Anda di halaman 1dari 18

RANGKUMAN MATA KULIAH

ETIKA LINGKUNGAN HIDUP

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH ETIKA BISNIS

DISUSUN OLEH :

Adelya Tri Agustin (1807521007)

Ni Wayan Shanti Dwi Nurani ( 1807521012 )

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2020
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pada umumnya manusia bergantung pada keadaan lingkungan


disekitarnya yaitu berupa sumber daya alam yang dapat menunjang kehidupan sehari-
hari. Sumber daya alam yang utama bagi manusia adalah tanah, air, dan udara. Tanah
merupakan tempat manusia untuk melakukan berbagai kegiatan. Air sangat diperlukan
oleh manusia sebagai komponen terbesar dari tubuh manusia. Untuk menjaga
keseimbangan, air sangat dibutuhkan dengan jumlah yang cukup banyak dan
memiliki kualitas yang baik. Selain itu, udara merupakan sumber oksigen yang
alami bagi pernafasan manusia. Lingkungan yang sehat akan terwujud apabila manusia
dan lingkungannya dalam kondisi yang baik
Kerusakan lingkungan pada dasarnya berasal dari dua sumber yaitu polusi dan
penyusutan sumber daya. Etika lingkungan disini tidak hanya membicarakan
mengenai perilaku manusia terhadap alam, namun berbicara mengenai relasi diantara
semua kehidupan alam semesta, antara manusia dengan manusia yang mempunyai
dampak terhadap alam, dan antara manusia dengan makhluk lain atau dengan alam
secara keseluruhan, termasuk dengan kebijakan politik dan ekonomi yang
berhubungan atau berdampak langsung atau tidak dengan alam. Oleh karena itu akan
dibahas lebih lagi materi terkait Etika Lingkungan Hidup, yang dimana terdiri dari
beberapa sub materi yaitu sebagai berikut:
1. Dimensi polusi dan penyusutan sumber daya
2. Etika pengendalian polusi
3. Etika konservasi sumber daya yang bisa habis
4. Meningkatnya perhatian bisnis terhadap lingkungan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dimensi Polusi
Polusi atau pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,

energi, dan/atau komponen lain ke dalam air, udara, tanah, dan/atau berubahnya tatanan

(komposisi) air,udara, tanah oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas

air, udara, tanah menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan

peruntukannya. Polusi dapat dikategorikan menjadi polusi udara, air, dan tanah.

1. Polusi udara

Polusi udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau

biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan

manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan,

atau merusak properti. Polusi udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber

alami (misalnya gunung meletus dan kebakaran hutan), kegiatan manusia

(misalnya transportasi, industri, pembakitblistrik, dan aneka kegiatan

pembakaran), dan sumber lain (seperti kebocoran gas).

Yang dapat digolongkan ke dalam polusi udara antara lain :

❖ Pemanasan Global

Aktivitas manusia (terutama industri dan pertanian) telah

menciptakan gas rumah kaca dalam jumlah yang cukup besar yang

mengakibatkan kenaikan suhu. Gas-gas rumah kaca adalah gas-gas

yang menyerap dan menahan panas matahari, mencegahnya

kembali ke ruang angkasa, mirip dengan rumah kaca yang menyerap


dan menahan panas matahari. Kenaikan suhu dapat memperluas

padang pasir, melelehkan lapisan es kutub, meningkatkan

permukaan air laut, memusnahkan sejumlah spesies binatang dan

tumbuhan, mengganggu aktivitas dan produktivitas pertanian, serta

distribusi dan tingkat keakutan penyakit.

❖ Penyusutan Ozon

Lapisan ozon yang berada di stratosfer (ketinggian 20-35 km)

merupakan pelindung alami bumi yang berfungsi memfilter radiasi

ultraviolet B dari matahari. Pembentukan dan penguraian molekul-

molekul ozon (O3) terjadi secara alamidi stratosfer. Penyusutan

lapisan ozon secara bertahap disebabkan oleh pelepasan gas

klorofluorocarbon (CFC ke udara). Gas CFC yang terlanjur masuk

ke udara akan terus naik dan memberikan ancaman selama

bertahun-tahun serta tetap bertahan selama satu abad.

