Referat Aspek Laboratorium Malaria (Hidro Muh Perdana, 70700119026, Supervisor Pembimbing, Dr. Suci Aprianti, SP - PK, M.kes)
Referat Aspek Laboratorium Malaria (Hidro Muh Perdana, 70700119026, Supervisor Pembimbing, Dr. Suci Aprianti, SP - PK, M.kes)
REFERAT
ASPEK LABORATORIUM
MALARIA
OLEH:
Hidro Muhammad Perdana
NIM: 70700119026
SUPERVISOR PEMBIMBING:
dr. Suci Aprianti, Sp.PK, M.Kes
Segala puji dan syukur yang sebesar – besarnya penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya kepada kita semua
bahwa dengan segala keterbatasan yang penulis miliki akhirnya penulis dapat
Alauddin Makassar.
serta bantuan moril dan materil dari berbagai pihak yang telah diterima penulis
sehingga segala rintangan yang dihadapi selama penulisan dan penyusunan referat
terhormat:
2. Serta semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan
satu-persatu.
bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, sehingga dengan segala kerendahan
hati penulis siap menerima kritik dan saran serta koreksi yang membangun dari
semua pihak.
i
LEMBAR PENGESAHAN
Supervisor Pembimbing
Mengetahui,
Ketua Program Pendidikan Profesi Dokter
UIN Alauddin Makassar
ii
DAFTAR ISI
JUDUL ............................................................................................................i
KATA PENGANTAR ....................................................................................i
PENGESAHAN REFERAT ..........................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................2
A. Definisi .........................................................................................2
B. Epidemiologi ................................................................................3
C. Etiologi .........................................................................................4
D. Patogenesis ...................................................................................4
E. Klasifikasi ....................................................................................7
F. Manifestasi Klinis.........................................................................9
G. Diagnosis.....................................................................................10
H. Penatalaksanaan..........................................................................11
I. Prognosis.....................................................................................14
J. Komplikasi..................................................................................14
BAB III ASPEK LABORATORIUM ……………………………………. 15
Daftar Pustaka ……………………………………………………..............19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
demam tinggi, menggigil, dan penyakit seperti flu.1 Pada daerah endemis
anemia.3
merupakan bagian integral dari tata laksana malaria dan bagian dari
pemeriksaan fisis.1
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
merupakan suatu penyakit infeksi akut maupun kronik yang disebakan oleh
oleh spesies parasit yang berbeda. Gejala tiap-tiap jenis biasanya berupa
meriang, panas dingin menggigil dan keringat dingin. Dalam beberapa kasus
periodik. Jenis malaria paling ringan adalah malaria tertiana yang disebabkan
oleh Plasmodium vivax, dengan gejala demam dapat terjadi setiap dua hari
sekali setelah gejala pertama terjadi (dapat terjadi selama 2 minggu setelah
infeksi).5
memiliki masa inkubasi lebih lama daripada penyakit malaria tertiana atau
tropika; gejala pertama biasanya tidak terjadi antara 18 sampai 40 hari setelah
infeksi terjadi. Gejala tersebut kemudian akan terulang kembali setiap 3 hari.
2
Jenis ke empat dan merupakan jenis malaria yang paling jarang ditemukan,
B. Epidemiologi
Daerah malaria meliputi hampir lima provinsi, yaitu Nusa Tenggara Timur,
Jakarta, kota-kota besar, perkotaan, dan daerah turisme. Pada tahun 2015,
angka kejadian malaria (annual parasite incidence) adalah 0,85 per 1000
Afrika, Amerika Selatan dan Sentral, sebagian Karibia, Asia, Eropa Timur
dan Pasifik Selatan. Sekitar 214 juta kasus malaria terjadi secara global pada
tahun 2015, kematian terjadi pada 438.000 pengidap, yang terbanyak adalah
3
negara. Hal ini kemungkinan berhubungan dengan perbedaan preferensi
C. Etiologi
atau sesudah transfuse darah yang terinfeksi, dimana keduanya melewati fase
Malaria vivax disebabkan oleh P. vivax yang juga disebut juga sebagai
menjadi berat sebab dalam waktu singkat dapat menyerang eritrosit dalam
organ tubuh.11,12,13
D. Patogenesis
dalam tubuh manusia dan fase 2 dalam tubuh nyamuk malaria : 14,15
4
A. Fase dalam tubuh manusia
eritrosit kehidupannya.
