A. Hasil Penelitian
penilaian laporan hasil percobaan atau praktikum, dan tes hasil belajar. Hasil
Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 5-8 April 2017. Dalam penelitian
ini dilakukan tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada tahapan
pembelajaran fase satu sampai empat. Pertemuan kedua dilaksanakan pada fase
rendah berdasarkan nilai Ujian Akhir Semester (UAS) pada Mata Kuliah Kimia
67
2
Kimia UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang mengambil mata kuliah kimia
siap mengikuti pembelajaran. Sebelum diajarkan konsep sel Volta, terlebih dahulu
Mahasiswa diarahkan agar dapat mencari keterkaitan antara konsep reaksi redoks
inkuiri berbasis argumen dapat dilihat dari aktivitas yang dilakukan oleh
bagi sel Volta. Oleh sebab itu, mahasiswa harus memahami konsep penyetaraan
reaksi redoks terlebih dahulu agar dapat mempelajari konsep sel Volta.
diberikan pertanyaan mengenai baterai sebagai aplikasi dari konsep sel Volta,
tidak semua mahasiswa dapat menjawab pertanyaan tersebut. Begitu pula ketika
dengan baik. Secara keseluruhan, aktivitas mahasiswa pada fase satu diperoleh
83,33% dan dapat dikategorikan sangat baik. Aktivitas pada fase ini dapat dilihat
praktikum).
melalui Lembar Kerja Mahasiswa (LKM) inkuiri berbasis argumen. Untuk dapat
pertanyaan yang ada pada LKM. Langkah selanjutnya yaitu mahasiswa diminta
berkelompok sesuai dengan arahan dari peneliti. Berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan saat proses pembelajaran dapat diketahui bahwa semua mahasiswa pada
setiap kelompok mengamati wacana yang disajikan dalam LKM, ada yang
membaca bersama-sama dan ada pula yang membacakan satu orang, sementara
untuk membuat rumusan masalah dan hipotesis, ada beberapa mahasiswa yang
mahasiswa. Begitu pula saat mahasiswa diminta untuk membuat variabel bebas,
kontrol, dan terikat, dan membuat rancangan percobaan yang akan dilakukan, ada
kelompok dan ada pula yang berperan sebagai pencatat hasil pengamatan. Secara
dikategorikan sangat baik. Aktivitas mahasiswa pada fase ini dapat dilihat pada
Gambar 4.2.
pada LKM. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan saat proses pembelajaran
yakni negotiation shape I, writing personal meaning for laboratory activity atau
100%, dan dapat dikategorikan sangat baik. Aktivitas mahasiswa pada fase ini
kelompok kecil).
tentatif berdasarkan pada setiap rumusan masalah yang dibuat. Berdasarkan hasil
observasi saat proses pembelajaran dapat diketahui bahwa mahasiswa aktif dalam
bekerjasama dalam menyelesaikan setiap bagian pada lembar argumen. Ada lima
mahasiswa pada fase 4 yakni negotiation shape II, sharing and comparing data
interpretasi data dalam kelompok kecil diperoleh 100%, dan dapat dikategorikan
sangat baik. Aktivitas mahasiswa pada fase ini dapat dilihat pada Gambar 4.4.
sumber lainnya).
Pada fase ini ada dua kegiatan yaitu memverifikasi argumen tentatif
dengan dasar teori ilmiah dan adu argumen. Pada fase ini, pernyataan-pernyataan
yang telah dibuat oleh mahasiswa setelah melakukan diskusi dalam kelompok,
selanjutnya dibandingkan dengan teori baik dari buku maupun sumber lain.
klaim yang dibuat pada argumen tentatif atau pada kegiatan di fase empat.
dalam mencari teori yang dapat dijadikan dasar untuk memperkuat argumen
tentatif yang dibuat. Sebagian besar mahasiswa menggunakan buku sebagai dasar
yang dibutuhkan.
Pada saat kegiatan adu argumen, sebagian besar mahasiswa masih belum
kelompok melebihi batas waktu yang ditentukan. Selain itu, pembagian tugas saat
klaim, pertanyaan, pendapat, maupun sanggahannya. Hal ini dapat dilihat melalui
persentase aktivitas mahasiswa pada saat adu argumen yang rata-rata hanya
kategori cukup. Secara keseluruhan, aktivitas mahasiswa pada fase lima, yakni
9
resources atau membandingkan ide-ide sains dengan buku teks atau sumber
Pada fase ini, kemampuan mahasiswa dalam menulis ilmiah akan diamati,
karena setiap kelompok diminta untuk membuat laporan akhir hasil percobaan.