❖ Hujan Asam

Pencemaran udara seperti SO2 dan NO2 bereaksi dengan air hujan

membentuk asam dan menurunkan Ph air hujan. Hujan asam

berkaitan erat dengan pembakaran bahan bakar fosil (minyak,

batubara, dan gas alam) yang digunakan untuk memproduksi listrik.

Dampak dari hujan asam ini antara lain memoengaruhi kualitas air

permukaan, merusak tanaman, melarutkan logam-logam berat yang

terdapat dalam tanah sehingga mempengaruhi kualitas air tanah dan


air permukaan, bersifat korosif sehingga merusak material dan

bangunan.

❖ Racun Udara

Ancaman racun udara memang tidak terlalu berbahaya, namun

cukup mengkhawatirkan. Dalam beberapa tahun belakangan terjadi

kenaikan beberapa jenis racun parsinogen. Diperkirakan 20 dari 329

zat beracun yang sudah masuk ke udara sudah mampu menyebabkan

lebih dari 2000 kasus kanker setiap tahun dan bahwa kasus kanker

sangat tinggi ditemukan di dekat-dekat pabrik di sejumlah negara.

❖ Kualitas Udara

Bentuk polusi udara yang paling umum adalah gas dan partikel-

partikel yang keluar dari kendaraan dan proses industri, yang

berpengaruh pada kualitas udara. Beberapa partikel racun dapat

meninggalkan noda pada pakaian, jendela, mengaburkan

pandangan, dan dapat menjadi katalisator dalam pembentukan

bahan pencemar lainnya. Partikel yang mengandung racun

membawa gas-gas pengganggu ke dalam paru-paru secara bertahap

dan baru terasa setelah terakumulasi beberapa tahun.

Dampak polusi udara :

❖ Terhadap kesehatan
Dampak kesehatan yang paling umum dijumpai adalah infeksi

saluran pernapasan akut termasuk diantaranya, asma, bronkitis, dan

gangguan pernapasan lainnya

❖ Terhadap tanaman

Tanaman yang tumbuh di daerah dengan tingkat polusi udara yang

tinggi dapat terganggu pertumbuhannya dan rawan penyakit, antara

lain klorosis, nekrosis, dan bintik hitam. Partikulat yang terdeposisi

dipermukaan tanaman dapat menghambat proses fotosintesis.

2. Polusi air

Air merupakan pelarut yang baik, sehingga air di alam tidak pernah murni

akan tetapi selalu mengandung berbagai zat terlarut maupun zat tidak

terlarut serta mengandung mikroorganisme atau jasad renik. Air yang

terganggu kualitasnya dikatakan sebagai air yang tercemar. Polusi air

disebabkan oleh :

❖ Limbah pemukiman

Limbah pemukiman mengandung limbah domestik berupa sampah

organik dan sampah anorganik serta deterjen. Sampah organik

adalah sampah yang dpat diuraikan atau dibusukkan oleh bakteri

contohnya sisi-sisa sayuran, buah-buahan, dan daun-daunan.

Sedangkan sampah anorganik seperti kertas, plastik, gelas atau kaca,

kain, kayu-kayuan, logam, karet, dan kulit. Deterjen merupakan

limbah pemukiman yang paling potensial mencemari air. Pada saat


ini hampir setiap rumah tangga menggunakan deterjen, padahal

limbah deterjen sangat sukar diuraikan dengan bakteri.

❖ Limbah pertanian

Pupuk dan pestisida biasa digunakan para petani untuk merawat

tanamannya. Namun, pemakaian pupuk dan pestisida yang

berlebihan dapat mencemari air. Limbah pupuk mengandung posfat

yang dapat merangsang pertumbuhan gulma air seperti ganggang

dan enceng gondok yang dapat menimbulkan dampak seperti yang

diakibatkan pencemaran oleh deterjen.

