Anda di halaman 1dari 21

PENERAPAN METODE CAPM (CAPITAL ASSET PRICING RATIO)

DALAM MENENTUKAN PILIHAN INVESTASI PADA SAHAM


(Studi Pada Indeks LQ45 Periode 2017-2019)

Devina Eirine Adisty


devina.eirine@perbanas.id

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk membantu menjelaskan penerapan Capital Asset
Pricing Model (CAPM) dalam menentukan pilihan investasi pada saham. CAPM
merupakan salah satu model keseimbangan yang dapat mengidentifikasikan
saham-saham efisien berdasarkan hubungan antara risiko dan tingkat
pengembalian (return) yang akan dihadapi oleh investor. Penelitian ini
menggunakan pendekatan deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, dan sumber data yang
diambil adalah data sekunder yang dapat diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia
(BEI) atau Bank Indonesia (BI). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan
yang terdaftar dalam BEI dan masuk ke dalam kategori Indeks LQ45 tahun 2017-
2019 dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling yaitu perusahaan-
perusahaan yang bertahan (listing) selama tahun 2017-2019 sejumlah 32
perusahaan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka diperoleh 27
perusahaan yang dikelompokkan kedalam saham efisien dan 5 perusahaan yang
dikelompokkan kedalam saham tidak efisien.
Kata kunci: Capital Asset Pricing Model (CAPM), Saham, Return, LQ45

I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu faktor untuk melihat
keberhasilan suatu negara. Perkembangan ekonomi dapat didorong oleh adanya
globalisasi pada sektor keuangan, salah satunya adalah dengan dikembangkannya

1
pasar modal di Indonesia. Pasar modal erat kaitannya dengan investasi. Investasi
di Indonesia pada saat ini semakin banyak menarik minat masyarakat, hal ini
dapat dilihat dari semakin banyaknya transaksi jual-beli yang terjadi dalam pasar
modal. Investasi merupakan adanya komitmen atas sejumlah dana atau sumber
daya lain yang dilakukan pada masa sekarang, dengan tujuan memperoleh
keuntungan di masa yang akan datang (Tandelilin, 2010:2).
Investasi dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu investasi dalam aset riil yang
merupakan investasi dengan aset yang memiliki wujud fisik dan investasi dalam
bentuk surat berharga/sekuritas yang dapat dilakukan di pasar uang maupun pasar
modal (Cherie, 2014:1). Dapat dikatakan bahwa pasar modal merupakan tempat
bertemunya pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dengan pihak-
pihak yang membutuhkan dana (emiten). Jadi dapat dikatakan bahwa pasar modal
di Indonesia dibentuk untuk menjadi penghubung antara investor dengan
perusahaan atau institusi pemerintah.
Pada saat investor melakukan investasi, terdapat tiga hal yang harus
dipertimbangkan, yaitu: (1) tingkat pengembalian yang diharapkan (expected
return); (2) tingkat risiko (rate of risk); dan (3) ketersediaan dana yang akan
diinvestasikan (Tandelilin, 2010:11). Adanya perbedaan antara tingkat
pengembalian yang diharapkan dengan realisasinya dapat dikatakan sebagai risiko
(Zubir, 2010:1). Pasar modal membebaskan investor untuk menentukan berbagai
pilihan investasi dengan risiko yang harus ditanggung. Salah satu jenis investasi
yang banyak diminati oleh investor adalah dalam bentuk saham.
Dengan menginvestasikan sejumlah dana pada saham dalam pasar modal,
investor sangat mengharapkan keuntungan sebesar-besarnya. Tingkat
pengembalian yang diharapkan (expected return) berbanding lurus dengan risiko
yang akan dihadapi oleh investor (Bodie et al., 2014). Investor harus
mempertimbangkan return dan risiko yang akan dihadapi apabila akan memilih
atau melakukan pembelian saham di pasar modal. Terdapat model-model
keseimbangan yang dapat membantu investor dalam mempertimbangkan dua hal
tersebut, salah satunya dalah Capital Asset Pricing Model (CAPM).

