Anda di halaman 1dari 19

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

HOME VISITE

Disusun Oleh

MELFI PURNAMA

(1608320140)

“GOUT ARTHRITIS”

1. Definisi
Gout arthritis adalah penyakit metabolik yang bersifat heterogen, dikaitkan
dengan jumlah urat yang abnormal dalam tubuh yang awalnya ditandai oleh
arthritis akut berulang, biasanya monoarticular, dan kemudian menjadi arthritis
kronis. Selain itu gout arthritis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan
serangan mendadak dan berulang dari artritis yang terasa sangat nyeri karena
adanya endapan kristal monosodium urat, yang terkumpul di dalam sendi sebagai
akibat dari tingginya kadar asam urat di dalam darah (hiperurisemia).

2. Etiologi dan faktor risiko

 Beberapa orang dengan gout menghasilkan asam urat terlalu banyak (10%)
 Genetik
 Jenis Kelamin
 Diet
 trauma
 Kelaparan dan dehidrasi
 IV pewarna kontras
 kemoterapi
 Obat :
o diuretik dan beberapa lain hipertensi obat,

1
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

o aspirin
o nicotinic acid
o cyclosporin A
o allopurinol and probenecidal

3. Patofisiologi
Penyakit gout adalah penyakit akibat gangguan metabolisme purin yang
ditandai dengan hiperurikemi dan serangan sinovitis akut berulang-ulang.
Kelainan ini berkaitan dengan penimbunan Kristal urat monohidrat monosodium
yang dimana bisa disebabkan oleh beberapa factor: 1. Produksi asam urat yang
berlebihan, misalnya suatu kelainan akibat defisiensi HGPRT; 2. Intake yang
berlebihan, memakan makanan yang banyak mengandung purin; 3. Ekskresi yang
kurang, misalnya gagal ginjal kronik jadi asam urat tidak dapat dikeluarkan
melalui urin. Tiga factor tersebut akan menaikan kadar asam urat pada jaringan
yang pada sendi akan ditemukan penimbunan asam urat pada jaringan lunak (yang
dikelilingin oleh reaksi inflamasi termasuk sel – sel raksasa) dan kapsul dari
jaringan penyambung. Penimbunan ditemukan pula pada ligamen, tendon dan
bursa. Penimbunan ini dapat menyebabkan terbentuknya tofus yang besar dan
menyebabkan kematian jaringan.
Seperti sudah dikatakan seperti diatas bahwa pada gout arthritis, penimbunan
asam urat pada jaringan lunak akan dkelilingi oleh reaksi inflamasi. Peradangan
atau inflamasi merupakan reaksi penting pada arthritis gout terutama gout akut.
Reaksi ini merupakan reaksi pertahanan tubuh non spesifik untuk menghindari
kerusakan jaringan akibat agen penyebab. Tujuan dari proses inflamasi adalah:
menetralisir dan menghancurkan agen penyebab; mencegah perluasan agen
penyebab ke jaringan yang lebih luas.
Peradangan pada arthritis gout alu adalah akibat penupukan agen penyebab
yaitu Kristal monosodium urat pada sendi. Mekanisme peradangan ini belum
diketahui secara pasti. Hal ini diduga oleh peranan mediator kimia dan selular.
Pengeluaran berbagai mediator peradangan akibat aktivasi melalui berbagai jalur
antara lain aktivitas komplemen (C) dan selular.