❖ Limbah industri

Pada umumnya limbah industri mengandung limbah B3, yaitu

bahan berbahaya dan beracun. Limbah B3 adalah sisa suatu usaha

atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun yang

dapat mencemarkan atau merusak lingkungan hidup sehingga

membahayakan kesehatan serta kelangsungan hidup manusia dan

makhluk hidup lainnya. Karakteristik limbah B3 adalah korosif atau

menyebabkan karat, mudah terbakar dan meledak, bersifat toksik

atau beracun dan menyebabkan infeksi atau penyakit.

❖ Limbah pertambangan

Limbah pertambangan seperti batu bara biasanya tercemar asam

sulfat dan senyawaa besi yang dapat mengalir keluar daerah

pertambangan. Air yang mengandung dua senyawa ini dapat berbah

menjadi asam. Bila air yang bersifat asam ini melewati daerah
batuan karang/kapur akan melarutkan senyawa Ca dan Mg dari

batuan tersebut yang akan memberi efek terjadinya air sadah.

3. Polusi tanah

Polusi atau pencemaran tanah adalah keadaan dimana bahan kimia buatan

manusia masuk dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini

biasanya terjadi karena kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri

atau fasilitas komersial, penggunaan pestisida, masuknya air permukaan

tanah tercemar ke dalam lapisan sub permukaan, kecelakaan kendaraan

pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah, air limbah dari tempat

penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung di buang ke tanah

secara ilegal.

B. Penyusutan Sumber Daya

Kerusakan lingkungan selain disebabkan oleh polusi, juga disebabkan oleh

susutnya sumber daya alam. Penyusutan sumber daya mengacu pada konsumsi sumber

daya yang terbatas atau langka. Penyusutan sumber daya alam sering disebut dengan

istilah deplesi. Penyusutan sumber daya alam dapat merupakan penyusutan spesies dan

habitat, bahan bakar fosil, dan mineral.

1. Penyusutan spesies dan habitat

Kekayaan alam seringkali ditentukan oleh banyaknya jenis-jenis kehidupan

(spesies). Pencemaran udara, air, dan tanah dapat menyebabkan perubahan

metabolisme dari mikroorganisme endemik dan antropoda yang hidup di

lingkungan tersebut. Akibatnya beberapa spesies terancam pusnah. Industri


kayu telah merusak hutan sebagai habitat yang menjadi tempat tinggal berbagai

spesies. Menyusutnya hutan dan adanya pengaruh polusi udara akan

mengakibatkan kepunahan sejumlah besar spesies tumbuhan dan hewan. Jika

perusakan lingkungan tidak segera dihentikan, maka satu spesies menyusul

punah, spesies manusia.

2. Penyusutan bahan bakar fosil

Tingkat penggunaan bahan bakar fosil yang meningkat hampir dua kali lipat

mengakibatkan terjadinya penyusutan. Jika terus dibiarkan, penyusutan ini

akan berakhir dengan punahnya semua sumber daya dalam waktu yang relatif

singkat. Diperkirakan cadangan batu bara dunia akan habis dalam waktu 100

tahun, minyak akan habis dalam waktu 40 tahun, dan gas alam akan habis dalam

waktu 25 tahun.

3. Penyusutan mineral

Jika perkiraan penyusutan mengenai cadangan mineral benar, maka

konsekuensi-konsekuensi ekonomi akan sangat fatal karena habisnya mineral-

mineral tersebut dalam jangka waktu yang relatif singkat, ini akan

mengakibatkan hancurnya berbagai industri yang bergantung padanya. Jadi,

ada batas-batas fisik dari sumber daya alam kita, meskipun banyak yang masih

berlimpah, namun semuanya tidak bisa dieksploitasi secara terus-menerus.

