Anda di halaman 1dari 5

 Tujuan mobilisasi dini post operasi

Mobilisasi sangat bermanfaat untuk seseorang, diantaranya dapat membuat tubuh


menjadi lebih segar, memperbaiki tonus otot dan sikap tubuh, mengontrol berat badan,
mengurangi stres, meningkatkan relaksasi, merangsang peredaran darah ke otot dan organ
tubuh lain sehingga meningkatkan kelenturan tubuh. Mobilisasi juga dapat
mengembalikan aktivitas tertentu, sehingga pasien dapat kembali normal dan atau dapat
memenuhi kebutuhan gerak harian (Asmadi, 2013). Latihan mobilisasi juga dapat
dilakukan untuk mencegah komplikasi, mencegah dekubitus, merangsang peristaltik serta
mengurangi adanya nyeri (Hidayat, 2012).
Mobilisasi dini pada pasien post apendiktomi bertujuan untuk menstimulasi
sirkulasi perifer, mengembalikan fungsi normal organ (seperti merangsang peristaltik
usus, mengurangi nyeri, mengurangi insiden komplikasi atelectasis) gangguan
gastrointestinal dan masalah sirkulasi, mengembalikan aktifas tertentu sehingga pasien
kembali normal dan dapat memenuhi kebutuhan gerak harian serta memperlancar
peredaran darah sehingga dapat mempercepat penyembuhan luka (Susan J. Garrison,
2009)
 Macam-macam mobilisasi
Jenis mobilisasi diantaranya adalah mobilisasi penuh dan mobilisasi sebagian. Mobilisasi
sebagian dibagi menjadi mobilisasi sebagian temporer dan mobilisasi sebagian permanen.
- Mobilisasi Penuh
Mobilisasi penuh adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan
bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari.
Mobilitas penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunter dan sensorik untuk
dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
- Mobilisasi Sebagian
Mobilisasi sebagian adalah kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan
jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf
motorik dan sensorik pada area tubuhnya. Mobilisasi sebagian dibagi menjadi dua
jenis, yaitu :
a. Mobilitas sebagian temporer, yaitu kemampuan individu untuk bergerak dengan
batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh trauma
reversible pada sistem muskuloskeletal, contohnya : dislokasi sendi dan tulang
b. Mobilitas sebagian permanen, yaitu kemampuan individu untuk bergerak dengan
batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya sistem
saraf reversibel, contohnya terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi karena
cedera tulang belakang, poliomyelitis karena terganggunya sistem syaraf motorik
dan sensorik (Hidayat, 2012).
 Rentang gerak dalam mobilisasi
Mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu:
1. Rentang gerak pasif
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian
dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan
menggerakkan kaki pasien.
2. Rentang gerak aktif
Rentang gerak aktif berguna untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi
dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya berbaring pasien
menggerakkan kakinya sendiri.
3. Rentang gerak fungsional
Rentang gerak fungsional berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan
melakukan aktifitas yang diperlukan seperti miring kanan kiri, berjalan ke kamar
mandi (Fitriani, 2016).
 Manfaat mobilisasi dini
Manfaat mobilisasi dini bagi pasien post operasi menurut Potter & Perry (2010):
1) Peningkatan fungsi sirkulasi
- Nutrisi untuk penyembuhan mudah didapat pada daerah luka
- Mencegah tromboplebitis
- Peningkatan kelancaran fungsi ginjal
- Pengurangan rasa nyeri: Klien post operasi apendiktomi menyatakan bahwa skala
nyeri sebelum dan sesudah dilakukan mobilisasi dini mengalami penurunan dari
rerata 7.75 menjadi 5.6 (Pristahayuningtyas, 2015).
2) Peningkatan kemampuan berkemih
Mencegah retensi urin. Normalnya dalam waktu 6-8 jam setelah anestesi, pasien akan
mendapatkan kontrol berkemih secara volunteer, tergantung jenis pembedahan yang
dilakukan (Potter & Perry, 2010).
3) Peningkatan fungsi metabolisme
- Mencegah berkurangnya tonus otot
- Mengembalikan keseimbangan nitrogen
4) Peningkatan peristaltik
- Memudahkan terjadinya flatus
- Mencegah distensi abdominal dan nyeri akibat gas
- Mencegah konstipasi
- Mencegah ileus paralitik
- Mengurangi lamanya perawatan, mencapai nilai efektifitas dan efisiensi pelayanan
seperti biaya perawatan, fungsi fisik segera pulih, dan mengurangi sikap
ketergantungan
 Kontra indikasi mobilisasi
Kontra indikasi untuk latihan rentang gerak menurut Potter & Perry (2010):
1. Trombus/emboli pada pembuluh darah
2. Kelainan sendi atau tulang
3. Klien fase imobilisasi karena kasus penyakit (jantung)
4. Trauma medulla spinalis atau trauma system saraf pusat
 Tahap-tahap mobilisasi dini post operasi
Mobilisasi paska pembedahan yaitu proses aktivitas yang dilakukan paska pembedahan
dimulai dari latihan ringan diatas tempat tidur (latihan pernafasan, latihan batuk efektif
dan menggerakkan tungkai) sampai dengan pasien bisa turun dari tempat tidur, berjalan
ke kamar mandi dan berjalan ke luar kamar.
Tahap-tahap mobilisasi pada pasien dengan pasca pembedahan, meliputi : (ditya, 2016)
1) Mobilisasi dini paska apendiktomi dapat dilakukan secara bertahap setelah operasi.
setelah pasien sadar, pasien bisa melakukan latihan pernafasan dan batuk efektif
2) Pada 6 jam pertama pasien harus tirah baring dahulu, namun pasien dapat melakukan
mobilisasi dini dengan menggerakkan Menggerakkan ekstremitas atas dan bawah seperti
menggerakkan lengan atau tangan, memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit,
menegangkan otot betis, serta menekuk dan menggeser kaki yang bertujuan untuk
mencegah kekakuan otot dan memperlancar sirkulasi darah
3) Setelah 6- 10 jam, pasien diharapkan dapat memiringkan badan ke kanan dan ke kiri
setiap dua jam yang bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi darah, merangsang peristaltik
usus, dan memudahkan terjadinya flatus
4) Setelah 24 jam pasien dianjurkan untuk dapat belajar duduk. Latihan duduk baik dengan
disangga maupun tidak. Latihan duduk ini dapat meningkatkan ekspansi dada sehingga
mudah dalam bernapas.
5) Latihan turun dari tempat tidur dan memulai untuk berjalan
 Prosedur mobilisasi dini post operasi
1. Persiapan
a. Beri salam, perkenalkan diri pada klien dan keluarga
b. Jelaskan prosedur dan tujuan mobilisasi dini pada klien dan keluarga
c. Beri kesempatan klien dan keluarga untuk bertanya
d. Ukur tanda-tanda vital klien
e. Jaga privasi klien dengan menutup tirai atau pintu kamar klien
f. Atur posisi klien senyaman mungkin
2. Pelaksanaan

