Anda di halaman 1dari 11

KASUS ETIKA HAK DAN KEWAJIBAN INDIVIDU DALAM KEHIDUPAN

ORGANISASI

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH ETIKA BISNIS

DISUSUN OLEH :

Adelya Tri Agustin (1807521007)


Ni Wayan Shanti Dwi Nurani (1807521012)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Etika pada dasarnya adalah standar atau moral yang menyangkut benar-salah, baik-buruk
seperti apa yang dikatakan oleh perasaan sesorang, tetapi anggapan seseorang atas perasaannya
yang menganggap bahwa sesuatu yang dianggap benar belum tentu perasaan orang lain
menganggap bahwa hal itu benar atau sesuai dengan etika.  Dalam kerangka konsep etika bisnis
terdapat pengertian tentang etika perusahaan, etika kerja dan etika perorangan, yang menyangkut
hubungan-hubungan sosial antara perusahaan, karyawan dan lingkungannya. Etika perusahaan
menyangkut hubungan perusahaan dan karyawan sebagai satu kesatuan dengan lingkungannya,
etika kerja terkait antara perusahaan dengan karyawannya, dan etika perorangan mengatur
hubungan antar karyawan.
Masalah etika sangat kompleks, tersebar di berbagai disiplin ilmu. Perusahaan dalam hal
ini, dalam kelangsungan hidupnya menghadapi berbagai pengaruh baik dari luar maupun dalam
perusahaan. Dari dalam perusahaan adalah yang berhubungan dengan karyawan. Khususnya
bagaimana pelaksanaan etika hubungannya dengan hak dan kewajiban karyawan terhadap
perusahaan dan sebaliknya. Oleh karena itu akan dibahas lebih lagi materi terkait kasus etika
individual dan organisasi yang dimana terdiri dari beberapa sub materi yaitu sebagai berikut:
1. Kasus yang berkaitan dengan hak dan kewajiban individu dalam kehidupan organisasi