Apapun pengganti yang dikembangkan juga terbatas, baik terbatas oleh waktu

maupun oleh jumlah jadi hanya menunda hari perhitungan saja.

C. Etika Pengendalian Polusi


Lembaga bisnis mengabaikan akibat kegiatan mereka terhadap lingkungan

karena para pelaku bisnis menganggap udara dan air itu barang gratis dan bisnis melihat

lingkungan sebagai barang tak terbatas.

1. Etika Ekologi

Etika ekologi adalah sebuah etika yang mengklaim bahwa kesejahteraan dari

bagian-bagian non-manusia di bumi ini secara intrinsik memiliki nilai

tersendiri dan bahwa, karena adanya nilai intrinsik ini, kita manusia memiliki

tugas untuk menghargai dan mempertahankannya. Etika ekologi didasarkan

pada gagasan bahwa bagian-bagian lingkungan yang bukan manusia perlu

dijaga demi bagian-bagian itu sendiri, tidak masalah apakah itu

menguntungkan manusia atau tidak. Namun hingga kini untuk memperluas

hak-hak moral terhadap hal-hal non-manusia masih sangat kontroversial.

Untuk hal tersebut dibutuhkan pendekatan lagi dalam menghadapi masalah

lingkungan yang berdasarkan hak-hak asasi manusia maupun pertimbangan

utilitarian.

2. Hak Lingkungan dan Pembatasan Mutlak

William T. Blackstone menyatakan bahwa kepemilikan atas lingkungan

yang nyaman tidak hanya sangat diinginkan, namun merupakan hak bagi

setiap manusia. Masalah utama dari pandangan Blackstone adalah

pandangan ini gagal memberikan petunjuk tentang sejumlah pilihan yang

cukup berat mengenai lingkungan.

3. Utilitarianisme dan Pengendalian Parsial


Pendekatan utilitarian menyatakan bahwa seseorang perlu berusaha

menghindari polusi karena dia juga tidak ingin merugikan kesejahteraan

masyarakat.

4. Keadilan

Cara utilitarian menangani polusi (dengan menginternalisasikan biaya)

tampak konsisten dengan persyaratan keadilan distributif sejauh keadilan

distributif tersebut mendukung kesamaan hak. Para pengamat mencatat

bahwa polusi sering berpengaruh terhadap meningkatnya ketidakadilan.

Internalisasi biaya eksternal juga terlihat konsiten dengan persyaratan

keadilan retributif dan kompensatif.

Cara golongan utilitarian menangani polusi tampak konsisten dengan

aspek-aspek keadilan sebagai berikut.

1. Keadilan distributif. Polusi seringkali berpengaruh terhadap

meningkatnya ketidakadilan. Jika perusahaan menyebabkan polusi maka

para pemegang sahamnya mendapat keuntungan karena tidak membayar

biaya eksternal akibat polusi; para konsumen juga mendapat keuntungan

karena dapat membeli komoditas dengan harga yang rendah. Dengan

demikian, yang mendapatkan keuntungan dari polusi adalah mereka yang

mampu membeli saham dan mereka yang mampu membeli komoditas.

Mereka yang berada di luar keduanya maka hanya ikut menanggung biaya

eksternal saja namun tidak ikut menikmati keuntungannya --- biaya eksternal

polusi sebagian besar ditanggung kaum miskin. Fenomena ini disebut

ketidakadilan lingkungan.
2. Keadilan retributif. Bahwa pihak-pihak yang bertanggung jawab dan

memperoleh keuntungan dari sesuatu yang merugikan wajib menanggung

semua beban untuk memperbaikinya.

3. Keadilan kompensatif. Bahwa pihak-pihak yang dirugikan berhak

mendapatkan kompensasi dari pihak-pihak yang mengakibatkan kerugian

tersebut.

D. Etika Konservasi Sumber Daya yang Bisa Habis

Konservatisme mengacu pada penghematan sumber daya alam untuk digunakan

di masa mendatang. Jadi, konservatisme sebagian besar mengacu pada masa depan:

kebutuhan untuk membatasi konsumsi saat ini agar cukup untuk besok. Pengendalian

polusi merupakan salah satu bentuk konservatisme.