2
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

Kristal urat dapat mengaktifkan system komplemen melalui jalur klasik dan
jalur alternatif. Melalui jalur klasik, terjadi aktivasi komplemen C1 tanpa peran
immunoglobulin. Pada kadar MSU (monosodium urat) meninggi, aktivasi system
komplemen melalui jalur alternatif terjadi apabila jalur klasik terhambat. Aktivasi
C1q melalui jalur klasik menyebabkan aktivasi kolikrein dan berlanjut dengan
mengaktifkan Hageman factor (factor XII) yang penting dalam reaksi kaskade
koagulasi. Ikatan partiel dengan C3 aktif (C3a) merupakan proses opsonisasi.
Proses opsonisasi partikel mempunyai peranan penting agar partikel tersebut
mudah dikenal. Yang kemudian difagositosis dan dihancurkan oleh netrofil,
monosit dan makrofag. Aktivasi komplemen C5 (C5a) menyebabkan penigkatan
aktivitas proses kemotaksis sel neutrofil, vasodilatasi serta pengeluaran sitokin IL-
1 dan TNF. Aktivitas C3a dan C5a menyebabkan pembentukan membrane attack
complex (MAC). Membrane attack complex merupakan komponen akhir proses
aktivasi komplemen yang brperan dalam ion channel yang bersifat sitotoksik pada
sel patogen maupun sel host. Hal ini membuktikan bahwa melalui jalur
aktivasi”komplemen cascade”, Kristal urat menyebabkan proses peradangan
melalui mediator IL-1 dan TNF serta sel radang neutrofil dan makrofag.
4. Manifestasi klinis

3
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

Manifestasi klinik gout terdiri dari artritis gout akut, interkritikal gout, dan
gout menahun dengan tofi. Ketiga stadium ini merupakan stadium yang klasik dan
didapat deposisi yang progresif kristal urat.

a. Stadium Artritis Gout Akut


Radang sendi pada stadium ini sangat akut dan yang timbul sangat cepat
dalam waktu singkat. Pasien tidur tanpa ada gejala apa-apa. Pada saat bangun
pagi terasa sakit yang hebat dan tidak dapat berjalan. Biasanya bersifat
monoartikuler dengan keluhan utama berupa nyeri, bengkak, terasa hangat,
merah dengan gejala sistemik berupa demam, menggigil, dan merasa lelah.
Lokasi yang paling sering adalah pada MTP-1 yang biasanga disebut podagra.
Apabila proses penyakit berlanjut, dapat terkena sendi lain yaitu pergelangan
tangan/kaki, lutut, dan siku. Serangan akut ini dilukiskan oleh Sydenham
sebagai: sembuh beberapa hari sampai beberapa minggu, bila tidak diobati,
rekuren yang multiple, interval antarserangan singkat, dan dapat mengenai
beberapa sendi. Pada serangan akut yang tidak berat, keluhan-keluhan dapat
hilang dalam beberapa jam atau hari. Pada serangan akut berat, dapat sembuh
dalam beberapa hari sampai beberapa minggu. Faktor pencetus serangan akut
antara lain berupa trauma lokal, diet tinggi purin, kelelahan fisik, stress,
tindakan operasi, pemakaian obat diuretic atau penurunan dan peningkatan
asam urat. Penurunan asam urat darah secara mendadak dengan alopurinol
atau obat urikosurik dapat menimbulkan kekambuhan.

b. Stadium Interkritikal
Stadium ini merupakan kelanjutan stadium akut di mana terjadi periode
interkritik asimptomatik. Walaupun secara klinik tidak didapatkan tanda-
tanda radang akut, namun pada aspirasi sendi ditemukan kristal urat. Hal ini
menunjukkan bahwa proses peradangan tetap berlanjut, walaupun tanpa
keluhan. Keadaan ini dapat terjadi satu atau beberapa kali pertahun, atau
dapat sampai 10 tahun tanpa serangan akut. Apabila tanpa penanganan yang
baik dan pengaturan asam urat yang tidak benar, maka dapat timbul serangan

4
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

akut lebih sering yang dapat mengenai beberapa sendi dan biasanya lebih
berat. Manajemen yang tidak baik, maka keadaan interkritik akan berlanjut
menjadi stadium menahun dengan pembentukan tofi.

c. Stadium Artritis Gout Menahun


Stadium ini umumnya pada pasien yang mengobati sendiri (self medication)
sehingga dalam waktu lama tidak berobat secara teratur pada dokter. Artritis
gout menahun biasanya disertai tofi yang banyak dan terdapat poliartikular.
Tofi ini sering pecah dan sulit sembuh dengan obat, kadang-kadang dapat
timbul infeksi sekunder. Pada tofusyang besar dapat dilakukan ekstirpasi,
namun hasilnya kurang memuaskan. Lokasi tofi yang paling sering pada
cuping telinga, MTP-1, olekranon, tendon Achilles, dan jari tangan. Pada
stadium ini kadang-kadang disertai batu saluran kemih sampai penyakit ginjal
menahun.

