PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam terjadi pada oral temperature >37,2°C (Dinarello & Gelfand, 2005).
Zieve, 2010).
tergantung pada usia anak. Pada neonatus yang terkena demam mempunyai
resiko yang lebih besar terkena penyakit serius dibandingkan dengan anak
dengan umur yang lebih tua. Hal ini dikarenakan dua alasan yaitu infeksi
pada neonatus yang berbeda dari infeksi pada anak pada umumnya dan
(Graneto, 2010).
2010).
1
2
197 kasus, 261 kasus, dan 291 kasus. Jumlah kejadian demam pada RSIA
tubuh seseorang, baik inflamasi akut maupun kronis, atau adanya kerusakan
Selama pemeriksaan, tabung atau pipet harus tegak lurus dan dalam keadaan
laju endap darah dikategorikan di atas normal atau tinggi. Laju endap darah
tinggi akan menunjukkan gejala seperti demam, infeksi, nyeri sendi, dll (Jou
et al, 2011).
3
SEDIMAT, Humaset dan masih banyak lagi lainnya yang telah digunakan di
dengan jumlah leukosit pada kejadian demam balita usia 2-5 tahun di RSIA
Soerya Sidoarjo.
B. Rumusan Masalah
penelitian tentang adakah hubungan laju endap darah metode otomatis dengan
jumlah leukosit pada kejadian demam balita usia 2-5 tahun di RSIA Soerya
Sidoarjo?
C. Tujuan Penelitian
leukosit pada kejadian demam balita usia 2-5 tahun di RSIA Soerya Sidoarjo.
4
1. Manfaat Teoritis
pada kejadian demam balita usia 2-5 tahun di RSIA Soerya Sidoardjo.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti
TINJAUAN PUSTAKA
A. Demam
1. Pengertian Demam
ini mempertahankan agar suhu didalam tubuh normal pada titik ambang 37 0C
(980F) dan sedikit berkisar antara 1-1,50C. Suhu aksila mungkin 10C lebih
rendah dari dalam tubuh, sebagian karena vasokonstriksi kulit, dan suhu oral
di bawah 360C. Dengan demam pada umumnya diartikan suhu tubuh di atas
37,20C. Hipereksia adalah suatu keadaan kenaikan suhu tubuh sampai setinggi
41,20C atau lebih, sedangkan hipotermi adalah keadaan suhu tubuh di bawah
350C. Biasanya terdapat perbedaan antara pengukuran suhu di aksila dan oral
2. Etiologi Demam
infeksi. Demam akibat infeksi bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, virus,
5
6
Demam akibat non infeksi dapat disebabkan oleh beberapa hal antara
lain faktor lingkungan (suhu lingkungan yang eksternal yang terlalu tinggi,
3. Mekanisme Demam
suatu bahan kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen. Selain efek-efeknya
pirogen endogen meningkatkan titik patokan menjadi 38,90C (1020 F), maka
7
yang sering terjadi pada permulaan demam. Setelah suhu baru tercapai maka
suhu tubuh diatur sebagai normal dalam respon terhadap panas dan dingin
tetapi dengan patokan yang lebih tinggi. Karena itu, terjadi demam sebagai
respon terhadap infeksi adalah tujuan yang disengaja dan bukan disebabkan
4. Patogenesis Demam
endogen oleh sel-sel radang hospes. Pirogen endogen ini adalah sitokin,
5. Faktor Risiko
usia. Pada umur tiga bulan pertama, bayi memiliki risiko yang lebih tinggi
untuk terkena infeksi bakteri yang serius dibanding dengan bayi dengan usia
lebih tua. Demam yang terjadi pada anak pada umumnya disebabkan oleh
infeksi virus, akan tetapi infeksi bakteri yang serius dapat pula terjadi pada
anak seperti meningitis, infeksi saluran kemih, pneumoni. Pada anak dengan
usia diantara dua bulan sampai dengan tiga tahun dapat meningkatkan risiko
terkena penyakit serius akibat kurangnya IgG yang merupakan bahan bagi
6. Tipe Demam
Ada lima tipe demam menurut Nelwan (2009) dari Ilmu Penyakit
tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ketingkat diatas
dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat pada
demam septik.