1. Hak Generasi Mendatang

Mungkin tampak bahwa kita berkewajiban melakukan konservasi sumber

daya bagi generasi mendatang karena mereka memiliki hak yang sama atas

sumber daya terbatas dari planet ini. Jika generasi mendatang sama-sama

punya hak atas sumber daya bumi, maka tindakan menghabiskan sumber

daya berarti mengambil apa yang sebenarnya menjadi milik mereka dan

melanggar hak-hak mereka atas sumber daya tersebut.

2. Keadilan bagi Generasi Mendatang

Rawls menyatakan bahwa metode ini, memastikan apa yang diberikan oleh

generasi sebelumnya pada generasi selanjutnya, akan mengarahkan pada

kesimpulan bahwa apa yang disyaratkan oleh keadilan pada kita hanyalah

kepastian bahwa generasi selanjutnya tidak menerima yang lebih baik dari
yang kita terima dari generasi sebelumnya. Keadilan mewajibkan kita untuk

menyerahkan dunia ini pada generasi mendatang dalam kondisi yang tidak

lebih buruk dibandingkan dengan yang kita terima dari generasi sebelumnya.

3. Pertumbuhan Ekonomi

Sejumlah penulis menyatakan bahwa jika kita menghemat sumber daya alam

yang langka agar generasi mendatang bisa memperoleh kualitas kehidupan

yang memuaskan, maka kita perlu mengubah sistem perekonomian secara

substansial, khususnya dengan menekan usaha-usaha untuk mendorong

pertumbuhan ekonomi.

E. Meningkatnya Perhatian Bisnis terhadap Etika Lingkungan

Jika polusi dan sumber daya alam merusak lingkungan, maka salah satu tindakan

yang logis adalah melarang semua kegiatan yang mengakibatkan polusi dan

penyusutan sumber daya alam. Namun, tindakan yang kenal kompromi seperti itu tidak

mungkin dilakukan, karena untuk memenuhi kebutuhan hidup terpaksa dilakukan

tindakan yang memberantakan lingkungan. Meningkatnya perhatian bisnis terhadap

etika lingkungan dikarenakan persepsi bahwa.

1. Lingkungan hidup sebagai “the commons“

The commons adalah ladang umum yang dulu dapat ditemukan dalam

banyak daerah pedesaan di Eropa dan dimanfaatkan secara bersama – sama

oleh semua penduduknya. Sering kali the commons adalah padang rumput

yang dipakai oleh semua penduduk kampung tempat pengangonan

ternaknya.
Dizaman modern dengan bertambahnya penduduk sistem ini tidak

dipertahankan lagi dan ladang umum itu diprivatisasi dengan menjualnya

kepada penduduk perorangan. Masalah lingkungan hidup dan masalah

kependudukan dapat dibandingan dengan proses menghilangnya the

commont. Jalan keluarnya adalah terletak pada bidang moralnya yakni

dengan membatasi kebebasan. Solusi ini memang bersifat moral karena

pembatasan harus dilaksanakan dengan adil. Pembatasan kebebasan itu

merupakan suatu tragedi karena kepentingan pribadi harus dikorbankan

kepada kepentingan umum. Tetapi tragedi ini tidak bisa dihindari.

Membiarkan kebebasan semua orang justru akan mengakibatkan kehancuran

bagi semua.

2. Lingkungan hidup tidak lagi eksternalitas

Dengan demikian serentak juga harus ditinggalkan pengandaian kedua

tentang lingkungan hidup dalam bisnis modern yakni bahwa sumber-sumber

daya alam itu tak terbatas. Mau tak mau kita perlu akui lingkungan hidup

dan komponen – komponen yang ada didalamnya tetap terbatas, walaupun

barangkali tersedia dalam kuantitas besar. Sumber daya alam pun ditandai

dengan kelangkaan. Jika para peminat berjumlah besar maka air, udara, dan

komponen – komponen yang ada didalamnya akan menjadi barang langka

dan karena itu tidak dapat dipergunakan lagi secara gratis. Akibatnya faktor

lingkungan hidup pun merupakan urusan ekonomi karena ekonomi adalah

usaha untuk memanfaatkan barang dan jasa yang langka dengan efisien

sehingga dinikmati oleh semua peminat.


