12 tepi dari jaringan payudara normal.
e.      Ouadranectomy.
Pengangkatan dan payudara dengan kulit yang ada dan lapisan otot pectoralis
mayor.
2.     Radiotherapy
Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula merupakan
therapi tunggal. Adapun efek samping: kerusakan kulit di sekitarnya, kelelahan, nyeri
karena inflamasi pada nervus atau otot pectoralis, radang tenggorokan.
3.     Chemotherapy
Pemberian obat-obatan anti kanker yang sudah menyebar dalam aliran darah. Efek
samping: lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan, kerontokan membuat, mudah
terserang penyakit.
4.     Manipulasi hormonal.
Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk kanker yang sudah bermetastase.
Dapat juga dengan dilakukan bilateral oophorectomy. Dapat juga digabung dengan
therapi endokrin lainnya.\

ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERASI KANKER MAMMAE PADA NY.S DI


RSUD KEBUMEN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas pasien                     
Nama : Ny. S      
Umur : 57 tahun        
Agama : Islam     
Pendidikan : SMP      
Status Pernikahan : Kawin          
Alamat : Kebumen
b. Penanggung Jawab (Keluarga)
Nama : Tn.K
Umur :55 th
Agama : Islam
Pendidikan : SMA          
Status Pernikahan : Kawin
Hubungan dengan klien : Suami
c. Catatan Medis
Tgl Masuk RS : 19 April 2020
Diagnose medis : kanker mammae
Jenis pembedahan : Mastektomi
Nama anestesi : Lidokain
Tanggal operasi :22 April 2020

2. Keluhan Utama :
Klien menyatakan nyeri di bagian luka post operasi / luka jahitan pada mammae
apalagi jika di pegang. Rasa nyeri seperti ditusuk-tusuk. Dari hasil pengkajian rentan
nyeri 1-10  pasien mengatakan gejala skala nyeri 7. Nyeri sering kali timbul saat
beraktifitas atau   di gunakan miring ke kanan

3. Riwayat Penyakit :
e. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengatakan pada mamae kanan terdapat benjolan sebesar bola bekel
yang terasa nyeri jika digerakkan. Awalnya benjolan hanya kecil karena semakin
membesar pasien membawanya ke dr.Imron , dari dr.Imron diberi obat asam
mefenamat 3x1 tablet, dan amoxcilin 3x 1 tablet. Karena tidak sembuh pasien
datang ke poli bedah RSUD Kebumen pada tanggal 19 April 2020, setelah di
lakukan pemeriksaan pasien di diagnosa kanker mamae dextra, TTV pasien saat
diperiksa TD 130/80 mmHg, S: 36,4OC, N: 80x/mnt, RR : 18x/mnt. dari poli bedah
pasien di sarankan untuk rawat inap, pasien memilih ruang dahlia.
Pasien menjalani operasi (mastektomi) tanggal 22 April 2020 ± pukul 10.15
WIB dan dibawa menuju bangsal pukul 11.30. Pasien mendapatkan Regional
Anestesi (RA) pada bagian mamae dextra. Terdapat luka  post operasi tertutup kasa
steril berukuran 14 x 5 cm (banyaknya jahitan belum terkaji, karena luka masih
baru).
Pasien mengeluhkan nyeri pada luka operasi, pasien tampak meringis
kesakitan, nyeri bertambah bila saat bergerak atau bergeser, skala nyeri 7 nyeri
seperti di tusuk, pasien tampak keringat dingin, pada pemeriksaan dada didapatkan
data tampak adanya luka operasi, terdapat drinase, pasien juga mengatakan tidurnya
juga terganggu karena nyerinya. Pasien mendapatkan terapi cefotaxim 3x500mg
secaraiv, infus RL 20tpm, ketorolak 2x 30 mg,

f. Riwayat Penyakit Dahulu :