2
Capital Asset Pricing Model (CAPM) merupakan salah satu model
keseimbangan yang dapat melihat hubungan antara tingkat pengembalian yang
diharapkan dengan risiko dari sebuah aset pada kondisi pasar yang seimbang
(Tandelilin, 2010:187). Dalam CAPM, risiko saham dapat diukur dengan satu
variabel yaitu beta (β). Semakin besar nilai beta, maka akan semakin besar juga
return dan risiko suatu sebuah saham. Tingkat pengembalian yang diharapkan
(expected return) dalam CAPM dapat ditentukan oleh tingkat pengembalian pasar,
tingkat pengembalian bebas risiko, dan beta. CAPM membantu investor dalam
memperlihatkan saham-saham yang efisien dan tidak efisien.
Indonesia memiliki Bursa Efek Indonesia (BEI) yang merupakan sarana
untuk mengetahui kinerja pasar saham. Portofolio saham sangat dibutuhkan dalam
melakukan perhitungan dengan CAPM, dan portofolio saham yang diinginkan
dapat dilihat di situs resmi BEI. BEI dalam situs resminya mencatatkan terdapat
36 indeks saham yang di dalamnya terdapat satu atau lebih sektor saham.
Penelitian ini dilakukan pada salah satu indeks saham yaitu LQ45, dimana
deskripsi LQ45 yang ada dalam BEI adalah “indeks yang mengukur kinerja harga
dari 45 saham yang memiliki likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar besar serta
didukung oleh fundamental perusahaan yang baik”. LQ45 terdiri daari 45
perusahaan tercatat dalam BEI yang terdiri dari beberapa sektor gabungan. Dari
45 perusahaan yang tercatat, hanya 32 perusahaan yang dijadikan sampel dalam
penelitian ini. 32 perusahaan terpilih dikarenakan tetap listing dalam bursa dari
tahun 2017-2019.
Pada beberapa tahun sebelumnya terdapat beberapa penelitian yang telah
dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Cherie et al. (2014) tentang penerapan
metode CAPM untuk menentukan pilihan investasi pada saham, menyatakan
bahwa dari 28 sampel yang ada terdapat sebanyak 20 saham yang efisien.
Penelitian oleh Saputra et al. (2015) tentang penggunaan metode CAPM dalam
menentukan saham efisien atau tidak, diperoleh hasil terdapat 21 saham yang
efisien dan 16 saham yang tidak efisien dari total sampel 37 saham. Penelitian
Yulianti et al. (2016) tentang penerapan metode CAPM untuk menentukan
kelompok saham-saham efisien, mendapatkan hasil 6 saham yang tergolong

3
efisien dan 1 saham yang tergolong tidak efisien dari total sampel 7 saham yang
tergolong ke dalam perusahaan asuransi. Penelitian oleh Susanti et al. (2017)
tentang penerapan CAPM terhadap keputusan investasi pada indeks LQ45, dari
total 20 sampel saham perusahaan terdapat 10 saham yang tergolong efisien dan
10 saham yang tergolong tidak efisien.

II. KAJIAN PUSTAKA


Pasar Modal
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995, pasar
modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.
Pasar modal menurut Tandelilin (2016:26) adalah tempat bertemunya pihak yang
memiliki kelebihan dana dan pihak yang membutuhkan dana dengan cara
memperjualbelikan sekuritas.
Sedangkan menurut Sunariyah (2006:5), pasar modal merupakan suatu
tempat (dapat berupa gedung) yang digunakan untuk proses memperdagangkan
beberapa instrumen seperti saham-saham, obligasi-obligasi dan surat berharga lain
dengan menggunakan jasa perantara.

Investasi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), investasi memiliki arti
penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan
memperoleh keuntungan. Sedangkan menurut Hartono (2017:3), investasi
merupakan kewajiban berupa sejumlah uang atau sumber daya lain yang
dibayarkan untuk mendapatkan maanfaat di masa yang akan datang.
Dari dua pengertian investasi dapat disimpulkan bahwa investasi merupakan
kegiatan kita dalam melakukan penanaman modal yang dapat berupa uang atau
sumber daya lain pada suatu perusahaan ataupun proyek yang nantinya akan dapat
memberikan manfaat bagi kita di masa yang akan datang tergantung kepada

4
jangka waktu yang telah ditetapkan sebelumnya. Orang atau badan yang
melakukan investasi disebut investor.

Saham
Instrumen keuangan yang diperjualbelikan di pasar modal adalah instrumen
yang memiliki jangka waktu yang panjang (lebih dari satu tahun). Salah satu
contohnya adalah saham. Dalam Surat Keputusan Menteri Keuangan RI No.
695/KMK.001/1985 pasal 1 ayat (c), saham dapat diartikan sebagai tanda
penyertaan modal pada perseroan terbatas sebagaimana diatur dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang.
Saham menurut Darmadji dan Fakhruddin (2012:4) adalah tanda kepemilikan
seseorang atau badan dalam suatu perusahaan perseroan terbatas. Saham dapat
berbentuk selembar kertas yang menjelaskan bahwa pemilik kertas tersebut adalah
pemilik perusahaan yang menerbitkan instrumen keuangan tersebut.
Menurut Fahmi (2012:80), saham adalah kertas yang mencantumkan dengan
jelas untuk nilai nominal, nama perusahaan serta hak dan kewajiban kepada setiap
pemegangnya. Apabila seseorang memiliki saham suatu perusahaan, maka orang
tersebut berhak atas pendapatan dan kekayaan perusahaan berdasarkan komposisi
yang telah ditentukan setelah dikurangi dengan pembayaran seluruh kewajiban
perusahaan.

Risiko
Risiko dapat didefinisikan sebagai bentuk dari ketidakpastian akan suatu
keadaan yang dapat terjadi di masa yang akan datang (future) yang dapat didasari
oleh keputusan yang digunakan pada masa sekarang (Fahmi, 2012:189).
Norken dkk (2015) mengartikan sebagai faktor yang memiliki pengaruh
buruk sehingga harus segera ditangani agar pekerjaan yang dibatasi oleh waktu,
biaya dan kualitas dapat diselesaikan sesuai target yang ingin dicapai.
Sebagaimana tertuang dalam Peraturan OJK No. 18/POJK.03/2016, “risiko
adalah potensi kerugian akibat terjadinya suatu peristiwa tertentu”.