hari. Bila demam seperti ini terjadi setiap dua hari sekali disebut
tersiana dan bila terjadi dua hari bebas demam di antara dua
sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat
B. Darah
1. Definisi darah
dalam tubuh. Darah merupakan jaringan yang berbentuk cairan terdiri dari
b. Bagian korpulsi yakni benda-benda darah yang terdiri atas sel darah
2. Macam darah
a. Darah kapiler
Pada orang dewasa dipakai ujung jari atau daun telinga. Untuk
mengambil darah kapiler pada bayi dan anak kecil boleh juga tumit atau
atau ibu jari kaki. Tempat yang dipilih itu tidak boleh yang memperlihatkan
b. Darah vena
Biasanya pada orang dewasa dipakai salah satu vena dalam fossa
cubiti, pada bayi vena jugularis supervicalis dapat dipakai atau juga darah
1. Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat
berbentuk bulat yang terdiri dari 4 subunit. Setiap subunit mengandung satu
Polipeptida itu secara kolektif disebut sebagai bagian globin dari molekul
2. Hematokrit (Hct)
13
persen (%). Untuk tujuan ini, darah diambil dalam semprit dengan volume
Setelah tabung tersebut diputar dengan kecepatan dan waktu tertentu, maka
3. Trombosit
10 hari dan jumlah tertinggi terjadi selama tengah hari. Beberapa obat dapat
thrombopoietin
4. Leukosit
lebih dari 10.000/µl, keadaan ini disebut leukositosis, bila kurang dari
leukosit agranular yaitu; limfosit yang terdiri dari sel-sel kecil dengan
sitoplasma sedikit, dan monosit yang terdiri dari sel-sel yang agak besar
2003).
1. Definisi LED
dari suatu monster atau sampel darah yang diperiksa dalam suatu alat
ke dasar sebuah tabung vertikal dalam waktu tertentu. Nilai LED di diukur
dari atas kolom eritrosit yang mengendap sampai batas cairan dalam periode
merah yang disatukan bukan oleh antibody atau ikatan kovalen tapi semata-
mata oleh gaya tarik permukaan. Jika proporsi globulin terhadap albumin
Adapun faktor-faktor lain yang mempengaruhi laju endap darah adalah rasio
sel darah merah terhadap plasma dan viskositas plasma (Depkes, 2009).
16
gravitasi masing-masing sel darah merah hampir diimbangi oleh arus keatas
yang ditimbulkan oleh bergesernya plasma. Jika plasma sangat kental atau
dan garis tengah 2,8 mm selama satu jam. Nilai normal LED dengan metode
mm. Pada teknik ini darah diberi antikoagulan dan diencerkan 20% dengan
salin atau larutan natrium sitrat dan dibiarkan mengendap selama satu jam.
untuk laki-laki dan 20 mm/jam untuk perempuan (Bridgen, 2004; Jou et al,
2011).
Nilai LED yang lebih besar dari 100 mm/jam dijumpai pada
diskrasia sel plasma seperti mieloma multipel (pada keadaan ini terjai
a) Fase pertama
Fase ini disebut phase of aggregation oleh karena dalam fase ini eritrtosit
b) Fase kedua
oleh karena telah terjadi agregasi atau pembentukan rouleaux atau dengan
c) Fase ketiga
oleh karena sudah mulai terjadi pemantapan dari eritrosit (Depkes, 2009).
a. Faktor eritrosit
b. Faktor plasma
terjadinya agregasi.
selama pemeriksan rak tabung tidak boleh bergetar atau bergerak. Panjang
(Pohan,2004)
(macrocytosis).
6. Metode Pemeriksaan
pengukuran LED secara makro dan mikro. Dalam hal ini yang sering
dipakai dalam cara makro dengan metode wintrobe dan westergren. Dimana
hasil pemeriksaan Laju Endap Darah dengan memakai metode wintrobe dan
westergren tidak seberapa selisihnya. Jika Laju Endap Darah itu dalam
batasan normal. Akan tetapi nilai itu berselisih jauh pada keadaan
yang lebih tinggi, hal ini disebabkan tabung westergren yang hampir dua
2007).
1. Metode westergren
Alat :
panjang 300 mm, garis tengah bagian dalam 2,5 mm. Diberi
Harga normal :
Alat:
Panjang tabung 120 mm. Garis tengah bagian dalam 2,5 mm, diberi
Harga normal :
(Gandasoebrata, 2007)
7. Antikoagulan
citrat 3,8%, yaitu larutan yang isotonik dengan darah. Antikoagulan yang
kira-kira 15 kali lebih besar dibanding garam natriumnya. EDTA ini sangat
baik dipakai karena tidak terpengaruh terhadap besar dan bentuk eritrosit
pertama, apabila darah EDTA disimpan pada suhu 4oC pemeriksaan dapat
ditunda 6 jam.