Pasien mengatakan bahwa ini pertama kalinya pasien dirawat di rumah sakit
dengan penyakit kangker mamae. Sebenarnya sudah sejak 6 bulan yang lalu
terdapat benjolan di mamae kanan,  pasienmengatakan hanya diperiksakan ke
dokter umum di desa pasien, pasien mengatakan baru pertam kali ini di rawat di
rumah sakit dan belum pernah dioperasi .

g. Riwayat Penyakit Keluarga :


Pasien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
seperti pasien. Dan dalam  keluarga pasien tidak ada yangmenderita penyakit
menurun seperti diabetes melitus, hipertensi, pasien juga mengatakan dalam
keluarganya tidak ada yang menderita penyakit menular, seperti HIV/AIDS dan
TBC.
4. Pengkajian Pola Fungsional
a. Pola penatalaksanaan kesehatan / persepsi sehat
Sebelum sakit : pasien mengatakan bahwa kesehatan sangat penting
Selama sakit : pasien takut bila penyakitnya bertambah parah
b. Pola nutrisi – metabolik
Sebelum sakit : pasien mengatakan makan 3x sehari dengan menu nasi, ikan
sayur dan kadang dengan buah, minum 8 gelas air
Selama sakit : pasien makan 3x sehari dengan menu  nasi, ikan , sayur dan buah,
minum 5 gelas air
c. Pola eliminasi
Sebelum sakit : pasien BAK 4x sehari dengan warna kuning dan bau yang
khas, BAB 1x sehari dengan konsistensi lembek, warna kuning dan bau yang khas
Selama sakit : pasien BAK 4x sehari dengan warna kuning dan bau yang khas,
BAB 2x sehari dengan konsistensi lembek, warna kuning dan bau yang khas
d. Pola aktivitas - Latihan

Sebelum sakit Selama sakit


Kemampuan
0 1 2 3 4
perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan / minum ü  X X
Toileting   X  X ü   
Berpakaian   X    X
Mobilitas di TT  X   X X
Berpindah  X      X
Ambulasi / ROM   X   X

e. Pola tidur dan istirahat


Sebelum sakit : pasien mengatakan tidur 7-8 jam sehari ,dari jam 21.00-05.00
Selama sakit : pasien mengatakan tidur 3-4 jam sehari dari jam 23.00-03.00
sering terbangun di malam hari karena nyerinya.

5. Pemerikasaan Fisik :
a. Keadaan Umum :
 Kesadaran : Composmentis
 Vital Sign : TD = 110/70 mmHg
Nadi = 90 x/m
Respirasi : 20x/m
Suhu : 36,8°C
b. Kepala :
 Bentuk : mesochepal normal tidak ada keluhan
 Kulit : bersih tidak ada lesi
 Rambut : bersih 
 Muka : simetris
 Mata : simetris, conjunctiva : merah muda, sclera : tidak anemis
 Hidung : normal tidak ada secret
 Mulut : normal, gigi : bersih, bibir : mukosa bibir lembab

c. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe,

d. Tenggorokan : tidak ada nyeri telan

e. Dada : bentuk normoches, terdapat  luka post operasi di mamae  kanan, terdapat
luka post operasi tertutup kasa steril berukuran 14x5 cm, tidak ada tanda tanda
pembengkakan. Kassa terlihat bersih tidak ada cairan yang merembes
1. Paru
- Inspeksi : simetris
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan
- Perkusi : Sonor kanan kiri
- Auskultasi : tidak ada bunyi tambahan

2. Jantung
- Inspeksi : tidak tampak ictus cordis
- Palpasi : tidak teraba ictus cordis
- Perkusi : pekak
- Auskultasi : reguler tidak ada suara tambahan

f. Abdomen : bentuk normal tidak ada asites


- Inspeksi : normal
- Auskultasi : peristaltik usus 12 x/menit
- Perkusi : thimpany
- Palpasi : tidak nyeri tekan 

g. Genetalia :
- Wanita: bersih

h. Rektum : tidak ada hemoroid

i. Ekstremitas :
- Atas : Terpasang infuse di tangan kiri
- Bawah :Tidak ada kelainan