5
Pengembalian (Return)
Tandelilin (2010:9) dalam bukunya menuliskan, “Return merupakan tingkat
keuntungan investasi”. Sedangkan menurut Fahmi (2015:219), return adalah
keuntungan yang diharapkan oleh para investor di masa yang akan datang dari
sejumlah dana yang telah diinvestasikan.
a. Tingkat Pengembalian Saham Individu (Ri)
Return yang akan didapatkan oleh para investor dapat berupa dividen ataupun
capital gain/loss (Darmadji dan Fakhrudin, 2001:8). Dimana dividen dapat
diartikan sebagai keuntungan yang akan diberikan oleh perusahaan dan capital
gain/loss adalah selisih antara harga beli dan harga pasar pada saat akan diberikan
kepada investor.
b. Tingkat Pengembalian Pasar (Rm)
Tingkat pengembalian pasar dapat diartikan sebagai pengembalian (return)
yang didasarkan pada perkembangan indeks harga saham (Jogiyanto, 2013: 340).
Tingkat pengembalian pasar dapat dihitung melalui Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG).
c. Tingkat Pengembalian Bebas Risiko (Rf)
Husnan (2005:176) mengatakan bahwa “tingkat pengembalian bebas risiko
adalah ukuran tingkat pengembalian minimum pada saat risiko beta (βi) bernilai
nol”. Dasar pengukuran yang digunakan dalam tingkat pengembalian bebas risiko
adalah tingkat suku bunga sekuritas yang dikeluarkan oleh pemerintah, yaitu
Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
d. Tingkat Pengembalian yang Diharapkan [E(Ri)]
Menurut Jogiyanto (2013:499), tingkat pengembalian yang diharapkan atau
expected return adalah return yang diharapkan akan didapatkan baik oleh investor
maupun pemegang saham atas investasi yang dilakukan.

Beta (βi)
Tandelilin (2010:521) mengatan bahwa “Beta adalah kovarian return
sekuritas dengan return pasar yang distandarisasi dengan varian return saham”.
Sedangkan menurut Jogiyanto (2013:375), beta dapat diartikan sebagai alat ukur

6
volatilitas return suatu sekuritas atau return portofolio terhadap return pasar. Beta
juga dapat diartikan sebagai ukuran yang sesuai berdasarkan risiko karena
sebanding dengan risiko sekuritas yang dilibatkan terhadap portofolio berisiko
optimal (Bodie et al, 2014: 302).
Beta = 1, yang artinya setiap adanya 1% perubahan return pasar, maka return
saham akan berubah sama besarnya mengikuti return pasar. Apabila (βi > 1),
maka akan semakin besar return saham tersebut namun juga semakin berisiko.
Begitu pula sebaliknya, apabila (βi < 1) maka saham tersebut memiliki risiko yang
rendah.

Capital Asset Pricing Model (CAPM)


CAPM diperkenalkan oleh Treynor, Sharpe dan Jon Mossin yang merupakan
pengembangan dari teori portofolio yang dikemukakan oleh Markowitz
(Ikhroman, 2020). Guermat (2014) dalam jurnalnya menyatakan bahwa secara
garis besar, CAPM merupakan hubungan yang linier antara Beta (βi) dan expected
returns, tepat, serta memiliki tingkat kemiringan yang sama dengan ekspektasi
pengembalian kelebihan portofolio pasar secara efisien.
Menurut Lubis (2008:142), CAPM adalah sebuah model yang digunakan
untuk menghitung harga suatu aset dengan mempertimbangkan risiko yang ada.
Ukuran risiko yang digunakan dalam CAPM adalah Beta (βi). Apabila Beta (βi)
semakin besar, maka risikonya juga akan semakin besar. Bodie (2014:293)
mengatakan bahwa “CAPM merupakan sekumpulan prediksi mengenai
keseimbangan perkiraan imbal hasil terhadap aset berisiko”.

III. METODE PENELITIAN


Jenis Penelitian
Penelitian yang digunakan termasuk ke dalam jenis penelitian deskriptif
dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai
penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel secara tersendiri, baik
satu atau lebih variabel tanpa membandingkan atau menghubungkan dengan
variabel lain (Sugiyono (2005:11)

7
Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah saham-saham dari Indeks LQ45 tahun
2017-2019 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penentuan sampel
dilakukan dengan teknik purposive sampling yaitu dengan pertimbangan tertentu,
yaitu saham-saham yang bertahan (listing) selama 6 semester untuk tahun 2017-
2019.
Table 3.1 Sampel Perusahaan Indeks LQ45 Tahun 2017-2019

No. Kode Saham Nama Perusahaan


1 ADRO PT Adaro Energy Tbk.
2 AKRA PT Aneka Kimia Raya Tbk.
3 ANTM PT Aneka Tambang Tbk.
4 ASII PT Astra International Tbk.
5 BBCA PT Bank Central Asia Tbk.
6 BBNI PT Bank Negara Indonesia (Perseero) Tbk.
7 BBRI PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
8 BBTN PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.
9 BMRI PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
10 BSDE PT Bumi Serpong Damai Tbk.
11 EXCL PT XL Axiata Tbk.
12 GGRM PT Gudang Garam Tbk.
13 HMSP PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk.
14 ICBP PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
15 INCO PT Vale Indonesia Tbk.
16 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
17 INTP PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
18 JSMR PT Jasa Marga (Persero) Tbk.
19 KLBF PT Kalbe Farma Tbk.
20 LPPF PT Matahari Departement Store Tbk.
21 MNCN PT Media Nusantara Citra Tbk.
22 PGAS PT Perusahaan Gas Negara (Persero) TBK.
23 PTBA PT Bukit Asam (Persero) Tbk.
24 PTPP PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk.
25 SCMA PT Surya Citra Media Tbk.
26 SMGR PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.
27 SRIL PT Sri Rejeki Isman Tbk.
28 TLKM PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk.
29 UNTR United Tractors Tbk.

