Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN JIWA

ISOLASI SOSIAL

Di susu oleh :

Lasmita ismiana
0432950118054

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANI SALEH


KEPERAWATAN D-III

TAHUN 2020/2121
Jl. RA KARTINI NO. 66 BEKASI TIMUR

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

A. Kasus :

Seorang perempuan 20 th datang ke unit psikiatri dibawa oleh keluarganya karena sudah 4 hari
hanya diam saja. Ketika ditanya ia hanya menjawab seperlunya saja. Pandangan mata kosong,
dan terlihat murung. 4 hari ini klien hanya merenung ditemoat tidurnya dan hanya bergerak
sesekali ke kamar mandi, klien tidak mau berbicara dan bertemu dengan keluarga dan teman
temannya.

B. Proses Terjadinya Masalah

1. Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu mengalami bahkan sama sekali tidak
mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya (Damayanti, 2012) Klien mungkin
merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang
berarti dengan orang lain (Keliat, 2011).

2. Faktor Predisposisi dan Faktor Presivitasi

Isolasi sosial menarik diri sering disebabkan oleh karena kurangnya rasa percaya pada
orang lain, perasaan panik, regresi ke tahap perkembangan sebelumnya, waham, sukar
berinteraksi dimasa lampau, perkembangan ego yang lemah serta represi rasa takut.
Menurut Stuart & Sundeen, Isolasi sosial disebabkan oleh gangguan konsep diri rendah.

a. Faktor predisposisi

1) Perkembangan
Kemampuan membina hubungan yang sehat tergantung dari pengalaman selama
proses tumbuh kembang. Setiap tahap tumbuh kembang memilki tugas yang harus
dilalui individu dengan sukses, karna apabila tugas perkembangan ini tidak
terpenuhi akan menghambat perkembangan selanjutnya, kurang stimulasi kasih
sayang,perhatian dan kehangatan dari ibu (pengasuh) pada bayi akan membari
rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya.

2) Biologis

Genetik adalah salah satu faktor pendukung ganguan jiwa, faktor genetik dapat
menunjang terhadap respon sosial maladaptive ada bukri terdahulu tentang
terlibatnya neurotransmitter dalam perkembangan ganguan ini namun tahap
masih diperlukan penelitian lebih lanjut.
3) Sosial Budaya

Faktor sosial budaya dapat menjadi faktor pendukung terjadinya ganguan dalm
membina hubungan dengan orang lain, misalnya angota keluarga, yang tidak
produktif, diasingkan dari orang lain.

4) Komunikasi Dalam Keluarga

Pola komunikasai dalam keluarga dapat mengantarkan seseorang kedalam


ganguan berhubungan bila keluarga hanya mengkounikasikan hal-hal yang negatif
akan mendorong anak mengembangkan harga diri rendah.

b. Faktor presipitasi

Stressor pencetus pada umumnya mencakup kejadian kehidupan yang penuh stress
seperti kehilangan yang mempengaruhi kemampuan indifidu untuk brhubungan
dengan orang lain dan menyebabkan ansietas.

a. Faktor Nature (alamiah)