2. Kasus yang berkaitan dengan hak dan kewajiban organisasi/perusahaan terhadap individu
BAB II
PEMBAHASAN
A. KASUS YANG BERKAITAN DENGAN HAK DAN KEWAJIBAN INDIVIDU
DALAM KEHIDUPAN ORGANISASI
THE GAP
Senin, 24 Juli 1995, Stanley Raggio, wakil direktur senior untuk sumber dan logistic
internasional The Gap,Inc., membaca The New York Times dan menemukan artikel tentang Gap.
Di sana, dalam cerita oleh Bob Herbert, dia melihat atasannya, Donald G.Fisher, dihukum karena
melakukan praktek sourcing yang menjadi tanggung jawabnya (Stan Raggio).
Ratusan ribu pegawai muda (umunya perempuan) di Amerika Tengah dengan
pengahasilan yang sangat minim dan hidup dalam kemiskinan merupakan anugerah mutlak bagi
para eksekutif perusahaan seperti Donald G.Fisher, pimpinan eksekutif Gap dan Banana
Republic, yang hidup mewah dengan penghasilan lebih dari $2 juta tahun lalu.
Judith Viera, seorang gadis 18 tahun, bekerja di pabrik maquiladora di El Salvador yang
membuat pakaian untuk Gap dan perusahaan-perusahaan lain. Dia memperoleh upah 56 sen per
jam. Gap didirikan tahun 1969 saat Donald Fisher dan istrinya Doris, membuka sebuah toko
pakaian kecil dekat San Francisco State University. Menjelang tahun 1971, mereka sudah
memiliki enam toko Gap. Toko-toko pakaian seperti Gap membeli produk dari pabrik-pabrik
Amerika dan seluruh dunia. Sekitar 20.000 kontraktor Amerika, yang sebagian besar
mempekerjakan 5 sampai 50 pegawai, mensuplai produk pakaian untuk perusahaan-perusahaan
seperti Gap. Industri pakaian di Amerika mengalami tekanan berat dari produk impor karena
industry ini padat karya dan ketentuan upah tenaga kerja di negara-negara sedang berkembang
sangat rendah, yang dalam hal ini sangat memberatkan upah dan kondisi kerja di Amerika.
Diperkirakan bahwa di Cina, upah dalam industry pakaian seper dua puluh upah di
Amerika. Satu penelitian dilakukan tahun 1989 oleh General Accounting Office menemukan
bahwa dua per tiga dari 7.000 toko pakaian New York adalah sweatshop. Pemeriksaan yang
dilakukan Departemen Tenaga Kerja di California Selatan menemukan bahwa 93 persen toko
yang diperiksa terbukti melakukan pelanggaran peraturan kesehatan dan keselamatan kerja.
Gap menjalin kontrak dengan lebih dari 500 produsen di seluruh dunia yang membuat
pakaian-pakaian private-label menurut spesifikasi Gap. Gap membeli sekitar 30 persen
produknya dari produsen Amerika dan 70 persen lainnya dibeli dari perusahaan-perusahaan di 46
negara. Gap menerapkan serangkaian Prinsip dan Pedoman sourcing. Pedoman ini memberikan
standar-standar yang harus dipenuhi, yaitu : tidak melakukan diskriminasi dalam bentuk apa pun,
tidak menggunakan tenaga kerja paksa atau para narapidana, tidak mempekerjakan anak-anak di
bawah 14 tahun, memberikan lingkungan yang aman, memberikan upah minimum atau menurut
