Anda di halaman 1dari 10

RANGKUMAN MATA KULIAH

KONSEP KEPEMIMPINAN

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH KEPEMIMPINAN

DISUSUN OLEH :

Adelya Tri Agustin (1807521007)

Ni Wayan Shanti Dwi Nurani ( 1807521012 )

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2020
BAB I
PENDAHULUAN

Pentingnya membahas teori konsep kepemimpinan karena banyak orang yang beranggapan
bahwa seorang manager sama dengan seorang pemimpin. Walaupun mereka memiliki persamaan
yaitu sama-sama merupakan atasana bagi karyawan, tetapi mereka mempunyai wewenang dan
tugas yang berbeda. Dengan adanya seorang pemimpin dan seorang manajer maka peru sahaan
atau bisnsi tersebut dapat berjalan sesuai dengan visi yang diinginkan.
Dengan mengetahui perbedaan pemimpin dan manager, maka akan bisa membedakan
tugas seorang pemimpin dan manager dan fungsi dari seorang pemimpin atau manager. Adanya
penjelasan mengenai indicator keefektifan pemimpin, maka dapat memberikan pengetahuan
bagaimana pemimpin bisa melakukan tugsanya atau memberi contoh k epada karyawan utnuk
bekerja secera efektif. Dengan berjiwa pemimpin kita dapat mengelola diri, lingkungan, dan
kehidupan sosial lebih baik. Terutama ketika kita mendapatkan masalah yang cukup rumit dan
pelik. Disinilah kearifan seorang pemimpin diperhitungkan. Bagaimana ia bisa menyelesaikan
persoalan tersebut agar bisa berjalan dengan baik. Karena keberadaannya yang penting dan
strategis, maka pemimpin sangat dibutuhkan. Dalam arti pemimpin itu bukan orang yang
memiliki gelar dan jabatan yang banyak melainkan orang yang dapat memakmurkan diri sendiri,
orang lain dan lingkungan sekitar. Pada dasarnya semua orang bisa menjadi pemimpin hanya
saja yang benar-benar bisa memakmurkan atau memberi perubahan belum tentu semua bisa
melakukan. Untuk itulah konsep kepemimpinan sangat penting demi mewujudkan kemakmuran
alam semesta. Sehingga akan dibahas lebih lagi materi terkait Teori Kepemimpinan, yang dimana
terdiri dari beberapa sub materi yaitu sebagai berikut:

1. Perbedaan pemimpin dan manajer


2. Indicator keefektifan kepemimpinan
BAB II

PEMBAHASAN

1. Perbedaan Manajer dan Pemimpin

Pemimpin (leader) adalah seorang pemimpin yang mempunyai sifat-sifat


kepemimpinan personality atau authority (berwibawa). Ia disegani dan berwibawa terhadap
bawahan atau pengikutnya karena kecakapan dan kemampuan serta didukung perilakunnya yang
baik. Pemimpin (leader) dapat memimpin organisasi formal maupun informal, dan menjadi
panutan bagi bawahannya. Biasanya tipe kepemimpinannya adalah “partisipatif leader” dan
falsafah kepemimpinannya adalah “pimpinan untuk bawahan”.
Sedangkan manajer juga merupakan seorang pemimpin, yang dalam praktek
kepemimpinannya hanya berdasarkan “kekuasaan atau authority formalnya” saja. Bawahan atau
karyawan atau staf menuruti perintah-perintahnya karena takut dikenakan hukuman oleh manajer
tersebut. Manajer biasanya hanya dapat memimpin organisasi formal saja dan tipe
kepemimpinannya ialah “autocratis leader” dengan falsafahnya ialah bahwa “bawahan adalah
untuk pemimpin”

Lebih spesifik, perbedaan pemimpin (leader) dan manajer dapat dilihat dari tiga hal yang
selalu berkaitan dengannya, yaitu: sumber kekuasaan yang diperoleh, bawahan, dan lingkungan
kerja. Berdasarkan sumber kekuasaan yang diperoleh, seorang manajer dipilih melalui jalur formal
(seperti dipilih oleh komisaris atau direktur) dengan dasar yuridis yang dimiliki. Artinya
seseorang dapat menjadi manajer jika mempunyai dasar yuridis yaitu adanya surat keputusan atau
surat pengangkatan. Sedangkan pemimpin (leader) kekuasaan yang dimiliki berdasarkan
kontrak sosial dengan anggota atau bawahan.

Berkaitan dengan bawahan, manajer memiliki bawahan yang biasanya disebut


sebagai staf atau karyawan yang memiliki posisi formal dalam struktur hierarki
organisasi. Bawahan atau karyawan menuruti perintah-perintahmya, karena takut dikenakan
hukuman oleh manajer. Sedangkan Pemimpin (leader) memiliki bawahan yang biasanya disebut
sebagai pengikut. Bawahan atau pengikut menjalankan perintah dari pimpinan (leader) atas dasar
kewibawaan pemimpin terhadap bawahan atau pengikutnya karena kecakapan dan kemampuan
serta perlakuannya yang baik.