Secara alamiah, manusia merupakan makhluk holistic yang terdiri dari dimensi
bio-psiko-sosial dan spiritual. Oleh karena itu meskipun stressor presipitasi yang
sama tetapi apakah berdampak pada gangguan jiwa atau kondisi psikososial
tertentu yang maladaptive dari individu, sangat bergantung pada ketahanan
holistic individu tersebut.
b. Faktor Origin (sumber presipitasi)
Demikian juga dengan factor sumber presipitasi, baik internal maupun eksternal
yang berdampak pada psikososial seseorang. Hal ini karena manusia bersifat unik.
c. Faktor Timing
Setiap stressor yang berdampak pada trauma psikologis seseorang yang
berimplikasi pada gangguan jiwa sangat ditentukan oleh kapan terjadinya stressor,
berapa lama dan frekuensi stressor.
d. Faktor Number (Banyaknya stressor)
Demikian juga dengan stressor yang berimplikasi pada kondisi gangguan jiwa
sangat ditentukan oleh banyaknya stressor pada kurun waktu tertentu. Misalnya,
baru saja suami meninggal, seminggu kemudian anak mengalami cacad permanen
karena kecelakaan lalu lintas, lalu sebulan kemudian ibu kena PHK dari tempat
kerjanya.
e. Appraisal of Stressor (cara menilai predisposisi dan presipitasi)
Pandangan setiap individu terhadap factor predisposisi dan presipitasi yang
dialami sangat tergantung pada:
1) Faktor kognitif: Berhubungan dengan tingkat pendidikan, luasnya pengetahuan
dan pengalaman.
2) Faktor Afektif: Berhubungan dengan tipe kepribadian seseorang. Tipe
kepribadian introvert bersifat: Tertutup, suka memikirkan diri sendiri, tidak
terpengaruh pujian, banyak fantasi, tidak tahan keritik, mudah tersinggung,
menahan ekspresi emosinya, sukar bergaul, sukar dimengerti orang lain, suka
membesarkan kesalahannya dan suka keritik terhadap diri sendiri.Tipe
kepribadian extrovert bersifat: Terbuka, licah dalam pergaulan, riang, ramah,
mudah berhubungan dengan orang lain, melihat realitas dan keharusan, kebal
terhadap keritik, ekspresi emosinya spontan, tidak begitu merasakan kegagalan
dan tidak banyak mengeritik diri sendiri. Tipe kepribadian ambivert dimana
seseorang memiliki kedua tipe kepribadian dasar tersebut sehingga sulit untuk
menggolongkan dalam salah satu tipe
f. Faktor Physiological
Kondisi fisik seperti status nutrisi, status kesehatan fisik, factor kecacadan atau
kesempurnaan fisik sangat berpengaruh bagi penilaian seseorang terhadap stressor
predisposisi dan presipitasi.
g. Faktor Bahavioral
Pada dasarnya perilaku seseorang turut mempengaruhi nilai, keyakinan, sikap dan
keputusannya. Oleh karena itu, factor perilaku turut berperan pada seseorang
dalam menilai factor predisposisi dan presipitasi yang dihadapinya. Misalnya,
seorang peminum alcohol, dalam keadaan mabuk akan lebih emosional dalam
menghadapi stressor.Demikian juga dengan perokok atau penjudi, dalam menilai
stressor berbeda dengan seseorang yang taat beribadah.
h. Faktor Sosial
Manusia merupakan makhluk social yang hidupnya saling bergantung antara satu
dengan lainnya. Menurut Luh Ketut Suryani (2005), kehidupan kolektif atau
kebersamaan berperan dalam pengambilan keputusan, adopsi nilai, pembelajaran,
pertukaran pengalaman dan penyelenggaraan ritualitas. Dengan demikian, dapat
diasumsikan bahwa factor kolektifitas atau kebersamaan berpengaruh terhadap
cara menilai stressor predisposisi dan presipitasi.

C. Data yang perlu dikaji


a. Subjektif:
 Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain.
 Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain.
 Respons verbal kurang dan sangat singkat.
 Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain.
 Klien lambat menghabiskan waktu.
 Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan.
 Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup.
 Klien merasa ditolak.
 Menggunakan kata - kata simbolis
b. Objektif
 Klien banyak diam dan tidak mau bicara.
 Tidak mengikuti kegiatan.
 Banyak berdiam diri di kamar.
 Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat.
 Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal.
 Kontak mata kurang.
 Kurang spontan.
 Apatis (acuh terhadap Iingkungan).
 Ekspresi wajah kurang berseri.
 Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
 Mengisolasi diri
 Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya

Menurut Townsend & Carpenito, isolasi sosial menarik diri sering ditemukan
adanya tanda dan gejala sebagai berikut:
1) Data subjektif:
a. Mengungkapkan perasaan penolakan oleh lingkungan
b. Mengungkapkan keraguan tentang kemampuan yang dimiliki
2) Data objektif:
a. Tampak menyendiri dalam ruangan
b. Tidak berkomunikasi, menarik diri
c. Tidak melakukan kontak mata
d. Tampak sedih, afek datar
e. Posisi meringkuk di tempat tidur dengang punggung menghadap ke pintu
f. Adanya perhatian dan tindakan yang tidak sesuai atau imatur dengan
perkembangan usianya
g. Kegagalan untuk berinterakasi dengan orang lain didekatnya
h. Kurang aktivitas fisik dan verbal
i. Tidak mampu membuat keputusan dan berkonsentrasi
j. Mengekspresikan perasaan kesepian dan penolakan di wajahnya.
D. Rentang Respon

Adaptif Maladaptif
Solitude Aloneless Curiga
Otonomi Depedensi Manipulasi
Bekerjasama Menarik diri Impulsif
Interdependen Narkisisme

E. Pohon Masalah

Risiko gangguan persepsi : halusinasi

Isolasi sosial

Harga Diri Rendah Kronis

F. Diagnosa Keperawatan

1. Isolasi sosial
2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
3. Risiko Gangguan sensori persepsi: halusinasi

G. Rencana Tindakan Keperawatan klien Isolasi Sosial

Tujuan Umum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain

Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

TUK I: Klien Setelah dilakukan tindakan - Bina hubungan saling Hubungan


dapat membina keperawatan 2 x 24 jam percaya dengan saling percaya
hubungan saling menggunakan prinsip merupakan
percaya. - Klien dapat komunikasi terapeutik. langkah awal
mengungkapkan perasaan untuk
dan keberadaannya secara a. Sapa klien dengan menentukan
verbal. ramah, baik verbal keberhasilan
maupun non verbal. rencana
- Klien mau menjawab selanjutnya.
salam. - Klien mau b. Perkenalkan diri dengan
berjabat tangan. sopan.

- Klien mau menjawab c. Tanya nama lengkap


pertanyaan. klien dan nama panggilan
yang disukai klien.
- Ada kontak mata.
d. Jelaskan tujuan
- Klien mau duduk pertemuan.
berdampingan dengan
perawat. e. jujur dan menepati janji.

f. Tunjukan sikap empati


dan menerima klien apa
adanya.

g. Beri perhatian pada


klien.

TUK 2: Klien Klien dapat menyebutkan a. Kaji pengetahuan klien Dengan


dapat penyebab menarik diri tentang perilaku menarik mengetahui
menyebutkan yang berasal dari: diri dan tanda-tandanya. tanda-tanda dan
penyebab gejala menarik
menarik diri a. Diri sendiri b. Beri kesempatan klien diri akan
untuk mengungkapkan menentukan
b. Orang lain perasaan penyebab langkah
menarik diri atau tidak intervensi
c. Lingkungan
mau bergaul. selanjutnya.

c. Diskusikan bersama
klien tentang perilaku
menarik diri, tanda dan
gejala.

d. Berikan pujian terhadap


kemampuan klien
mengungkapka

TUK 3: Klien · Klien dapat menyebutkan a. Kaji pengetahuan klien Reinforcemen


dapat keuntungan berhubungan tentang keuntungan dan dapat
menyebutkan dengan orang lain, misal manfaat bergaul dengan meningkatkan
keuntungan banyak teman, tidak orang lain. harga diri.
berhubungan sendiri, bisa diskusi, dll.
dengan orang b. Beri kesempatan klien
lain dan · Klien dapat untuk mengungkapkan
kerugian tidak menyebutkan kerugian perasaannya tentang
berhubungan tidak berhubungan dengan keuntungan berhubungan
dengan orang orang lain misal: sendiri dengan orang lain.
lain. tidak punya teman, sepi,
dll c. Diskusikan bersama
klien tentang manfaat
berhubungan dengan
orang lain.

d. Kaji pengetahuan klien


tentang kerugian bila tidak
berhubungan dengan orag
lain.

e. Beri kesmpatan kepada


klien untuk
mengungkapkan perasaan
tentang kerugian bila tidak
berhubungan dngan orang
lain.

f. Diskusikan bersama
klien tentang kerugian
tidak berhubungan dengan
orang lain.

g. Beri reinforcement
positif terhadap
kemampuan
mengungkapkan perasaan
tentang kerugian tidak
berhubungan dengan
orang lain.

