Anda di halaman 1dari 14

MIRA MAHMUDAH

NPM : BK.2.15.015
Styrofoam sebagai kemasan makanan, sebaiknya penggunaannya
bukan sekedar sebagai bungkus tetapi perlu diperhatikan
keamanannya, karena fungsi dari kemasan makanan yaitu untuk
kesehatan, pengawetan dan kemudahan.
Bahaya styrofoam berasal dari butiran-
butiran styrene, yang diproses dengan menggunakan benzana, inilah
yang termasuk zat yang dapat menimbulkan banyak penyakit. Benzana
bisa menimbulkan masalah pada kelenjar tyroid, mengganggu sistem
syaraf sehingga menyebabkan kelelahan, mempercepat detak jantung,
sulit tidur, badan menjadi gemetaran, dan menjadi mudah gelisah.
Efek lainnya, sistem imun akan berkurang sehingga kita mudah
terinfeksi. Pada wanita, zat ini berakibat buruk terhadap siklus
menstruasi dan mengancam kehamilan. Dan yang paling berbahaya,
zat ini bisa menyebabkan kanker payudara dan kanker prostat
Selain itu, styrofoam juga terbukti tidak ramah lingkungan, karena tidak
dapat diuraikan sama sekali. Bahkan pada proses produksinya sendiri
menghasilkan limbah yang tidak sedikit sehingga dikategorikan
sebagai penghasil limbah berbahaya ke-5 terbesar di dunia oleh EPA
(Enviromental Protection Agency, 2013).
Fenomena yang terjadi yakni banyaknya pedagang kaki lima yang menyajikan
makanan dalam keadaan panas dengan menggunakan styrofoam karena
menurut para pedagang kemasan styrofoam sangat praktis dan murah.
Pedagang yang ada di pasar tradisional Tanjungsari diantaranya baso, bubur
ayam, kupat tahu, lumpia basah, seblak, gorengan, rujak, batagor, awug, kue
basah, buah-buahan dan sayuran. Beberapa pedagang yang menggunakan
styrofoam dengan kondisi makanan panas diantaranya baso, bubur ayam,
pisang keju, seblak, lumpia basah, gorengan, batagor dan awug. Penyajian
yang dilakukan pada pedagang tersebut yaitu menggunakan styrofoam secara
langsung pada saat makanannya sudah matang dan dalam kondisi panas.
Hasil wawancara dari 10 pedagang, 9 orang diantaranya menggunakan
styrofoam sebagai pembungkus makanan.
Dari 10 orang tersebut, 9 orang mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui
dampak styrofoam bagi kesehatan maupun lingkungan. Dan mereka
mengatakan bahwa syrofoam merupakan wadah yang praktis, menarik, mudah
didapatkan serta murah sehingga untuk pengemasan produk makanan selalu
menggunakan styrofoam. Pernyataan mereka menurut penulis karena mereka
tidak tahu mengenai bahaya styrofoam terutama digunakan pada makanan
yang panas.
Hasil wawancara didapatkan pula bahwa sampai sekarang belum ada dari
dinas kesehatan yang memberitahukan tentang pelarangan penggunaan
styrofoam
Bagaimana hubungan pengetahuan dan sikap penjamah makanan
dengan perilaku penggunaan styrofoam pada kemasan makanan di
pasar tradisional Tanjungsari Kabupaten Sumedang tahun 2017?
Untuk mengetahui pengetahuan penjamah makanan mengenai
penggunaan styrofoam pada kemasan makanan di pasar tradisional
Tanjungsari Kabupaten Sumedang tahun 2017.
Untuk mengetahui sikap penjamah makanan mengenai penggunaan
styrofoam pada kemasan makanan di pasar tradisional Tanjungsari
Kabupaten Sumedang tahun 2017.
Untuk mengetahui perilaku dalam penggunaan styrofoam pada
kemasan makanan di pasar tradisional Tanjungsari Kabupaten
Sumedang tahun 2017.
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan penjamah makanan
dengan perilaku penggunaan styrofoam pada kemasan makanan di
pasar tradisional Tanjungsari Kabupaten Sumedang tahun 2017.
Untuk mengetahui hubungan sikap penjamah makanan dengan
perilaku penggunaan styrofoam pada kemasan makanan di pasar
tradisional Tanjungsari Kabupaten Sumedang tahun 2017.
Bagi Penjamah Makanan. Dengan adanya penelitian ini pihak
penjamah makanan bisa lebih memperhatikan kemasan makanan
yang digunakan bukan hanya dilihat dari praktis dan murah saja
tetapi dari faktor kesehatan.
Bagi Peneliti Lain. Hasil penelitian bisa menjadi tambahan informasi
dan rujukan untuk mengkaji mengenai penggunaan styrofoam pada
makanan
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
Deskriptif korelasi.
Pendekatan penelitian menggunakan cross sectional, yaitu melihat
hubungan antara variabel yang diteliti pada suatu kurun waktu
bersamaan.
Hubungan antara variabel ini hubungan pengetahuan dan sikap
penjamah makanan dengan perilaku penggunaan styrofoam.
Ho1 : Tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan
perilaku penggunaan styrofoam.
Ha1 : Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku
penggunaan styrofoam.
Ho2 : Tidak terdapat hubungan antara sikap dengan perilaku
penggunaan styrofoam.
Ha2 : Terdapat hubungan antara sikap dengan perilaku penggunaan
styrofoam.
Variabel independen (bebas) dalam penelitian ini adalah pengetahuan
dan sikap.
Variabel dependen (terikat) dalam penelitian ini adalah perilaku
penggunaan styrofoam.
Instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti untuk pengetahuan
adalah instrument tes (kuesioner). Responden diminta untuk mengisi
kuesioner sesuai dengan hasil uji validitas dan reliabilitas dengan
menggunakan jawaban tertutup, yaitu yang sudah disediakan
jawabannya, sehingga responden tinggal memilih salah satu jawaban.

Pengukuran gambaran sikap, instrumen penelitian menggunakan skala


likert dengan pilihan jawaban sangat setuju, setuju, tidak setuju dan
sangat tidak setuju.
Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu
data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui
pengisian kuesioner oleh responden mengenai masalah pengetahuan,
sikap dan perilaku penggunaan styrofoam. Data sekunder didapatkan
dari literatur-literatur yang relevan serta sumber lain yang relevan
Penelitian ini dilakukan di pasar tradisional Tanjungsari dan
dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2017.

Anda mungkin juga menyukai