Dengan adanya adu argumen pada fase lima dapat memantapkan konsep ilmiah
10
mahasiswa yang akan dituliskan dalam bentuk laporan. Laporan yang dibuat oleh
setiap kelompok ini harus berdasarkan data hasil percobaan yang telah
diantaranya ada yang masih kurang dalam membahas hasil percobaan. Sebagian
besar kelompok belum dapat membuat kesimpulan hasil percobaan secara efektif,
seperti masih panjangnya kesimpulan yang dibuat, tidak mengena pada inti dari
tujuan praktikum, dan menuliskannya dalam bentuk paragraf bukan poin per poin
ataupun diagram alir. Secara keseluruhan, aktivitas mahasiswa pada fase enam,
yakni negotiation shape IV, individual reflections and writing atau masing-masing
individu merefleksi dan menulis diperoleh 100%, dan dapat dikategorikan sangat
baik. Aktivitas mahasiswa pada fase enam dapat dilihat pada Gambar 4.6.
Fase ketujuh adalah tahap eksplorasi yang merupakan fase terakhir dari
pembelajaran sel Volta menggunakan model inkuiri berbasis argumen. Pada fase
ini, eksplorasi ditujukan untuk menguatkan konsep yang telah didapatkan. Tahap
ini dilakukan dengan tanya jawab antara peneliti dan mahasiswa seputar materi sel
Volta yang telah diajarkan. Selanjutnya, mahasiswa diberikan tes hasil belajar
pembelajaran.
oleh peneliti. Akan tetapi, tidak semua mahasiswa dapat menjawab pertanyaan
dari peneliti saat mengulas materi yang telah didiskusikan ketika adu argumen,
hanya beberapa mahasiswa yang terlihat antusias dan aktif dalam menjawab
pertanyaan. Selanjutnya, tes hasil belajar dilakukan pada pertemuan ketiga dan
seluruh mahasiswa mengikuti tes hasil belajar untuk melihat keterampilan berpikir
Aktivitas mahasiswa pada fase ini dapat dilihat pada Gambar 4.7.
12
Keterangan:
Volta
mahasiswa dalam menyelesaikan LKM inkuiri berbasis argumen pada konsep sel
Volta dapat dilihat dari nilai yang diperoleh kelompok belajar mahasiswa pada
argumen pada pembelajaran sel Volta dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Nilai pada Tahapan Inkuiri Berbasis Argumen yang dicapai oleh
Setiap Kelompok pada LKM
Tahapan Rata-
Nilai Kelompok Kriteria
Inkuiri rata
Berbasis
Li Na K Mg Ca Ba Fe Ni
Argumen
66,6 Sangat
1 66,67 100 100 100 100 66,67 66,67 83,33
7 Baik
2 60 80 86,67 66,67 66,67 80 53,33 80 71,67 Baik
62,9
3 74,07 96,3 70,37 70,37 81,48 66,67 92,59 76,85 Baik
6
63,8
4 94,44 80,56 83,33 72,22 86,11 69,44 75 78,13 Baik
9
70,5
5 64,71 60,29 64,71 55,88 54,12 58,82 70,59 62,46 Cukup
9
Sangat
6 87,5 79,17 91,67 75 79,17 87,5 87,5 91,67 84,90
Baik
7 50 50 100 100 100 100 100 100 87,50 Sangat
14
Baik
68,5
Rata-rata 79,84 84,88 75 71,37 80,81 69,35 82,26 76,51 Baik
5
Keterangan:
1: Exploration of pre-instruction understanding (eksplorasi pengetahuan awal)
2: Participation in laboratory activity (melakukan atau mengamati percobaan)
3: Negotiation shape I: writing personal meaning for laboratory activity (menginterpretasi data tiap
individu)
4: Negotiation shape II: sharing and comparing data interpretations in small groups
(membandingkan claim data dalam kelompok)
5: Negotiation shape III: comparing science ideas to textbooks or other printed resources
(membandingkan claim data dengan teori dan adu argumen antar kelompok)
6: Negotiation shape IV: individual reflections and writing (menuliskan kembali claim hasil
argumentasi dan menulis laporan)
7: Exploration of post instruction understanding (eksplorasi untuk menguatkan konsep)
mampu menyelesaikan setiap tugas yang ada pada LKM dengan baik. Nilai rata-
rata tertinggi dalam menyelesaikan LKM diperoleh oleh kelompok Kalium yakni
sebesar 84,88 dan dapat dinyatakan sangat baik, sedangkan nilai rata-rata terendah
diperoleh oleh kelompok Litium yakni sebesar 68,55 dan dapat dinyatakan cukup.