6. Pemeriksaan Penunjang
Tgl Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
26/4/1 WBC 12.0 4.8 – 10.8
3 RBC 4.41 3.7 – 6.5
HGB 12 12 – 17
HCT 37.3 47 – 75
MCV 84.6 80 – 99
MCH 27.2 27 – 31
MCHC 32.2 33.37
PLT 267 150 – 450
RDW 40.0 35 – 47
PDW 9.2 9 – 13
MPV 7.9 7.2 – 11.1
P-LCR 12.0 15 – 25

7. Terapi Medis :
Cairan IV : RL 20 tpm
Obat Parenteral : cefotaxim 2x 500 mg
Ketorolac 2x 30 mg
B. ANALISA DATA
NO DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI
1. DS:
P: Pasien mengatakan nyeri Nyeri akut Insisi bedah
pada luka operasi
Q: Rasa nyeri seperti tertusuk
tusuk
R: nyeri pada mamae kanan
S  : Skala nyeri 7
T: nyeri akan bertambah jika
untuk bergerak

DO:
·Pasien tampak meringis
kesakitan
·Pasien terlihat berkeringat dingin
·Pada abdomen tampak luka
operasi

2. DS: Gangguan pola tidur Gangguan rasa


Pasien mengatakan tidurnya nyaman nyeri
sering terganggu karena nyeri
DO:
- Kantung mata pasien tampak
menebal
-Pasien tampak sering menguap

3 DS : pasien mengatakan pada luka Resiko infeksi Terbukanya


jahitananya terasa gatal pintu masuk
DO: mikroorganisme
    terdapat luka post op pada mamae
dextra

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN:
1. Nyeri akut b.d Insisi bedah
2. Gangguan pola tidur b.d  gangguan rasa nyaman nyeri
3. Resiko infeksi b.d Terbukanya pintu masuk mikroorganisme

D. INTERVENSI
DX Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
I Setelah dilakukan tindakn 1. Observasi keluhan    Nyeri insisi bermakna
keperawatan tindakan nyeri,perhatikan pada paska operasi
2x24 jam, diharapkan lokasi,intensitas (skala awal,diperberat oleh
nyeri dapat berkurang dan 0-10)dan faktor pergerakan, dan juga
teratasi dengan kriteria: pemberat. batuk,
 Skala nyeri berkurang
menjadi 0-2 2.  Monitor vital sign.    Respon autonemik
 Pasien terlihat rileks meliputi perubahan pada
 Melaporkan Nyeri tekanan darah,nadi dan
hilang/terkontrol pernafasan yang
berhubugan dengan
keluhan penghilang nyeri

3.  Kaji insisi    Memberikan dukungan


bedah,perhatikan relaksasi, dan juga
edema,perubahan memfokuskan ulang
conter perhatian, meningkatkan
luka(pembetukan rasa control dan
heatoma)atau inflamasi kemampuan koping.
mengeringnya tepi
luka.

4. Berikan posisi yang Mengontrol atau


nyaman untuk pasien mengurangi nyeri untuk
meningkatkan istirahat
dan meningkatkan
kerjasama dengan cara
terapeutik

5. Anjurkan pasien untuk Perdarahan pada


melaporkan nyeri jaringan,bengkak,inflama
segera saat mulai. si lokal atau terjadinya
infeksi dapat
menyebabkan timbulnya
peningkatan nyeri pada
luka

6. Berikan analgesic Pemberian analgetik


sesuai indikasi dapat berguna untuk
membantu mengurangi
nyeri pasien
II setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x 24 1.Tentukan kebiasaan tidur Mengkaji perlunyadan
jam pola tidur pasien pasien biasanya dan mengidentifikasi
kembali normal perubahan yang terjadi intervensi yang tepat
Kriteria hasil: pada tidur pasien
·      Pasien melaporkan
terjadi perbaikan dalam
pola tidurnya 2. Berikan suasana tidur          Meningkatkan
·     Pasien yang nyaman kenyamanan tidur pada
mengungkapkan pasien serta dukungan
adanya peningkatan fisiologis
perasaan sejahtera dan
segar
3. Instruksikan tindakan Membantu menginduksi
relaksasi tidur