3. Pembangunan berkelanjutan

Jika krisis lingkungan dipertimbangkan dengan serius, bagi ekonomi masih

ada suatu konsekuensi lain yang sulit dihindari. Ekonomi selalu menekankan

perlunya pertumbuhan. Ekonomi yang sehat adalah ekonomi yang tumbuh.

Selanjutnya semakin disadari bahwa pengabisan sumber daya alam

barangkali masih dapat diimbangi dengan ditemukannya teknologi baru.

Karena itu penghabisan sumber daya alam tidak merupakan masalah hidup

atau mati. Masalah yang lebih mendesak adalah kerusakan lingkungan hidup

yang sangat memprihatinkan. Yang secara mutlak harus dibatasi adalah

tekanan semakin besar pada sistem-sistem ekologis karena efek-efek negatif

dari kegiatan manusia. Kapasitas alam untuk manampung tekanan dari

polusi udara dan air, degradasi tanah dan sebagainya tidak diimbangi dengan

teknologi baru.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1. Polusi atau pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,

energi, dan/atau komponen lain ke dalam air, udara, tanah, dan/atau berubahnya

tatanan (komposisi) air,udara, tanah oleh kegiatan manusia dan proses alam,

sehingga kualitas air, udara, tanah menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi

lagi sesuai dengan peruntukannya. Polusi dapat dikategorikan menjadi polusi

udara, air, dan tanah.Penyusutan sumber daya mengacu pada konsumsi sumber

daya yang terbatas atau langka. Penyusutan sumber daya alam sering disebut

dengan istilah deplesi. Penyusutan sumber daya alam dapat merupakan

penyusutan spesies dan habitat, bahan bakar fosil, dan mineral.

2. Lembaga bisnis mengabaikan akibat kegiatan mereka terhadap lingkungan

karena para pelaku bisnis menganggap udara dan air itu barang gratis dan bisnis

melihat lingkungan sebagai barang tak terbatas. Sehingga terdapat beberapa

etika tersebut yaitu etika ekologi, hak lingkungan dan pembatasan mutlak,

utilitarianisme dan pengendalian parsial, keadilan

3. Konservatisme mengacu pada penghematan sumber daya alam untuk

digunakan di masa mendatang. Jadi, konservatisme sebagian besar mengacu

pada masa depan: kebutuhan untuk membatasi konsumsi saat ini agar cukup

untuk besok. Pengendalian polusi merupakan salah satu bentuk konservatisme.

4. Jika polusi dan sumber daya alam merusak lingkungan, maka salah satu

tindakan yang logis adalah melarang semua kegiatan yang mengakibatkan


polusi dan penyusutan sumber daya alam. Meningkatnya perhatian bisnis

terhadap etika lingkungan dikarenakan persepsi bahwa lingkungan hidup

sebagai “the commons”, lingkungan hidup tidak lagi eksternalitas,

pembangunan berkelanjutan
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Sutrisna. 2011. Etika Bisnis: Konsep Dasar Implementasi dan Kasus. Bali:

Udayana University Press

Susilawati, Indah. 2009. Etika dan Lingkungan.

https://meandmyheart.files.wordpress.com/2009/05/etika-dan-

lingkungan.pdf. Diakses pada 09.09.2019

Widyawati, Tania. “Meningkatnya Perhatian Bisnis terhadap Etika Lingkungan

Hidup”. https://student.unud.ac.id/taniawidyawati/news/76408 . Diakses

pada 09.09.2019

Anda mungkin juga menyukai