82,26. Adapun nilai rata-rata pada Tabel 4.2 didapatkan berdasarkan hasil analisis
Nilai rata-rata tertinggi untuk tahap inkuiri berbasis argumen yaitu pada
menjawab pertanyaan ulang dan menyimak penjelasan dari peneliti dengan sangat
baik. Nilai rata-rata terendah pada fase lima, negotiation shape III: comparing
data dengan teori dan adu argumen antar kelompok sebesar 62,60, dan
yaitu dengan menggunakan tes hasil belajar yang disusun berdasarkan pada
setelah pembelajaran inkuiri berbasis argumen. Tes ini terdiri dari 7 soal uraian.
Data dikelompokkan berdasarkan kelompok prestasi yaitu dari nilai Ujian Akhir
Tabel 4.3 Nilai Tes Hasil Belajar Mahasiswa Berdasarkan Kelompok Prestasi
Rata-
Kelompok Interpretasi
Nilai Tes Hasil Belajar rata
Prestasi
1 2a 2b 2c 3 4 5
Tinggi 92,5 95,83 100 93,75 96,88 71,88 95 92,26 Sangat Baik
Sedang 85,93 91,36 91,36 86,11 84,26 50,93 88,15 82,58 Sangat Baik
Rendah 65 100 75 87,5 81,25 56,25 65 75,71 Baik
Rata-rata 81,14 95,73 88,79 89,12 87,46 59,69 82,72 83,09 Sangat Baik
Keterangan:
Indikator KBKr no 1 membangun keterampilan dasar (mengamati dan mempertimbangkan hasil
pengamatan)
Indikator KBKr no 2a menyimpulkan (membuat dan menilai pertimbangan: mengaplikasikan
konsep, seperti prinsip, hukum, dan azas)
Indikator KBKr no 2b menyimpulkan (membuat dan menilai pertimbangan: mengaplikasikan
konsep, seperti prinsip, hukum, dan azas)
Indikator KBKr no 2c menyusun strategi dan taktik (memutuskan tindakan: memilih kriteria untuk
mempertimbangkan kemungkinan jalan keluar)
Indikator KBKr no 3 memberikan penjelasan sederhana (menganalisis argumen: mengidentifikasi
alasan yang dinyatakan)
16
Berdasarkan Tabel 4.3, secara keseluruhan nilai rata-rata tes hasil belajar
adalah 83,09 dengan kriteria sangat baik. Nilai tertinggi adalah kelompok tinggi
dengan nilai rata-rata 92,26 dan nilai terendah adalah kelompok rendah yaitu
75,71. Sementara kelompok sedang memiliki nilai rata-rata sebesar 82,58. Adapun
nilai rata-rata pada Tabel 4.3 ini didapatkan berdasarkan analisis data yang
Nilai rata-rata tertinggi untuk keseluruhan kelompok prestasi ada pada soal
nomor 2a dengan nilai sebesar 95,73 dan dapat dikatakan mahasiswa dapat
menjawab soal dengan sangat baik pada nomor ini. Pada soal nomor 2a
mahasiswa diminta untuk memilih diantara dua persamaan reaksi redoks yang
berlangsung spontan dan tidak spontan. Sementara nilai rata-rata terendah untuk
keseluruhan kelompok prestasi ada pada nomor 4 dengan nilai sebesar 59,69 atau
jika dibulatkan hanya mencapai nilai 60. Pada soal nomor 4 ini dapat dikatakan
bahwa mahasiswa belum dapat menjawab soal dengan baik. Pada soal nomor 4
mahasiswa diminta untuk memilih pasangan logam dan larutan elektrolit yang
paling tepat untuk menggantikan peran baterai dengan voltase minimal 2,5 volt.