Adapun dari segi lingkungan kerja, manajer biasanya hanya dapat memimpin pada
lingkungan kerja organisasi formal saja dan bertanggung jawab kepada
atasannya. Sedangkan pemimpin (leader) dapat memimpin lingkungan kerja organisasi baik
formal maupun informal dan bertanggung jawab kepada anak buahnya. Seorang pemimpin
(leader) merupakan bagian dari pengikut sedangkan manager merupakan bagian dari organisasi.

Berdasarkan hal tersebut dapat dipahami bahwa pimpinan (leader) memiliki fungsi
dasar mengarahkan dan menggerakkan seluruh bawahan untuk bergerak pada arah yang sama
yaitu tujuan. Sedangkan fungsi seorang manajer berkaitan dengan manajemen, yaitu kegiatan-
kegiatan seputar perencanaan (planning), pengorganisasian (organising), penempatan staff
(staffing), pengarahan (directing) dan kontrol (controlling). Dalam menjalankan fungsinya,
seorang manajer lebih sering memanfaatkan wewenang dan kekuasaan jabatan secara stru ktural
yang memiliki kekuatan mengikat dengan dapat melakukan paksaan atau hukuman untuk
mengarahkan bawahan. Sedangkan seorang pemimpin (leader) lebih menekankan pengaruh atau
karisma yang dimilikinya sehingga bawahan secara sadar untuk mengikuti arahan sang pemimpin.
Ia menstimulasi, memfasiltasi, dan berpastisipasi dalam setiap kegiatan yang menginginkan
bawahan mengikutinya. Tidak dengan hadiah, paksaan atau hukuman.

Menurut (Bennis & Nanus,1985; Zaleznik, 1977) berpendapat bahwa kepemimpinan dan
manajer berbeda secara kualitatif dan tidak dapat digunakan bersama-sama. Beberapa perbedaan
yang paling ekstrem melibatkan asumsi bahwa manajer dan kepemimpinan tidak mungkin terjadi
pada satu orang yang sama. Dengan kata lain, beberapa orang adalah manajer dan orang lainnya
adalah pemimpin. Definisi yang ditawarkan para pakar kepemimpinan tentang pemimpin dan
manajer mengasumsikan bahwa mereka memiliki nilai dan karakter kep ribadian yang berbeda,
yaitu Manajer yang menghargai stabilitasi, keteraturan, dan efisiensi, seorang manajer tidak
terpengaruh perasaan pribadi, menghindari resiko, serta fokus pada hasil jangka pendek.
Sedangkan, pemimpin menghargai fleksibilitas, inovasi, dan adaptasi, seorang pemimpin juga
peduli terhadap orang dan juga manfaat ekonomis dan mereka memiliki perspektif waktu yang
lebih bersifat jangka panjang terkait pada masalah tujuan dan strategi.
Pemimpin dan manajer merupakan salah satu intisari, sumber daya pokok, dan titik sentral
dari setiap aktivitas yang terjadi dalam suatu organisasi ataupun perusahaan. Bagaimana
kreativitas dan dinamikanya seorang pemimpin atau manajer dalam menjalankan wewenangnya
akan sangat menentukan apakah tujuan organisasi atau perusahaan tersebut dapat tercapai atau
tidak. Hal yang perlu di tekankan adalah bahwa tidak selamanya manajer buruk dan pemimpin
adalah baik. Perlunya kombinasi dan campuran yang tepat di antara keduanya, sangat dibutuhkan
dalam organisasi, pada berbagai tingkat jabatan yang berbeda-beda. Sehingga organisasi yang
tengah dijalani dapat mencapai tujuannya secara efektif dan efisien.