Hipnozoit
5
bertanggungjawab untuk masa inkubasi yang panjang dan
b. Siklus eritrosit
A. Maturasi tropozoit
B. Pembentukan gametosit
6
nyamuk, dan mulai menjalani siklus hidup
berikutnya.19
E. Klasifikasi
7
darah merah yang mengandung parasit menghasilkan banyak tonjolan
Fever)
lain nyeri pada kepala dan punggung, mual, pembesaran limpa, dan
8
pun periode laten sampai 4 tahun. Serangan paroksismal 3-4 hari dan
F. Manifestasi Klinis
gemeretak, nadi cepat tetapi lemah, bibir dan jari-jari pucat kebiru-
kepanasan. Muka merah, kulit kering, sakit kepala dan sering kali
muntah. Nadi menjadi kuat kembali, merasa sangat haus dan suhu
tubuh dapat meningkat hingga 410C atau lebih. Pada anak-anak, suhu
9
Stadium ini berlangsung + 2 – 4 jam. Penderita berkeringat
tertidur. Setelah bangun tidur penderita merasa lemah tetapi tidak ada
dialami oleh penderita yang berasal dari daerah non endemis malaria,
bahkan tidak selalu ada, dan seringkali bervariasi tergantung spesies parasit
berlangsung berat atau malah tidak ada. Diantara 2 periode demam terdapat
falciparum, 36 jam pada malaria vivax dan ovale, dan 60 jam pada malaria
malariae.20
G. Diagnosis
A. Anamnesis
sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal.
10
endemik malaria. Riwayat tinggal didaerah endemik malaria. Riwayat
sakit malaria.21
dan tubuh kuning, Perdarahan hidung, gusi, tau saluran cerna, Nafas
cepat (sesak napas), Muntah terus menerus dan tidak dapat makan
minum, Warna air seni seperti teh pekat dan dapat sampai kehitaman,
Jumlah air seni kurang bahkan sampai tidak ada dan telapak tangan
sangat pucat.21
B. Pemeriksaan Fisis
gula darah < 50 mg/dL, Distress pernafasan, Temperatur > 40oC, tidak
Kreatinin > 1,5 mg/dL, Parasitemia > 5%, Bentuk Lanjut (tropozoit
H. Penatalaksanaan
A. Artemeter + Lumefantrin
11
a. 5-15 kg: 20/120 mg 2 kali sehari, selama 3 hari
B. Artesunat + Amodiakuin
50/135 mg, dan 100/270 mg. Dosis obat yang diberikan berdasarkan
C. Artesunat + Meflokuin
D. Dihidroartemisinin + Piperakuin
pediatrik 20/160 mg dan tablet dewasa 40/320 mg. Dosis obat yang
12
a. 5-8 kg: 20/160 mg 1 kali per hari, selama 3 hari
E. Artesunat + Sulfadoksin-Pirimetamin
13
F. Pengobatan Malaria Plasmodium falciparum Tanpa Komplikasi
piperakuin. Obat ini boleh diberikan pada anak dan dewasa, kecuali
I. Prognosis
malaria dengan asidosis laktat di mana kadarnya dalam darah vena mencapai
J. Komplikasi
14
BAB III
ASPEK LABORATORIUM
A. Pemeriksaan Mikroskopik
pada parasit. Teknik ini tetap menjadi baku emas untuk konfirmasi
laboratorium malaria.24
dan dilakukan saat puncak demam yang merupakan waktu jumlah parasit
Spesimen dapat diperoleh dengan menusuk jari atau daun telinga karena
kapiler, untuk kemudian dibuat slide tetes darah tipis dan tebal. Sediaan tetes
tipis untuk menentukan spesiesnya. Pada jari yang ditusuk lancet, ditekan
tengah kaca objek. Berikan tekanan lebih lanjut untuk memperoleh lebih
banyak darah dan dikumpulkan dua atau tiga tetes lebih besar, sekitar 1 cm
dari tetes untuk sediaan tipis. Untuk sediaan tipis, spreader diletakkan pada
sudut 45° di depan tetes darah pada bagian tengah kaca objek, lalu ditarik ke
15
Dengan salah satu sudut kaca spreader, ketiga tetes darah digabungkan
pada
12
permukaan datar dan rata terlindung dari lalat, debu dan panas, dibiarkan
metanol absolut sebentar saja agar titik Shuffner dapat terlihat, sedangkan
larut serta hanya menyisakan parasit dan leukosit. Pewarnaan yang paling
sering digunakan adalah pewarnaan Giemsa, Wright, atau Field, dan yang
parasit malaria dalam berbagai stadium. Jumlah parasit per mikroliter darah