Pada saat uji coba, soal nomor 4 tidak valid, sehingga harus diganti sesuai saran
dari validator dan dosen pembimbing sehingga soal nomor 4 menjadi soal yang
B. Pembahasan
untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis pada konsep sel Volta. Hasil
pembelajaran ada pada rentang 83,33-100% dengan rata-rata sebesar 96,43% dan
Adapun indikator pembelajaran pada tahap pertama atau fase satu yakni
eksplorasi pengetahuan awal dari inkuiri berbasis argumen ialah mahasiswa dapat
prasyarat dari sel Volta, menjawab pertanyaan seputar aplikasi sel Volta dalam
Hal ini terjadi karena pada indikator menjawab pertanyaan seputar baterai sebagai
aplikasi dari sel Volta ada empat kelompok yang tidak menjawab, yaitu kelompok
Litium, Natrium, Besi, dan Nikel. Hampir semua anggota kelompok tersebut
hanya diam dan tidak memberikan jawaban. Hal ini disebabkan karena kurang
Dimyati dan Mudjiono (2013: 85) berpendapat bahwa motivasi belajar menjadi
hal yang penting bagi peserta didik dan pengajar. Pentingnya motivasi bagi
pendidik untuk memilih satu dianatara berbagai peran seperti sebagai fasilitator,
ini berarti peneliti adalah mengubah mahasiswa yang tidak berminat belajar
pada tahap ini adalah 100% dan dapat dikategorikan sangat baik. Berdasarkan
Pada fase ini ada dua kelompok yang masih kesulitan membuat rumusan
masalah, yakni kelompok Kalium dan Magnesium. Kesulitan ini diakibatkan oleh
keraguan mahasiswa dengan hipotesis yang akan dibuat untuk menjawab rumusan
19
keraguan dan ketakutan berbuat salah, sehingga akan menghambat proses belajar.
Oleh karena itu, peneliti harus berperan sebagai fasilitator dan motivator agar
menginterpretasi ini sama dengan kegiatan menganalisis data pada tahap inkuiri.
kesimpulan. Persentase aktivitas mahasiswa pada tahap ini adalah 100% dan
Berdasarkan hasil observasi pada fase ini, setiap kelompok terlihat aktif
kelompok Besi dan Nikel. Kedua kelompok tersebut terlihat membagikan soal
ini sudah sesuai dengan aktivitas yang diharapkan muncul pada fase 3. Menurut
Anitah W. (2008: 22) jika diskusi berjalan dengan baik, maka diskusi dapat
belajar.
belum pasti, masih dapat berubah, atau sementara waktu. Jadi, argumen yang
dibuat oleh mahasiswa bersifat sementara atau dapat berubah pada waktu tertentu.
Persentase aktivitas mahasiswa pada tahap ini adalah 100% dan dikategorikan
sangat baik.
berdiskusi, membagi tugas, dan mencari keterkaitan antara data yang diperoleh
dengan klaim yang dibuat melalui buku sumber belajar dan internet. Mahasiswa
terlihat aktif dalam mengutarakan pendapat. Pada tahap ini, aktivitas mahasiswa
pembacanya.
Tahap kelima atau fase 5 yakni membandingkan klaim dengan teori dan
tentatif yang telah dibuat. Menurut Andrews (2010: 39) kegiatan argumentasi
pandangan, mencari dan menyediakan bukti yang baik untuk mendukung klaim
dan proposisi. Persentase aktivitas mahasiswa pada tahap ini adalah 100% dan
Seperti yang terjadi pada kelompok Besi hanya dua orang yang mendominasi
argumennya. Hal yang sama terjadi pada kelompok Kalsium, yang mendominasi
kegiatan argumentasi hanya dua orang, sementara anggota yang lain tidak aktif
menjawab maupun mengajukan pertanyaan kepada kelompok lain. Hal ini terjadi
pertanyaan dari kelompok lawan, mahasiswa yang sudah memiliki jawaban tidak
Menurut Adywibowo (2010: 38) kepercayaan diri seorang peserta didik dapat
22
pengalaman sukses atau berhasil dalam hidupnya sebanyak mungkin, mulai dari
percaya diri.
laporan hasil percobaan. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menilai aktivitas
mahasiswa saat menulis laporan sebagai karya tulis ilmiah. Seperti pada tahap
kaidah tertentu, metode ilmiah, berdasarkan pada data hasil observasi, dan
memiliki gaya penulisan tertentu. Hal ini sejalan dengan laporan hasil percobaan
aktivitas mahasiswa dalam tahap ini adalah 100% dan dikategorikan sangat baik.