8
30 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk.
31 WIKA PT Wijaya Karya (Persero) Tbk.
32 WSKT PT Waskita Karya (Persero) Tbk.

Jenis dan Sumber Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan teknik
pengumpulan data dokumentasi. Dokumentasi adalah dengan cara melihat atau
menilai data historis atau data masa lampau. Data sekunder dalam penelitian ini
diperoleh dari berbagai pihak seperti situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) serta
Library Research dan Online Research.

Metode Analisis Data


Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitatif, yaitu dengan
melakukan perhitungan kemudian data dianalisis dalam bentuk angka-angka.
1. Menghitung tingkat pengembalian saham individu (Ri)
Pt-(Pt-1)
Ri = Pt-1

Dimana:
Ri = Tingkat pengembalian saham individu
Pt = Harga saham periode t
Pt-1 = Harga saham periode t-1

2. Menghitung tingkat pengembalian pasar (Rm)


IHSGt - IHSGt-1
Rm = IHSGt-1

Dimana:
Rm = Tingkat pengembalian pasar
IHSGt = Indeks harga saham periode t
IHSGt-1 = Indeks harga saham periode t-1

3. Menghitung tingkat pengembalian bebas risiko (Rf)

9
Tingkat pengembalian bebas risiko atau risk free market menggunakan suku
bunga Bank Indonesia bulanan.

4. Menghitung beta masing-masing saham individu (βi)


σim
βi = σ2m

Dimana:
βi = Beta saham
σim = Kovarian return saham
2
σm = Varian pasar

5. Menghitung tingkat pengembalian yang diharapkan [E(Ri)]


E(Ri) = Rf + βi [E(Rm) – Rf] atau E(Ri) = Rf + [E(Rm) – Rf] βi
Dimana:
E(Ri) = Tingkat pengembalian yang diharapkan
Rf = Tingkat pengembalian bebas risiko
βi = Beta saham/tingkat risiko sistematis masing-masing saham
E(Rm) = Tingkat pengembalian yang diharapkan atas portofolio saham

6. Penggambaran Grafik Security Market Line (SML)


Grafik SML merupakan analisa dari model CAPM yang menggambarkan
hubungan expected return [E(Ri)] dengan tingkat risiko sistematis saham (βi).
Jika semakin besar nilai beta dari suatu saham, maka expected return saham
tersebut juga akan semakin besar (JylhA, 2018).

7. Pengelompokkan Efisiensi Saham


Jogiyanto (2013:326) mengatakan bahwa saham yang efisien adalah
saham yang memiliki tingkat pengembalian individu lebih besar
dibandingkan tingkat pengembalian yang diharapkan [(Ri) > E(Ri)].

10
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengembalian Saham Individu (Ri)
Salah satu bentuk dari pengembalian saham individu adalah berupa dividen.
Data closing price setiap bulan yang terdapat pada saham digunakan untuk
menghitung tingkat pengembalian individu masing-masing saham. Hasil
perhitungan tingkat pengembalian saham individu masing-masing saham
perusahaan adalah sebagai berikut:
Table 4.1 Return Saham Individu (Ri) LQ45 Tahun 2017-2019

Kode Kode
No. Ri Ri (%) No. Ri Ri (%)
Saham Saham
1 ADRO 0,00295 0,30% 17 INTP 0,01257 1,26%
2 AKRA 0,00287 0,29% 18 JSMR 0,00859 0,86%
3 ANTM -0,0030 -0,30% 19 KLBF 0,00461 0,46%
4 ASII -0,00242 -0,24% 20 LPPF -0,02569 -2,57%
5 BBCA 0,02269 2,27% 21 MNCN 0,00793 0,80%
6 BBNI 0,01185 1,19% 22 PGAS 0,00353 0,00%
7 BBRI 0,01920 1,92% 23 PTBA 0,00859 0,99%
8 BBTN 0,00858 0,86% 24 PTPP -0,01263 -1,26%
9 BMRI 0,01056 1,06% 25 SCMA -0,01520 -1,50%
10 BSDE -0,00808 -0,81% 26 SMGR 0,01314 1,31%
11 EXCL 0,00660 0,66% 27 SRIL 0,00658 0,70%
12 GGRM -0,00147 -0,15% 28 TLKM 0,00211 0,21%
13 HMSP -0,01440 -1,44% 29 UNTR 0,00248 0,25%
14 ICBP 0,00887 0,89% 30 UNVR 0,00193 0,19%
15 INCO 0,02116 2,12% 31 WIKA 0,00146 0,10%
16 INDF 0,00148 0,15% 32 WSKT -0,00817 -0,82%
Sumber: Data diolah, 2020
Hasil perhitungan yang didapatkan pada Tabel 4.1 1 Return Saham Individu
(Ri), dapat dilihat bahwa perusahaan dengan return saham tertinggi adalah PT
Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yaitu sebesar 2,27%. Untuk tingkat return saham
yang terendah adalah perusahaan PT Matahari Departement Store Tbk (LPPF)
dengan return sebesar -2,57%.
Hasil ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Susanti
dan Putra (2017) untuk penelitian perusahaan LQ45 dari tahun 2012-2016. Dari
penelitian tersebut didapatkan bahwa perusahaan dengan return saham tertinggi
adalah PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (ICBP) sebesar 3,17% dan perusahaan

11
dengan return saham terendah adalah perusahaan PT Semen Indonesia Tbk.
(SMGR) sebesar -0,11%.

Pengembalian Pasar (Rm)


Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan indikator yang digunakan
untuk melakukan perhitungan tingkat pengembalian pasar karena mewakili
keseluruhan aktifitas perdagangan saham yang ada dalam BEI.
Table 4.2 Tingkat Pengembalian Pasar (Rm) LQ45 Tahun 2017-2019

Tahun Bulan IHSG Rm Rm (%)


Januari 6.299,54 0,3650 36,50%
Februari 6.011,83 -0,04567 -4,57%
Maret 6.228,32 0,036011 3,60%
April 6.169,10 -0,00951 -0,95%
Mei 6.328,47 0,025834 2,58%
Juni 6.390,50 0,009802 0,98%
2017
Juli 6.358,63 -0,00499 -0,50%
Agustus 6.209,12 -0,02351 -2,35%
September 6.455,35 0,039656 3,97%
Oktober 6.468,75 0,002076 0,21%
November 6.443,35 -0,00393 -0,39%
Desember 6.532,97 0,013909 1,39%
Januari 6.194,50 -0,05181 -5,18%
Februari 6.056,12 -0,02234 -2,23%
Maret 5.831,65 -0,03706 -3,71%
April 5.976,55 0,02485 2,48%
Mei 6.018,46 0,00701 0,70%
Juni 5.936,44 -0,01363 -1,36%
2018
Juli 5.799,24 -0,02311 -2,31%
Agustus 5.983,59 0,03179 3,18%
September 5.994,60 0,00184 0,18%
Oktober 6.188,99 0,03243 3,24%
November 6.597,22 0,06596 6,60%
Desember 6.605,63 0,00127 0,13%
Januari 6.355,65 -0,03784 -3,78%
Februari 5.952,14 -0,06349 -6,35%
2019 Maret 6.005,78 0,009012 0,90%
April 5.900,85 -0,01747 -1,75%
Mei 5.864,06 -0,00623 -0,62%

12
Juni 5.840,94 -0,00394 -0,39%
Juli 5.829,71 -0,00192 -0,19%
Agustus 5.738,15 -0,01571 -1,57%
September 5.685,30 -0,00921 -0,92%
Oktober 5.568,11 -0,02061 -2,06%
November 5.386,69 -0,03258 -3,26%
Desember 5.294,10 -0,01719 -1,72%
Jumlah 20,48% 0,2048
E(Rm) -5,79% -0,05790
Maksimum 36,50% 0,3650
Minimum -6,35% -0,0635
Sumber: Yahoo Finance, Data diolah, 2020
Hasil perhitungan untuk tingkat pengembalian pasar (Rm) dapat dilihat pada
Tabel 4.2, dimana didapatkan nilai rata-rata pengembalian pasar tahun 2017-2019
adalah sebesar -5,79%. Tingkat pengembalian pasar tertinggi adalah sebesar
36,50% pada bulan Januari 2017, dikarenakan adanya perbedaan yang jauh
dengan bulan Desember 2016 yang hanya memiliki IHSG 4.615,16. Dan untuk
tingkat pengembalian pasar terendah berada pada bulan Februari 2019 sebesar -
6,35%, dimana pada bulan tersebut terjadi kelesuan atau pelemahan perdagangan
di pasar modal.
Pada penelitian sebelumnya oleh Susanti dan Putra (2017), didapatkan hasil
bahwa tingkat pengembalian pasar tertinggi sebesar 8% pada bulan Februari 2013
dan tingkat pengembalian pasar terendah ada pada bulan Agustus 2013 sebesar
1%.