dapat dilakukan dengan menghitung jumlah parasit setiap 200 leukosit pada
tetes tebal. Bila yang terhitung adalah <10 parasit, maka penghitungan
dibagi dengan 200 atau 500. Bila tidak ada data jumlah leukosit / uL, WHO
Untuk sediaan tipis, pemeriksaan dimulai dengan lensa objektif 10x dan
16
B. Rapid Diagnostic Test (RDT)
Bila pada darah terdapat parasit malaria, maka terjadi ikatan antara
antigen malaria dengan antibodi anti malaria. Antibodi ini akan membentuk
kompleks ini akan bergerak melalui zona deteksi akibat daya capillary. Pada
posisi test line akan terbentuk kompleks sandwich dengan antibodi kedua
17
deteksi menjadi tampak. Adanya garis merah di control line memastikan tes
tersebut valid.24
12
C. Pemeriksaan Serologi
aseksual malaria dalam darah. Deteksi antibodi malaria untuk diagnosis klinis
antibodi, tes serologis tidak praktis untuk diagnosis rutin malaria akut.24
D. Pemeriksaan PCR
PCR sangat sensitif untuk deteksi infeksi pada densitas parasit yang
rendah dan untuk menentukan spesies parasit. Namun pemeriksaan ini tidak
selalu tersedia pada fasilitas kesehatan dan memiliki harga yang cukup
mahal.24
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Center for Disease Control and Prevention. Malaria. 2018
2. Tangpukdee N, Duangdee C, Wilairatana P. Malaria Diagnosis. Korean J
Parasitol. 2009
3. Halim ID, Rampengan NH, Edwin J. Malaria Berat Pada Anak yang
Mendapat Pengobatan Kombinasi Kina dan Primakuin. Maj Kedokt Indon.
2006
4. Center for Disease Control and Prevention. Malaria. 2017
5. Center for Disease Control and Prevention. Malaria. 2016
6. Center for Disease Control and Prevention. Malaria. 2015
7. WHO. List Countries , Territories, and Areas : Vaccination Requirements and
Recommendations for Internasional Travellers, Including Yellow Fever and
Malaria. WHO Geneva. 2016
8. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pengendalian Malaria.
Kemenkes RI. 2016
9. WHO. Malaria. 2016
10. WHO. Call to Close Gaps in Prevention and Treatment to Defeat Malaria.
2015
11. Center for Disease Control and Prevention. Infectious Disease Related to
Travel, in Malaria. Division of Parastic Diseases and Malaria. Atlanta. 2015
12. Russell TL. Determinants of Host Feeding Success by Anopheles farauti.
Malaria Journal. 2016
13. Center for Disease Control and Prevention. Anopheles Mosquitoes. 2015
14. Vaughan AM. Malaria Parasite Pre-Erythrocytic Stage Infection. Cell Host
Microbe. 2008. 4(3) : p. 209-18
15. BMJ. Malaria Infection : Pathophysiology. Journal BMJ. 2016
16. Robinson LJ. Strategies for Understanding and Reducing the Plasmodium
vivax and Plasmodium ovale Hypnozoite Reservoir in Papua New Guinean
Children : A Randomised Placebo-Controlled Trial and Mathematical Model.
2015
17. Renia L. Cerebral Malaria : Mysteries at the Blood-Brain Barrier. Journal
About Virulence. 2012
18. Center for Disease Control and Prevention. Malaria : Biology. 2016
19. Bousema T. Epidemiology and Infectivity of Plasmodium falciparum and
Plasmodium Vivax Gametocytes in Relation to Malaria Control and
Elimination. Journal Clinical Microbiology Reviews. 2011. 24(2) : p. 377-410
20. Sudoyo AW, Syam AF, dan Alwi S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II.
Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing. 2014.
21. Balley JW. Guideline : The Laboratory Diagnosis of Malaria. Br J Haematol.
2013. 163(5) : p. 573-80
22. Center for Disease Control and Prevention. Malaria Treatments. 2017
23. WHO. Guidelines for the Treatments of Malaria. 2015
24. Rinawaty W, Henrika F. Diagnosis Laboratorium Malaria. Departemen
Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2019
19
12