2. Indikator Keefektifan Kepemimpinan

Seperti definisi kepemimpinan, konsep keefektifan pemimpin juga berbeda antara pakar
yang satu dan pakar lainnya. Kriteria yang dipilih untuk mengevaluasi keefektifan kepemimpinan
mencerminkan konsep kepemimpinan si peneliti, baik konsep yang eksplisit maupun implisit.
Sebagian besar peneliti mengevaluasi keefektifan kepemimpinan menurut konsekuensi dari
pengaruh pada individu, pada tim atau grup, atau pada organisasi.
Salah satu indikator umum keefektifan pemimpin adalah hingga sejauh mana kinerja tim
atau unit organisasi itu meningkat dan sejauh mana pencapaian tujuan difasilitasi. Contoh ukuran
kinerja yang objektif mecakup volume penjualan, laba bersih, margin laba, pangsa pasar,
pengembalian atas investasi, pengembalian atas aset, produktivitas, biaya per unit output, biaya
yang berkaitan dengan pengeluaran yang dianggarkan, dan perubahan nilai saham perusahaan.
Sedangkan ukuran subjektifnya mencakup nilai yang didapat dari atasan, rekan sebaya, atau
bawahan pemimpin itu.
Sikap dan persepsi para pengikut terhadap pemimpin adalah indikator umum lain
keefektifan pemimpin, dan hal tersebut biasanya diukur dengan kuesioner atau wawancara.
Seberapa baik pemimpin tersebut memenuhi kebutuhan dan harapan pengikutnya? Apakah para
pengikut menyukai, menghormati, dan mengagumi pemimpinnya? Apakah mereka memercayai
pemimpin yang menganggap mereka memiliki integritas yang tinggi? Apakah pengikut benar-
benar mau mengerjakan keinginan pemimpin atau apakah mereka akan menolak, mengabaikan,
atau menyingkirkan pemimpinnya? Apakah pemimpin memperbaiki kualitas kehidupan kerja,
membangun keyakinan diri pengikut, meningkatkan ketrampilan mereka, dan berperan serta dalam
pertumbuhan dan perkembangan psikologis pengikut. Sikap, persepsi, dan keyakinan pengikut
juga menjadi indikator tidak langsung dari ketidakpuasan dan permusuhan terhadap pemimpin.
Contoh indikator ini adalah ketidakhadiran, keluarnya karyawan atas keinginan pribadi, sikap yang
murung, keluhan pada manajemen yang lebih tinggi, permintaan untuk pindah, ritme kerja yang
melambat, dan sabotase yang disengaja terhadap peralatan dan fasilitas.
Keefektifan pemimpin kadang-kadang diukur dengan istilah kontribusi pemimpin pada
kualitas proses grup yang dirasakan oleh para pengikut atau pengamat dari luar. Apakah pemimpin
mampu meningkatkan kekompakan anggota grup, kerja sama anggota, komitmen anggota, dan
kepercayaan diri anggota bahwa grup itu dapat mencapai tujuannya? Apakah pemimpin
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan oleh grup dan
membantu mengatasi ketidaksepakatan dan konflik dengan cara yang positif? Apakah pemimpin
berkontribusi terhadap efisiensi pembagian peran, pengelompokan aktivitas, akumulasi sumber
daya, dan kesiapan grup menghadapi perubahan atau krisis?
Jenis akhir kriteria keefektifan kepemimpinan adalah batasan hingga sejauh mana
seseorang memiliki karier yang sukses sebagai pemimpin. Apakah orang itu cepat dipromosikan
ke posisi dengan otoritas yang lebih tinggi? Apakah orang itu mengabdi hingga masa ja batannya
berakhir dalam posisi kepemimpinan atau apakah orang itu disingkirkan atau dipaksa untuk
keluar? Untuk irang yang menjadi pemimpin di organisasi karena dipilih, apakah pemimpin adalah
orang yang sukses dipilih kembali?
Sulit untuk mengevaluasi keefektifan pemimpin ketika terdapat banyak alternatif ukuran
keefektifan, dan tidak jelas ukuran mana yang paling relevan. Beberapa peneliti berusaha
mengombinasikan beberapa ukuran menjadi satu kriteria gabungan, tetapi pendekatan ini
membutuhkan penilaian subjektif tentang bagaimana memberikan bobot penilaian pada tiap -tiap
ukuran. Berbagai kriteria biasanya menyulitkan ketika ukuran tersebut mempunyai korelasi
negatif. Korelasi negatif artinya terdapat pertukaran antar kriteria, yakni bila yang satu naik maka
yang lainnya menurun. Sebagai contoh, meningkatkan penjualan dan pangsa pasar (misalnya
dengan menurunkan harga dan menambah periklanan) terkadang menghasilkan laba yang lebih
rendah. Demikian pula, peningkatan output produksi (misalnya dengan mendorong pegawai untuk
bekerja lebih cepat) bisa mengurangi kualitas produksi atau kepuasan karyawan.
Hasil Langsung dan Tertunda

Beberapa hasil lebih ke hasil langsung daripada yang lain. Misalnya, hasil langsung dari
upaya mempengaruhi orang lain adalah apakah pengikut bersedia melakukan apa yang diminta
pemimpin, tetapi efek yang tertunda adalah seberapa baik pengikut benar-benar melaksanakan
tugasnya. Efek seorang pemimpin dapat dilihat sebagai rantai penyebab variabel, dengan setiap
"variabel mediasi" menjelaskan efek dari variabel sebelumnya pada variabel berikutnya.

