Anda di halaman 1dari 41

TUGAS

KEPERAWATAN DASAR PROFESI

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)”

Di Susun Oleh :
Kelompok 8

1. Hasni Nurhasanah 20200305017


2. Istiqomah Sejati 20200305018
3. Eka Septiani 20200305019

JURUSAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
JAKARTA BARAT
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kelompok panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan laporan kasus tentang asuhan keperawatan
pada pasien yang menderita Chronic Kidney Disease (CKD). Tujuan dibuat tulisan ini ialah untuk
menambah ilmu pengetahuan serta untuk memenuhi tugas mata kuliah stase keperawatan medikal
bedah.
Kelompok mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga kelompok dapat menyelesaikan tulisan ini. Tulisan ini diharapkan dapat
bermanfaat. Kelompok menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kata sempurna. Kelompok
mengaharapkan masukan dan saran untuk kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 6 November 2020

Kelompok 8
DAFTAR ISI

COVER ......................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...............................................................................................................1
B. Tujuan ...........................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep penyakit
1. Pengertian ..................................................................................................................3
2. Etiologi ......................................................................................................................3
3. Klasifikasi...................................................................................................................5
4. Patway........................................................................................................................5
5. Manifestasi Klinik......................................................................................................5
6. Komplikasi.................................................................................................................6
7. Pemeriksaan Penunjang..............................................................................................7
8. Penatalaksanaan Medis...............................................................................................7
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian ...............................................................................................................10
2. Diagnosa...................................................................................................................13
3. Intervensi..................................................................................................................14
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian ....................................................................................................................22
B. Data Fokus ....................................................................................................................27
C. Analisa data ..................................................................................................................28
D. Diagnosa........................................................................................................................29
E. Intervensi ......................................................................................................................29
F. Implementasi.................................................................................................................31
G. Evaluasi ........................................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................38

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu proses patofisiologi dengan etiologi yang
beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya berakhir
dengan gagal ginjal. (setiati, dkk, 2015). Menurut (PERNEFRI, 2017), Ginjal memainkan
peran utama dalam mengatur tekanan darah dan menyeimbangkan elektrolit penting yang
menjaga ritme jantung,". Saat ini, frekuensi penyakit ginjal kronis (Chronic Kidney Disease
atau CKD) cenderung terus meningkat setiap tahun di seluruh dunia.
Studi populasi di empat kota yakni Jakarta, Yogyakarta, Surabaya dan Bali yang
melibatkan sekitar 10.000 pasien dengan metode Modification Diet in Renal Disease (MDRD)
menunjukkan bahwa prevalensi CKD sebesar 8,9 persen penduduk Indonesia. Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 melaporkan prevalensi penyakit gagal ginjal
kronis berdasarkan diagnosis dokter prevalensi dokter di Indonesia sebesar 0,2 persen.
Prevalensi tertinggi di Sulawesi Tengah sebesar 0,5 persen, diikuti Aceh, Gorontalo, dan
Sulawesi Utara masing-masing 0,4 persen. Sementara Nusa Tenggara Timur, Sulawesi
Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur masing–
masing 0,3 persen. Prevelensi gagal ginjal kronis pada pria di Indonesia sebesar 0,3 persen
dan pada wanita di Indonesia sebesar 0,2 persen. Riskesdas juga melaporkan prevalensi gagal
ginjal kronis terbesar terdapat pada klien berusia ≥ 75 tahun, yaitu sebesar 0.6 persen. Di DKI
JAKARTA menduduki peringkat kelima sebanyak 1087 yang menderita penyakit CKD dari
31 provensi di indonesia. Menurut KEMENKES 2017 angka kejadian di provinsi DKI
JAKARTA Berdasarkan prevalensi nasional penderita gagal ginjal kronis sebesar 0,2%.
Adapun provinsi yang mempunyai prevalensi tertinggi adalah Sulawesi Tengah (0,5%) dan
ada 7 provinsi yang mempunyai prevalensi terendah. Dan berdasarkan gambaran di tahun
2013 dengan menggunakan unit analisis individu menunjukkan bahwa secara nasional 0,2%
penduduk Indonesia menderita penyakit gagal ginjal kronis. Jika saat ini penduduk Indonesia
sebesar 252.124.458 jiwa maka terdapat 504.248 jiwa yang menderita gagal ginjal kronis
(0,2% x 252.124.458 jiwa* = 504.248 jiwa).
Oleh karena itu untuk mengetahui leih lanjut dari perawatan penyakit ini maka kelompok
akan melakukan kajian lebih lanjut dengan melakukan asuhan keperawatan pada pasien yang
menderita Chronic Kidney Disease atau gagal ginjal kronis

1
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengidentifikasikan asuhan keperawatan pada klien yang menderita Chronic
Kidney Disease
2. Tujuan khusus
a. Mengkaji pada klien yang menderita Chronic Kidney Disease
b. Merumuskan diagnosa pada klien yang menderita Chronic Kidney Disease
c. Merencanakan tindakan pada klien yang menderita Chronic Kidney Disease
d. Melaksanakan tindakan pada klien yang menderita Chronic Kidney Disease
e. Mengevaluasi tindaka pada klien yang menderita Chronic Kidney Disease

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu proses patofisiologi dengan etiologi yang
beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya
berakhir dengan gagal ginjal (Setiati, dkk, 2015). Gagal ginjal kronik biasanya akibat
akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara bertahap, penyebab glomerulonefritis,
infeksi kronis, penyakit vaskuler (nefrosklerosis), proses obstruktif (kalkuli), penyakit
kolagen (lupus sistemik), agen nfritik (aminoglikosida), penyakit endokrin (diabetes)
(Doengoes, 2014).

2. Etiologi
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat
pada setiap nefron (biasanya berlangsung beberapa tahun dan tidak reversible). (NIC-
NOC 2015)

a. Glomerulonefritis

Glomerulonefritis adalah penyakit inflamasi atau non inflamasi pada


glomerulus yang menyebabkan perubahan permeabilitas, perubahan struktur,
dan fungsi glomerulus (Sudoyo, 2015).

b. Proteinuria

Adanya protein di dalam urin manusia yang melebihi nilai normalnya yaitu

lebih dari 150mg/24 jam atau pada anak-anak lebih dari 140mg/m2 (Sudoyo
2015).

c. Penyakit ginjal diabetik

Pada pasien Diabetes, berbagai gangguan pada ginjal dapat terjadi, seperti
terjadinya batu saluran kemih, infeksi saluran kemih, pielonefritis, yang selalu
disebut sebagai penyakit ginjal non diabetik pada pasien diabetes (Sudoyo
2015).

d. Amiloidosis ginjal

3
Adalah penyakit dengan karakteristik penimbunan polimer protein di
ekstraseluler dan gambaran dapat diketahui dengan histokimia dan gambaran
ultrastruktur yang khas (Sudoyo 2015)

e. Diabetes militus adalah penyebab utama dan terjadi lebih dari 30% klien yang
menerima dialisis.hipertensi adalah penyebab utama ESRD kedua (Yuli, 2015).

