Anda di halaman 1dari 9

hipertensi

Darah Tinggi / Hipertensi


SYAMRINA

Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan
darah diatas normal atau kronis (dalam waktu yang lama). Hipertensi merupakan kelainan yang
sulit diketahui oleh tubuh kita sendiri. Satu-satunya cara untuk mengetahui hipertensi adalah
dengan mengukur tekanan darah kita secara teratur.

Diketahui 9 dari 10 orang yang menderita hipertensi tidak dapat diidentifikasi penyebab
penyakitnya. Itulah sebabnya hipertensi dijuluki pembunuh diam-diam atau silent killer.
Seseorang baru merasakan dampak gawatnya hipertensi ketika telah terjadi komplikasi. Jadi baru
disadari ketika telah menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung, koroner,
fungsi ginjal, gangguan fungsi kognitif atau stroke .Hipertensi pada dasarnya mengurangi
harapan hidup para penderitanya.
Hipertensi selain mengakibatkan angka kematian yang tinggi (high case fatality rate) juga
berdampak kepada mahalnya pengobatan dan perawatan yang harus ditanggung para penderita.
Perlu pula diingat hipertensi berdampak pula bagi penurunan kualitas hidup.
Hipertensi sebenarnya dapat diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Jika salah satu orang tua
terkena Hipertensi, maka kecenderungan anak untuk menderita Hipertensi adalah lebih besar
dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki orang tua penderita Hipertensi.
Diagnosis
Secara umum seseorang dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darah sistolik/diastoliknya
melebihi 140/90 mmHg (normalnya 120/80 mmHg). Sistolik adalah tekanan darah pada saat
jantung memompa darah ke dalam pembuluh nadi (saat jantung mengkerut). Diastolik adalah
tekanan darah pada saat jantung mengembang dan menyedot darah kembali (pembuluh nadi
mengempis kosong).

Sebetulnya batas antara tekanan darah normal dan tekanan darah tinggi tidaklah jelas, sehingga
klasifikasi Hipertensi dibuat berdasarkan tingkat tingginya tekanan darah yang mengakibatkan
peningkatan resiko penyakit jantung dan pembuluh darah.
Menurut WHO, di dalam guidelines terakhir tahun 1999, batas tekanan darah yang masih
dianggap normal adalah kurang dari 130/85 mmHg, sedangkan bila lebih dari 140/90 mmHG
dinyatakan sebagai hipertensi; dan di antara nilai tsb disebut sebagai normal-tinggi. (batasan
tersebut diperuntukkan bagi individu dewasa diatas 18 tahun).
Gejala
Mekanisme Terjadinya Hipertensi Gejala-gejala hipertensi antara lain pusing, muka merah, sakit
kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal, dan lain-lain. Dampak
yang dapat ditimbulkan oleh hipertensi adalah kerusakan ginjal, pendarahan pada selaput bening
(retina mata), pecahnya pembuluh darah di otak, serta kelumpuhan.
Penyebab
Berdasarkan penyebabnya, Hipertensi dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :
1. Hipertensi esensial atau primer
Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih belum dapat diketahui. Namun,
berbagai faktor diduga turut berperan sebagai penyebab hipertensi primer, seperti bertambahnya
umur, stres psikologis, dan hereditas (keturunan). Kurang lebih 90% penderita hipertensi
tergolong Hipertensi primer sedangkan 10% nya tergolong hipertensi sekunder.
2. Hipertensi sekunder/li>
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, antara lain kelainan
pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal
(hiperaldosteronisme), dan lain lain. Karena golongan terbesar dari penderita hipertensi adalah
hipertensia esensial, maka penyelidikan dan pengobatan lebih banyak ditujukan ke penderita
hipertensi esensial.
Berdasarkan faktor akibat Hipertensi terjadi peningkatan tekanan darah di dalam arteri bisa
terjadi melalui beberapa cara:

- Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya
- Terjadi penebalan dan kekakuan pada dinding arteri akibat usia lanjut. Arteri besar kehilangan
kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung
memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa
untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan.
- Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini
terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan
air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga
meningkat.
Oleh sebab itu, jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri mengalami pelebaran, dan
banyak cairan keluar dari sirkulasi. Maka tekanan darah akan menurun atau menjadi lebih kecil.
Berdasarkan faktor pemicu, Hipertensi dibedakan atas yang tidak dapat dikontrol seperti umur,
jenis kelamin, dan keturunan. Pada 70-80% kasus Hipertensi primer, didapatkan riwayat
hipertensi di dalam keluarga. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka
dugaan Hipertensi primer lebih besar. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar
monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita Hipertensi. Dugaan ini menyokong
bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam terjadinya Hipertensi.
Sedangkan yang dapat dikontrol seperti kegemukan/obesitas, stress, kurang olahraga, merokok,
serta konsumsi alkohol dan garam. Faktor lingkungan ini juga berpengaruh terhadap timbulnya
hipertensi esensial. Hubungan antara stress dengan Hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf
simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas, saraf parasimpatis
adalah saraf yang bekerja pada saat kita tidak beraktivitas.
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara intermitten (tidak
menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi.
Walaupun hal ini belum terbukti, akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi
dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang
dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota.
Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari populasi Hipertensi dan
dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan terjadinya Hipertensi
dikemudian hari. Walaupun belum dapat dijelaskan hubungan antara obesitas dan hipertensi
esensial, tetapi penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume
darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingan dengan penderita yang
mempunyai berat badan normal.
Pencegahan
Hipertensi dapat dicegah dengan pengaturan pola makan yang baik dan aktivitas fisik yang
cukup. Hindari kebiasaan lainnya seperti merokok dan mengkonsumsi alkohol diduga
berpengaruh dalam meningkatkan resiko Hipertensi walaupun mekanisme timbulnya belum
diketahui pasti.

Pengobatan
Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi, karena olah raga isotonik
(spt bersepeda, jogging, aerobic) yang teratur dapat memperlancar peredaran darah sehingga
dapat menurunkan tekanan darah. Olah raga juga dapat digunakan untuk mengurangi/ mencegah
obesitas dan mengurangi asupan garam ke dalam tubuh (tubuh yang berkeringat akan
mengeluarkan garam lewat kulit).
Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
1. Pengobatan non obat (non farmakologis)
2. Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)

Pengobatan non obat (non farmakologis)


Pengobatan non farmakologis kadang-kadang dapat mengontrol tekanan darah sehingga
pengobatan farmakologis menjadi tidak diperlukan atau sekurang-kurangnya ditunda. Sedangkan
pada keadaan dimana obat anti hipertensi diperlukan, pengobatan non farmakologis dapat
dipakai sebagai pelengkap untuk mendapatkan efek pengobatan yang lebih baik.

Pengobatan non farmakologis diantaranya adalah :


1. Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh
2. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh.
Nasehat pengurangan garam, harus memperhatikan kebiasaan makan penderita. Pengurangan
asupan garam secara drastis akan sulit dilaksanakan. Cara pengobatan ini hendaknya tidak
dipakai sebagai pengobatan tunggal, tetapi lebih baik digunakan sebagai pelengkap pada
pengobatan farmakologis.
3. Ciptakan keadaan rileks
Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat mengontrol sistem saraf yang
akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.
4. Melakukan olah raga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit sebanyak 3-4
kali seminggu.
5. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol

Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)


Obat-obatan antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang beredar saat ini.
Untuk pemilihan obat yang tepat diharapkan menghubungi dokter.
• Diuretik
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat kencing)
sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi
lebih ringan.
Contoh obatannya adalah Hidroklorotiazid.
• Penghambat Simpatetik
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja pada
saat kita beraktivitas ).
Contoh obatnya adalah : Metildopa, Klonidin dan Reserpin.

• Betabloker
Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya pompa jantung. Jenis
betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan pernapasan
seperti asma bronkial.
Contoh obatnya adalah : Metoprolol, Propranolol dan Atenolol. Pada penderita diabetes melitus
harus hati-hati, karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula dalam
darah turun menjadi sangat rendah yang bisa berakibat bahaya bagi penderitanya). Pada orang
tua terdapat gejala bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan) sehingga pemberian obat
harus hati-hati.