standar industry lokal, memenuhi semua peraturan lingkungan dan standar-standar lingkungan
yang lebih ketat dari Gap, tidak mengancam atau menghukum pegawai saat mereka berusaha
mengatur atau melakukan tawar menawar secara kolektif, dan menjunjung tinggi semua hukum
dan peraturan setempat.
Untuk menjamin bahwa semua criteria tersebut terpenuhi, Gap mengirim Gap Field
Representative untuk melaksanakan wawancara dengan calon pemasok Gap sebelum
penandatanganan hubungan bisnis. Di antara para pemasok Gap, salah satunya berada di El
Salvador dan dioperasikan oleh Mandarin Internasional, sebuah perusahaan Taiwan yang
mengoperasikan pabrik asembli di seluruh dunia. Sejumlah masalah muncul di pabrik Mandarin,
yang terletak di salah satu zona perdagangan bebas, awal Februari, dan langsung ditanggapi
dengan menutup pabrik keesokan harinya. Selanjutnya, komisi darurat dibentuk dan melakukan
pertemuan, perusahaan menyetujui untuk mengakhiri masalah tersebut, mengakui serikat
pekerja, dan menerima peraturan ketenagakerjaan El Salvador.
Namun, beberapa hari kemudian Mandarin memecat lebih dari 150 pekerja yang menjadi
anggota serikat pekerja dan pendukungnya. National Labor Relation Committee, sebuah koalisi
yang terdiri dari 25 serikat pekerja berencana melakukan kampanye nasional awal musim semi
tahun 1995 untuk memprotes kondisi kerja yang dialami para pekerja pabrik pakaian di Karibia
dan Amerika Tengah. Mereka memutuskan untuk memfokuskan perhatian pada usaha para
pekerja membentuk serikat pekerja di Mandarin, nilai upah yang sangat minim di wilayah
tersebut, serta kondisi kerja di pabrik.
Selama musim panas tahun 1995, National Labor Committee berencana membawa dua
pekerja maquiladora-Judith Viera, seorang pegawai berusia 18 tahun di Mandarin, dan Claudia
Molina, bekas pegawai di Orion Apparel, sebuah maquiladora milik perusahaan Korea di
Choloma, Honduras, mengunjungi 20 kota untuk mengkritik Gap dan perusahaan-perusahaan
lain dalam konferensi pers, dan melakukan pertemuan public. Saat konfrensi pers, kedua
perempuan ini bersama perwakilan dari National Labor Committee menuduh Gap menutup-
nutupi situasi yang terjadi di Mandarin, mereka secara detail menjelaskan jam kerja yang
panjang dengan upah hanya 56 sen per jam, tentang tindak kekerasan terhadap para pendukung
serikat pekerja, pelecehan seksual dari atasan, tidak adanya fasilitas air bersih untuk minum,
tidak diizinkan menggunakan kamar kecil, dan dipaksa menyapu halaman pabrik di bawah
sengatan matahari sebagai hukuman.
Para pejabat serikat pekerja menuntut Gap melakukan investigasi bersama, dengan
National Labor Relation Committee, atas situasi di Mandarin, menekan Mandarin untuk
mempekerjakan kembali para karyawan yang telah dipecat, dan menuntut dilakukan pengawasan
dari pihak ketiga untuk memastikan bahwa pedoman Gap telah dilaksanakan.