penulisan laporan hasil percobaan yang sesuai dengan ketentuan dari peneliti. Di
Sehingga hasil tulisannya tidak sesuai dengan kaidah penulisan yang benar.
hasil percobaan tepat waktu. Hal ini menunjukkan keseriusan, disiplin, dan
didapatkan. Pada tahap ini, untuk menjelaskan kembali konsep sel Volta,
mahasiswa diberikan pertanyaan secara lisan oleh peneliti mengenai definisi dan
prinsip kerja dari sel Volta. Tujuan dari tahap ini adalah untuk mengecek
pemahaman mahasiswa mengenai konsep sel Volta. Tahap ini dapat pula disebut
pengesahan, atau pembenaran. Jadi pada tahap ini, selain mengajukan pertanyaan
kepada mahasiswa, peneliti mengoreksi klaim yang belum sesuai dengan teori dari
setiap kelompok setelah adu argumen dan menambahkan informasi atau konsep
yang belum mahasiswa dapatkan. Persentase aktivitas mahasiswa pada tahap ini
menyimak penjelasan yang diberikan oleh peneliti terkait konsep sel Volta.
Namun ketika peneliti mengajukan pertanyaan mengenai definisi sel Volta dan
prinsip kerja dari sel Volta tidak semua mahasiswa aktif mengangkat tangan untuk
peneliti. Sedangkan kelompok Litium dan Natrium tidak ada yang mengangkat
tangan untuk menjawab pertanyaan. Hal ini terjadi kemungkinan karena fokus
24
sejalan dengan pendapat Rooijaikker (dalam Dimyati dan Mudjiono: 2013: 239)
bahwa konsentrasi belajar selama 30 menit telah menurun. Oleh Karena itu,
peneliti memiliki strategi agar fokus mahasiswa dapat meningkat kembali yaitu
argumen. LKM ini berfungsi sebagai panduan bagi mahasiswa dalam melakukan
kegiatan saat mempelajari sel Volta. Mahasiswa menyelesaikan tugas pada LKM
menyelesaikan LKM inkuiri berbasis argumen secara terperinci pada setiap tahap
dengan konsep sel Volta. Mahasiswa diberikan pertanyaan secara lisan oleh
pada buku catatan masing-masing dan salah seorang mahasiswa maju ke depan
aplikasi dari konsep sel Volta. Hal ini sejalan dengan pendapat Krismanto (2003:
Lebih lanjut Krismanto (2013: 10) menyebutkan bahwa kegiatan apersepsi yakni
25
terdahulu yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari yang dapat
motivasi ialah usaha membangkitkan daya penggerak pada peserta didik untuk
Pada fase ini mahasiswa tidak diberikan pertanyaan atau soal tentang
konsep secara tertulis pada LKM. Sehingga, analisis penyelesaian LKM diperoleh
dari lembar observasi aktivitas mahasiswa yang dapat dilihat pada rumusan
berbasis argumen. Indikator KBKr yang dikembangkan pada fase ini adalah
oleh peneliti. Memberikan penjelasan sederhana dalam hal ini ialah memfokuskan
1985: 46).
Berdasarkan pada Tabel 4.2, pada fase ini nilai rata-rata penyelesaian
LKM yang diperoleh adalah 83,33. Perolehan nilai tersebut sesuai dengan
aktivitas mahasiswa pada tahap ini yang hanya mencapai 83,33%. Hal ini
Salah satu faktor yang menyebabkan mahasiswa mendapatkan nilai yang sangat
baik ini adalah karena mahasiswa telah dikondisikan agar belajar mengenai
konsep reaksi redoks sebelum mengikuti kegiatan pembelajaran sel Volta di kelas.
26
pertanyaan mengenai hubungan konsep reaksi redoks dengan sel Volta, berarti
diharapkan dan telah melakukan kegiatan belajar bermakna. Hal ini sejalan
dengan pendapat Dahar (2011: 96) yang menyatakan bahwa belajar bermakna
terkait dengan proses asimilasi informasi baru pada pengetahuan yang sudah ada
variabel pada setiap rumusan masalah berdasarkan wacana yang disajikan pada
menyelesaikan setiap tugas yang diberikan pada tahap ini. Indikator KBKr yang
menyelesaikan fase ini mendapat nilai rata-rata sebesar 71,67, dapat dikatakan
mahasiswa pada tahap ini mencapai 100%, akan tetapi ada empat kelompok yang
terlihat masih kesulitan pada saat membuat rumusan masalah dan hipotesis
sebelum praktikum. Hal ini dapat dilihat dari nilai yang diperoleh kelompok
tersebut pada Tabel 4.2. Selain itu, rumusan masalah yang dibuat kurang relevan
dengan tugas yang diberikan. Hal ini terjadi karena mahasiswa dalam kelompok
kepada salah satu anggota kelompok saja. Keaktifan mahasiswa pada saat belajar
dipengaruhi oleh motivasi yang ada pada diri mahasiswa. Hal ini sejalan dengan
pendapat Dimyati dan Mudjiono (2013: 80) bahwa aktivitas belajar peserta didik
didorong oleh kekuatan mentalnya yang dalam hal ini berarti motivasinya.