4. Berikan sedatif hipnotif Membantu pasien tidur


sedatif sesuaiindikasi atau istirahat

III Setelah dilakukan tindakan 1.Observasi tanda-tanda    Dugaan adanya infeksi
keperawatan selama 2x24 vital.Perhatikan
jam tidak terjadi infeksi demam, dan menggigil
ditandai dengan: 2.Cuci tangan setiap Menurunkan resiko
 Tidak sebelum maupun penyebaran bakteri
terdapat(tanda tanda sesudah tindakan
infeksi)bengkak, keperawatan dan
panas,kemerahan perawatan luka aseptic
 TTV
o  TD : 110/70 mmHg 3. Inspeksi kondisi luka, Memberikan deteksi dini
o  N: 80x/mnt insisi bedah dan akan terjadinya proses
o  RR: 22x/mnt balutan. Catat infeksi dan pengawasan
o  T: 36,00 C karakteristik drainase penyembuhan.
luka/drain

4. Pertahankan perawatan   Kultur pewarnaan gram


luka dan juga sensitivitas
aseptic,pertahankan bakteri berguna untuk
agar balutan  tetap mengidentifikasi
kering organisme penyebab dan
pilihan terapi

5. Berikan antibiotik    Membantu menurunkan


sesuai indikasi jumlah organisme yang
telah adapada infeksi
sebelumnya
E. IMPLEMENTASI
Tgl/jam Dx Implementasi respon ttd

24 April DO : pasien terlihat


2020 I menyelidiki keluhan menahan nyeri di
11.00 nyeri,perhatikan lokasi,intensitas bagian mamae
DS : pasien
mengatakan nyeri
timbul ketika
beraktivitas

12.00 I,III memantau viatl sign. DO : TTV pasien


TD : 110/80 mmHg
RR : 22x/ menit
N :92x/menit
S : 36.8OC
DS : pasien
mengatakan bersedia

12.30 II Menentukan kebiasaan tidur pasien DO : pasien terlihat


biasanya dan perubahan yang lemas
terjadi pada tidur pasien DS : pasien
mengatakan tidak bisa
tidur ketika nyerinya
kambuh

25 April I, III Memberikan terapi obat: DO : pasien tampak


2020 -Infus RL 20 tpm tidak ada alergi
08.00 -Ketorolac 1x30 mg terhadap obat yang
- Cefotaxim 1 x 500mg diberikan
DS : pasien
mengatakan bersedia
di injeksi

III Mencucian  tangan yang baik dan DO :pasien terlihat


08.45 perawatan luka aseptic menahan sakit saat
dilakukan perawatan
luka
DS : pasien
mengatakan bersedia

II Memberikan suasana tidur yang DO : pasien tampak


10.00 nyaman terganggu dengan
keramaian pengunjung
DS : keluarga pasien
mengatakan mau
membatasi jumlah
pengunjunnya

10.00 II Menganjurkan pasien untuk DO : terdapat


istirahat lingkaran hitam
dikantong mata pasien
DS : pasien
mengatakan akan
segera tidur apabila
sudah bisa

12.00 II Memberikan posisi senyaman DO : pasien


mungkin untuk pasien mengatakan lebih
nyaman dengan
posisinya
DS : pasien
mengatakan nyaman
bila posisi tidurnya
12.30 semipowler

III Mengawasi tanda-tanda DO : TTV pasien


vital.Perhatikan demam,menggigil TD : 120/80 mmHg
RR : 24x/ menit
N :94x/menit
S : 36.8OC
DS : pasien
mengatakan tubuhnya
13.00 masih panas

I, II, Memberikan terapi obat : DO : pasien tampak


III - Infus RL 20 tpm tidak alergi terhadap
-injeksi ketorolac 1x30mg terapi obat yang di
-cefotaxim 1x500mg berikan
DS : pasien
mengatakan bersedia
13.30 untuk diinjeksi