Pengembalian bebas risiko (Rf)


Indikator yang digunakan dalam menghitung tingkat pengembalian bebas risiko
(Rf) adalah suku bunga Bank Indonesia, yaitu sebagai berikut:
Table 4.3 Tingkat Pengembalian Bebas Risiko (Rf) LQ45 Tahun 2017-2019

No Bulan Tahun Tahun Tahun


2017 2018 2019
1 Januari 4,75% 4,25% 6,00%
2 Februari 4,75% 4,25% 6,00%
3 Maret 4,75% 4,25% 6,00%
4 April 4,75% 4,25% 6,00%

13
5 Mei 4,75% 4,50% 6,00%
6 Juni 4,75% 5,25% 6,00%
7 Juli 4,75% 5,25% 5,75%
8 Agustus 4,50% 5,50% 5,50%
9 September 4,25% 5,75% 5,25%
10 Oktober 4,25% 5,75% 5,00%
11 November 4,25% 6,00% 5,00%
12 Desember 4,25% 6,00% 5,00%
Rata-rata 4,56% 5,08% 5,63%
Rata-rata 3 tahun 5,09% 0,0509
Maksimum 6,00% 0,0600
Minimum 4,25% 0,0425
Sumber: BI, Data diolah, 2020
Pada Tabel 4.3 diatas, dapat dilihat bahwa rata-rata tingkat pengembalian
risiko (risk free) dari tahun 2017-2019 adalah sebesar 5,09% atau 0,0509 dengan
tingkat risk free tertinggi sebesar 6,00% dan terendah sebesar 4,25%.
Hasil ini berbeda dengan penelitian sebelumnya oleh Susanti dan Putra
(2017) dimana untuk rata-rata risk free tahun 2012-2016 adalah sebesar 6,66%
dengan risk free tertinggi sebesar 7,75% dan terendah sebesar 4,75%.

Risiko Sistematis Saham Individu (βi)


Risiko sistematis saham individu atau sering disebut beta adalah alat ukur
volatilitas return suatu sekuritas atau return portofolio terhadap return pasar
(Jogiyanto, 2013). Berikut adalah hasil perhitungan untuk masing-masing
perusahaan yang menjadi sampel pada penelitian ini:
Table 4.4 Risiko Sistematis Saham Individu (βi) LQ45 Tahun 2017-2019

Kode
No. Nama Perusahaan βi
Saham
1 ADRO PT Adaro Energy Tbk. 1,06
2 AKRA PT Aneka Kimia Raya Tbk. 1,09
3 ANTM PT Aneka Tambang Tbk. 1,71
4 ASII PT Astra International Tbk. 0,73
5 BBCA PT Bank Central Asia Tbk. 0,53
6 BBNI PT Bank Negara Indonesia (Perseero) Tbk. 1,28
7 BBRI PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. 0,83
8 BBTN PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. 1,63

14
9 BMRI PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. 0,91
10 BSDE PT Bumi Serpong Damai Tbk. 1,26
11 EXCL PT XL Axiata Tbk. 0,65
12 GGRM PT Gudang Garam Tbk. 0,49
13 HMSP PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. 0,4
14 ICBP PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. -0,02
15 INCO PT Vale Indonesia Tbk. 1,51
16 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk. 0,25
17 INTP PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. 0,72
18 JSMR PT Jasa Marga (Persero) Tbk. 1,15
19 KLBF PT Kalbe Farma Tbk. 0,61
20 LPPF PT Matahari Departement Store Tbk. 1,44
21 MNCN PT Media Nusantara Citra Tbk. 1,44
22 PGAS PT Perusahaan Gas Negara (Persero) TbK. 1,79
23 PTBA PT Bukit Asam (Persero) Tbk. 0,92
24 PTPP PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. 2,36
25 SCMA PT Surya Citra Media Tbk. 1,45
26 SMGR PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. 1,05
27 SRIL PT Sri Rejeki Isman Tbk. 1,34
28 TLKM PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. 0,29
29 UNTR United Tractors Tbk. 0,71
30 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk. 0,2
31 WIKA PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. 1,85
32 WSKT PT Waskita Karya (Persero) Tbk. 2,08
Sumber: Yahoo Finance, Data diolah(2020)
Dari hasil perhitungan beta pada Tabel 4.5 diperoleh nila rata-rata sebesar
1,05, yang dapat diartikan bahwa saham perusahaan pada indeks LQ45 rata-rata
memiliki tingkat perubahan atau volatilitas harga di atas pasar. Apabila IHSG
menurun, harga saham perusahaan dengan nilai beta diatas satu (1) akan
mengalami penurunan harga yang lebih besar dibandingkan IHSG. Namun
terdapat perusahaan yang memiliki beta bernilai negatif yaitu PT Indofood CBP
Sukses Makmur Tbk. sebesar -0,02. Beta yang bernilai negatif memiliki arti
bahwa turun atau naiknya harga saham perusashaan tersebut akan berbanding
terbalik dengan pergerakan IHSG.

15
Tingkat Pengembalian yang Diharapkan [E(Ri)]
Besar tingkat keuntungan yang diekspektasikan oleh investor selama
berinvestasi saham biasa disebut dengan tingkat pengembalian yang diharapkan
(expected return) [E(Ri)]. Berikut adalah hasil perhitungan expected return untuk
32 saham perusahaan LQ45 Tahun 2017-2019:
Table 4.5 Tingkat Pengembalian yang Diharapkan [E(Ri)]

Kode E(Rm) Rf βi E(Ri)