5. Diagnosis
Gold standard dalam menegakkan gout arthritis adalah ditemukannya kristal
urat MSU (Monosodium Urat) di cairan sendi atau tofus. Untuk memudahkan
diagnosis gout arthritis akut, dapat digunakan kriteria dari ACR (American
College Of Rheumatology) tahun 1977 sebagai berikut :
A. Ditemukannya kristal urat di cairan sendi, atau
B. Adanya tofus yang berisi Kristal urat, atau
C. Terdapat 6 dari 12 kriteria klinis, laboratoris, dan radiologis sebagai
berikut :
a. Terdapat lebih dari satu kali serangan arthritis akut
b. Inflamasi maksimal terjadi dalam waktu 1 hari
c. Arthritis monoartikuler
d. Kemerahan pada sendi
e. Bengkak dan nyeri pada MTP-1
f. Arthritis unilateral yang melibatkan MTP-1
g. Arthritis unilateral yang melibatkan sendi tarsal

5
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

h. Kecurigaan terhadap adanya tofus


i. Pembengkakan sendi yang asimetris (radiologis)
j. Kista subkortikal tanpa erosi (radiologis)
k. Kultur mikroorganisme negative pada cairan sendi
Yang harus dicatat adalah diagnosis gout tidak bisa digugurkan meskipun
kadarasam urat normal.

6. Penatalaksanaan

Secara umum, penanganan artritis gout adalah memberikan edukasi,


pengaturan diet, istirahat sendi dan pengobatan. Pengobatan dilakukan secara dini
agar tidak terjadi kerusakan sendi ataupun komplikasi lain, misalnya pada ginjal.
Pengobatan artritis gout akut bertujuan menghilangkan keluhan nyeri sendi dan
peradangan dengan obat-obat, antara lain kolkisin, obat anti indlamasi non steroid
(OAINS), kortikosteroid, atau ACTH. Obat penurun asam urat seperti alopurinol
atau obat urikosurik tidak boleh diberikan pada stadium akut. Namun pada pasien
yang telah rutin mendapat obat penurun asam urat, sebaiknya tetap diberikan.

Pemberian kolisin dosis standar untuk artritis gout akut secara oral 3-4 kali,
0,5-0,6 mg per hari dengan dosis maksimal 6 mg. Pemberian OAINS dapat pula
dilakukan. Dosis tergantung dari jenis obat OAINS yang dipakai. Di samping efek
anti inflamasi, obat ini juga mempunyai efek analgetik. Jenis OAINS yang banyak
dipakai pada artritis gout akut adalah indometasin. Dosis obat ini adalah 150-200
mg/hari selama 2-3 hari dan dilanjutkan 72-100 mg/hari sampai minggu
berikutnya atau sampai nyeri atau peradangan berkurang. Kortikosteroid dan
ACTH diberikan apabila kolkisin dan OAINS tidak efektif, atau merupakan
kontra-indikasi. Pemakaian kortikosteroid pada gout dapat diberikan oral atau
parenteral. Indikasi pemberian adalah pada artritis gout akut yang mengenai
banyak sendi (poliartikular).

Pada sradium interkritik dan menahun, tujuan pengobatan adalah untuk


menurunkan kadar asam urat, sampai kadar normal, guna mencegah kekambuhan.

6
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

Penurunan kadar asam urat dilakukan dengan pemberian diet rendah purin dan
pemakaian obat allopurinol bersama obat urikosurik yang lain.

7. Komplikasi

Telah dijelaskan sebelumnya, bahwa asam urat dapat terkristalisasi di seluruh


jaringan ikat tubuh, salah satunya adalah pada sendi dan jaringan subkutan. Bila
terjadi kristalisasi pada jaringan ikat subkutan maka akan terbentuk tophi, yaitu
suatu penonjolan dikarenakan terdapatnya asam urat yang terkristalisasi pada
jaringan ikat subkutan. Dengan adanya tophi di daerah sendi, yang merupakan
daerah tempat menumpuknya asam urat yang terkristalisasi. Tidak menutup
kemungkinan, tophi tersebut akan mengakibatkan penekanan pada saraf,
misalnya bila tophi berada pada ekstremitas atas maka dapat terjadi carpal tunnel
syndrome; begitu pula halnya bila terjadi di ekstremitas bawah, maka dapat
terjadi tarsal tunnel syndrome.

Sedangkan, bila asam urat tersebut terkristalisasi pada ginjal, maka dapat
terbentuk adanya batu ginjal. Batu ginjal ini dapat terbentuk dengan ukuran yang
beragam, mulai dari seukuran butir-butir pasir sampai dengan potongan batu
kerikil. Batu ginjal ini bisa terdapat di tubulus kolektifus, pelvis, dan ureter
sehingga dapat meyebabkan obstruksi, dilatasi dan juga atropi pada tubulus
bagian proximalnya. Hal ini dapat mengakibatkan gagal ginjal secara akut, acute
renal failure. Namun, bila batu ginjal tersebut berada di jaringan intersisial, maka
akan merangasang suatu reaksi inflamasi, yang akan berujung pada gagal ginjal
kronik, chronic renal failure (progessive renal failure).

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

7
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

1. DAFTAR ANGGOTA KELUARGA

Berikut ini adalah daftar anggota keluarga yang tinggal serumah dengan
pasien (Suriani)

NO NAMA Kedudukan Jenis Tanggal Status Agama Keterangan


Dalam Kelamin Lahir Perkawinan
Keluarga
1 Bambang Kepala Laki-Laki 17/04/1962 Kawin Islam
Hardiansyah Keluarga
2 Suriani Istri Perempuan 31/12/1965 Kawin Islam Penderita
3 Siti Maharani Anak Perempuan 20/05/1984 Belum Islam
Lubis Kawin
4 Rena Anak Perempuan 04/11/1995 Belum Islam
Silviyana Kawin

2. BENTUK KELUARGA

Dari tabel diatas terlihat bahwa bentuk keluarga pasien adalah keluarga inti
(Traditional Nuclear). Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan
bahwa keluarga inti merupakan satu bentuk keluarga tradisional yang dianggap
paling ideal. Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah,ibu, dan anak
yang tinggal dalam satu rumah, dimana ayah sebagai pencari nafkah dan ibu
sebagai ibu rumah tangga.

3. GENOGRAM KELUARGA

8
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

Keterangan :

: Laki- Laki sehat

: Perempuan Sehat

: Penderita

9
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

STATUS PENDERITA

Identitas Pasien :

Nama : Suriani
Umur : 53 Tahun
Jenis Kelamin: Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku/Bangsa : Jawa, Indonesia
Alamat : Jl. Jermal XI No. 2
Status : Kawin

Tanggal Home Visite: 24 September 2018

Checklist Home Visite (Berdasarkan Anamnesis dan Pengamatan)

1. Kecacatan/Gangguan
- Activities of daily living (ADL) YA ( ) TIDAK (V)
- Penggunaan alat bantu YA ( ) TIDAK (V)
- Gangguan keseimbangan YA ( ) TIDAK (V)
- Gangguan sensoris YA ( ) TIDAK (V)
2. Nutrisi
Pasien makan 3x per hari dengan lauk pauk berupa ikan dan sayur,
konsumsi buah jarang. Diantara makan besar tidak disisipi dengan makan
snack atau cemilan lain.

Variasi dan Kualitas Makanan


a. Dapur
1. Beras : Merk AA
2. Ikan : udang, ikan mas, ikan lele, ikan gembung, teri, dll

10
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

3. Daging: Ayam,sapi (dikonsumsi tidak menentu waktunya), jeroan


ayam.
4. Sayur : Kangkung, daun ubi, kol,wortel,sawi,kentang, kacang
panjang, dll
5. Buah : Jeruk, mangga, pisang (jarang mengonsumsi buah ).
b. Kulkas
Terdapat bahan bahan makanan seperti buah,sayur,daging yang
disimpan di dalam kulkas.

Status Nutrisi

a. Berat badan : 78kg


b. Tinggi badan : 155cm
c. IMT : 32,5
d. Kesan : Obesitas 2

Konsumsi Alkohol YA ( ) TIDAK (V)

3. Lingkungan Rumah
Lingkungan sekitar : baik
Eksterior rumah
a. Atap : Seng
b. Pintu Rumah : Kayu
c. Dinding Rumah : Tembok
d. Jendela : Kaca + Jerjak besi. Jendela ditutup dengan kain
e. Ventilasi : Hanya dari jendela dan pintu
f. Halaman : terdapat teras dan halaman rumah dengan rumput
dan tumbuhan lainnya.

Interior Rumah

a. Kepadatan : sedang
b. Kebersihan : baik

11
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

c. Kenyamanan : baik
d. Privasi : baik
e. Hewan peliharaan: tidak terdapat hewan peliharaan
f. Buku-buku : ada
g. Televisi : ada
h. Pernak-pernik : ada

Keselamatan dan Kesehatan Spiritual

a. Kamar mandi : Bersih


b. Dapur : Bersih
c. Lantai : bersih, terbuat dari keramik
d. Penvahayaan : baik
e. Listrik : baik
f. Tangga : tidak ada
g. Perabotan : ada
h. Sumber air : sumur bor
i. Kesehatan spiritual : Beribadah ke mesjid
j. Pelayanan kesehatan di rumah: tidak ada

4. Orang Lain

Dukungan Sosial YA (V) TIDAK ( )

Semangat Hidup YA (V) TIDAK ( )

Sumber Penghasilan : Dari hasil kerja suami sebagai wiraswasta.

Sikap Pasien : Menyambut dengan ramah dan baik

5. Medikasi

Obat Resep YA (V) TIDAK ( )

12
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

Obat nonresep YA ( ) TIDAK ( V )

Suplemen diet YA ( ) TIDAK ( V )

Obat tertata rapih YA (V) TIDAK ( )

Kepatuhan minum obat YA (V) TIDAK ( )

6. Pemeriksaan
Berat Badan : 78kg
Tinggi Badan : 155cm
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Asam urat : 10 mg/dL

Laporan Kasus Pasien Home Visite

Nama : Suriani
Umur : 53 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

13
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

Suku/Bangsa : Jawa, Indonesia


Alamat : Jl. Jermal XI No. 2
Status : Kawin

1. Anamnesis Penyakit
a. Keluhan Utama : Nyeri pada sendi ibu jari kaki kiri
b. Telaah : Hal ini dirasakan oleh pasien kurang lebih 1 bulan ini. Nyeri
dirasakan berdenyut dan tidak hilang walaupun istirahat, dan tidak terpengaruh
aktivitas. Selain itu, nyeri juga disertai bengkak dan kemerahan pada ibu jari kaki
kiri. Di samping itu pasien juga mengeluh tidak enak badan dan demam ringan. Pasien
mengakui tidak ada riwayat cedera sebelumnya.
c. Riwayat Penyakit Terdahulu : -
d. Riwayat pemakaian obat :-
e. Riwayat penyakit keluarga :-
f. Riwayat Kebiasaan : Merokok (-) Minum beralkohol (-)
g. Riwayat Gizi : Pasien makan 3 kali sehari dengan porsi normal
dan lauk pauk bervariasi. Namun memiliki kebiasaan makan jeroan dan seafood.
h. Riwayat Lingkungan : Lingkungan pasien tergolong bersih

2. Pemeriksaan Fisik
a. Vital sign
1. Tekanan Darah 120/80mmHg
2. Frek Nadi 80x/i
3. Frek Napas 20x/i
4. Suhu 37,8
b.Status Generalisata
1. KU/KP/KG Sedang/Sedang/Sedang
2. Kesadaran Compos Mentis
3. Mata Konjungtiva anemis (-), sclera icterus (-), pupil iosokor,
diameter 2-3 mm, Refleks Cahaya (+).