• Vasodilator
Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos (otot
pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah : Prasosin, Hidralasin. Efek
samping yang kemungkinan akan terjadi dari pemberian obat ini adalah : sakit kepala dan
pusing.

• Penghambat ensim konversi Angiotensin


Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yang
dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah).
Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah Kaptopril. Efek samping yang mungkin timbul
adalah : batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.

• Antagonis kalsium
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat kontraksi jantung
(kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah : Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil.
Efek samping yang mungkin timbul adalah : sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah.

• Penghambat Reseptor Angiotensin II


Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada reseptornya
yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk dalam
golongan ini adalah Valsartan (Diovan). Efek samping yang mungkin timbul adalah : sakit
kepala, pusing, lemas dan mual.
Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur, serta menghindari faktor resiko terjadinya
hipertensi, maka angka kematian akibat penyakit ini bisa ditekan.
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan darah sistolik lebih besar atau sama dengan 140
mmHg atau peningkatan tekanan darah diastolik lebih besar atau sama dengan 90 mmHg.

Biasanya seseorang setelah datang ke pelayanan ke sekolah secara umum mereka akan bercerita
bahwa tensinya sekian.......sekian....... Maka dari referensi ini hipertensi diklasifikasikan sebagai
berikut:
Tabel . Klasifikasi tekanan darah
Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Darah Sistolik (mmHg) Tekanan Darah Diastolik (mmHg)
Normal <120 <80 Prehipertensi 120-139 80-89 Hipertensi stage I 140-159 90-99 Hipertensi
stage II >160 >100

Mekanisme yang terjadi dalam tubuh melibatkan empat sistem yang mengendalikan tekanan
darah yaitu baroreseptor, pengaturan volume cairan tubuh, sistem renin-angiotensin, dan
autoregulasi pembuluh darah. Adapun penyebab hipertensi secara tepat belum diketahui, tetapi
telah dipahami bersama bahwa hipertensi merupakan kondisi yang multifaktorial.
Berbagai tanda dan gejala yang menyertai penyakit ini, meskipun banyak yang tidak merasakan
atau membiarkan karena dianggap hal biasa. Kejadian hipertensi yang bertahap sering disebut
silent killer. Hipertensi dapat muncul setelah setahun atau ditemukan saat sudah terjadi
komplikasi. Ketika terjadi kenaikan tekanan darah yang berarti maka pasien dapat merasakan
gejala seperti sakit kepala, mengantuk, keletihan, sulit tidur, gemetar, mimisan atau penglihatan
yang kabur. Sedangkan pada pasien hipertensi maligna dapat ditemukan pasien mengalami sakit
kepala, kerusakan penglihatan, kejang bahkan bisa sampai koma (Tymbi et al., 1998).
Peningkatan tekanan darah yang berkepanjangan akan merusak pembuluh darah yang ada di
sebagian besar tubuh. Pada beberapa organ seperti jantung, ginjal, otak dan mata, akan
mengalami kerusakan. Gagal jantung, infark miokard, gagal ginjal, stroke, dan gangguan
penglihatan adalah konsekuensi yang umum dari hipertensi.

Faktor Risiko Hipertensi


Hipertensi primer tidak disebabkan oleh faktor tunggal dan khusus. Hipertensi ini disebabkan
berbagai faktor yang saling berkaitan. Hipertensi sekunder disebabkan oleh berbagai faktor
primer yang diketahui yaitu seperti kerusakan ginjal, gangguan endokrin, penggunaan obat
tertentu, stres akut, kerusakan vaskuler dan lain-lain.
Hipertensi disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat dimodifikasi serta faktor yang tidak dapat
dimodifikasi. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain faktor genetik, umur, jenis
kelamin, dan etnis. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi meliputi stres, obesitas, dan nutrisi
(Black, 1997).
1. Faktor genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga tersebut mempunyai
resiko menderita hipertensi. Individu dengan orangtua hipertensi mempunyai resiko dua kali
lebih besar untuk menderita hipertensi daripada individu yang tidak mempunyai keluarga dengan
riwayat hipertensi.
2. Umur
Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan usia. Individu yang berumur di atas
60 tahun, 50-60% mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal
itu merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah usianya.
3. Jenis kelamin
Laki-laki mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi lebih awal. Laki-laki juga
mempunyai resiko yang lebih besar terhadap morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler.
Sedangkan di atas umur 50 tahun hipertensi lebih banyak terjadi pada perempuan.
4. Etnis
Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam daripada yang berkulit putih. Belum
diketahui secara pasti penyebabnya, namun dalam orang kulit hitam ditemukan kadar renin yang
lebih rendah dan sensitifitas terhadap vasopresin lebih besar.
5. Stres
Stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan
menstimulasi aktivitas saraf simpatetik. Adapun stres ini dapat berhubungan dengan pekerjaan,
kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal.
6. Obesitas
Penelitian epidemiologi menyebutkan adanya hubungan antara berat badan dengan tekanan darah
baik pada pasien hipertensi maupun normotensi. Pada populasi yang tidak ada peningkatan berat
badan seiring umur, tidak dijumpai peningkatan tekanan darah sesuai peningkatan umur.
Obesitas terutama pada tubuh bagian atas dengan peningkatan jumlah lemak pada bagian perut.
7. Nutrisi
Sodium adalah penyebab penting dari hipertensi esensial, asupan garam yang tinggi akan
menyebabkan pengeluaran berlebihan dari hormon natriouretik yang secara tidak langsung akan
meningkatkan tekanan darah.
Asupan garam tinggi yang dapat menimbulkan perubahan tekanan darah yang dapat terdeteksi
adalah lebih dari 14 gram per hari atau jika dikonversi kedalam takaran sendok makan adalah
lebih dari dua sendok makan.
8. Merokok
Penelitian terakhir menyatakan bahwa merokok menjadi salah satu faktor risiko hipertensi yang
dapat dimodifikasi. Merokok merupakan faktor risiko yang potensial untuk ditiadakan dalam
upaya melawan arus peningkatan hipertensi khususnya dan penyakit kardiovaskuler secara
umum di Indonesia.

Penanganan Hipertensi
Tujuan penanganan pasien hipertensi adalah untuk mencegah morbiditas dan mortalitas yang
berkaitan dengan tingginya tekanan darah. Tekanan darah diharapkan dapat dipertahankan di
bawah 140/90 mmHg atau di bawah 130/90 mmHg untuk pasien yang mengalami diabetes dan
gagal ginjal.
Penanganan hipertensi pada tahap awal dilakuan dengan modifikasi gaya hidup meliputi
penurunan berat badan, pembatasan asupan garam, olahraga, pembatasan konsumsi alkohol,
pembatasan konsumsi kopi, menggunakan teknik relaksasi, tidak merokok, menggunakan
suplemen potasium, kalsium, dan magnesium.
Selain dengan modifikasi gaya hidup, pasien hipertensi juga ditangani dengan pemberian obat
anti hipertensi. Penggunaan obat anti hipertensi memberikan keuntungan antara lain seperti yang
disebutkan dalam sebuah penelitian klinik yang dilakukan Whelton, penggunaan obat anti
hipertensi ini berhubungan dengan penurunan insidensi stroke rata-rata 35-40%, infark miokard
20-25%, dan gagal jantung >50%.

Pemantauan (monitoring) dan tindak lanjut.


Pada dasarnya pemeriksaan tekanan darah dianjurkan untuk semua orang baik yang menderita
hipertensi maupun yang normal. Pemantauan tekanan darah pada pasien dengan hipertensi yang
mendapatkan pengobatan merupakan hal yang penting berkaitan dengan keefektifan pengobatan
yang dilakukan dan perubahan tekanan darah yang mengindikasikan perlunya perubahan rencana
pengobatan. Perawatan lanjutan penting sehingga proses penyakit dapat dikaji dan ditangani
berdasarkan apa yang ditemukan pada saat dilakukan pengkajian dan pemeriksaan.

Tanda-tanda
Jika Anda seorang penderita hipertensi, kenalilah tanda-tanda adanya keluhan yang berhubungan
dengan kegawatan maupun komplikasi yaitu sakit kepala, tengkuk tegang, pusing kadang-kadang
disertai rasa berputar, sempoyongan, mimisan, mata kabur, nyeri dada sesak, debar-debar, dan air
kencing yang tiba-tiba berkurang.