No.
Saham
(1) (2) (3) 2+[3*(1-2)]
1 ADRO -0,0579 0,0509 1,06 -0,064428
2 AKRA -0,0579 0,0509 1,09 -0,067692
3 ANTM -0,0579 0,0509 1,71 -0,135148
4 ASII -0,0579 0,0509 0,73 -0,028524
5 BBCA -0,0579 0,0509 0,53 -0,006764
6 BBNI -0,0579 0,0509 1,28 -0,088364
7 BBRI -0,0579 0,0509 0,83 -0,039404
8 BBTN -0,0579 0,0509 1,63 -0,126444
9 BMRI -0,0579 0,0509 0,91 -0,048108
10 BSDE -0,0579 0,0509 1,26 -0,086188
11 EXCL -0,0579 0,0509 0,65 -0,01982
12 GGRM -0,0579 0,0509 0,49 -0,002412
13 HMSP -0,0579 0,0509 0,4 0,00738
14 ICBP -0,0579 0,0509 -0,02 0,053076
15 INCO -0,0579 0,0509 1,51 -0,113388
16 INDF -0,0579 0,0509 0,25 0,0237
17 INTP -0,0579 0,0509 0,72 -0,027436
18 JSMR -0,0579 0,0509 1,15 -0,07422
19 KLBF -0,0579 0,0509 0,61 -0,015468
20 LPPF -0,0579 0,0509 1,44 -0,105772
21 MNCN -0,0579 0,0509 1,44 -0,105772
22 PGAS -0,0579 0,0509 1,79 -0,143852
23 PTBA -0,0579 0,0509 0,92 -0,049196
24 PTPP -0,0579 0,0509 2,36 -0,205868
25 SCMA -0,0579 0,0509 1,45 -0,10686
26 SMGR -0,0579 0,0509 1,05 -0,06334
27 SRIL -0,0579 0,0509 1,34 -0,094892
28 TLKM -0,0579 0,0509 0,29 0,019348
29 UNTR -0,0579 0,0509 0,71 -0,026348
30 UNVR -0,0579 0,0509 0,2 0,02914

16
31 WIKA -0,0579 0,0509 1,85 -0,15038
32 WSKT -0,0579 0,0509 2,08 -0,175404
Sumber: Data diolah, 2020
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 4.5, dapat diketahui bahwa
perusahaan dengan expected return tertinggi adalah PT Indofood CBP Sukses
Makmur Tbk. (ICBP) sebesar 0,053076 atau sebesar 5,31% dan perusahaan
dengan expected return terendah adalah PT Pembangunan Perumahan (Persero)
Tbk. (PTPP) sebesar -0,205868 atau sebesar -20,59%.
Hasil ini berbeda dengan penelitain sebeluumnya oleh Susanti dan Putra
(2017), dimana untuk perusahaan indeks LQ45 tahun 2012-2016 untuk
perusahaan dengan expected return tertinggi adalah PT Alam Sutera Realty Tbk.
sebesar 0,0116 dan perusahaan dengan expected return terendah adalah PT
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) sebesar 0,0002.

Grafik Security Market Line (SML)


Grafik SML ini memberikan gambaran antara hubungan expected return [E(Ri)]
dengan tingkat risiko sistematis saham (βi).
Gambar 1 Grafik Security Market Line

Security Market Line


E(Ri)

10,00%

5,00%

0,00%
-0,5 0 0,5 1 1,5 2 2,5
-5,00%

-10,00%

-15,00%

-20,00%

-25,00%
βi

17
Pengelompokkan Efisiensi Saham
Tabel 4.6 Pengelompokkan Efisiensi Saham LQ45 Tahun 2017-2019

No. Kode Saham Ri E(Ri) Evaluasi Saham


1 ADRO 0,30% -6,44% Efisien
2 AKRA 0,29% -6,77% Efisien
3 ANTM -0,30% -13,51% Efisien
4 ASII -0,24% -2,85% Efisien
5 BBCA 2,27% -0,68% Efisien
6 BBNI 1,19% -8,84% Efisien
7 BBRI 1,92% -3,94% Efisien
8 BBTN 0,86% -12,64% Efisien
9 BMRI 1,06% -4,81% Efisien
10 BSDE -0,81% -8,62% Efisien
11 EXCL 0,66% -1,98% Efisien
12 GGRM -0,15% -0,24% Efisien
13 HMSP -1,44% 0,74% Tidak Efisien
14 ICBP 0,89% 5,31% Tidak Efisien
15 INCO 2,12% -11,34% Efisien
16 INDF 0,15% 2,37% Tidak Efisien
17 INTP 1,26% -2,74% Efisien
18 JSMR 0,86% -7,42% Efisien
19 KLBF 0,46% -1,55% Efisien
20 LPPF -2,57% -10,58% Efisien
21 MNCN 0,80% -10,58% Efisien
22 PGAS 0,00% -14,39% Efisien
23 PTBA 0,99% -4,92% Efisien
24 PTPP -1,26% -20,59% Efisien
25 SCMA -1,50% -10,69% Efisien
26 SMGR 1,31% -6,33% Efisien
27 SRIL 0,70% -9,49% Efisien
28 TLKM 0,21% 1,93% Tidak Efisien
29 UNTR 0,25% -2,63% Efisien
30 UNVR 0,19% 2,91% Tidak Efisien
31 WIKA 0,10% -15,04% Efisien
32 WSKT -0,82% -17,54% Efisien
Sumber: Data diolah, 2020
Dari Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa pengelompokkan efisiensi saham pada 32
saham perusahaan yang termasuk LQ45 tahun 2017-2019, terdapat 27 perusahaan