TUK 4: Klien . Klien dapat a. Kaji kemampuan klien Mengetahui


dapat mendemonstrasikan membina hubungan sejauh mana
melaksanankan hubungan sosial secara dengan orang lain. pengetahuan
hubungan sosial bertahap: klien tentang
secara bertahap b. Dorong dan bantu klien berhubungan
a) Klien-perawat untuk berhubungan dengan orang
dengan orang lain melalui: lain.
b) Klien-perawatperawat
lain · Klien-perawat

c) Klien-perawatperawat ·Klien perawat - perawat


lain-klien lain lain

d) Klien-kelompok kecil · Klien-perawat -perawat


Klien-keluarga/ lain-klien lain.
kelompok/masyarakat
· Klien-kelompok kecil

· Klien-keluarga/
kelompok/ masyarakat

c. Beri reinforcement
terhadap keberhasilan
yang yang telah dicapai
dirumah nanti.

d. Bantu klien untuk


menevaluasi manfaat
berhubungan dengan
orang lain.

e. Diskusikan jadwal
harian yang dapat
dilakukan bersama klien
dalam mengisi waktu.

f. Motivasi klien untuk


mengikuti kegiatan Terapi
Aktivitas Kelompok
sosialisasi.

g. Beri reinforcement atas


kegiatan klien dalam
kegiatan ruangan

TUK 5: Klien Klien dapat a. Dorong klien untuk Agar klien lebih
dapat mengungkapkan perasaan mengungkapkan percaya diri
mengungkapkan setelah berhubungan perasaanya bila berhubungan
perasaanya dengan orang lain untuk: berhubungan dengan dengan orang
setelah orang lain. lain. Mengetahui
berhubungan · Diri sendiri sejauh mana
dengan orang b. Diskusikan dengan pengetahuan
lain. · Orang lain klien manfaat klien tentang
berhubungan dengan kerugian bila
orang lain. tidak
berhubungan
c. Beri reinforcement dengan orang
positif atas kemampuan lain.
klien mengungkapkan
perasaan manfaat
berhubungan dengan
orang lain.

TUK 6: Klien Keluarga dapat: 1. BHSP dengan keluarga. Agar klien lebih
dapat percaya diri dan
memberdayakan a) Menjelaskan · Salam, perkenalan diri. tahu akibat tidak
sistem perasaannya. berhubungan
pendukung atau · Sampaikan tujuan. · dengan orang
keluarga atau b) Menjelaskan cara Membuat kontrak. · lain.
keluarga mampu merawat klien menarik Exsplorasi perasaan
mengembangka diri. keluarga. Mengetahui
n kemampuan sejauh mana
c) Mendemonstrasikan 2. Diskusikan dengan pengetahuan
klien untuk
cara perawatan klien anggota keluarga tentang: klien tentang
berhubungan
menarik diri. membina
dengan orang a. Perilaku menarik diri.
lain. hubungan
d) Berpartisipasi dalam
b. Penyebab perilaku dengan orang
perawatan klien menarik
menarik diri. lain.
diri.
c. Cara keluarga
menghadapi klien yang
sedang menarik diri.

3 Dorong anggota
keluarga untuk
memberikan dukungan
kepada klien
berkomunikasi dengan
orang lain.

4 Anjurkan anggota
keluarga untuk secara
rutin dan bergantian
mengunjungi klien
minimal 1x seminggu

5 Beri reinforcement atas


hal-hal yang telah dicapai
oleh keluarga.

H. REFERENSI

Lilik Makrifatul Azizah, dkk : Dalam Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa (teori dan
aplikasi praktik klinik). 2016 : Sleman, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai