Anda di halaman 1dari 13

TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER

RISET KUANTITATIF

DISUSUN OLEH :

ASEP
215115001

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S-2)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2015
1. Jelaskan hal-hal apa saja yang perlu disampaikan dalam membuat latar belakang ?
jawaban
Dalam latar belakang masalah penelitian, akan diuraikan fakta-fakta,pengalaman-
pengalaman,hasil-hasilpenelitian dari orang lain atau teori-teori yang melatar belakangi
masalah yang ingin diteliti.dalam latar belakang harus dengan jelas diuraikan mengapa
masalah itu dipilih?Apa justifikasinya dan mengapa penelitian itu diadakan
(Notoatmodjo,2010). Dalam pembuatan latar belakang masalah sebaiknya
menggambarkan alasan mengapa masalah kesehatan tersebut perlu diteliti, artinya dalam
latar belakang masalah peneliti harus menguraikan tentang fakta-fakta yang
menggambarkan besarnya masalah (Agus Riyanto,2011)

Latar belakang penelitian berisi :


a. Alasan rasional dan esensial yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian berdasarkan fakta-fakta empiris, data, referensi dan temuan penelitian
sebelumnya.
b. Gejala-gejala kesenjangan yang terdapat dilapangan sebagai dasar pemikiran untuk
memunculkan permasalahan dan bagaimana penelitian mengisi ketimpangan yang
ada berkaitan dengan topik yang diteliti.
c. Kompleksitas masalah jika masalah itu dibiarkan dan akan menimbulkan dampak
yang menyulitkan, menghambat, mengganggu bahkan mengancam.
d. Pendekatan untuk mengatasi masalah dari sisi kebijakan dan teoritis
e. Penjelasan singkat tentang kedudukan atau posisi masalah yang diteliti dalam ruang
lingkup bidang studi yang ditekuni peneliti.

Membuat latar belakang masalah dengan langkah sebagai berikut :


a. Pada bagian awal latar belakang adalah gambaran umum tentang masalah yang akan
di angkat. Dengan model piramid terbalik buat gambaran umum tentang masalah
mulai dari hal global sampai mengerucut fokus pada masalah inti, objek serta ruang
lingkup yang akan di teliti.
b. Pada bagian tengah ungkapkan fakta, fenomena, data-data dan pendapat ahli
berkenaan dengan pentingnya masalah dan efek negatifnya jika tidak segera di atasi
dengan di dukung juga teori dan penelitian terdahulu.
c. Bagian akhir di isi dengan alternatif solusi yang bisa di tawarkan (teoritis dan
praktis) dan akhirnya munculah judul.
Pada dasar nya tehnik menulis latar belakang harus memenuhi syarat-syarat di bawah
ini :
1. Hal-hal yang ideal/normative/harapan
2. Actual-fenomena yang teramati
3. Adakah kesenjangan

4. Masalah utama

5. Konsekuensi apa yang muncul bila masalah tersebut dibiarkan

6. Dimana hal itu terjadi


7. Intervensi apa yang relevan 

Secara sederhana latar belakang terdiri dari fakta, teori dan opini, yaitu
1. Fakta berisi data-data pendukung permasalahan anda
2. Teori berisi singkatan teori yang mendukung permasalahan anda
3. Opini berisi tentang pendapat anda yang berisi komen terhadap fakta dan teori
sebelumnya

Akan tetapi agar lebih komplit sebaiknya latar belakang diisi dengan Introduksi,
Justifikasi, Kronologi Masalah dan Konsep Solusi, yaitu :
1. Introduksi isinya apa yang anda permasalahkan, biasanya definisi-definisi dari
apa yang tercantum dari tulisan anda
2. Justifikasi isinya data-data yang mendukung permasalahan anda
3. Kronologi masalah berisi tentang bagaimana permasalahan bisa terjadi secara
teoritis.
4. Konsep solusi berisi bagaimana kira-kira permasalahan diselesaikan
Alur Pikir Latar Belakang Masalah

TENTUKAN BEBERAPAMASALAH
BERDASARKAN FENOMENA/ISSU

ISSURUMUSKANSATU MASALAH
BERDASARKAN LITERATUR + HASLIT

LAYAK & PERLU


RUMUSKAN TUJUAN DAN KEGUNAAN
DITELITI ?