18
yang tergolong ke dalam saham yang efisien dan sebanyak 5 perusahaan yang
sahamnya dikelompokkan ke dalam saham tidak efisien. Saham yang
dikelompokkan ke dalam saham efisien memiliki tingkat pengembalian individu
yang lebih besar dibandingkan dengan expected return [Ri > E(Ri]. Begitu pula
sebaliknya, saham yang dikelompokkan ke dalam saham tidak efisien adalah
perusahaan yang memiliki tingkat pengembalian individu lebih kecil
dibandingkan dengan expected return [Ri < E(Ri].
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Susanti dan Putra (2017)
diperoleh hasil, dari 20 perusahaan LQ45 yang dijadikan sampel terdapat 10
perusahaan yang dikelompokkan ke dalam saham efisien dan 10 perusahaan lagi
dikelompokkan ke dalam saham tidak efisien.

V. PENUTUP/KESIMPULAN
Capital Asset Pricing Model (CAPM) merupakan salah satu metode
keseimbangan untuk menganalisis hubungan antara risiko dan return yang akan
dihadapi investor. Tujuannya adalah untuk menghitung expected return yang akan
diperoleh dari investasi saham yang memiliki risiko. Penelitian dilakukan pada 32
sampel saham perusahaan yang bertahan dalam indeks LQ45 tahun 2017-2019,
serta diperoleh hasil yaitu sebanyak 27 saham perusahaan yang dikelompokkan ke
dalam saham efisien dan 5 saham perusahaan yang dikelompokkan ke dalam
saham tidak efisien. Pada saat saham dalam kondisi efisien, maka investor dapat
mengambil keputusan investasi untuk membeli saham perusahaan tersebut. Begitu
pula sebaliknya, apabila saham perusahaan dalam kondisi tidak efisien maka
investor dapat memilih untuk menjual saham perusahaan tersebut.
Dari hasil analisis tersebut, closing price, IHSG, dan suku bunga BI akan
mempengaruhi tingkat pengembalian individu ataupun expected return masing-
masing perusahaan yang nantinya akan mempengarui hasil pengelompokkan
efisiensi saham untuk melakukan pengambilan keputusan investasi. Peneliti
berikutnya juga dapat melakukan pengamatan pada indeks saham atau sektor
saham lain yang tercatat di BEI serta dapat menggunakan metode lain seperti
Fama & French.

19
DAFTAR PUSTAKA

Bodie, Zvi, and and Kane, Alex, and and Marcus Alan J. (2014). Investments 10th
Edition. Terjemahan. USA: McGraw-Hill Education.
Darmadji, Tjiptono, dan Fakhrudin, Hendy M. (2001). Pasar Modal di Indonesia:
Pendekatan Tanya Jawab. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Empat.
Darmadji, Tjiptono, dan Fakhrudin, Hendy M. (2012). Pasar Modal di Indonesia:
Pendekatan Tanya Jawab. Edisi Ketiga. Jakarta: Salemba Empat.
Fahmi, Irham. (2012). Manajemen Investasi (Teori dan Soal Jawab). Bandung:
Alfabeta.
Guermat, Cherif. (2014). Yes, the CAPM is Testable, Journal of Banking &
Finance. Bristol Business School.
Husnan, Suad. (2005). Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi Keempat
Cetakan Pertama. Yogyakarta: AMP YKPN.
Ikhroman. (2020). Analisis Penerapan Metode Capital Asset Pricing Model
(CAPM) dan Reward to Variability Ratio (RVAR) dalam Keputusan
Pemilihan Investasi Saham. Skripsi. Universitas Pancasakti.
Investasi (n.d). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online. Diakses
melalui https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/investasi, 4 Januari 2021.
Jogiyanto, Hartono. (2013). Teori portofolio dan Analsis Investasi. Edisi Ketujuh.
Yogyakarta: BPFE.
Jogiyanto, Hartono. (2017). Teori portofolio dan Analsis Investasi. Edisi
Kesebelas. Yogyakarta: BPFE.
JylhA, P. (2018). Margin Requirements and the Security Market Line, Journal of
Finance, 73(3), 1281-1321.
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 695/KMK.001/1985 pasal
1 ayat (c).
Lubis, Ade Fatma. (2008). Pasar Modal. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi UI.
Norken, I N., Purbawijaya, I. B. N. dan Suputra, I G. N. O. (2015). Pengantar
Analisis dan Manajemen Risiko pada Proyek Konstruksi. Denpasar :
Universitas Udayana Press.

20
Republik Indonesia. (1995). Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal. Lembaran Negaran RI Tahun 1995, No. 64. Sekretariat Negara.
Jakarta
Republik Indonesia. (2016). Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 18 Tahun
2016 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum. Lembaran
Negara RI Tahun 2016, No. 5861. Sekretariat Negara. Jakarta
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Afabeta
Sunariyah. (2006). Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Kelima.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN Yogyakarta.
Tandelilin, Eduardus. (2010). Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi. Edisi
Pertama. Yogyakarta: Kamisius.
Zubir, Zalmi. (2010). Manajemen Portofolio dan Penerapannya dalam Investasi
Saham. Jakarta: Salemba Empat.

21

Anda mungkin juga menyukai