Sebuah contoh disajikan pada Gambar 1-1. Semakin jauh dalam rantai sebab akibat atau
causal chain ini, semakin lama waktu yang dibutuhkan agar efek tersebut terjadi. Untuk kriteria di
akhir rantai sebab akibat, ada penundaan yang cukup besar (berbulan -bulan atau bertahun-tahun)
sebelum efek dari tindakan pemimpin terlihat jelas. Selain itu, kriteria hasil akhir ini lebih
cenderung dipengaruhi oleh peristiwa lain (misalnya, ekonomi, kondisi pasar). Jika penundaannya
lama dan ada "kontaminasi" kriteria hasil akhir oleh peristiwa asing, maka kriteria ini mungkin
kurang berguna untuk menilai efektivitas kepemimpinan daripada hasil yang lebih langsung.

Dalam banyak kasus, seorang pemimpin memiliki efek langsung dan tertunda pada kriteria
yang sama. Kedua jenis efek tersebut mungkin konsisten atau tidak konsisten. Jika tidak konsisten,
hasil langsung mungkin sangat berbeda dari hasil yang tertunda. Misalnya, keuntungan dapat
ditingkatkan dalam jangka pendek dengan menghilangkan aktivitas mahal yang memiliki efek
tertunda pada keuntungan, seperti pemeliharaan peralatan, penelitian dan pengembangan, investasi
dalam teknologi baru, dan pelatihan keterampilan karyawan. Dalam jangka panjang, efek bersih
dari penghentian aktivitas penting ini kemungkinan besar adalah keuntungan yang lebih rendah
karena konsekuensi negatif perlahan-lahan meningkat dan pada akhirnya lebih penting dari
keuntungan apa pun. Kebalikannya juga benar: peningkatan investasi dalam aktivitas ini
kemungkinan besar akan mengurangi keuntungan langsung tetapi meningkatkan keuntungan
jangka panjang.

Kriteria Apa Yang Akan Digunakan?

Tidak ada jawaban sederhana atas pertanyaan mengenai bagaimana mengevaluasi


keefektifan kepemimpinan. Pemilihan kriteria yang pantas bergantung pada tujuan dan nilai dari
orang yang melakukan evaluasi, sementara orang memiliki nilai yang berbeda -beda. Sebagai
contoh, manajemen puncak mungkin lebih menyukai kriteria yang berbeda dari kriteria lain
karyawan, pelanggan, atau pemegang saham. Untuk mengatasi masalah perbedaan kriteria yang
digunakan, efek tertunda, dan perbedaan pandangan dari pemegang saham, yang terbaik adalah
dengan menggunakan berbagai kriteria dalam riset keefektifan kepemimpinan dan menguji
dampak pemimpin tersebut terhadap tiap-tiap kriteria dalam peride waktu yang panjang. Berbagai
konsep keefektifan, seperti berbagai konsep kepemimpina, berfungsi memperluas cakupan
pembahasan kita.
BAB III

KESIMPULAN

Kepemimpinan telah didefinisikan dengan berbagai cara, tetapi sebagian besar definisi
berbagi asumsi bahwa itu melibatkan proses pengaruh untuk memfasilitasi kinerja tugas kolektif.
Jika tidak, definisi berbeda dalam banyak hal, seperti siapa yang memberikan pengaruh, penerima
pengaruh yang dimaksud, cara pengaruh itu diberikan, dan hasil dari upaya pengaruh. Beberapa
ahli teori menganjurkan memperlakukan memimpin dan mengelola sebagai peran atau proses yang
terpisah, tetapi definisi yang diusulkan tidak menyelesaikan pertanyaan penting tentang ruang
lingkup setiap proses dan bagaimana mereka saling terkait. Tidak ada definisi tunggal yang "benar"
tentang kepemimpinan yang mencakup semua situasi. Yang paling penting adalah seberapa
berguna definisi tersebut untuk meningkatkan pemahaman kita tentang kepemimpinan yang
efektif.

Sebagian besar peneliti mengevaluasi efektivitas kepemimpinan dalam hal konsekuensi


bagi pengikut dan pemangku kepentingan organisasi lainnya, tetapi pilihan variabel hasil sangat
berbeda dari peneliti ke peneliti. Kriteria berbeda dalam banyak hal penting, termasuk seberapa
cepat kriteria tersebut, dan apakah kriteria tersebut memiliki ukuran subjektif atau objektif. Saat
mengevaluasi efektivitas kepemimpinan, beberapa kriteria harus dipertimbangkan untuk
menangani kompleksitas ini dan preferensi yang berbeda dari berbagai pemangku kepentingan.
DAFTAR PUSTAKA

Yukl, Gary. 2017. Kepemimpinan dalam organisasi (edisi ketujuh). Jakarta: PT. Indeks.

Anda mungkin juga menyukai