14
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

4. Leher Pembesaran KGB (-).


5. Thoraks
o Inspeksi : Simetris,
o Palpasi : Sterm fremitus kanan dan kiri sama,
o Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru,
o Auskultasi : Versikuler pada kedua lapangan paru
6. Abdomen
o Inspeksi : Simetris,
o Palpasi : Soepel, nyeri tekan (-)
o Perkusi : Timpani
o Auskultasi : Peristaltik (+) normal
7. Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)

8. Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan

c. Status lokalisata
Regio metatarsal I pedis dekstra: bengkak (+), kemerahan, hangat, nyeri tekan
(+), nyeri gerak(+), topus(-).

3. Pemeriksaan Penunjang
Asam urat : 10 mg/dl

4. Tatalaksana dan Edukasi

Terapi Medikamentosa

R/ Paracetamol Tab mg 500 No.IX

15
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

S 3 dd Tab 1

R/ Natrium Diclofenac Tab mg 25 No.VI

S 3 dd Tab 1

R/ Allopurinol Tab mg 100 No.IX

S 3 dd Tab 1

R/ Vitamin B1 Tab No.VI

S 2 dd Tab I

Edukasi:

1. Minum cukup (8-10 gelas/hari)


2. Mengelola obesitas dan menjaga berat badan ideal
3. Pola diet sehat ( rendah purin). Jangan mengkonsumsi makanan seperti
jeroan, seafood, kacang-kacangan karena dapat meningkatkan asam
urat
4. Hindari konsumsi alkohol

5. Pembahasan Kasus

Gout adalah suatu penyakit yang ditandai dengan serangan mendadak dan
berulang dari artritis yang terasa sangat nyeri karena adanya endapan kristal
monosodium urat, yang terkumpul di dalam sendi sebagai akibat dari tingginya
kadar asam urat di dalam darah (hiperurisemia).
Prevalensi gout bervariasi dari satu populasi ke populasi lain dan di antara
wilayah geografis. Laporan sebelumnya menunjukkan bahwa kejadian
hyperuricemia dan asam urat lebih tinggi di sejumlah ras Asia tinggal di USA
daripada di kelompok dibandingkan mereka yang tinggal di Eropa. Perbandingan

16
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

laki-laki terhadap perempuan adalah 34-1. Saat itu terutama ditemukan pada pria
lebih dari 45 tahun.
Adapun faktor risiko gout arthritis adalah sering terjadi pada wanita,
konsumsi alkohol berlebih, pola diet tinggi protein, obat-obatan (aspirin, diuretik,
obat TBC, dll). Adapun komplikasinya yaitu terbentuknya batu ginjal dan bisa
menyebabkan gagal ginjal.
Upaya pencegahan yang dilakukan dapat dengan menjaga pola makan dengan
diet rendah protein. Olahraga teratur dan makan makanan yang bergizi.
Mengurangi berat badan yang berlebih dan menjaga berat badan ideal.
Tindakan utama saya untuk mengatasi kasus ini adalah dengan cara
memberikan edukasi kepada pasien

a. Mengajak pasien untuk menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.


b. Menganjurkan pasien untuk terbiasa mengkonsumsi makan-makanan yang
bergizi dan rendah protein (hindari konsumsi alkohol, jeroan, seafood,
kacang-kacangan dan lainnya) serta rutin melakukan olah raga agar daya
tahan tubuhnya meningkat.
c. Memberikan leaflet tentang Gout Arthritis kepada pasien.

DOKUMENTASI

17
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

Pemeriksaan
Tekanan Darah

LEAFLET ISK

Pemberian
penyuluhan

Keadaan

Rumah

LEAFLET GOUT ARTHRITIS

18
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

MELFI PURNAMA

1608320140

19

Anda mungkin juga menyukai