RUMUSKAN JUDUL PENELITIAN

RUMUSKAN LATARBELAKANG

RUMUSKAN PENELITIAN
2. Buatlah latar belakang samai tujuan penelitian secara lengkap yang diperkuat
dengan pernyataan yang ditemukan dalam jurnal atau teks book yang
berhubungan dengan judul yang diambil?
Jawaban

A. Hasil Formulasi Masalah dan Tujuan Penelitian: Dampak human immunodeficiency


virus Infeksi pada presentasi klinis,pengobatan hasil dan kelangsungan hidup dalam
kelompok Ethiopia anak-anak dengan tuberkulosis

Judul Dampak human immunodeficiency virus


Infeksi pada presentasi klinis, pengobatan
hasil dan kelangsungan hidup dalam kelompok Ethiopia
anak-anak dengan tuberkulosis
Penelitian Ingela Berggren PALME, MD, Berhanu GUDETTA, MD, JUDITH
BRUCHFELD, MD, LULU Mühe, MD, PHD
DAN JOHAN Giesecke, MD, PHD
Sumber THE PEDIATRIC INFECTIOUS DISEASE JOURNAL Vol. 21, No.
11, Nov. 2002
a. Latar Belakang - Meningkatkan proporsi beban global
Masalah tuberkulosis (TB) terkait dengan HIV, dengan tertinggi
tingkat infeksi ganda terjadi di sub-Sahara Afrika
- Tuberkulosis pada anak (TB) adalah
sulit untuk mendiagnosanya karena tanda-tanda dan
gejala tidak spesifik
- Penegakan diagnosa dengan dahak /mikroskop sulit terutama pada
anak yang sangat muda.
- Dilema diagnostik ini diperkirakan telah meningkat dengan pandemi
HIV
- Beberapa penelitian pada hasil pengobatan dua anak yang terinfeksi di
negara-negara endemik tinggi telah dilaporkan. Penelitian ini menguji
dampak infeksi HIV pada presentasi klinis,Kriteria diagnostik dan
hasil pengobatanTB pada anak-anak Ethiopia.

b. Rumusan Anak HIV-positif yang lebih muda,kekurangan berat badan dan


Masalah memiliki angka kematian 6 kali lipat lebih tinggi dibandingkan anak
HIV-negatif. Tuberkulin/tes kulit kurang sensitif dan radiografi dada
kurang spesifik pada pasien yang terinfeksi HIV.
Kepatuhan terhadap pengobatan adalah tinggi (96%), dan
tingkat penyembuhan adalah 58% untuk HIV-positif dan 89% untuk
Pasien TB HIV-negatif.

Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat keakuratan dalam


pendiagnosaan tb pada anak dengan koinfeksi HIV dan kepatuhan
pengobatannya
a. Tujuan Tujuan Umum :
Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat keakuratan dalam
pendiagnosaan tb pada anak dengan koinfeksi HIV dan kepatuhan
pengobatannya

B. Hasil Formulasi Masalah dan Tujuan Penelitian: Perbedaan Diagnosis serviks


mikobakteri Limfadenitis pada Anak-anak

Judul Perbedaan Diagnosis serviks mikobakteri Limfadenitis di


Anak-anak

Penelitian Anna C. C. Carvalho, MD, PhD,* Luigi Codecasa, MD,† Gabriele


Pinsi, MD,‡ Maurizio Ferrarese, MD,†
Chiara Fornabaio, MD,* Viviana Bergamaschi, MD,* Carla
Lacchini, MD,† Giorgio Ekema, MD,§
Stefania Stefini, MD,¶ Mario Comelli, MD, PhD,_ and Alberto
Matteelli, MD*

Sumber The Pediatric Infectious Disease Journal • Volume 29, Number 7,


July 2010

a. LatarBelakang - Diagnosis TB antara (TB) dan limfadenitis yang disebabkan oleh