Kekuatan mental tersebut ada yang tergolong tinggi dan rendah. Lebih lanjut
Dimyati dan Mudjiono (2013: 109) menyatakan bahwa motivasi belajar peserta
didik perlu untuk terus dihidupkan agar mencapai hasil belajar yang optimal.
Pada fase ketiga yakni negotiation shape I: writing personal meaning for
LKM setelah melakukan percobaan. Ada Sembilan pertanyaan yang harus dijawab
dalam hal ini adalah membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi,
28
menginterpretasikan suatu pernyataan (Ennis, 1985: 46). Menurut Sari (2016: 84)
dalam menyelesaikan fase ini mendapat nilai rata-rata sebesar 76,85, dan dapat
dikembangkan dengan baik. Namun, ada dua kelompok yang mendapatkan nilai
rata-rata terendah yakni 62,96 dan 66,67. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok
tersebut belum dapat dikatakan baik dalam menjawab setiap pertanyaan yang
disajikan. Sementara itu, pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa enam kelompok
yang lain sudah dapat menjawab setiap pertanyaan dengan baik dan bahkan sangat
baik. Dalam menyelesaikan tugas pada tahap ini diperlukan proses kognitif.
Menurut Khanifah, dkk. (2012: 72) ranah kognitif meliputi kegiatan mental (otak)
Pada fase keempat yakni negotiation shape II: sharing and comparing
klaim, data, pembenaran (warrant), dan pendukung atau penguat dari klaim
29
(backing). Hal ini sejalan dengan Toulmin (2003: 97) yang mengajukan pola
masalah. Indikator KBKr yang dikembangkan pada tahap ini adalah membuat
penjelasan lebih lanjut. Membuat penjelasan lebih lanjut dalam hal ini ialah
adalah menyatakan alasan yang tidak diutarakan serta asumsi yang diperlukan,
dalam menyelesaikan fase ini mendapat nilai rata-rata sebesar 78,13 dan dapat
dapat dikembangkan dengan baik. Namun ada dua kelompok yang mendapat nilai
rata-rata sebesar 63,89 dan 69,44 yang menunjukkan bahwa mahasiswa pada
tentatif. Sementara enam kelompok yang lain sudah mampu menyelesaikan tugas
dengan baik dan bahkan sangat baik. Pada tahap membuat argumen tentatif ini
dibutuhkan daya nalar dari mahasiswa. Daya nalar atau reasoning menurut
ialah suatu proses dalam mendapatkan kesimpulan yang logis berdasarkan fakta
Pada fase kelima yakni negotiation shape III: comparing science ideas to
argumen tentatif yang dibuat dengan teori-teori yang dapat dijadikan sebagai
dengan satu kelompok yang lain untuk melaksanakan adu argumen. Indikator
KBKr yang dikembangkan pada fase ini adalah menyusun strategi dan taktik.
Menyusun strategi dan taktik dalam hal ini adalah berinteraksi dengan orang lain,
1985: 46).