Pertanyaan:
1. Tindakan apa yang Anda rekomendasikan pada Stanley Raggio? Apakah Gap harus
menyerah pada tuntutan serikat pekerja untuk “melakukan investigasi bersama, dengan
National Labor Relation Committee, atas situasi di Mandarin, menekan Mandarin untuk
memekerjakan kembali para pegawainya yang telah dipecat, dan menuntut dilakukan
pengawasan dari pihak ketiga untuk memastikan bahwa pedoman Gap telah
dilaksanakan”?
Jawaban: Stanley Raggio secara tidak langsung mempunyai tanggung jawab
untuk mengatasi permasalahan tersebut. Tindakan yang direkomendasikan pada
Stanley Raggio, terlepas dari menyerah atau tidak pada tuntutan serikat pekerja,
adalah melakukan investigasi bersama dengan National Labor Relation Committee
atas situasi yang terjadi di Mandarin, karena dengan melakukan investigasi bersama
dengan National Labor Relation Committee menunjukkan bahwa dalam hal ini Gap
bersifat netral, terbuka, adil, dan tidak ada yang perlu ditutup-tutupi atau bermaksud
melindungi perusahaan, walaupun tuduhan yang dilontarkan oleh kedua pekerja
tersebut secara jelas menyatakan bahwa perusahaan Gap telah melakukan
pelanggaran tentang ketenagakerjaan, sehingga apabila memang benar ditemukan
kasus yang menguatkan adanya pelanggaran tentang ketenagakerjaan seperti jam
kerja yang panjang dengan upah hanya 56 sen per jam, tentang tindak kekerasan
terhadap para pendukung para serikat pekerja, pelecehan seksual dari atasan, tidak
adanya fasilitas air bersih untuk minum, tidak diijinkan menggunakan kamar kecil
dan dipaksa menyapu halaman pabrik dibawah sengatan matahari sebagai hukuman,
pihak Gap harus menerima konsekuensi yang terjadi baik dari pihak pemerintah
maupun publik, karena dalam teori Hak Pegawai dan Penutupan Pabrik, hukum yang
sama juga menyebutkan bahwa para pegawai / pekerja juga memiliki hak untuk
berpartisipasi (melalui serikat pekerja) dalam keputusan menutup perusahaan.
Hal ini dilakukan dalam kaitannya untuk menuntaskan kasus tersebut,
memberikan kejelasan atas situasi di Mandarin, para pekerja yang diberhentikan bisa
bekerja kembali dan memperoleh hak-hak sesuai dengan ketentuan dan untuk
memastikan bahwa pedoman Gap dapat dilaksanakan
2. Apakah perusahaan-perusahaan seperti Gap perlu berusaha agar para pemasoknya
memberikan gaji lebih besar dibandingkan standar industri setempat jika nilai tersebut
tidak memadai? Apakah mereka harus membayar gaji yang sama untuk para pekerja di
negara Dunia Ketiga dengan gaji pekerja Amerika? Apakah mereka perlu memberikan
jaminan kesehatan yang sama seperti yang diberikan di Amerika? Tingkat keselamatan
kerja yang sama?
Jawaban: Bila dikaitkan dengan teori gaji dengan faktor pertimbangan biaya
hidup lokal dimana gaji yang diberikan haruslah cukup untuk memenuhi kebutuhan
keluarga pekerja (dengan mempertimbangkan apakah wilayah tersebut umumnya
dihuni pekerja yang memiliki satu atau dua penghasilan sekalipun nilai gaji tersebut
diatas gaji minimum). Secara umum, semakin tinggi keuntungan perusahaan, semakin
besar gaji yang bisa di bayarkan pada pekerja, semakin kecil keuntungannya, semakin
kecil pula yang bisa diberikan.
Perusahaan yang sudah terkenal seperti Gap tidak perlu menekan pemasok untuk
menghasilkan keuntungan yang terlalu berlebihan. Tentunya harus disesuaikan
dengan standar industri setempat apakah standar yang dilakukan tersebut telah
memadai atau tidak untuk dilaksanakan menurut standar perusahaan Gap.
Perusahaan Gap tidak harus membayar gaji yang sama untuk para pekerja di