No Tahapan Gambar
1 Menarik nafas dalam

2 Melakukan gerakan
dorsalfleksi dan
plantarfleksi pada kaki
(gerakan pompa betis) 2-4
jam paska operasi
3 Melakukan gerakan
ekstensi dan fleksi lutut 2-
4 jam paska operasi

4 Menaikkan dan
menurunkan kaki secara
bergantian dari permukaan
tempat tidur 2-4 jam paska
operasi

5 Memutar telapak kaki


seperti membuat lingkaran
sebesar mungkin
menggunakan ibu jari kaki
2-4 jam paska operasi

3. Evaluasi
a. Evaluasi hasil kegiatan
b. Evaluasi respon klien sebelum dan sesudah tindakan
c. Ukur tanda-tanda vital
d. Beri reinforcement positif pada klien dan keluarga

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2013). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta. EGC.

Ditya, W., Zahari, A., & Afriwardi, A. (2016). Hubungan Mobilisasi Dini dengan Proses
Penyembuhan Luka pada Pasien Pasca Laparatomi di Bangsal Bedah Pria dan Wanita
RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 5(3).

Fitriani, N. L., & Anggorowati, A. (2016). Hubungan Tingkat Stres Dengan Pelaksanaan


Mobilisasi Dini Pada Ibu Post Partum Normal (Doctoral dissertation, Diponegero
University).
Garrison, S. J. (2009). Dasar-dasar terapi dan latihan fisik. Hypocrates: Jakarta

Hidayat, A. A. (2012). Pengantar kebutuhan dasar manusia: aplikasi konsep dan proses
keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Pristahayuningtyas, C. Y. (2015). Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Perubahan Tingkat Nyeri


Klien Post Operasi Apendektomi di Ruang Bedah Mawar Rumah Sakit Baladhika
Husada Kabupaten Jember.

Potter & Perry. (2010). Fundamental Of Nursing edisi 7. Jakarta : Salemba medika. 

Anda mungkin juga menyukai