Masalah mycobacteria nontuberculous (NTM) di anak-anak sering
didasarkan pada data epidemiologi dan klinis.
- Tuberkulosis (TB) telah muncul kembali sebagai masalah
kesehatanmasyarakatdi negara-negara maju dalam
pemberitahuan 1999 dan 2003,
- Di Italia dan Inggris terjadi kenaikan angka TB terutama karena
kasus TB antara tingkat TB immigrants, Peningkatan pada anak
lahir luar negeri atau dengan orang tua imigran juga telah
dijelaskan dalamprevalensi rendah Eropa Anak countries.

b. RumusanMasalah Epidemiologi dan data klinis adalah alat yang berguna dalam
diagnosis pembanding antara TB dan limfadenitis NTM ketika
etiologi diagnosis tidak tersedia.
‘‘Dalam penelitian ini peneliti ingin menentukan cara pembanding
penetapan diagnosa antara tb dan limfadentitis non tuberculosadi
lihat dari efidemologi penyakitnya’’

c. TujuanPenelitian Tujuan Umum


Tujuan dari ini penelitian adalah untuk mengidentifikasi variabel
epidemiologi dan klinis yang terkait dengan Limfadenitis TB pada
anak
C. Hasil Formulasi Masalah dan Tujuan Penelitian:

Judul Pengaruh Umur dan Status Gizi pada Kinerja


yang Tuberculin Skin Test dan Quantiferon-TB Emas di-Tube di
Anak-anak muda Dievaluasi untuk Tuberkulosis di India Selatan
Penelitian Synne Jenum, MD,* Sumithra Selvam, MSc,† Diana Mahelai, Mphil,‡
Nelson Jesuraj, MD,‡
Vicky Cárdenas, PhD, JD,§ John Kenneth, MD,‡ Anneke C.
Hesseling, MD, PhD,¶ Timothy Mark Doherty, PhD,‖
Mario Vaz, MD,** and Harleen M.S. Grewal, MD, PhD, DTMH††
Sumber The Pediatric Infectious Disease Journal • Volume 33, Number 10,
October 2014
a. LatarBelakang - Anak-anak <2 tahun pada saat infeksi biasanya
Masalah
menderita tuberkulosis (TB) penyakit karena infeksi primer
dan bukan sebagai akibat dari reaktivasi.
- Risiko progresi TB dan untuk mengembangkan penyakit berat
yang tinggi. Oleh karena itu, dapat diandalkan
identifikasi Mycobacterium tuberculosis (MTB) infeksi
atau TB pada anak-anak sangat penting untuk menjamin memadai
preventif dan pengobatan kuratif.
- TB pada anak sering tetap belum dikonfirmasi
karena penyakit paucibacillary dan kesulitan teknis dalam
memperoleh spesimen yang memadai. Oleh karena itu, bukti
infeksi TB dengan tes kulit tuberkulin positif (TST)
- WHO merekomendasikan penggunaan TST dibandingkan dengan
IGRA pada anak negara-negara berpenghasilan rendah/menengah
seperti TST lebih murah
- identifikasi Handal infeksi Mycobacterium tuberculosis
atau tuberkulosis (TB) penyakit pada anak-anak sangat penting
untuk menjamin memadai pengobatan preventif dan kuratif. Tes
kulit tuberkulin(TST) danTes IFNγ-release dapat melengkapi
diagnosis TB pediatrik sebagai kasus biasanya bakteriologis belum
dikonfirmasi. Namun, tidak jelasapasejauh kinerja TST dan
Quantiferon-TB Emas di-Tube (QFT;Cellestis 'IFNγ-release assay
tes) tergantung pada demografis, klinis dan
karakteristik gizi anak di antaranya mereka diuji.
b. Rumusan kepekaan dari TST dan QFT TB klinis pada anak<3 tahun sama-sama
Masalah miskin pada populasi ini. Anak terhambat adalahlebih rentan terhadap
infeksi Mycobacterium tuberculosis dan lebih rentan hasil QFT tak
tentu. TST adalah kurang dapat diandalkan pada anak
‘’dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui keefektifan/kepekaan
tst (mantouk test) yang dibandingkan antara usia dan status ekonomi
atau nutrisi anak’’
c. Tujuan Tujuan Umum :
Penelitian Untuk menguji kepekaan pendiagnosaan tb pada anak dengan
menggunakan TST (tuberculin test/mantouk test) dibandingkan dengan
QFT

D. Hasil Formulasi Masalah dan Tujuan Penelitian:


Faktor risiko untuk penularan Penyakit Pneumococcal antara Anak-anak Kurang Dari 5
Tahun Usia pada kejadian HIVdi Afrika Selatan tahun 2010-2012

Judul Faktor risiko untuk penularan Penyakit Pneumococcal antara


Anak-anak Kurang Dari 5 Tahun Usia pada kejadian HIV
di Afrika Selatan, 2010-2012
Penelitian Claire von Mollendorf, MBBCh, MSc,*† Cheryl Cohen, MBBCh, FCPath
(SA) Micro,*†
Linda de Gouveia, ND MedTech (Micro),* Nireshni Naidoo, MSc,*† Susan
Meiring, MBChB,‡
Vanessa Quan, MBBCh, MPH,‡ Sonwabo Lindani, BCur (ED et Admin),‡
David P. Moore, MBBCh, FCPaed (SA),§¶
Gary Reubenson, MBBCh, FCPaed (SA),‖ Mamokgethi Moshe, MBChB,
FCPaed (SA),**
Brian Eley, MBChB, FCPaed (SA),†† Ute M. Hallbauer, MBBCh, FCPaed
(SA),‡‡
Heather Finlayson, MBChB, FCPaed (SA),§§ Shabir A. Madhi, MBBCh,
PhD,*§¶ Laura Conklin, MD,¶¶
Elizabeth R. Zell, MStat,¶¶ Keith P. Klugman, MBBCh, PhD,¶‖‖ Cynthia G.
Whitney, MD, MPH,¶¶
and Anne von Gottberg, MBBCh, PhD,*¶ for the South African IPD Case–
Control Study Group

Sumber The Pediatric Infectious Disease Journal • Volume 34, Number 1,


January 2015

a. Latar - Penyakit pneumokokus invasif (IPD) menyebabkan penyakit yang


BelakangMasal signifikanbeban, terutama di negara-negara berkembang, bahkan di
ah era pneumokokusconjugate vaksin dan ibu-ke-anak
- Sebelumnya diidentifikasi terkait dengan kemiskinan, kesehatan
yang burukdan paparan intens terus menjadi faktor risiko IPD pada
anak-anak
-Memastikanpengiriman vaksin konjugasi pneumokokus dan
pengobatan antiretroviraladalah penting untuk meningkatkan
pencegahan penyakit.
-Penyakit pneumokokus merupakan kontributor penting untuk
kematian pada anak-anak di negara-negara berkembang termasuk di
afrika selatan

b. Rumusan Faktor risiko untuk Invasif Pneumococcal Disease antara


Masalah Anak-anak Kurang Dari 5 Tahun Usia di High Prevalensi HIV
Pengaturan, Afrika Selatan, 2010-2012

c. Tujuan Tujuan umum


Penelitian Mengidentifikasi Faktor risiko untuk Invasif Pneumococcal Disease
antara Anak-anak Kurang Dari 5 Tahun Usia di High Prevalensi HIV
Pengaturan, Afrika Selatan, 2010-2012

E. Hasil Formulasi Masalah dan Tujuan


Dampak ART tentang Infeksi Oportunistik dari Terinfeksi HIV Anak-anak pada pengobatan
Penelitian, Pendidikan dan AIDS Pelatihan Asia Pediatric HIV Observational Database

Judul Dampak ART tentang Infeksi Oportunistik dari


Terinfeksi HIV Anak-anak pada pengobatan Penelitian, Pendidikan
dan AIDS Pelatihan Asia Pediatric HIV Observational Database
Penelitian Wasana Prasitsuebsai, MD, MPH, *† Azar Kariminia, PhD,‡
Thanyawee Puthanakit, MD,§
Pagakrong Lumbiganon, MD,¶ Rawiwan Hansudewechakul, MD,‖
Fong Siew Moy, MD,** Matthew Law, PhD,‡
Nagalingeswaran Kumarasamy MD, PhD,†† Kamarul Razali, MD,‡‡
Virat Sirisanthana, MD,§§
Annette H. Sohn, MD,¶¶ and Kulkanya Chokephaibulkit, MD*
Sumber The Pediatric Infectious Disease Journal • Volume 33, Number 7,
July 2014
a. Latar - Dalam dekade terakhir, penurunan dramatis dalam insiden dan
Belakang kematian terkait dengan infeksi oportunistik (IO) di terinfeksi HIV
Masalah adults1,2 dan children3-6 telah diamati. Pengurangan ini
dihasilkan dari munculnya terapi antiretroviral.
- Ada data terbatas pada infeksi oportunistik (IO) dan
faktor yang terkait dengan terjadinya mereka setelah antiretroviral
terapi (ART) pada anak-anak Asia.
- Penggunaan ART d iAsia mulai lebih lambat dari di negara maju
dan karena itu melaporkan temuan mungkin tidak sepenuhnya
berlaku untuk epidemi HIV pediatrik diAsia.

b. Rumusan Meskipun penurunan dramatis dalam insiden, IO tetap


Masalah penyebab penting morbiditas setelah mulai ART di daerah ini
kelompok anak-anak yang terinfeksi HIV di Asia.
‘’Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui efek dari
penggunaan ART terhadap angka kejadian infeksi opportunis pada
kasus HIV pada anak ‘’
c. Tujuan Tujuan Umum :
Penelitian Untuk mengetahui efek dari penggunaan ART terhadap angka
kejadian infeksi opportunis pada kasus HIV pada anak ‘’
A. Latar belakang masalah

Salah satu penyakit yang paling banyak diderita oleh masyarakat adalah ISPA (Infeksi
Saluran Pernapasan Akut). Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat
ringan seperti batuk-pilek, disebabkan oleh virus, dan tidak memerlukan pengobatan dengan
antibiotik. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering
terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin. Penyakit ISPA
merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak, karena sistem pertahanan tubuh anak
masih rendah. Kejadian penyakit batuk-pilek pada balita di Indonesia diperkirakan 3 sampai
6 kali per tahun, yang berarti seorang balita rata-rata mendapat serangan batuk-pilek
sebanyak 3 sampai 6 kali setahun.

Selain infeksi saluran pernapasan akut, masih ada penyakit yang berbahaya pada anak yaitu
Tuberkulosis (TB) masih penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak di dunia,
namun kurang mendapat prioritas dalam penanggulangannya. Data surveilans dan
epidemiologi TB pada anak jarang didapat. Hal ini disebabkan berbagai faktor antara lain
sulitnya diagnosis TB anak, meningkatnya TB ekstra paru pada anak, tidak adanya standar
baku definisi kasus, dan prioritas yang kurang diberikan pada TB anak di banding TB
dewasa. Berbagai penelitian menunjukkan prevalensi TB anak tinggi, namun umumnya tanpa
konfirmasi pemeriksaan bakteri tahan asam (BTA) positif. Salah satu indikator untuk menilai
situasi TB dikomunitas adalah dengan Annual Risk of Tuberculosis Infection (ARTI), adalah
indeks epidemiologi yang dipakai untuk evaluasi dan monitor keadaan tuberkulosis di suatu
komunitas atau negara. Perbedaan angka morbiditas dan mortalitas TB di berbagai negara
dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko. risiko infeksi TB dan sakit TB. (Sari Pediatri
2009;11(2):124-9).

Penyakit Tuberculosis (TBC) merupakan masalah yang serius bagi dunia,karena menjadi
penyebab kematian terbanyak dibanding dengan penyakit infeksi lain. Diperkirakan 95%
kasus TBC terjadi dan Indonesia menempati urutan ketiga di dunia setelah India dan China
(Depkes, 2008).Tuberkulosis masih merupakan penyakit penting sebagai penyebab
morbiditas dan mortalitas, dan tingginya biaya kesehatan Setiap tahun diperkirakan 9 juta
kasus TBC baru dan 2 juta di antaranya kasus TBC berulang. Dari 9 juta kasus baru TBC di
seluruh dunia, 1 juta adalah anak usia<15 tahun. Dari seluruh kasus TBC anak dilaporkan
kasus kekambuhan anakTBC sebesar 25% dari sejumlah 1 juta anak dengan riwayat pernah
menderitaTBC (Soemirat, 2011). Tingginya angka kejadian kekambuhan TBC pada anak
merupakan salahsatu penyakit infeksi yang berbahaya berakibat kematian dan harus
mendapat perhatian serius bagi petugas kesehatan dan orang tua. Penderita dengan diagnosis
TB BTA Positif dan ibu yang infeksius sangat berbahaya bagi bayi dan anak-anaknya
(Asgaf,2006).

Anak merupakan generasi penerus bangsa yang perlu diperhatikan pertumbuhan dan
perkembangannya. Dan untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik maka diperlukan
status kesehatan yang baik. Dengan demikian anak yang sehat dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Namun usia anak terutama 5
tahun pertama kehidupan merupakan usia yang sangat rawan terhadap penyakit termasuk
penyakit Tuberkulosa.Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular kronik yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang merupakan kuman yang sangat berbahaya
bagi kesehatan manusia. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (2001) menunjukkan
bahwa di Indonesia, TB menduduki rangking ketiga sebagai penyebab kematian. Bahkan di
negara-negara berkembang, kematian akibatTuberkulosis merupakan 25 % dari seluruh
kematian, yang sebenarnya dapat dicegah. Namun angka kejadian TB pada anak belum
diketahui secara pasti karena sulitnya mendiagnosa TB pada anak. Menurut Kartasasmita
(2002), mengatakan bahwa seorang penderita TB dewasa dengan BTA positif akan
menularkan kepada10 orang di lingkungannya terutama anak-anak. Sehingga bila prevalensi
TB dewasa tinggi, tentu TB anak pun akan tinggi pula. Dan oleh karena itulah, sangat penting
mendeteksi TB dewasa sehingga setiap anak yang mempunyai resiko tertular dapat diberikan
pencegahan.

Kabupaten Bandung Barat merupakan kabupaten baru di provinsi Jawa Barat yang
merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten Bandung, dan memiliki 15 kecamatan dengan
luas wilayah dan jumlah penduduk berbeda-beda.Dalam mengembangkan wilayahnya,
Kabupaten Bandung Barat memiliki visi yaitu “Bandung Barat CERMAT (Cerdas, Rasional,
Maju, Agamis, dan Sehat)”dan untuk mewujudkan visi tersebut dikembangkan dalam salah
satu misi nya yaitu meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang cerdas dan sehat
(http://www.bandungbaratkab.go.id, diakses tanggal 27 Januari 2009). Menurut Kabid
Penyehatan Lingkungan dan Penanggulangan Penyakit Infeksi Dinas Kesehatan Bandung
Barat (2009) angka kejadian tuberculosis di wilayah kabupaten Bandung Barat seperti
fenomena gunung es karena jumlah kasus yang tampak dari permukaan tidak banyak, namun
kemungkinan jumlah kasus yang terjadi didalamnya lebih banyak. Hal ini dikarenakan
masyarakat tidak tahu bahwa dirinya terkena penyakit TB atau bukan terlebih TB pada anak
sulit untukdideteksi, sehingga Puskesmas tidak memiliki data lengkap kasus TB termasuk
diwilayah kerja Puskesmas.

B. Rumusan Masalah

Adakah hubungan antara faktor status gizi, imunisasi, riwayat kontak, koinfeksi HIV dan
status ekonomi dengan kejadian tuberkulosis pada anak di wilayah kerja .................................
Kabupaten Bandung Barat.
C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang beresiko
dengan kejadian tuberkulosis pada anak
1. Tujuan Khusus
 Mengetahui hubungan antara status gizi dengan kejadian TB anak di
....................................Kabupaten Bandung Barat
 Mengetahui hubungan antara status imunisasi dengan kejadian TB anak di
....................................Kabupaten Bandung Barat
 Mengetahui hubungan antara riwayat kontak dengan kejadian TB anak di
....................................Kabupaten Bandung Barat
 Mengetahui hubungan antara status ekonomi keluarga dengan kejadian TB
anak di ................................Kabupaten Bandung Barat
 Mengetahui faktor mana yang paling berperan dan berhubungan dengan
kejadianTB anak di ...............................Kabupaten Bandung Barat

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pihak terkait. Selain itu,
bagi pengembangan ilmu pengetahuan ; diharapkan dapat memberikan informasi bagi pihak
tenaga kesehatan khususnya tenaga keperawatan terutama perawat komunitas dalam upaya
meminimalkan kejadian TB anak dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang paling
berhubungan dengan kejadian TB anak, sehingga intervensi keperawatan dalam asuhan
keperawatan pada anakd engan TB dapat lebih optimal.
Daftar Pustaka

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta

Riyanto,Agus. 2011.Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan.yogjakarta.Nuha Medika

INGELA BERGGREN PALME, MD, BERHANU GUDETTA, MD, JUDITH


BRUCHFELD, MD, LULU MUHE, MD, PHD
AND JOHAN GIESECKE, MD, PHD. 2002. Impact of human immunodeficiency virus
1infection on clinical presentation, treatmentoutcome and survival in a cohort of
Ethiopianchildren with tuberculosis. Ovid. THE PEDIATRIC INFECTIOUS DISEASE
JOURNAL

Anna C. C. Carvalho, MD, PhD,* Luigi Codecasa, MD,† Gabriele Pinsi, MD,‡ Maurizio
Ferrarese, MD,†Chiara Fornabaio, MD,* Viviana Bergamaschi, MD,* Carla Lacchini, MD,†
Giorgio Ekema, MD,§Stefania Stefini, MD,¶ Mario Comelli, MD, PhD,_ and Alberto
Matteelli, MD.2009.Differential Diagnosis of Cervical Mycobacterial Lymphadenitis
inChildren.ovid. THE PEDIATRIC INFECTIOUS DISEASE JOURNAL

Wasana Prasitsuebsai, MD, MPH, *† Azar Kariminia, PhD,‡ Thanyawee Puthanakit, MD,§
Pagakrong Lumbiganon, MD,¶ Rawiwan Hansudewechakul, MD,‖ Fong Siew Moy,
MD,**Matthew Law, PhD,‡Nagalingeswaran Kumarasamy MD, PhD,†† Kamarul Razali,
MD,‡‡ Virat Sirisanthana, MD,§§Annette H. Sohn, MD,¶¶ and Kulkanya Chokephaibulkit,
MD.2013. Impact of Antiretroviral Therapy on Opportunistic Infections of HIV-infected
Children in the Therapeutic Research, Educationand AIDS Training Asia Pediatric HIV
Observational Database.Ovid. THE PEDIATRIC INFECTIOUS DISEASE JOURNAL

Synne Jenum, MD,* Sumithra Selvam, MSc,† Diana Mahelai, Mphil,‡ Nelson Jesuraj, MD,‡
Vicky Cárdenas, PhD, JD,§ John Kenneth, MD,‡ Anneke C. Hesseling, MD, PhD,¶ Timothy
Mark Doherty, PhD,‖Mario Vaz, MD,** and Harleen M.S. Grewal, MD, PhD, DTMH.2014.
Influence of Age and Nutritional Status on the Performance ofthe Tuberculin Skin Test and
QuantiFERON-TB Gold In-Tube inYoung Children Evaluated for Tuberculosis in Southern
India.Ovid. The Pediatric Infectious Disease Journal.

Claire von Mollendorf, MBBCh, MSc,*† Cheryl Cohen, MBBCh, FCPath (SA) Micro,*†
Linda de Gouveia, ND MedTech (Micro),* Nireshni Naidoo,.2014. Risk Factors for Invasive
Pneumococcal Disease Among Children Less Than 5 Years of Age in a High HIV Prevalence
Setting, South Africa, 2010 to 2012.ovid. The Pediatric Infectious Disease Journal.

Anda mungkin juga menyukai