negara Dunia Ketiga dengan gaji pekerja Amerika, karena dalam hal ini harus
mempertimbangkan situasi dimana perusahaan berada, posisi permintaan dan
penawaran tenaga kerja dan biaya hidup pekerja tersebut, kondisi ekonomi tempat
perusahaan berada, dan sebagainya. Namun jika struktur gaji dalam suatu organisasi
ingin dianggap adil maka para pekerja yang melakukan pekerjaan-pekerjaan yang
kurang lebih sama haruslah diberi gaji yang sebanding.
Untuk masalah gaji tentunya harus disesuaikan dengan kondisi negara atau daerah
setempat dan bisa mencukupi kebutuhan pegawai dan melalui proses yang adil sesuai
dengan produktifitasnya. Jika produktifitasnya bagus, maka mereka layak untuk
mendapatkan gaji yang sepantasnya mereka terima.
Mengenai pemberian jaminan kesehatan dan tingkat keselamatan kerja perlu
diberikan yang sama seperti yang diberikan di Amerika, karena pada dasarnya
keselamatan dan kesehatan pekerja tidak boleh dikorbankan untuk kepentingan
ekonomi, bahkan perusahaan perlu (secara individual ataupun bersama perusahaan
lain) mengumpulkan informasi tentang bahaya kesehatan/risiko yang terdapat dalam
suatu pekerjaan dan menyebarkan informasi tersebut keseluruh pekerja untuk
menjamin pekerja terhadap bahaya yang diketahui dan perusahaan perlu memberikan
program asuransi kesehatan yang sesuai.
3. Apakah perusahaan seperti Gap secara moral bertanggung jawab atas cara pemasoknya
memperlakukan para pekerja mereka? Jelaskan jawaban Anda.
Jawaban: Secara moral tentu saja Gap bertanggungjawab karena sebagai
perusahaan yang mempekerjakan pemasok tersebut di bawah labelnya (yang terikat
oleh kontrak) tentunya perusahaan Gap mengetahui pasti perusahaan yang sudah
diajaknya bekerja sama apakah perusahaan tersebut sudah melaksanakan
pekerjaannya sesuai dengan ketentuan dan kesepakatan.
Perusahaan Gap telah mengeluarkan pedoman mengenai tata cara ketenagakerjaan
antara lain tidak melakukan diskriminasi dalam bentuk apa pun, tidak menggunakan
tenaga kerja paksa atau para narapidana, tidak mempekerjakan anak-anak di bawah
14 tahun, memberikan lingkungan yang aman, memberikan upah minimum atau
menurut standar industry lokal, memenuhi semua peraturan lingkungan dan standar-
standar lingkungan yang lebih ketat, tidak mengancam atau menghukum pegawai saat
mereka berusaha mengatur atau melakukan tawar menawar secara kolektif, dan
menjunjung tinggi semua hukum dan peraturan setempat.  
Jika pemasok melanggarnya tentu ada sanksi yang harus menunjukkan simpatinya
jika terjadi perlakuan yang tidak sesuai atau tidak manusiawi oleh pemasok terhadap
pegawainya. Dalam kasus ini kami menyebutkan sebagai diskriminasi pekerja.
Karena perusahaan mungkin dalam operasinya tidak akan terhindar dari tindakan
diskriminasi khususnya dalam hal membeda-bedakan pekerja, baik pekerja yang ingin
membentuk serikat pekerja maupun yang tidak bergabung.
Selain itu diskriminasi terhadap gaji yang diberikan juga marak terjadi, salah
satunya dari kasus ini adalah penetapan oleh pemerintah yang menerapkan enam zona
perdagangan bebas, dimana disebutkan perusahaan-perusahaan asing yang beroperasi
dalam zona perdagangan bebas memberikan gaji lebih baik dibandingkan perusahaan
diluar zona perdagangan bebas. Yang menjadi masalah dalam kasus ini adalah
pemasok Mandarin yang salah satunya termasuk bagian dari enam zona perdagangan
bebas justru tidak mematuhi aturan yang telah ditetapkan pemerintah El Salvador,
sehingga Gap pun dalam hal ini terkena imbasnya dalam mepertanggungjawabkan
secara moral tindakan diskriminasi itu.

