Anda di halaman 1dari 3

F.

2 Upaya Kesehatan Lingkungan

“PENYULUHAN JAMBAN SEHAT”


LATAR BELAKANG
Menurut World Bank Water And Sanitation Program pada tahun 2005, Buruknya
kondisi sanitasi merupakan salah satu penyebab kematian anak dibawah 3 tahun yaitu sebesar
19% hatau sekitar 100.000 anak meninggal karena diare setiap tahunnya dan kerugian
ekonomi diperkirakan sebesar 2,3% dari Produk Domestik Bruto. Kondisi seperti ini dapat
dikendal ikan melalui intervensi terpadu melalu pendekatan sanitasi total. Hal ini dibuktikan
melalui hasil WHO tahun 2007, yaitu kejadian diare menurun 32% dengan meningkatkan
akses masyarakat terhadap sanitasi dasar.
Tantangan pembangunan sanitasi di Indonesia adalah masalah sosial budaya dan
perilaku penduduk yang terbiasa buang air besar (BAB) di sembarang tempat, khususnya ke
air yang digunakan untuk mencuci, mandi, dan kebutuhan higienis lainnya. Oleh karena itu
diperlukan suatu strategi nasional sanitasi total berbasis masyarakat untuk menambah
perilaku higienis dan peningkatan akses sanitasi. Hal ini sejalan dengan komitme pemerintah
dalam mencapai target Millenium Development Goal’s (MDGs) tahun 2015, yaitu
meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar secara berkesinambungan kepada separuh
dari proporsi penduduk yang belum mendapatkan akses.
Jamban sehat adalah pembuangan tinja yang efektif untuk memutus mata rantai
penularan penyakit. Untuk mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan maka
pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik. Suatu jamban disebut sehat untuk
daerah pedesaan bila memenuhi persyaratan sebagai berikut : tidak mengotori permukaan
tanah disekeliling jamban tersebut, tidak mengotori air permukaan di sekitarnya, tidak dapat
terjangkau oleh serangga terutama kecoa dan lalat, tidak menimbulkan bau, mudah digunakan
dan dipelihara, sederhana desainnya, murah, dan dapat diterima pemakainya.
Teknologi pembuangan kotoran manusia untuk daerah pedesaan sudah tentu berbeda
dengan di perkotaan, oleh karena itu, teknologi jamban di daerah pedesaan harus memenuhi
persyaratan jamban sehat seperti yang tersebut diatas. Terdapat dua jenis jamban yang sering
kita temui di masyarakat pedesaan, yaitu jenis cemplung dan leher angsa. Disebut cemplung
karena kotoran yang masuk langsung menuju ke tempat penampungan kotoran tanpa
melewati penghalang dari udara luar, hal itu memungkinkan hewan seperti lalat dan kecoa
dan keluar masuk dari penampungan kotoran. Jenis leher angsa merupakan jenis yang paling
direkomendasikan, karena pada jenis ini terdapat genangan air yang berfungsi untuk
mencegah hewan masuk dan keluar dan penampungan kotoran.

PERMASALAHAN
Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait pembangunan kesehatan, khususnya bidang,
higiene dan sanitasi masih sangat besar. Untuk itu perlu dilakukan intervensi terpadu melalui
pendekatan sanitasi total. Pemerintah merubah pendekatan pembangunan sanitasi nasional
dari pendekatan sektoral dengan penyediaan subsidi perangkat keras yang selama ini tidak
memberi daya ungkit terjadinya perubahan perilaku higienis dan peningkatan akses sanitasi,
menjadi pendekatan sanitasi total berbasis masyarakat yang menekankan pada 5 (lima)
perubahan perilaku higienis. Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
dengan lima pilar akan mempermudah upaya meningkatkan akses sanitasi masyarakat yang
lebih baik serta mengubah dan mempertahankan keberlanjutan budaya hidup bersih dan
sehat. Pelaksanaan STBM dalam jangka panjang dapat menurunkan angka kesakitan dan
kematian yang diakibatkan oleh sanitasi yang kurang baik, dan dapat mendorong tewujudnya
masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan. Perubahan perilaku dalam STBM dilakukan
melalui metode Pemicuan yang mendorong perubahan perilaku masyarakat sasaran secara
kolektif dan mampu membangun sarana sanitasi secara mandiri sesuai kemampuan.
Salah satu sasaran program puskesmas untuk Jamban Sehat adalah Tn.S, 40 tahun.
Beliau adalah ketua RT di Muara Kembang. Pasien tinggal dirumahnya di Muara Kembang
bersama seorang itri dan 2 orang anak, anak sulung pasien telah menikah dan memiliki
seorang anak. Rumah pasien berdinding papan, ruang tamu dan kamar lantainya terbuat dari
semen tanpa dipoles sedangkan di dapur dan kamar mandi hanya tanah. Sumber air pasien
adalah air sungai. Pasien memiliki jamban untuk buang air besar namun pembuangannya
tidak baik. Bau busuk sampah didepan rumah pasien tercium ke dalam rumah. Sampah
tersebut akan dibakar atau diangkut ke tempat pembuangan sampah di tanah kosong tidak
jauh dari rumah pasien.

PEMILIHAN INTERVENSI
Dalam upaya menumbuhkan kesadaran pentingnya memiliki Jamban Sehat, maka
dilakukan metode penyuluhan mengenai jamban sehat sehingga dari edukasi yang diberikan
masyarakat dapat menerima, memahami, dan melakukan dengan baik.
  
PELAKSANAAN
Dokter internship melakukan penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya
memiliki jamban sehat, perilaku hidup bersih dan sehat, dampak negatif pada kondisi
lingkungan yang tidak bersih, syarat syarat lingkungan yang bersih dan sehat, dan lainnya
yang dilakukan pada tanggal 5 Januari 2020 di Posyandu Lansot
 
EVALUASI
Dari berbagai masalah yang terjadi langkah awal yang dilakukan yaitu dengan
meningkatkan pengetahuan masyarakat yaitu dengan cara memberikan pengarahan terhadap
masyarakat luas tentang pentingnya memelihara kesehatan terutama BAB di jamban yang
sehat.
Dari pihak puskesmas diharapkan untuk dapat melakukan evaluasi secara rutin atau
berkala terkait dengan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) khususnya pada
bagian program stop buang air besar sembarangan sehingga target program sebesar 75%
dapat tercapai. Pihak Puskesmas juga membuat modifikasi pendidikan kesehatan lain tentang
jamban sehat dengan pendekatan-pendekatan tertentudanberbasis masyarakat. Tujuan dari
pelaksanaan pendidikan kesehatan tersebut untuk menyampaikan informasi kesehatan dan
menyehatkan masyarakat terlaksana dengan optimal sesuai dengan tujuan yang diharapkan
sehingga budaya preventif dan promotif dapat tersosialisasikan ke seluruh kalangan
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai