PENDAHULUAN
Kehamilan merupakan proses alamiah dalam kehidupan biologik wanita. Seperti halnya
individu-individu lain dalam populasi, maka seorang wanita hamil suatu saat dalam masa
kehamilannya memerlukan terapi obat oleh karena gangguan kesehatan yang diderita.Seorang
ibu hamil kemungkinan akan menderita berbagai keluhan atau gangguan kesehatan seperti pada
populasi pada umumnya, tetapi disamping itu juga dapat menderita berbagai keluhan atau
gangguan pada kehamilannya, seringkali diperlukan farmakoterapi. Kenyataan ini mendorong
untuk menekan serendah mungkin pemakaian obat selama kehamilan dengan menghindari
pemakaian obat secara sembarangan.
Seorang praktisi medik dalam praktek sehari-hari sering dihadapkan pada berbagai permasalahan
pengobatan yang kadang memerlukan pertimbangan-pertimbangan khusus, seperti misalnya
pengobatan pada wanita dengan kehamilan. Meskipun prinsip dasar dan tujuan terapi pada
kelompok tersebut tidak banyak berbeda, tetapi mengingat masing-masing memiliki
keistimewaan dalam penatalaksanaan maka diperlukan pendekatan-pendekatan yang sedikit
berbeda dengan kelompok dewasa lainnya.
Pertimbangan pengobatan pada keaadaan hamil, tidak hanya saja berdasarkan pada ketentuan
dewasa tetapi perlu beberapa penyesuaian dan perhatian lebih besar pada kemungkinan efek obat
pada janin.
1.3. Tujuan
a. Mengetahui pengertian analgetik-antipiretik
b. Mengetahui penggunaan analgetik-antipiretik dalam kehamilan.
c. Mempelajari studi kasus analgetik-antipiretik dalam kehamilan
1.4. Manfaat
Menambah ilmu pengetahuan tentang obat-obat yang berpengaruh pada kehamilan, dan
diharapkan dapat diterapkan pada praktek klinik
PEMBAHASAN
Analgetik adalah adalah obat yang mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran.
Antipiretik adalah obat yang menurunkan suhu tubuh yang tinggi. Jadi analgetik-antipiretik
adalah obat yang mengurangi rasa nyeri dan serentak menurunkan suhu tubuh yang tinggi.
Rasa nyeri hanya merupakan suatu gejala, fungsinya memberi tanda tentang adanya gangguan-
gangguan di tubuh seperti peradangan, infeksi kuman atau kejang otot. Rasa nyeri disebabkan
rangsang mekanis atau kimiawi, kalor atau listrik, yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan
dan melepaskan zat yan disebut mediator nyeri (pengantara).
Zat ini merangsang reseptor nyeri yang letaknya pada ujung syaraf bebas di kulit, selaput lendir
dan jaringan lain. Dari tempat ini rangang dialaihkan melalui syaraf sensoris ke susunan syaraf
pusat (SSP), melalui sumsum tulang belakang ke talamus (optikus) kemudian ke pusat nyeri
dalam otak besar, dimana rangsang terasa sebagai nyeri.
Terapi alternative
1. Banyak minum atau minum air ditambah madu
2. Minum the manis hangat atau ditambah jahe agar berkeringaat dan menurunkan panas
3. Satu sendok the selasi dan gula secukupnya diseduh dengan air panas
4. Sepotong cincau dan gula secukupnya diseduh dengan air hangat
5. Kompres es, alcohol dilipatan dan permukan tubuh yang panas
6. Kompres minyak kayu putih atau balsam atau botol air panas pada permukaan tubuh yang
dingin
Terapi obat
1. Parasetamol
Hal yang harus diperhatikan
a. Dosis harus tepat, tidak berlebihan karena dapat menimbulkan gangguan fungsi hati dan ginjal.
b. Hindari penggunaan campuran obat demam karena dapat menimbulkan overdosis
c. Hindari penggunaan bersama dengan alcohol karena meningkatkan resiko gangguan hati.
d. Minta petunjuk dokter untuk penderita penyakit ginjal
Kegunaan obat
a. Mengurangi rasa sakit, misalnya sakit kepala, sakit gigi, nyeri haid.
b. Menurunkan demam, misalnya demam setelah imunisasi
Aturan pemakaian
a. Dewasa : 325 mg atau 500-600 mg setiap 4 sampai 6 jam
b. Anak : 0-1 tahun : 60-120 mg setiap 4 jam atau 6 jam, 1-5 tahun : 120-150 mg setiap 4 jam
atau 6 jam, 6-12 tahun : 250-500 mg setiap 4 jam atau 6 jam
2. Asetosal (Aspirin)
Kegunaan obat
a. Mengurangi rasa sakit, misalnya sakit kepala, nyeri otot, nyeri tulang, nyeri haid.
b. Menurunkan demam.
c. Anti radang, misalnya radang sendi dan tulang.
Aturan pemakaian
a. Dewasa : 500-650 mg setaiap 4 jam (maksimal 4 hari)
b. Anak : 2-3 tahun : 80-160 mg setiap 4 jam, 4-5 tahun : 160-240 mg setiap 4 jam, 6-8 tahun :
250-240 mg setiap 4 jam, 9-10 tahun : 320-400 mg setiap 4 jam, > 11 tahun : 400-480 mg setiap
4 jam
Sumber : Kembali Sehat dengan Obat Oleh Sriana Aziz, Sudibyo Supardi, Max Joseph Herman,
Pustaka Populer Obor, Jakarta 2004
Sumber: http://id.shvoong.com/medicine-and-health/2138866-obat-penurun-demam-
antipiretik/#ixzz1aOJ1S02X
Demam Dan Obatnya (Antipiretika)
Mekanisme Demam:
- MO masuk ke dalam tubuh membawa zat toksin yang dikenal sebagai pirogen endogen
- Tubuh akan melawan dan mencegahnya dengan memerintahkan tentara pertahanan tubuh
(limfosit, makrofag, leukosit) untuk memakannya (fagositosit)
- Tentara tubuh akan mengeluarkan senjatanya berupa pirogen endogen (khususnya Inteleukin /
IL-1) sebagai anti infeksi
- Pirogen endogen yang dikeluarkan akan merangsang sel-sel endotel hipotalamus yang memacu
pengeluaran Asam Arakhidonat yang akibatnya akan memacu pengeluaran PGE2
(Prostaglandin)
- PGE2 akan mempengaruhi kerja thermostat hipotalamus
- Hipotalamus merupakan pusat pengaturan suhu tubuh. Hipotalamus akan menjaga kestabilam
suhu tubuh dengan mengatur keseimbangan antara pengeluaran panas dengan produksi
panas yang berlebihan bila terjadi demam.
1. Salisilat
Farmakokinetika: Pemberian oral, sebagian salisilat akan diabsorpsi dengan cepat dalam bentuk
yang utuh di lambung, tetapi sebagian besar di usus bagian atas. Kadar tertinggi dicapai kira-kira
2 jam setelah pemberian. Setelah diabsorpsi, salisilat akan menyebar di seluruh jaringan tubuh
dan cairan transeluler. Obat ini mudah menembus sawar darah otak dan sawar urin.
Biotransformasi salisilat terjadi di banyak jaringan terutama di mikosom dan mitokondria hati.
Salisilat akan diekskresi dalam bentuk metabolitnya melalui ginjal, keringat dan empedu.
Asetosal/aspirin dapat menimbulkan perdarahan lambung, sindroma Reye (tidak boleh diberikan
pada anak usis kurang dari 12 tahun)
Dosis: Untuk dewasa 325 mg- 650 mg, diberikan secara oral tiap 3 atau 4 jam. Untuk anak 15-20
mg/kgBB diberikan tiap 4-6 jam dengan dosis total tidak melebihi 3,6 gr per hari.
2. Salisilamid
Salisilamid adalah amida asam salisilat yang memperlihatkan efek analgetik-antipiretika mirip
asetosal, walaupun badan salisilamid tidak diubah menjadi salisilat. Efek analgetika-antipiretika
salisilamid lebih lemah dari salisilat karena salisilamid dalam mukosa usus mengalami
metabolisme lintas pertama, sehingga salisilamid yang diberikan masuk sirkulasi sebagai zat
aktif.
Dosis: Untuk dewasa 3-4 kali 300-600 mg sehari. Untuk anak 65 mg/kgBB/hari diberikan 6
kali/hari.
3. Diflunisal
Diflunisal merupakan derivate difluorofenil dari asam salisilat, tetapi in vivo diubah menjadi
asam salisilat.
Farmakokinetika: Setelah pemberian oral, kadar puncak dicapai dalam 2-3 jam. 99% akan terikat
di albumin dan waktu paruh berkisar 8-12 jam.
Dosis: Dosis awal 500 mg disusul 250-500 mg sehari dengan dosis pemeliharaan tidak melebihi
1,5 gram sehari
Derivat para amino fenol yaitu asetaminophen dan fenasetin. Mekanisme: menghambat
biosintesis PGE2 yang lemah.
Farmakokinetika: Diabsorpsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi
dalam plasma dicapai dalam waktu 0,5 jam dan masa paruh dalam plasma adalah 1-3 jam. Dalam
plasma, asetaminofen 25% dan fenasetin 30% terikat dalam protein plasma. Ekskresi melalui
ginjal dan sebagian asetaminofen dalam bentuk terkonjugasi.
Dosis: Dosis Lazim dewasa 500 mg untuk sekali dan 500mg-2gram untuk sehari (Ref: FI III,
1979).