RISET KUANTITATIF
DISUSUN OLEH :
ASEP
215115001
4. Masalah utama
Secara sederhana latar belakang terdiri dari fakta, teori dan opini, yaitu
1. Fakta berisi data-data pendukung permasalahan anda
2. Teori berisi singkatan teori yang mendukung permasalahan anda
3. Opini berisi tentang pendapat anda yang berisi komen terhadap fakta dan teori
sebelumnya
Akan tetapi agar lebih komplit sebaiknya latar belakang diisi dengan Introduksi,
Justifikasi, Kronologi Masalah dan Konsep Solusi, yaitu :
1. Introduksi isinya apa yang anda permasalahkan, biasanya definisi-definisi dari
apa yang tercantum dari tulisan anda
2. Justifikasi isinya data-data yang mendukung permasalahan anda
3. Kronologi masalah berisi tentang bagaimana permasalahan bisa terjadi secara
teoritis.
4. Konsep solusi berisi bagaimana kira-kira permasalahan diselesaikan
Alur Pikir Latar Belakang Masalah
TENTUKAN BEBERAPAMASALAH
BERDASARKAN FENOMENA/ISSU
ISSURUMUSKANSATU MASALAH
BERDASARKAN LITERATUR + HASLIT
RUMUSKAN LATARBELAKANG
RUMUSKAN PENELITIAN
2. Buatlah latar belakang samai tujuan penelitian secara lengkap yang diperkuat
dengan pernyataan yang ditemukan dalam jurnal atau teks book yang
berhubungan dengan judul yang diambil?
Jawaban
b. RumusanMasalah Epidemiologi dan data klinis adalah alat yang berguna dalam
diagnosis pembanding antara TB dan limfadenitis NTM ketika
etiologi diagnosis tidak tersedia.
‘‘Dalam penelitian ini peneliti ingin menentukan cara pembanding
penetapan diagnosa antara tb dan limfadentitis non tuberculosadi
lihat dari efidemologi penyakitnya’’
Salah satu penyakit yang paling banyak diderita oleh masyarakat adalah ISPA (Infeksi
Saluran Pernapasan Akut). Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat
ringan seperti batuk-pilek, disebabkan oleh virus, dan tidak memerlukan pengobatan dengan
antibiotik. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering
terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin. Penyakit ISPA
merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak, karena sistem pertahanan tubuh anak
masih rendah. Kejadian penyakit batuk-pilek pada balita di Indonesia diperkirakan 3 sampai
6 kali per tahun, yang berarti seorang balita rata-rata mendapat serangan batuk-pilek
sebanyak 3 sampai 6 kali setahun.
Selain infeksi saluran pernapasan akut, masih ada penyakit yang berbahaya pada anak yaitu
Tuberkulosis (TB) masih penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak di dunia,
namun kurang mendapat prioritas dalam penanggulangannya. Data surveilans dan
epidemiologi TB pada anak jarang didapat. Hal ini disebabkan berbagai faktor antara lain
sulitnya diagnosis TB anak, meningkatnya TB ekstra paru pada anak, tidak adanya standar
baku definisi kasus, dan prioritas yang kurang diberikan pada TB anak di banding TB
dewasa. Berbagai penelitian menunjukkan prevalensi TB anak tinggi, namun umumnya tanpa
konfirmasi pemeriksaan bakteri tahan asam (BTA) positif. Salah satu indikator untuk menilai
situasi TB dikomunitas adalah dengan Annual Risk of Tuberculosis Infection (ARTI), adalah
indeks epidemiologi yang dipakai untuk evaluasi dan monitor keadaan tuberkulosis di suatu
komunitas atau negara. Perbedaan angka morbiditas dan mortalitas TB di berbagai negara
dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko. risiko infeksi TB dan sakit TB. (Sari Pediatri
2009;11(2):124-9).
Penyakit Tuberculosis (TBC) merupakan masalah yang serius bagi dunia,karena menjadi
penyebab kematian terbanyak dibanding dengan penyakit infeksi lain. Diperkirakan 95%
kasus TBC terjadi dan Indonesia menempati urutan ketiga di dunia setelah India dan China
(Depkes, 2008).Tuberkulosis masih merupakan penyakit penting sebagai penyebab
morbiditas dan mortalitas, dan tingginya biaya kesehatan Setiap tahun diperkirakan 9 juta
kasus TBC baru dan 2 juta di antaranya kasus TBC berulang. Dari 9 juta kasus baru TBC di
seluruh dunia, 1 juta adalah anak usia<15 tahun. Dari seluruh kasus TBC anak dilaporkan
kasus kekambuhan anakTBC sebesar 25% dari sejumlah 1 juta anak dengan riwayat pernah
menderitaTBC (Soemirat, 2011). Tingginya angka kejadian kekambuhan TBC pada anak
merupakan salahsatu penyakit infeksi yang berbahaya berakibat kematian dan harus
mendapat perhatian serius bagi petugas kesehatan dan orang tua. Penderita dengan diagnosis
TB BTA Positif dan ibu yang infeksius sangat berbahaya bagi bayi dan anak-anaknya
(Asgaf,2006).
Anak merupakan generasi penerus bangsa yang perlu diperhatikan pertumbuhan dan
perkembangannya. Dan untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik maka diperlukan
status kesehatan yang baik. Dengan demikian anak yang sehat dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Namun usia anak terutama 5
tahun pertama kehidupan merupakan usia yang sangat rawan terhadap penyakit termasuk
penyakit Tuberkulosa.Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular kronik yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang merupakan kuman yang sangat berbahaya
bagi kesehatan manusia. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (2001) menunjukkan
bahwa di Indonesia, TB menduduki rangking ketiga sebagai penyebab kematian. Bahkan di
negara-negara berkembang, kematian akibatTuberkulosis merupakan 25 % dari seluruh
kematian, yang sebenarnya dapat dicegah. Namun angka kejadian TB pada anak belum
diketahui secara pasti karena sulitnya mendiagnosa TB pada anak. Menurut Kartasasmita
(2002), mengatakan bahwa seorang penderita TB dewasa dengan BTA positif akan
menularkan kepada10 orang di lingkungannya terutama anak-anak. Sehingga bila prevalensi
TB dewasa tinggi, tentu TB anak pun akan tinggi pula. Dan oleh karena itulah, sangat penting
mendeteksi TB dewasa sehingga setiap anak yang mempunyai resiko tertular dapat diberikan
pencegahan.
Kabupaten Bandung Barat merupakan kabupaten baru di provinsi Jawa Barat yang
merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten Bandung, dan memiliki 15 kecamatan dengan
luas wilayah dan jumlah penduduk berbeda-beda.Dalam mengembangkan wilayahnya,
Kabupaten Bandung Barat memiliki visi yaitu “Bandung Barat CERMAT (Cerdas, Rasional,
Maju, Agamis, dan Sehat)”dan untuk mewujudkan visi tersebut dikembangkan dalam salah
satu misi nya yaitu meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang cerdas dan sehat
(http://www.bandungbaratkab.go.id, diakses tanggal 27 Januari 2009). Menurut Kabid
Penyehatan Lingkungan dan Penanggulangan Penyakit Infeksi Dinas Kesehatan Bandung
Barat (2009) angka kejadian tuberculosis di wilayah kabupaten Bandung Barat seperti
fenomena gunung es karena jumlah kasus yang tampak dari permukaan tidak banyak, namun
kemungkinan jumlah kasus yang terjadi didalamnya lebih banyak. Hal ini dikarenakan
masyarakat tidak tahu bahwa dirinya terkena penyakit TB atau bukan terlebih TB pada anak
sulit untukdideteksi, sehingga Puskesmas tidak memiliki data lengkap kasus TB termasuk
diwilayah kerja Puskesmas.
B. Rumusan Masalah
Adakah hubungan antara faktor status gizi, imunisasi, riwayat kontak, koinfeksi HIV dan
status ekonomi dengan kejadian tuberkulosis pada anak di wilayah kerja .................................
Kabupaten Bandung Barat.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang beresiko
dengan kejadian tuberkulosis pada anak
1. Tujuan Khusus
Mengetahui hubungan antara status gizi dengan kejadian TB anak di
....................................Kabupaten Bandung Barat
Mengetahui hubungan antara status imunisasi dengan kejadian TB anak di
....................................Kabupaten Bandung Barat
Mengetahui hubungan antara riwayat kontak dengan kejadian TB anak di
....................................Kabupaten Bandung Barat
Mengetahui hubungan antara status ekonomi keluarga dengan kejadian TB
anak di ................................Kabupaten Bandung Barat
Mengetahui faktor mana yang paling berperan dan berhubungan dengan
kejadianTB anak di ...............................Kabupaten Bandung Barat
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pihak terkait. Selain itu,
bagi pengembangan ilmu pengetahuan ; diharapkan dapat memberikan informasi bagi pihak
tenaga kesehatan khususnya tenaga keperawatan terutama perawat komunitas dalam upaya
meminimalkan kejadian TB anak dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang paling
berhubungan dengan kejadian TB anak, sehingga intervensi keperawatan dalam asuhan
keperawatan pada anakd engan TB dapat lebih optimal.
Daftar Pustaka
Anna C. C. Carvalho, MD, PhD,* Luigi Codecasa, MD,† Gabriele Pinsi, MD,‡ Maurizio
Ferrarese, MD,†Chiara Fornabaio, MD,* Viviana Bergamaschi, MD,* Carla Lacchini, MD,†
Giorgio Ekema, MD,§Stefania Stefini, MD,¶ Mario Comelli, MD, PhD,_ and Alberto
Matteelli, MD.2009.Differential Diagnosis of Cervical Mycobacterial Lymphadenitis
inChildren.ovid. THE PEDIATRIC INFECTIOUS DISEASE JOURNAL
Wasana Prasitsuebsai, MD, MPH, *† Azar Kariminia, PhD,‡ Thanyawee Puthanakit, MD,§
Pagakrong Lumbiganon, MD,¶ Rawiwan Hansudewechakul, MD,‖ Fong Siew Moy,
MD,**Matthew Law, PhD,‡Nagalingeswaran Kumarasamy MD, PhD,†† Kamarul Razali,
MD,‡‡ Virat Sirisanthana, MD,§§Annette H. Sohn, MD,¶¶ and Kulkanya Chokephaibulkit,
MD.2013. Impact of Antiretroviral Therapy on Opportunistic Infections of HIV-infected
Children in the Therapeutic Research, Educationand AIDS Training Asia Pediatric HIV
Observational Database.Ovid. THE PEDIATRIC INFECTIOUS DISEASE JOURNAL
Synne Jenum, MD,* Sumithra Selvam, MSc,† Diana Mahelai, Mphil,‡ Nelson Jesuraj, MD,‡
Vicky Cárdenas, PhD, JD,§ John Kenneth, MD,‡ Anneke C. Hesseling, MD, PhD,¶ Timothy
Mark Doherty, PhD,‖Mario Vaz, MD,** and Harleen M.S. Grewal, MD, PhD, DTMH.2014.
Influence of Age and Nutritional Status on the Performance ofthe Tuberculin Skin Test and
QuantiFERON-TB Gold In-Tube inYoung Children Evaluated for Tuberculosis in Southern
India.Ovid. The Pediatric Infectious Disease Journal.
Claire von Mollendorf, MBBCh, MSc,*† Cheryl Cohen, MBBCh, FCPath (SA) Micro,*†
Linda de Gouveia, ND MedTech (Micro),* Nireshni Naidoo,.2014. Risk Factors for Invasive
Pneumococcal Disease Among Children Less Than 5 Years of Age in a High HIV Prevalence
Setting, South Africa, 2010 to 2012.ovid. The Pediatric Infectious Disease Journal.