dalam menyelesaikan fase ini mendapat nilai rata-rata sebesar 62,46 dan dapat
dikatakan bahwa secara keseluruhan indikator menyusun strategi dan taktik ini
menyelesaikan tahap ini dengan baik hanya sampai pada kategori cukup. Hal ini
terjadi karena sebagian besar mahasiswa terlihat belum siap dengan strategi yang
akan digunakan saat melakukan kegiatan adu argumen. Hal tersebut berakibat
pada penggunaan waktu yang kurang efektif dan keaktifan mahasiswa saat
kegiatan adu argumen terlihat kurang. Hanya sebagian kecil mahasiswa yang aktif
dalam berpikir secara logis. Sehingga peneliti ketika akan melaksanakan kegiatan
saat mengutarakan pendapat. Hal ini sejalan dengan Dimyati dan Mudjiono (2013:
173) yang menyatakan bahwa salah satu peranan pendidik yang penting pada
31
Pada fase keenam yakni negotiation shape IV: individual reflections and
writing mahasiswa diharapkan dapat membuat karya tulis ilmiah berupa laporan
hasil percobaan. Laporan disusun berdasarkan data hasil percobaan dan hasil
kegiatan adu argumen. Indikator KBKr yang dikembangkan pada tahap ini adalah
membuat penjelasan lebih lanjut. Membuat penjelasan lebih lanjut dalam hal ini
dan dapat membuat asumsi yang dibutuhkan, serta membangun kembali argumen
dalam menyelesaikan fase ini mendapat nilai rata-rata sebesar 84,90 dan dapat
dengan sangat baik. Namun ada kelompok yang masih kurang relevan dalam
membuat kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan dan pengutipan pada
dasar teori yang belum tepat. Ini disebabkan oleh mahasiswa yang tidak aktif
bertanya dan membaca kaidah penulisan karya ilmiah yang benar. Hal ini sejalan
membaca dan mendengarkan. Dari Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa kelompok Nikel
32
dan Kalium mendapat nilai rata-rata tertinggi yaitu sebesar 91,67. Sementara tujuh
kelompok yang lain mendapatkan nilai dengan kategori baik dan sangat baik.
menunjang pemahaman mahasiswa pada konsep sel Volta. Hal ini sejalan dengan
Rosidi (2009: 3) yang menyatakan bahwa kegiatan menulis menjadi kegiatan yang
penting dalam dunia pendidikan karena dapat membantu peserta didik dalam
diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan kembali konsep yang telah diterima dari
pada fase ini adalah membuat penjelasan lebih lanjut. Membuat penjelasan lebih
tidak dinyatakan dan dapat membuat asumsi yang dibutuhkan, serta membangun
menyelesaikan fase ini mendapat nilai rata-rata sebesar 87,50 dan menunjukkan
mahasiswa sudah dapat menerima konsep sel Volta yang telah dipelajari. Namun,
ada dua kelompok yang terlihat tidak aktif pada tahap ini karena fokus mahasiswa
yang menurun saat peneliti menjelaskan konsep. Hal ini sejalan dengan pendapat
Desmita (2012: 193) bahwa setiap peserta didik memberikan respon yang berbeda
karena itu, peneliti harus memiliki strategi agar mahasiswa dapat kembali fokus
belajar.
argumen ini dikategorikan baik dengan perolehan nilai rata-rata sebesar 76,51.
Nilai rata-rata tertinggi penyelesaian LKM diperoleh pada fase exploration of post
87,50. Sedangkan nilai rata-rata terendah penyelesaian LKM diperoleh pada fase
resources atau membandingkan klaim data dengan teori dan adu argumen antar
kelompok yaitu sebesar 62,46. Perolehan nilai rata-rata terendah ini diakibatkan
optimal, dan kemampuan berkomunikasi yang belum optimal. Hal ini sejalan
dengan Siswandi (2006: 27) bahwa belajar akan bermakna apabila peserta didik
berbasis argumen ini didapatkan oleh kelompok Kalium dengan nilai sebesar
84,88, sementara nilai rata-rata terendah diperoleh oleh kelompok Litium dengan
34
nilai sebesar 68,55. Pada tahap pertama penyelesaian LKM ini kelompok Kalium
66,67 karena kelompok Litium tidak aktif menjawab pertanyaan dari peneliti.
Pada fase kedua, kelompok Litium memperoleh nilai 60, sementara kelompok
Kalium memperoleh nilai 86,67. Fase kedua ini berkaitan dengan pembuatan
rumusan masalah dan variabel. Hipotesis yang dibuat oleh kelompok Litium
kurang relevan dengan rumusan masalah. Begitu juga pada fase ketiga, kelompok
penyelesaian LKM inkuiri berbasis argumen pada fase 2 pada kelompok Litium
dan Kalium dapat dilihat pada Gambar 4.8 dan Gambar 4.9.