4
3. Klasifikasi
Deraja Penjelasa LFG
t n (ml/mn/1.73m2)
1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑ ≥ 90
2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↑ atau ringan 60-89
3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↑ atau sedang 30-59
4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↑ atau berat 15-29
5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis
Sumber : setiati,2015 Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam edisi 6. Jakarta : FKUI

4. Pathway

5. Manifestasi klinis
Menurut Smeltzer dan Bare (2014) setiap sistem tubuh pada Chronic Kidney
Disease (CKD) dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka klien akan
menunjukkan sejumlah tanda dan gejala. Keparahan tanda dan gejala

5
bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, usia klien dan kondisi
yang mendasari. Tanda dan gejala klien gagal ginjal kronis adalah sebagai
berikut :
a. Manifestasi kardiovaskuler
Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem
renin-angiotensin-aldosteron), pitting edema (kaki, tangan, sakrum),
pembesaran vena leher.
b. Manifestasi dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus, ekimosis,
kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
c. Manifestasi Pulmoner
Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan Kussmaul.
d. Manifestasi Gastrointestinal
Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut, anoreksia,
mual,muntah, konstipasi dan diare, pendarahan saluran gastrointestinal
e. Manifestasi Neurologi.
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan
tungkai, panas pada telapak kaki, perubahan perilaku.
f. Manifestasi Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop.
g. Manifestasi Reproduktif
Amenore dan atrofi testikuler.

6. Komplikasi
Komplikasi dari CKD menurut Suwitra (2006) antara lain adalah :
a. Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata bolisme, dan
masukan diit berlebih.
b. Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi produk sampah
uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
c. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin
angiotensin aldosteron.
d. Anemia akibat penurunan eritropoitin.

6
e. Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar kalsium
serum yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan peningkatan kadar
alumunium akibat peningkatan nitrogen dan ion anorganik.
f. Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.
g. Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan.
h. Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.
i. Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia.

7. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan darah lengkap: ureum meningkat, kreatinin serum meningkat.
b. Pemeriksaan elektrolit: hyperkalemia, hipokalsemia, hipermagnesemia
c. Pemeriksaan kadar glukosa darah, profil lipid: hiperkolesterolemia,
hipertrigliserida, LDL meningkat
d. Analisis gas darah: asidosis metabolic (pH menurun, HCO3 menurun) (Tanto,
2014).

8. Penatalaksanaan
Klien CKD perlu mendapatkan penatalaksanaan secara khusus sesuai dengan derajat
penyakit CKD, bukan hanya penatalaksanaan secara umum. Menurut (Sudoyo, 2015),
sesuai dengan derajat penyakit CKD dapat dilihat dalam tabel berikut :
a. Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya.
b. Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid.
c. Memperlambat pemburukan fungsi ginjal.
d. Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular.
e. Pencegahan dan erapi terhadap komplikasi
f. Terapi pengganti ginjal berupa dialisis atau transpalantasi ginjal
Derajat LFG Rencana tatalaksana

(ml/mnt/1,73m
1 >90 Terapi penyakit dasar,
kondisi komoroid, evaluasi
pemburukan fungsi ginjal,
memperkecil resiko
kardiovaskular.
2 60-89 menghambat pemburukan

7
fungsi ginjal
3 30-59 evaluasi dan terapi

komplikasi
4 15-29 persiapan untuk terapi

pengganti ginjal
5 <15 terapi pengganti ginjal
Sumber : Sudoyo, 2015

1. Penatalaksanaan keperawatan
1) Cairan
a) Klien yang tidak didialisa
Bila ada oliguria, cairan yang diperbolehkan biasanya 400-500 ml (untuk
menghitung kelebihan cairan rutin) ditambah volume yang hilang lainya
seperti urin, diare, dan muntah selama 24 jam terakhir.
b) Klien dialisis
Pemasukan cairan terbatas jumlahnya sehingga kenaikan berat badan tidak
lebih dari 0,45 kg/hari diantara waktu dialisis. Ini umumnya akibat dari
pemasukan 500 ml sehari ditambah volume yang hilang melalui urin, diare
dan muntah.
2) Elektrolit
a) Klien yang tidak dialisis
Pemasukam kalium harus dibatasi 1,5-2,5 g (38,5-64 mEq)/hari pada
dewasa dan sekitar 50 mg (1,9 mEq)/kg/hari untuk anak- anak.
b) Klien yang didialisis
Ini dapat diberikan lebih bebas untuk mempertahankan kadar natrium dan
kalium serum normal pada Klien dengan dialisis. selama CAPD (cronik
ambulatory peritonial dealysis), kalium yang dapat diberikan sekitar 2,7-
3,1 g (70-80 mEq)/kg/hari pada anak, untuk mempertahankan
keseimbangan cairan.
3) Diet rendah protein untuk membatasi akumulasi produk akhir metabolisme
protein yang tidak dapat diekresikan ginjal.
4) Persiapan yang harus dilakukan perawat sebelum operasi AV – Shunt:
a) Berikan informasi yang jelas pada klien karena sering terjadi kesalah
pahaman. Klien sering menganggap Operasi AV-Shunt adalah pemasangan

8
alat untuk HD padahal hanya menyambungkan pembuluh darah yang ada
pada tubuh klien.
b) Batasan laboratorium untuk operasi AV-Shunt biasanya direkomendasikan
dari dokter penyakit dalam dan ahli bedahnya. Selama ini Rekomendasi
untuk Periksakan laboratorium yaitu , Hb > 8 mg/dl, Trombosit dalam
batas normal, Gula Darah Sewaktu dalam batas normal untuk klien tanpa
riwayat DM dan untuk klien dengan DM harus dikonsultasikan lagi
dengan ahli bedahnya.
c) Lakukan program free heparin sebelum dilakukan operasi, menurut
literatur sebaiknya heparin tidak diberikan 6-8 jam sebelum operasi dan
diharapkan tidak diberikan kembali setelah 12 jam post operasi atau
dikondisikan sampai luka operasi mengering.
d) Sebelum operasi perawat HD bisa melakukan palpasi pada arteri radialis
dan ulnaris untuk merasakan kuat tidaknya aliran darah arterinya
kemudian dilaporkan ke ahli bedah. bila salah satu arteri (radilis/ ulnaris )
tidak teraba dan tidak ditemukan dengan alat penditeksi (dopler) maka
kontra indikasi untuk dilakukan AV- Shunt (Panma, 2018)

2. Penatalaksanaan kolaboratif

1) Diuretik kuat untuk mempertahankan keseimbangan cairan.

2) Glikosida jantung untuk memobilisasi cairan yang menyebabkan


edema.
3) Kalsium karbonat atau kalsium asetat untuk mengobati osteodistropi
ginjal dengan mengikat fosfat dan menambah kalsium.
4) Anthi hipertensi (ACE inhibitor) untuk mengontrol tekanan darah dan
edema.
5) Famotidin dan ranitidin untuk mengurangi iritasi lambung.

6) Suplemen besi dan folat atau tranfusi sel darah merah untuk anemia.

7) Eritropoitin sintetik untuk menstimulus sumsum tulang, memproduksi


sel darah merah.
8) Suplemen besi, estrogen konjugata, dan desmopresin untuk melawan
efek hematologik.

9
9) Terapi dialysis (pengganti ginjal) (KDIGO, 2012).
B. Konsep Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi
dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian merupakan dasar utama
dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu.
Pengkajian keperawatan pada klien dengan Chronic Kidney Disease (CKD) menurut
Doengoes, 2012; Nursalam, 2008; Sudoyo, 2015; NIC NOC, 2015; Purwanto, 2016
sebagai berikut :
a. Demografi
Klien CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga yang
mengalami CKD dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh berbagai hal
seperti proses pengobatan, penggunaan obat-obatan dan sebagainya. CKD dapat
terjadi pada siapapun, pekerjaan dan lingkungan juga mempunyai peranan
penting sebagai pemicu kejadian CKD. Karena kebiasaan kerja dengan duduk /
berdiri yang terlalu lama dan lingkungan yang tidak menyediakan cukup air
minum / mengandung banyak senyawa/ zat logam dan pola makan yang tidak
sehat.
b. Riwayat penyakit yang diderita klien sebelum CKD seperti DM, glomerulo
nefritis, hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi saluran kemih, dan
traktus urinarius bagian bawah juga dapat memicu kemungkinan terjadinya CKD.
c. Pengkajian Biopsikososial
1) Aktivitas istirahat
Gejala : kelelahan ekstrem kelemahan dan malaise, gangguan tidur
(insomnia/ gelisah atau somnolen).
Tanda : kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.
2) Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi : nyeri dada (angina)

Tanda : Hipertensi; nadi kuat, edema jaringan umum dan piting pada
kaki, telapak tangan, nadi lemah dan halus, hipotensi ortostatik
menunjukkan hipovolemia yang jarang terjadi pada penyakit tahap
akhir, friction rub pericardial (respon terhadap akumulasi rasa) pucat,

10
kulit coklat kehijauan, kuning, kecenderungan pendarahan.

3) Integritas ego

Gejala : Faktor stres, contoh finansial, hubungan, dan sebagainya.


Peran tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan.

Tanda : Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang,


perubahan kepribadian.

4) Eliminasi

Gejala : Peningkatan berat badan cepat (edem), penurunan berat badan


(malnutrisi). Anoreksia, Malnutrisi, kembung, diare, konstipasi.

Tanda : Perubahan warna urin, contoh kuning pekat, merah, coklat, berwarna.
Oliguria, dapat menjadi anuria.

5) Makanan/cairan

Gejala : Peningkatan berat badan cepat (edem), penurunan berat badan


(malnutrisi). Anoreksia, nyeri ulu hati, mual / muntah, rasa metalik tidak
sedap pada mulut (pernafasan amonia), pengguanaan diuretik.

Tanda : Distensi abdomen / asietas, pembesaran hati (tahap akhir).


Perubahan turgor kulit. Edem (umum, tergantung). Ulserasi gusi,
pendarahan gusi / lidah. Penurunan otot, penurunan lemak subkutan,
tampak tak bertenaga.

6) Neorosensasi

Gejala : Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot / kejang : sindrom Kaki,
gelisah ; kebas terasa terbakar pada telapak kaki. Kebas kesemutan dan
kelemahan, khususnya ekstremitas bawah (neuropati perifer).

Tanda : Gangguan sistem mental, contoh penurunan lapang perhatian,


ketikmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat
kesadaran, koma. Kejang, fasikulasi otot, aktifitas kejang, Rambut tipis, kuku
rapuh dan tips.

7) Nyeri / keamanan

Gejala : nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki. Memburuk pada

11
malam hari

Tanda : perilaku berhati – hati dan gelisah

8) Pernafasan

Gejala : nafas pendek : dipsnea, nokturnal parosimal, batuk dengan / tanpa


sputum kental atau banyak.

Tanda : takiepna, dispnea, peningkatan frekuensi / kedalaman (Pernafasan


kusmaul). Batuk produktif dengan sputum merah muda encer (edema paru).

9) Keamanan

Gejala : Kulit gatal ada atau berulangnya infeksi

Tanda : pruritus demam (sepsis, dehidrasi ; normotemia dapat secara actual


terjadi peningkatan pada klien yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari
pada normal (efek CKD / depresi respon imum) Ptekie, araekimosis pada
kulit Fraktur tulang ; defosit fosfat, kalsium, (klasifikasi metastatik) pada
kulit, jaringan lunak sendi, keterbatasan gerak sendi.

10) Seksualitas

Gejala : Penurunan libido, amenorea dan infertilitas

11) Interaksi sosial

Gejala : kesulitan menentukan kondisi

d. Pemeriksaan fisik
1) Penampilan / keadaan umum.
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran klien
dari compos mentis sampai coma.
2) Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi meningkat
dan reguler.
3) Antropometri.
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan nutrisi, atau
terjadi peningkatan berat badan karena kelebihan cairan.
4) Kepala.
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran telinga,

12
hidung kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum, bibir kering dan
pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan lidah kotor.
5) Leher dan tenggorok.
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.

6) Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat otot
bantu napas, pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara tambahan pada
paru (rongkhi basah), terdapat pembesaran jantung, terdapat suara tambahan
pada jantung.
7) Abdomen.
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut buncit.
8) Genital.
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi, terdapat
ulkus.
9) Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktifitas klien dibantu, terjadi edema, pengeroposan tulang,
dan Capillary Refill lebih dari 1 detik.
10) Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan mengkilat /
uremia, dan terjadi perikarditis.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada CKD menurut Huda dan Hardhi
dalam NANDA NIC-NOC (2015).
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan Ketidakmampuan ginjal
mengsekresi air dan natrium.
b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
pembatasan diit dan ketidak mampuan untuk mengabsorbsi nutrien.
c. Perubahan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi paru.

d. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai O2 dan


nutrisi ke jaringan sekunder.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan anemia, retensi
produk sampah dan prosedur dialysis.

13
3. Intervensi Keperawatan

N Diagnosa NOC NIC


O
1. Kelebihan volume cairan Nursing
Setelah dilakukan asuhan keperawatan
intervensi
Definisi : Retensi cairan isotomik selama....jam volume cairan seimbang.
classification
meningkat Kriteria Hasil:
(NIC) Fluid
Nursing outcomes classification (NOC) :
Management :
Fluid Balance
1. Kaji status cairan ;
 Terbebas dari edema, efusi, anasarka
timbang berat
 Bunyi nafas bersih,tidak adanya dipsnea badan,keseimbangan
 Memilihara tekanan vena sentral, tekanan masukan dan haluaran,
kapiler paru, output jantung dan vital sign turgor kulit dan adanya
normal. edema.
2. Batasi masukan cairan.

3. Identifikasi sumber
potensial cairan.

4. Jelaskan pada klien dan


keluarga rasional
pembatasan cairan.

14
5. Kolaborasi pemberian
cairan sesuai terapi.

Hemodialysis therapy :

1. Ambil sampel darah dan


meninjau kimia darah
(misalnya BUN,
kreatinin, natrium,
pottasium, tingkat
phospor) sebelum
perawatan untuk
mengevaluasi respon
thdp terapi.
2. Rekam tanda vital: berat
badan, denyut nadi,
pernapasan, dan tekanan
darah untuk
mengevaluasi respon
terhadap terapi.
3. Sesuaikan tekanan
filtrasi untuk

15
menghilangkan jumlah
yang tepat dari cairan
berlebih di tubuh klien.
4. Bekerja secara
kolaboratif dengan klien
untuk menyesuaikan
panjang dialisis,
peraturan diet,
keterbatasan cairan dan
obat-obatan untuk
mengatur cairan dan
elektrolit pergeseran
antara pengobatan.
2. Gangguan nutrisi kurang dari Nursing
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama
kebutuhan intervensi
3x24 jam nutrisi seimbang dan adekuat.
Definisi : Intake nutrisi tidak cukup classification
Kriteria Hasil:
untuk keperluan metabolisme tubuh. (NIC)
Nursing outcomes classification (NOC) :
Nutritional
Nutritional Status
Management :
 Nafsu makan meningkat
1. Monitor adanya mual dan
 Tidak terjadi penurunan BB muntah
2. Monitor adanya
 Masukan nutrisi adekuat

16
kehilangan berat badan
 Menghabiskan porsi makan
dan perubahan status
 Hasil lab normal (albumin, kalium) nutrisi.
3. Monitor albumin, total
protein, hemoglobin,
dan hematocrit level
yang menindikasikan
status nutrisi dan untuk
perencanaan treatment
selanjutnya.
4. Monitor intake nutrisi dan
kalori klien.

5. Berikan makanan sedikit


tapi sering.

6. Berikan perawatan mulut


sering.
7. Kolaborasi dengan ahli
gizi dalam pemberian diet
sesuai terapi.
3. Perubahan pola nafas Setelah dilakukan asuhan keperawatan Nursing
selama...pola nafas adekuat intervensi

17
Kriteria hasil : classification

Nursing outcomes classification (NOC) : (NIC)

Respiratory Status Respiratory


Monitoring :
 Peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang
1. Monitor rata – rata,
adekuat
kedalaman, irama dan
 Bebas dari tanda tanda distress pernafasan
usaha respirasi.
 Suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis
2. Catat pergerakan
dan dyspneu (mampu mengeluarkan
dada,amati kesimetrisan,
sputum, mampu bernafas dengan mudah,
penggunaan otot
tidak ada pursed lips)
tambahan, retraksi otot
 Tanda tanda vital dalam rentang
supraclavicular dan
normal intercostal.
3. Monitor pola nafas :
bradipena, takipenia,
kussmaul, hiperventilasi,
cheyne stokes.
4. Auskultasi suara nafas,
catat area penurunan /
tidak adanya ventilasi
dan suara tambahan.
Oxygen Therapy :

18
1. Auskultasi bunyi nafas,
catat adanya crakles.

2. Ajarkan klien nafas


dalam.

3. Atur posisi senyaman


mungkin.

4. Batasi untuk beraktivitas.


Kolaborasi pemberian
oksigen.
4. Gangguan perfusi jaringan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama... Nursing intervensi
jam perfusi jaringan adekuat. classification (NIC)
Circulatory Care :
Kriteria hasil :
1. Lakukan penilaian secara
Nursing outcomes classification (NOC) :
komprehensif fungsi
Circulation Status
sirkulasi periper. (cek
 Membran mukosa merah muda
nadi priper,oedema,
 Conjunctiva tidak anemis kapiler refil, temperatur

 Akral hangat ekstremitas).


2. Kaji nyeri.
 TTV dalam batas normal.
3. Inspeksi kulit dan Palpasi

19
 Tidak ada edema anggota badan.

4. Atur posisi klien,


ekstremitas bawah lebih
rendah untuk
memperbaiki sirkulasi.
5. Monitor status cairan
intake dan output.

6. Evaluasi nadi, oedema.

7. Berikan therapi
antikoagulan.
5. Intoleransi aktivitas Setelahdilakukan asuhan Nursing
keperawatan selama... jam Intoleransi aktivitas intervensi
dapat teratasi classification
(NIC) Activity
Kriteria hasil :
therapy :
Nursing outcomes classification (NOC) : 1. Monitor respon fisik,
Circulation Status social dan spiritual.
 Mampu melakukan aktivitas sehari-hari
2. Bantu klien untuk
secara mandiri.
mendapatkan alat
 Tanda-tanda vital normal
bantuan aktivitas seperti
 Mampu berpindah dengan atau tanpa

20
bantuan alat.
kursi roda, krek.
 Sirkulasi status baik 3. Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai.
4. Bantu klien/ keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas.
5. Bantu klien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan.
6. Kolaborasikan dengan
tenaga rehabilitasi medik
dalam merencakan
program terapi yang tepat.

21
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas
Klien berinisial Ny. S, usia 55 th, jenis kelamin perempuan, Agama Islam, Suku
bangsa Jawa, Warga negara Indonesia, Pendidikan Terakhir Sekolah dasar, Status
perkawinan sudah menikah, pekerjaan ibu rumah tangga, alamat di kota jakarta.
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan saat ini adalah klien mengatakan mudah lemas, mual, muntah, pusing
selama 2 hari dan cepat lelah saat beraktivitas, gatal-gatal seluruh tubuh edem
tungkai kaki dibagian kaki kiri grade +1, lamanya keluhan sudah 2 bulan. Selama
sakit klien sering kontrol ke dokter dan minum obat. Saat ini klien direncanakan
untuk dilakukan pemasangan cimino untuk akses HD.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Menurut keluarga klien memiliki riwayat Hipertensi sejak 2 th yang lalu.
Kemudian riwayat 1 th yang lalu klien sering minum obat. Klien sekarang adalah
rawatan ke 2 klien didiagnosa dokter CKD Hipertensi, klien pernah dirawat di
Rumah Sakit Islam Jakarta dengan diagnosa : CKD Hipertensi. Kemudian
riwayat pemakain obat selama 3 bulan sebelum masuk rumah sakit : Amlodipine
1x10 gr.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Klien anak empat . Orang tua klien sudah meninggal. Keluarga dari klien Ny. S
terutama dari keluarga Ny.s Orang tua klien mempunyai riwayat HIPERTENSI.
Klien memiliki dua orang anak dan anaknya yang pertama sudah meninggal
dengan peyakit jantung dan anak yang kedua sudah tidak tinggal serumah, klien
tinggal serumah dengan saudaranya.
3. Pola Kesehatan Fungsional
a. Pola Nutrisi
Sebelum Dirawat
Sebelum sakit pola kebiasaan makan klien adalah 3x/hari dengan menghabiskan
1 porsi makan, sayur, lauk pauk, dan buah – buahan. Klien dan pada saat sebelum
sakit nafsu makan klien baik, tidak ada hambatan dalam hal mengkonsumsi
makanan.

22
Saat di Rawat
Pola makan klien tetap sama yaitu tiga kali dalam sehari. Nafsu makan klien
cukup baik, makanan yang di habiskan 1 porsi saja, terkadang tidak habis
dikarenakan perutnya kembung. Saat ini klien mendapat diit rendah protein 60
gram.
b. Pola Eliminasi
Sebelum Dirawat
Sebelum sakit klien biasa buang air besar satu kali dalam sehari, konsistensinya
lembek, warna feses kuning. Sedangkan untuk buang air kecilnya lebih dari lima
kali dalam sehari, warnanya kuning bening.
Saat di Rawat
Saat di rawat klien mengatakan buang air besarnya yaitu satu kali dalam sehari,
konsistensi lembek, warna kuning. Sedang kan untuk buang air kecilnya terjadi
perubahan yaitu dalam satu hari hanya dua sampai empat kali saja (400 -
600cc/hari) dikarenakan klien dalam satu hari hanya minum kira – kira dua gelas
saja (600cc/hari), warnanya adalah kuning. Dikarenakan penurunan fungsi ginjal.
c. Pola Personal Hygiene
Sebelum Dirawat
Klien biasa mandi dua kali dalam satu hari menggunakan sabun dan sampo,
menggosok gigi dua kali sehari, setiap mandi pagi dan sore sebelum tidur, klien
dua kali dalam satu minggu membersihkan rambutnya.
Saat dirawat
Selama di rawat klien mandi sendiri dua kali sehari, klien menggosok gigi setiap
habis mandi hanya satu kali.
d. Pola Istirahat Tidur
Sebelum Dirawat
Klien tidur selama kurang lebih 8 jam /hari dan tidur siang 3 jam. Klien tidak
mempunyai kebiasaan sebelum tidur dan sesudah tidur.
Selama dirawat
Klien tidur kurang lebih 6 jam/hari dengan sering terbangun dan tidur siang 2
jam. Karena sudah bosan dengan suasana rumah sakit, dan terkadang banyaknya
pengunjung.
e. Pola Aktivitas dan Latihan
Sebelum Dirawat

23
Aktivitas sehari – hari klien yaitu bekerja sebagai ibu rumah tangga, klien olah
raga jalan di lingkungan rumah satu minggu sekali dan mudah lelah setelah
beraktivitas.
Selama dirawat
Selama dirawat aktivitas klien terganggu karena kurang terbiasa dengan suasana
rumah sakit dan klien ingin segera pulang, kaki klien terasa berat jika untuk
berjalan. Aktivitas klien hanya ditempat tidur dan duduk buat nonton tv. Untuk
perawatan dirinya klien mandiri melakukannya.
4. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum klien sakit sedang, Kesadaran klien Compos mentis, tidak
ada pembesaran kelenjar getah bening, berat badan klien 50 kg, bb kering
setelah di HD 47 kg (BB ideal :45-55 kg) tinggi badan 150 cm, tekanan darah
klien 190/90 mmHg, nadi 90 x/menit, RR 24 x/menit, Suhu 36°C.
a. Sistem penglihatan

Sitem penglihatan klien baik, tidak terdapat tanda – tanda radang, tidak
ada kelainan otot-otot mata, pupil bereaksi terhadap rangsang cahaya,
posisi mata simetris, kelopak mata normal, pergerakan bola mata normal,
konjungtiva an anemis, kornea normal, sklera ikterik, pupil isokor..
b. Sistem pendengaran

Fungsi pendengaran klien normal, klien tidak menggunakan alat bantu


dengar dan tidak mempunyai gangguan keseimbangan, daun telinga
normal, tidak ada serumen, dan tidak ada perasaan di telinga.
c. Sistem wicara

Dalam sistem wicara klien baik, tidak ada disatria, menanggapi


pembicaraan sesuai.
d. Sistem pernafasan

Jalan nafas klien bersih, klien sesak sedikit , tidak menggunakan otot
bantu nafas, frekuensi nafas klien 24 x/menit, irama teratur, nafas dalam,
tidak ada batuk, tidak ada seputum, suara nafas vesikular, tidak ada nyeri
saat bernafas.
e. Sistem kardiovaskular

Nadi 90 x/menit dengan irama teratur,tekanan darah klien 190/90 mmHg,

24
tidak ada distensi vena jugularis, temperatur kulit klien hangat, warna
kulit klien pucat, pengisian kapirelirevil <2 detik, odem tungkai kaki
kanan grade + 1.
f. Sistem hematologi

Tidak ada pendarahan, kongjungtiva tidak pucat, hemoglobin normal 12.0g/dl.

g. Sistem saraf pusat

Keluhan sakit kepala, tingkat kesadaran compos mentis, nilai GCS E: 4, M: 6, V:


5 total 15, tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK, pemeriksaan reflek fisiologis
normal dan reflek patologis tidak.
h. Sistem pencernaan
Gigi tidak ada karies, tidak menggunakan gigi palsu,tidak ada stomatitis di rongga
mulut, bibir lembab,klien muntah dan isinya sesuai dengan makanan frekuensi 3x
jumlah 300cc, abdomen kembung, bising usus 18 x/menit.
i. Sistem endokrin

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, nafas tidak berbau keton, tidak ada
luka gangren.
j. Sistem urologi

Balan cairan selama 24 jam. Intake : 1600 – 2100 + 690 (Output + IWL)
= + 900ml, tidak ada perubahan pola kemih, BAK kuning, tidak ada
ketegangan kandung kemih, tidak ada keluhan sakit pinggang Tidak ada
nyeri. Odem di tungkai kaki kanan karena adanya penumpukan cairan di
kaki. Penatalaksanaan diit rendah cairan (batasi cairan 600cc/24 jam, lasik
1x2 gr.
k. Sistem integumen

Turgor kulit baik, temperatur kulit 36°C, warna kulit kemerahan, keadaan
kulit baik, tidak ada kelainan kulit, terjadi pembengkakan pada kulit
daerah pemasangan infus, kulit kering.gatal gatal, pemeriksaan lab ureum
134 Mg/dl, kreatinin 12,1 Mg/dl. Penatalaksanaan rendah protein 40gr
dan rendah garam 40 gr .
l. Sistem muskulskeletal
Tidak ada kesulitan dalam pergerakan, klien tidak merasa sakit pada
tulang sendi dan kulit, tidak ada fraktur, tidak ada kelainan bentuk dan

25
struktur tulang belakang, klien menggunakan alat bantu tongkat saat
berjalan.