B. KASUS YANG BERKAITAN DENGAN HAK DAN KEWAJIBAN


ORGANISASI/PERUSAHAAN TERHADAP INDIVIDU
Sebelumnya salah seorang anggota DPR Komisi IX, Amelia Anggraini, menyataka,
tewasnya dua pasien di Rumah Sakit Siloam Karawaci, Tangerang, akibat suntikan anestesi, hal
ini terjadi karena adanya kecerobohan tim medis RS tersebut. Amelia menilai kesalahan tersebut
mesti diperiksa secara hukum karena berpotensi melanggar Undang-Undang.
“Kasus ini berpotensi melanggar UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit,” kata
Amelia. Amelia menegaskan, hak pasien adalah untuk memperoleh layanan kesehatan yang
manusiawi serta keselamatan tertera dalam Undang-Undang. Amelia meminta kepadaRS Siloam
dan PT Kalbe Farma Untuk menjelaskan kepada Komisi IX DPR RI. Hal senadajuga di
sampaikan anggota Komisi IX DPR M Ali Tahir, Ia menduga ada pelanggaran prosedur di
kamar operasi ketika pasien diambil tindakan di RS tersebut, yang mengakibatkan
dua pasien meninggal setelah disuntik anestesi. “Kenapa kok biasanya 4 ml tiba-tiba jadi 5 ml.
Kan persoalannya disitu, dating darimana? Sementara dari produsennya tidak memasok yang 5
ml, jadi pertanyaannya siapa yang menyuplai saat proses di kamar operasi dan anestesi?,”tanya
Ali Tahir saat Rapat
Dengar Pendapat dengan Menkes, BPOM, Dirut RS Siloam, dan Dirut PT Kalbe Farma, di
Gedung DPR RI, seperti dilansir Tribun, Rabu (18/2/2015). Ali Tahir menjelaskan, bahwa kasur
RS Siloam itu akan kita dalami. Banyak rumah sakit yang mengatasnamakan
internasional, tetapi praktiknya dan penanganannya tidak maksimal. Jangan sampai
malapraktik muncul lagi, kemudian menimbulkan kerugian pada pasien dan masyarakat.
Anggota Komisi IX DPR RI Abidin Fikri mengatakan, dari keseluruhan produksi Kalbe Farma
Buvanest 0,5 persen Heavy 4 ml, ternyata ukuran 5 ml hanya ada di RS Siloam dan berjumlah 4
ampul, “Yan g harus diinvestigasi, itu darimana?,”tanya Abidin. Sementaraitu, Kementerian
Kesehatan (Kemenkes), Nila Moeloek, pihaknya memastikan tidak ada korban lain terkait seperti
kasus tersebut. Sejauh ini, kasus tersebut hanya terjadi pada meninggalnya dua pasien di Rumah
Sakit Siloam Karawaci, Tangerang. Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kemenkes
Akmal Taher, menegaskan, bahwa pihak rumah sakit dan dokter di seluruh Indonesia telah
diminta untuk menghentikan penggunaan Buvanest Spinal kepada pasien. Sehingga kasus
tersebut akan mengerucut kapada RS Siloam yang anggap malapraktik
Analisis
Kasus di atas merupakan pelanggaran kewajiban rumah sakit terhadap pasiennya. Rumah
sakit melanggar kewajibannya untuk memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu,
serta melaksanakan dan menjaga standar mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit sebagai acuan
dalam melayani pasien sehingga terjadi tindakan malpraktik. Malpraktik dapat terjadi karena
tindakan yang disengaja, tindakan kelalaian, ataupun suatu kekurang- mahiran yang tidak
beralasan. Malpraktik dapat diartikan sebagai tidak terpenuhinya perwujudan hak-hak
masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang baik, yang biasa terjadi dan dilakukan oleh
oknum yang tidak mau mematuhi aturan yang ada karena tidak memberlakukan
prinsip-prinsip transparansi atau keterbukaan, dalam arti harus menceritakan secara jelas tentang
pelayanan yang diberikan kepada konsumen, baik pelayanan kesehatan maupun pelayanan
jasa lainnya yang diberikan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN:
1. Tindakan yang menurut kelompok kami rekomendasikan pada Stanley Raggio adaah
melakukan investigasi bersama dengan National Labor Relation Committee atas
situasi di Mandarin, karena dengan melakukan investigasi bersama dengan National
Labor Relation Committee menunjukkan bahwa dalam hal in tidak ada yang perlu
ditutup-tutupi atau bermaksud melindungi perusahaan, semua itu bertujuan untuk
memberikan kejelasan situasi di Mandarin. Pembayaran gaji pegawai seharusnya
harus disesuaikan dengan kondisi negara atau daerah setempat dan bisa mencukupi
kebutuhan pegawai dan melalui proses yang adil sesuai dengan produktifitasnya. Dan
begitu pula mengenai kecelakaan kerja yang sering terjadi selain itu tentunya
terkadang dalam melakukan pekerjaan bisa saja memperngaruhi kesehatan pegawai
jika tenaganya terlalu dipaksakan dan terkuras karena harus memenuhi pesanan.
Secara moral tentu saja Gap harus bertanggungjawab karena sebagai perusahaan yang
mempekerjakan pemasok tersebut di bawah labelnya tentunya perusahaan Gap
mengetahui pasti perusahaan yang sudah diajaknya bekerja sama apakah perusahaan
tersebut sudah melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan ketentuan dan kesepakatan.
2. Rumah sakit melanggar kewajibannya untuk memberikan pelayanan kesehatan yang
aman dan bermutu, serta melaksanakan dan menjaga standar mutu pelayanan
kesehatan di rumah sakit sebagai acuan dalam melayani pasien sehingga terjadi
tindakan malpraktik. Malpraktik dapat terjadi karena tindakan yang disengaja,
tindakan kelalaian, ataupun suatu kekurang- mahiran yang tidak beralasan.
DAFTAR PUSTAKA

Velasquez, Manuel G, 2005, Etika Bisnis; Konsep dan Kasus, Edisi 5, Yogyakarta: Penerbit
Andi.

Anda mungkin juga menyukai