35
fase 2 yang dibuat oleh kelompok Litium dan Kalium. Perbedaan tersebut
telah dibuat. Hipotesis yang dibuat oleh kelompok Kalium sudah sesuai dengan
Hipotesis yang diharapkan dari rumusan masalah pertama adalah bahwa tidak
36
semua logam mampu mengalami reaksi redoks spontan atau reaksi redoks spontan
terjadi apabila potensial reduksi standar logam lebih kecil daripada potensial
reduksi ion logam dalam elektrolit yang akan direaksikan. Hipotesis yang
diharapkan dari rumusan masalah kedua yakni pasangan logam dan larutan
elektrolit pada sel Volta akan mempengaruhi besarnya potensial sel yang
yakni rangkaian sel Volta dengan menggunakan jembatan garam dan tidak
berlangsung.
pembelajaran inkuiri berbasis argumen pada konsep sel Volta diperoleh nilai rata-
rata sebesar 83,52 dengan kategori sangat baik. Nilai rata-rata tersebut didapatkan
dari nilai rata-rata kelompok prestasi tinggi, sedang, dan rendah yaitu 92,26,
82,56, dan 75,71. Pada tes hasil belajar yang mengacu pada indikator KBKr ini
terdiri atas tujuh soal uraian yang sebagian besar soalnya harus dijawab dengan
menyertakan alasannya. Adapun indikator KBKr pada tes hasil belajar sel Volta
yang dikembangkan ialah indikator KBKr menurut Ennis (1985: 46). Indikator
KBKr pada nomor 1 yaitu membangun keterampilan dasar. Indikator KBKr pada
Indikator KBKr pada nomor 4 adalah menyusun strategi dan taktik. Sedangkan
Berdasarkan pada Tabel 4.3 nilai rata-rata tes KBKr ini memiliki nilai
yang konstan, yakni nilai rata-rata kelompok prestasi lebih tinggi dari kelompok
sedang, dan kelompok sedang lebih tinggi dari kelompok rendah. Nilai rata-rata
terendah pada tes KBKr ini terdapat pada soal nomor empat yaitu sebesar 59.69
atau jika dibulatkan hanya sampai pada nilai 60 dan dikategorikan cukup.
Indikator KBKr yang dikembangkan pada nomor empat adalah menyusun strategi
atau taktik. Hal ini terjadi karena soal nomor empat memiliki tingkat kesukaran
paling tinggi sehingga dibutuhkan pemahaman dalam membaca soal ini. Sebagian
mahasiswa yang dapat mengerjakan soal nomor empat dengan tepat, dan setiap
kelompok prestasi ada yang tepat dalam menjawab soal ini. Sementara nilai rata-
rata tertinggi pada tes KBKr ini terdapat pada soal nomor 2a yaitu sebesar 95,73.
nilai KBKr tinggi dalam proses pembelajaran memiliki aktivitas yang bagus.
yang mendapatkan nilai rata-rata yang tinggi pada saat tes KBKr yaitu sebesar
92.86, ternyata saat proses pembelajaran sering kali menjawab pertanyaan yang
38
diajukan oleh peneliti, juga mengajukan pertanyaan mengenai konsep yang belum
nilai rata-rata yang rendah pula yaitu sebesar 64,29. Hal terebut menunjukkan
bahwa aktivitas yang baik cenderung dapat menghasilkan pemahaman yang baik
pula. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Putra, dkk. (2017) bahwa
secara keseluruhan siswa yang memiliki aktivitas belajar yang tinggi maka akan
Keterampilan berpikir kritis ini merupakan kegiatan yang tidak tampak tetapi
dapat diukur melalui kegiatan tertentu seperti berbicara dan menulis. Kemampuan
berdasarkan tulisannya.
pembelajaran inkuiri berbasis argumen pada konsep sel Volta ini dapat dikatakan
sudah mencapai optimal dengan perolehan nilai rata-rata yang mencapai 83,52.
dibandingkan dengan nilai rata-rata yang diperoleh oleh mahasiswa pada saat
UAS pada mata kuliah kimia dasar I, ketika soalnya dibuat berdasarkan indikator
Perolehan hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Redhana
maupun sebagian besar indikator. Penelitian yang dilakukan Demirbag dan Gunel
Science Inquiry (ABSI) dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Dengan
pembelajaran kimia yang relevan, seperti pada jenis konsep abstrak dengan contoh
konkrit, dan konsep berdasarkan prinsip. Adanya kegiatan inkuiri dan berargumen
kritis mahasiswa. Akan tetapi, model-model pembelajaran lain pun bagus untuk
dapat tercapai.