5. Pemeriksaan Penunjang
Hematologi rutin Hasil Satuan Nilai rujukan
HB 12 G/dl 13.2-17.3
Leukosit - - -
Hematokrit 40 % 40-52
Trombosit 150 Ribu/µl 150-440
Eritrosit 4,40 10^6/ µl 4.40-5.90
MCV/VER 90 Fl 80-100
MCH/HER 28 Pg 26-34
MCHC/AHER 32 G/dl 32-36
Kimia Klinik - -
Glukosa Sewattu - - -
Ureum Darah 134 Mg/dl 10-50
Kreatinin Darah 3,1 Mg/dl <1.4
Elektrolit - - -

Hasi penghitungan LFG


LFG (Ml/mnt/1,73m²) = (140-umur) x berat badan

72 x kreatinin plasma
= (140-55) x 50kg

= 85 x 50 = 4250
223 223
= 19 ml/menit
Klasifikasi dari CRF klien masuk gret 5, yang artinya kilen mengalami gagal
ginjal tahap berat (karena LFG klien 19%), Sudoyo,2015.
Penatalaksaan terapi :
a. Terapi injeksi
a. Amlodipine 10gr 1x10 jam 06.00 wib.
b. Lasix 10gr 1x2 jam 06.00 wib.
c. Ondancentron 10gr 1x1 jam 06.00 wib.
b. Diit rendah protein 40gr, rendah garam 40gr.
c. HD 2x seminggu pada hari rabu dan sabtu.
d. Rencanakan untuk pemasangan cimino.

26
B. Data Fokus
Data Subjektif Data Objektif
 Kaki bengkak di tungkai kaki bagian  Keadaan umum klien sakit sedang
kanan
 Kesadaran compos mentis
 Minum sedikit 2gls/hari (600cc/hari)
 Edema tungkai grade +1
 BAK 2-4x/hari (400 – 600cc/hari)
 GCS : (E : 4, V : 5, M : 6) = 15
 Badan lemas sudah 2 hari
 TTV : TD : 190/90 mmHg, N : 90
 Mual dan Muntah x/menit, RR : 24 x/menit, S : 36°C
 Cepat lelah saat beraktivitas  Aktifitas hanya di tempat tidur
 Kaki kaku, berat saat berjalan  BB: 50kg, TB : 150cm.
 Terjadi penurunan BB dalam 3 bulan  IMT : 22 (normal), BB ideal klien : 45
terakhir 3 kg kg – 55 kg.
 Porsi makan yang dihabiskan 1 p
 Minum sdikit hanya 2-4 gelas/hari
(600cc/hari)
 Balance cairan dalam 24jam
yang terdiri dari intake –
output+IWL adalah 1600ml –
(2100 + 690 = +900 ml

 lab Hb : 12.0g/dl , Ht : L 29 %
, Eritrosit : L 3.26 10^6/µl
ureum : 34 mg/dl , kreatinin :
H 3.1 mg/dl.

 GFR : 19 % (berat)

27
C. Analisa Data
NO DATA MASALAH ETIOLOGI

1 DS: Kelebihan volume cairan Ketidakmampuan


Klien mengatakan bengkak di ginjal mengsekresi
tungkai bagian kanan dan kaki air dan natrium
terasa berat saat di bawa jalan.

DO:
 Kulit kering dan pucat
 Edem di tungkai kaki
kanan garde + 1
 Balan cairan : intake 1600 –
(2100 + 690)
= +900 ml/hari
(output+IWL)
 Ureum : 134 mg/dl
 Kreatinin : 3,1 mg/dl
 GFR : 19%
 Penurunan berat badan 3 kg
dari 50>47 kg
 TD : 190/90 mmHg

2 DS :
klien mengatakan perut kembung, Ketidakseimbangan Mual, muntah dan diit
badan lemas sudah 2 hari, nutrisi : kurang dari yang ketat
sariawan dan BB turun 3 kg kebutuhan tubuh
dalam 3 bulan terakhir.

DO :
 Keadaan klien sakit sedang
 Porsi makan yang dihabiskan
hanya 1 P
 Klien terlihat lemas
 Urin dalam 24 jam 600 cc
 BB : 47kg , TB : 150cm, IMT
: 22 (Over weight)
 HB : 12.0 g/dl
 HT : L 29%
 UREUM : 134 mg/dl
 Kreatinin : H 3.1 mg/dl
 Konjungtiva ananemis,
abdomen kembung, bising
usus 18x/menit
 Pola makan klien 3x/hari,
klien tidak terlalu suka minum
air putih
 Diit rendah protein 40gr,
rendah garam 40gr.

28
3 DS : Kerusakan integritas kulit Uremia
klien mengatakan gatal gatal di
seluruh tubuh

DO :
 Iritasi pada kulit
 Kulit kering
 kehitaman
 Edema tungkai grade +1
 Ureum : 134 mg / dl
 Kreatinin : 3,1mg/dl

D. Diagnosa
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan ketidakmampuan ginjal mengsekresi
air dan natrium
2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
pembatan intake diit
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan uremia
E. Intervensi
No Tujuan dan Rencana Tindakan Rasional
Kriteria Hasil
1 Setelah dilakukan 1. Kaji status cairan dengan 1. Untuk mengetahui
tindakan menimbang bb per hari, masukan dan
keperawatan keseimbangan intake dan pengeluaran cairan
kepada Ny.S slama output, 2. Untuk mengetahui
3 x 24 jam 2. Monitor tanda adanya kekurangan /
diharapkan kelebihan/kekurangan kelebihan cairan
kelebihan volume cairan. 3. Pembatasan cairan,
cairan dapat 3. Batasi dan jelaskan pengeluaran urin, dan
berkurang dengan masukan cairan ( dengan respon terhadap terapi
kriteria hasil : minum 2 gelas / hari 4. Untuk mengetahui
1. Klien bebas dari 600cc ) keseimbangan intake dan
edema 4. Anjurkan klien mencatat output
2. Klien dapat penggunaan cairan 5. Agar keadaan klien
mempertahanka terutama pemasukan dan terpantau untuk
n bunyi paru pengeluaran persiapan HD
bersih 5. Kolaborasi persiapan selanjutnya
3. BB stabil klien untuk HD hari
4. Turgor kuli Rabu dan Sabtu.
normal
5. Tidak ada
oliguria
6. Seimbang antara
intake dan
output

29
2 Setelah dilakukan 1. Kaji status nutrisi 1. Menyediakan data dasar
tindakan Pengukuran : untuk memantau
kperawatan kpada • Antropometri (BB, perubahan dan
Ny.S slama 3 x 24 TB) mengevaluasi intervensi
jam diharapkan • Biokimia (Lab) 2. Mengetahui
ketidakseimbangan • Clinical (kondisi perkembangan hasil lab
nutrisi dapat umum) klien
teratasi dengan • Dietary (recall intake 3. Maningkatkan
kriteria hasil : makanan) kenyamanan mulut
1. Asupan nutrisi 2. Monitor lab hemoglobin, 4. pemberian obat oral agar
adekuat hematokrit, ureum dan keluhan dilambung dapat
2. Aupan makan kreatinin. berkurang
dan cairan 3. Anjurkan perawatan 5. Kolaborasi dengan ahli
adekuat mulut gizi untk pemberian diit
3. Konjungtiva 4. Berikan obat oral : yang diberikan klien
tidak pucat dan  Lasik 10mg 1 injeksi 6. Agar kadar protein
4. Hasil lab batas jam 06.00 wib seimbang
normal :  Ondancentron 10mg
a. HB : 13.2- injeksi jam 06.00 wib
17.3 g/dl 5. Kolaborasi dengan ahli
b. HT : 40-52 gizi pemberian diit
% rendah protein 40 gram
c. Ureum : 10- diit rendah garam
50 mg/dl 40gram
d. Kreatinin : 6. Kolaborasi dengan
<1.4 mg/dl dokter pemberian obat
ketosteril

30
3 Setelah dilakukan 1. Kaji karakteristik kulit 1. Untuk mengetahui
tindakan 2. Jaga kebersihan kulit keadaan kulit
kperawatan kpada 3. Bantu klien untuk 2. Untuk mengurangi rasa
Ny.S selama 3 x 24 perawatan kuku gatal dan kekeringan
jam diharapkan 4. Anjurkan untuk menjaga 3. Untuk mencegah garukan
tidak terjadi kebersihan dan 4. Untuk mengurangi rasa
Kerusakan kelembapan rambut gatal jika diperlukan
integritas kulit 5. Kolaborasikan untuk
berhubungan pemberian obat gatal
dengan uremia
dengan kriteria
hasil :
1. Tidak gatal-
gatal
2. Tidak iritasi
3. Kulit tidak
kering
4. Hasil lab
Ureum :10-50
mg/dl
Kreatinin : <1,4
mg/dl

F. Implementasi
Tgl/jam No Implementasi Paraf
DX
23/10/2020 1 Mengkaji status cairan dengan menimbang BB
per hari, keseimbangan intake dan output
Respon :
DS : klien mengatakan BB : 50kg, minum
hanya 2 gelas/hari 600cc/hari.
DO : (intake – output) 1600 – 2790 = + 900
cc/hari

23/10/2020 1 Memonitor tanda kelebihan/ kekurangan cairan


Respon :
DS : klien mengatakan bengkak pada tungkai
kaki kanan grade + 1
DO : balance cairan = + 900 cc

23/10/2020 1 Membatasi dan menjelaskan intake cairan


sesuai kebutuhan (minum 2 gelas/ hari 900cc)
Respon :
DS : klien mengatakan mengerti dan klien
hanya minum sedikit hanya 2 gelas 600cc.
DO : -

31
23/10/2020 1 Menganjurkan klien mencatat penggunaan
cairan terutama pemasukan dan pengeluaran
Respon :
DS : klien mengatakan “ iya nanti di catat “
DO : klien tampak mengerti dan mau, karena
sebelumnya sudah di beritau sama perawat
ruangan.
1 Kolaborasi persiapan klien untuk HD hari Rabu
23/10/2020 dan Sabtu
Respon :
DS : berterima kasih
DO : klien tampak cemas dalam pemasangan
cimino

23/10/2020 1 Mengkaji status cairan dengan menimbang BB


per hari, keseimbangan intake dan output
Respon :
DS : klien mengatakan BB masih sama seperti
kemarin 50 kg minum hanya 2 gelas/hari
600cc. DO : (intake – output) 1600 –2790=
+900 cc/hari
23/10/2020 1 Memonitor tanda kelebihan/ kekurangan cairan
Respon :
DS : minum 2 gelas/hari 600cc
DO : tampak masih bengkak di tungkai kaki
kanan grade +1, balance cairan = +900 cc/hari
23/10/2020 1 Persiapan klien untuk HD hari Rabu dan Sabtu
Respon :
DS : klien mengtakan sudah siap untuk
mengikuti terapi HD.
DO : tampak menerimanya

23/10/2020 1 Mengkaji status cairan dengan menimbang BB


per hari, keseimbangan intake dan output
Respon :
DS : klien mengatakan minum 2 gelas/hari
600cc.
DO : (intake – output) 1600 – 2790 = +900
cc/hari
23/10/2020 1 Memonitor tanda kelebihan/ kekurangan cairan
Respon :
DS : berterima kasih
DO : balance cairan = +900 cc/hari, tampak
odem mulai berkurang dan klien tampak tidak
pucat lagi.

Tgl/jam No Implementasi Paraf

32
DX
23/10/2020 2 Mengkaji status nutrisi, pengukuran A, B, C, D
Respon :
DS : klien mengatakan “nafsu makan baik,
tetapi sariawan”
DO : A : BB : 50 kg , TB : 150cm,
BB ideal klien : 45 kg – 55 kg
IMT : 22 (Normal).
B : HB : 12,0 g/dl
Ureum : 134 mg/dl
Kreatinin : 3,1 mg/dl
C : konjungtiva ananemis
Abdomen kembung, bising usus 18
x/menit
D : pola makan klien 3 x/hari
Diit rendah protein 40gr, rendah
garam 40gr
23/10/2020 2 Monitor lab hemoglobin, hematokrit, ureum
dan kreatinin.
Respon :
DS : berterima kasih
DO : HB : 12,0g/dl (rendah)
HT : L 29 % (rendah)
Ureum : 134 mg/dl (batas normal)
Kreatinin : 3,1mg/dl (tinggi)
23/10/2020 2 Menganjurkan perawatan mulut 2x sehari.
Respon :
DS : klien mengatakan “akan melakukan
perawatan mulut”
DO : tampak melakukan

23/10/2020 2 Memberian obat injeksi ondancentron 5 mg jam


06.00 wib.
Respon :
DS : tidak mual
DO : tidak muntah

23/10/2020 2 Memberikan makanan siang/sore diit rendah


protein 40gr,rendah garam 40gr
Respon :
DS : mengucapkan terima kasih sudah
beritahukan
DO : makanan nasi dan tampak klien habis 1
porsi
23/10/2020 2 Mengkaji status nutrisi, pengukuran A, B, C, D
Respon :
DS : klien mengatakan “nafsu makan baik”
DO : A : BB : 50 kg , TB : 150cm,
BB ideal klien : 45 kg – 55 kg
IMT : 22 (Normal).

33
B : HB : 12,0 g/dl
HT : L 29 %
Ureum : 134 mg/dl
Kreatinin : 12,1 mg/dl
C : konjungtiva ananemis
Abdomen kembung, bising usus 18
x/menit
D : pola makan klien 3 x/hari
Diit rendah protein 40gr,rendah garam
40gr
23/10/2020 2 Mentibang BB pada hari itu.
Respon :
DS : klien mengatakan “ bersedia”
DO : hari jum’at, tanggal 21 juni 2017 BB : 50
23/10/2020 2 Memberian obat injeksi ondancentron 5 mg jam
06.00 wib.
Respon :
DS : tidak mual lagi DO :
tidak muntah
23/10/2020 2 Memberikan makanan siang diit rendah protein
40gr,rendah garam 40gr
Respon :
DS : klien mengatakan makan akan di habiskan
1porsi.
DO : tampak menghabiskan 1 porsi
23/10/2020 2 Monitor lab hemoglobin, hematokrit, ureum
dan kreatinin.
Respon :
DS : terima kasih
DO : belum ada rencana cek darah kembali
Tgl : 1 juni 2016 :
HB : 12,0 g/dl (normal) HT : 40 % (rendah)
Ureum : 134 mg/dl (batas normal) Kreatinin :
3,1mg/dl (tinggi)
23/10/2020 2 Mentibang BB kering setelah kemarin HD.
Respon :
DS : klien mengatakan “ bersedia”
DO : minggu, tanggal 22 juni 2017 BB : 50
kg.
23/10/2020 2 Memberian obat injeksi ondancentron 5 mg jam
06.00 wib
Respon :
DS :tidak mual lagi
DO : tidak muntah
23/10/2020 2 Memberikan makanan siang diit rendah protein
40gr,rendah garam 40gr
Respon :
DS : berterima kasih
DO : tampak menerima

34
Tgl/jam No Implementasi Paraf
DX
23/10/2020 3 Mengkaji karakteristik kulit
Respon :
DS : gatal sedikit
DO : tampak kering.

23/10/2020 3 Menjaga kebersihan kulit


Respon :
DS : klien mengatakan gatal sedikit berkurang
DO : tampak klien jarang menggaruk

23/10/2020 3 Membantu klien untuk perawatan kuku


Respon :
DS : berterima kasih
DO : klien terlihat obat antusias melakukan
23/10/2020 3 Menganjurkan klien untuk menjaga kebersihan
dan kelembapan rambut
Respon :
DS : merasa segar
DO : klien tampak memahami
23/10/2020 3 Mengkolaboraasikan untuk pemberiian obat
gatal
Respon :
DS : klien mengatakan gatal berkurang
DO : tampak jarang menggaruk.
23/10/2020 3 Mengkaji karakteristik kulit
Respon :
DS : gatal berkurang
DO : tampak kering.
23/10/2020 3 Menjaga kebersihan kulit
Respon :
DS : klien mengatakan gatal
sedikit berkurang
DO : tampak klien jarang
menggaruk
23/10/2020 3 Menjaga kebersihan kulit
Respon :
DS : klien mengatakan gatal
sedikit berkurang
DO : tampak klien jarang
menggaruk
23/10/2020 3 Mengkaji karakteristik kulit
Respon :
DS : gatal berkurang
DO : tampak kering
23/10/2020 3 Mengkolaboraasikan untuk pemberiian obat
gatal
Respon :
DS : klien mengatakan gatal berkurang

35
DO : tampak jarang menggaruk.

G. Evaluasi
NO SOAP PARAF
DX
1 kelebihan volume cairan berhubungan dengan
ketidakmampuan ginjal mengsekresi air dan natrium.
S : klien mengatakan tungkai masih bengkak bagian
kanan. Klien mengatakan ketika berjalan berat dan
masih lemas, klien mengatakan mengerti tentang
pembatasan cairan.
O:
 mukosa bibir lembab
 Turgor kulit masih terlihat kurang elastis dan
masih tampak kering.
 Edema di tungkai masih grade +1
 Balance cairan intake 1600 – output 2790= +900
ml/hari
 Lab : ureum : 134 mg/dl, kreatinin : 12,1 mg/dl
 GFR : 19 %
 Penurunan BB 3 kg 47< 50
 TD : 190/90 mmHg.
 Rencana pemasang cimino tgl 27 juni 2017
A : Masalah kelebihan volume cairan belum teratasi
P : lanjutkan intervesi
1. Kaji status cairan dengan menimbang bb per
hari
2. Keseimbanga intake dan output
3. Batasi masukan cairan
2 Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan pembatasan intake diit dan
ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien.
S : klien mengatakan “ nafsu makan baik“. Klien
mengatakan perut sudah tidak kembung, badan
masih lemas dan sariawan mulai berkurang.

36
O:
- klien tampak sakit sedang, klien terlihat lemas,
mkan habis hanya 1p, berat badan mengalami
penurunan 1 kg BB
- A : BB : 50 kg, TB : 150 cm, IMT :22
(normal), BBI : 45 – 55 kg.
B : HB : 12,0g/dl, HT : 40 % ureum : 134 mg/dl,
kreatinin : 12,1 mg/dl.
C : konjungtiva merah muda, , abdomen tidak
kembung, bising usus 18 x/menit.
D : pola makan klien 3 x/hari, porsi makan tidak
tentu, klien minum sedikit, diit rendah protein
40gr,rendah garam 40gr
A : Masalah Ketidakseimbangan nutrisi belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. Kaji pengukuran ABCD
2. Memberian obat injeksi ondancentron 5 mg jam
06.00 wib
Kolaborasi dengan dokter pemberian obat ketosteril
3 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
uremia
S : klien mengatakan gatal berkurang
O : tampak kulit masih kering
A : kerusakan integritas kulit belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. Mengkaji karakteristik kulit
2. Menjaga kebersihan kulit

37
DAFTAR PUSTAKA

Doenges E, Marilynn, dkk. (2014). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk


Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC.
KDIGO. (2012). KDIGO 2012 clinical practice for the evaluation and management of
chronic kidney disease vol. 3, issues 1, January 2013. National Kidney Foundation
Kementrian Kesehatan RI. 2017. Situasi Penyakit Ginjal Kronis. Jakarta
Panma, Yuanita. (2018). Penerapan Teori Adaptasi Roy Pada Asuhan Keperawatan Pasien
dengan Gagal Ginjal Kronik. Buletin Kesehatan Vo.2 No 2.
PERNEFRI. 2017. Konsensus Nutrisi pada Penyakit Ginjal Kronik. Perhimpunan Nefrologi
Indonesia. Jakarta.
Purwanto, Hadi. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan: Keperawatan Medikal
Bedah II. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Riset Kesehatan Dasar. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013.
www.depkes.go.id/resources/downl oad/general/Hasil%20Riskesdas%2 02013.pdf
Setiati, (2015). Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM JILID II. Jakarta 47
Smeltzer, S. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth.
Volume 2 Edisi 8. Jakarta : EGC. 2014
Sudoyo. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2015
Yuli, Reny (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa NANDA NIC-
NOC. Jakarta

38

Anda mungkin juga menyukai