Jika Anda belum tahu berapa besar tekanan darah, maka sebaiknya memeriksakan pengukuran
darah di mana saja berada kepada orang yang biasa memeriksa yaitu paramedik maupun medik
tanpa harus menunggu keluhan seperti di atas. Dengan mengetahui kondisi tekanan darah Anda
maka diharapkan tingkat kewaspadaan terhadap penyakit yang berhubungan dengan hipertensi
akan meningkat sehingga menyadari upaya pencegahan penyakit berlanjut.

Gejala dan Penyebab Hipertensi


Gejala dan Penyebab Hipertensi

1). Gejala

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara tidak
sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah
tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari
hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita
hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.

Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:

* sakit kepala
* kelelahan
* mual
* muntah
* sesak nafas
* gelisah
* pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan
ginjal.

Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena
terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan
penanganan segera.

2). Penyebab hipertensi

Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :

1.Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui penyebabnya
(terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi).

2.Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari adanya penyakit
lain.

Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa perubahan pada jantung
dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah.

Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-10% penderita
hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan
hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).

Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar
adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin).

Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga), stres, alkohol atau
garam dalam makanan; bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan
yang diturunkan. Stres cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu,
jika stres telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal.

Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder:

1.Penyakit Ginjal
* Stenosis arteri renalis
* Pielonefritis
* Glomerulonefritis
* Tumor-tumor ginjal
* Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
* Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
* Terapi penyinaran yang mengenai ginjal

2. Kelainan Hormonal
* Hiperaldosteronism
* Sindroma Cushing
* Feokromositoma

3. Obat-obatan
* Pil KB
* Kortikosteroid
* Siklosporin
* Eritropoietin
* Kokain
* Penyalahgunaan alkohol
* Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)

4. Penyebab Lainnya
* Koartasio aorta
* Preeklamsi pada kehamilan
* Porfiria intermiten akut
* Keracunan timbal akut.
Hipertensi
by. M. Ferry Wong
Hipertensi atau sering disebut penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana pembuluh
darah kehilangan elastisitas ( yang dosebabkan salah satunya adalah oleh kondisi pembuluh
darah yang sudah tua , kaku dan rapuh ) , sehingga menyebabkan peningkatan tekanan darah
pada pembuluh nadi atau arteri melebihi nilai normal . Menurut WHO , seseorang dikatakan
menderita hipertensi apabila tekanan darahnya lebih dari 140 / 90 mmHg.
Faktor penyebab hipertensi 90% belum diketahui secara pasti, tapi berkaitan dengan gaya hidup /
life style ( pola makan tidak sehat , tingkat kesibukan yang sangat tinggi dan tingkat stress tinggi,
kurang istirahat dan olah raga ) .
Gejala Hipertensi
Sering sakit kepala, pusing, sering capek / merasa pegal-pegal , lelah , gugup , mengantuk ,
bingung , mati rasa ( baal ) dan kesemutan pada tangan dan kaki , sesak nafas / nafas pendek ,
batuk dan hidung berdarah , muka kemerahan , pandangan mata kabur , serta sulit mengerti
perkataan orang lain ( harus diulang ) .
Faktor Resiko Hipertensi
1. Dapat dikendalikan , diantaranya adalah batasi makanan berlemak jenuh tinggi , makanan
olahan / berpengawet , kopi , teh , garam , stress , cukup makanan berserat , istirahat dan olah
raga.
2. Tidak dapat dikendalikan , diantaranya adalah usia ( tensi cenderung meningkat seiring
dengan bertambahnya usia ) , genetik ( keluarga dengan riwayat genetik ) , jenis kelamin ( pria
umumnya beresiko lebih tinggi , namun lebih tinggi pada wanita paska menopouse ) .
Komplikasi Hipertensi
• Stroke
• Serangan jantung
• Edema paru
• Gagal ginjal
• Kebutaan karena pecahnya pembuluh darah mata
• Komplikasi lainnya

Anda mungkin juga menyukai