I Menganjurkan pasien untuk DO : Pasien nampak


melaporkan nyeri segera saat mulai. memperhatikan
Dan melakukan nafas dalam penjelasan tentang
apabila nyeri itu datang teknik nafas dalam
DS : Pasien
mengatakan sudah
bisa
F. EVALUASI
Tgl/jam DX EVALUASI TTD

24 I S:
April P: Pasien mengatakan masih nyeri pada luka operasi
2020 Q: Rasa nyeri seperti tertusuk tusuk
R: nyeri pada mamae kanang
S  : Skala nyeri 5
T: nyeri akan bertambah jika untuk bergerak

O:
Wajah pasien meringis menahan nyeri
TTV:
TD : 110/80 mmHg
RR : 22x/ menit
N :92x/menit
S : 36.8OC

A:
Masalah nyeri  teratasi sebagian

P:
Lanjutkan intervensi:
1.Selidiki keluhan nyeri,perhatikan lokasi,intensitas
(skala 0-10)dan faktor pemberat.
2. Pantau vital sign.
3. Berikan posisi yang nyaman untuk pasien
4. Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri segera saat
mulai.
5. Berikan analgesic sesuai indikasi
II S:
Pasien mengatakan sudah bisa tidur di malam hari

O:
         Pasien masih terlihat mengantuk
         Kantung mata pasien terlihat menebal

A:
Masalah gangguan pola tidur teratasi sebagian

P:
Lanjutkan intervensi
1. Tentukan kebiasaan tidur Tentukan kebiasaan tidur
pasien biasanya dan perubahan yang terjadi pada tidur
pasien
2. Berikan tempat tidur yang nyaman
3. Instruksikan tindakan relaksasi.

S:
pasien mengatakan pada luka terasa nyeri
III
O:
         Terdapat luka post op pada mamaedextra
          
A:
Masalah resti infeksi teratasi sebagian

P:
Lanjutkan  intervensi
        1. Awasi tanda-tanda vital.Perhatikan demam,menggigil
       2. Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan
luka aseptic
3. Pertahankan perawatan luka aseptic,pertahankan
balutan kering.
        4. Berikan antibiotik sesuai indikasi

25
April S:
2020 P: Pasien mengatakan masih nyeri pada luka operasi
I Q: Rasa nyeri seperti tertusuk tusuk
R: nyeri pada mamae kanan
S  : Skala nyeri 3
T: nyeri akan bertambah jika untuk bergerak

O:
Wajah pasien meringis menahan nyeri
TTV:
TD : 120/80 mmHg
RR : 24x/ menit
N :94x/menit
S : 36.8OC

A:
Masalah nyeri  teratasi sebagian

P:
Lanjutkan intervensi:
1.Selidiki keluhan nyeri,perhatikan lokasi,intensitas
(skala 0-10)dan faktor pemberat.
2. Pantau vital sign.
3. Berikan posisi yang nyaman untuk pasien
4. Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri segera saat
mulai.
5. Berikan analgesic sesuai indikasi

S:
Pasien mengatakan sudah bisa tidur di malam hari
II
O:
         Pasien masih terlihat mengantuk
         Kantung mata pasien terlihat menebal

A:
Masalah gangguan pola tidur teratasi sebagian

P:
Lanjutkan intervensi
1. Tentukan kebiasaan tidur Tentukan
kebiasaan tidur pasien biasanya dan
perubahan yang terjadi pada tidur
pasien
2. Berikan tempat tidur yang nyaman
3. Instruksikan tindakan relaksasi.

S:
pasien mengatakan pada luka terasa nyeri
III
O:
         Terdapat luka post op pada mamaedextra
          
A:
Masalah resti infeksi teratasi sebagian

P:
Lanjutkan  intervensi
        1. Awasi tanda-tanda vital.Perhatikan demam,menggigil
       2. Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan
luka aseptic
3. Pertahankan perawatan luka aseptic,pertahankan
balutan kering.
        4. Berikan antibiotik sesuai indikasi

Anda mungkin juga menyukai