Cara lain adalah membersihkan dengan air dan dibiarkan kering satu
atau detergen.
pemeriksaan
(White Blood Cell / WBC), Trombosit (platelet), Eritrosit (Red Blood Cell /
RBC), Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC), Laju Endap Darah atau
23
Disribution Width (PDW) dan Red Cell Distribution Width (RDW). (Jou et al,
2011)
a. Tabung Humased
yang tidak hampa udara dengan kedua ujung yang tertutup dan salah
tabung bagian atas terdapat garis sebagai batas isi sample. Isi tabung
b. Humased 20 Analyzer
24
acak untuk menentukan Laju Endap Darah dan merupakan alat tertutup. Ini
Humased yang tidak hampa udara. Dan dapat menguji 5 sampel secara
2 jam manual.
Alat Humased dapat menghemat waktu 5 kali lebih cepat dari pada
A. Kerangka Konsep
Demam
Diagnosis Penyakit
Keterangan:
= Tidak diteliti
= Diteliti
25
26
B. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah ada hubungan laju endap darah
metode otomatis dengan jumlah leukosit pada kejadian demam pada balita
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
atau studi potong lintang, yang dimaksud dengan studi potong lintang
atau independent atau faktor resiko dengan variabel terikat atau dependen
atau efek, yang dilakukan dalam satu saat (Notoatmodjo, 2012). Penelitian
ini yang dianggap sebagai faktor resiko adalah pemeriksaan laju endap
darah otomatis dengan jumlah leukosit dan yang menjadi kejadian efek yang
1. Populasi
a. Populasi penelitian
27
28
1) Kriteria Inklusi
pengambilan darah
2) Kriteria Eksklusi
Sampel lisis
2. Sampel Penelitian
a. Besar Sampel
Za2 x P .Q
n= 2
(d )
n = 34,57
29
n = 35
sebesar 35 sampel.
konsekutif.
D. Variabel Penelitian
1. Variabel 1
2. Variabel 2
E. Definisi Operasional
Sidoarjo
alat).
diinginkan.
FFFF”.
g. Persiapan sampel:
terdapat busa/gelembung).
pada alat.
harus ditambah.
harus dikurangi
l. Jika volume sampel sesuai akan keluar hasilnya berupa print out
a. 1 peneliti
3. Alur Penelitian
Darah 5 cc
Hasil test
Analisis data
Penulisan laporan
G. Analisis Data
DAFTAR PUSTAKA
Arvin, A. M., 2012. Penyakit Infeksi: Demam. Dalam: Nelson, W.E., Behrman,
R. E., Kliegman, R., Arvin, A. M., dan Wahab, A. S., Ilmu Kesehatan Anak
dalam volume 2. Edisi 15. Jakarta: EGC, 854 -6.
Davis, C.P., 2011. Fever in Adults. University of Texas Health Science Center at
San Antonio. Available from:
http://www.emedicinehealth.com/script/main/art.asp?articlekey=58831.
Dinarello, C.A., and Gelfand, J.A., 2005. Fever and Hyperthermia. In: Kasper,
D.L., et. al., ed. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16th ed.
Singapore: The McGraw-Hill Company, 104-108.
Effendi Z. 2003. Peranan Leukosit sebagai Anti Inflamasi Alergik dalam Tubuh.
Fakultas Kedokteran : Universitas Sumatera Utara.
Estridge BH, Reynolds AP, Walters NJ. 2000. Basic medical laboratory
techniques. Albany, New York: Thomson Learning.
Herdiman T. Pohan. 2004. Manfaat klinik pemeriksaan laju endap darah. Dalam:
Djoko Widodo, Herdiman T. Pohan (penunting), Bunga rampai penyakit
infeksi. Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Ibrahim N, dkk. Hasil Tes Laju Endap Darah Manual dan Automatik. Indonesia
Journal of Clinical Patologi and Medical Laboratory, vol 12 no.2 Makasar.
Maret 2006 : 45-8.
Jou JM, Lewis SM, Briggs C, Lee SH, De La Salle B, McFadden S. 2011. ICSH
review of the measurement of erythrocyte sedimentation rate. Int. Jnl. Lab.
Hem. 2011;33:125-32.
Lewis SM. 2001. Miscellaneous tests. In: Lewis SM, Bain BJ, Bates I (Eds.),
Dacie and lewis practical haematology. 9th ed. London: Harcourt Publisher
Limited.
Nelwan, R.H., 2009. Demam: Tipe dan Pendekatan. Dalam: Sudoyo, A.W.,
Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., dan Setiati, S., ed. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid III. Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing, 2767 - 2768.
Sherwood, L., 2012. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem . Edisi 2. Jakarta:
EGC.
(Informed Consent)
Sidoarjo,................................
Responden,
(..........................................)
Saksi :
1. ........................................(tanda tangan)
(..........................................)(nama terang)
2. ........................................(tanda tangan)
(..........................................)(nama terang)