Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas taufik dan rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah Ancaman Integrasi Nasional di Bidang Sosial
Budaya ini. Shalawat serta salam senantiasa kita sanjungkan kepada junjungan kita, Nabi
Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta semua umatnya hingga kini. Dan Semoga kita
termasuk dari golongan yang kelak mendapatkan syafaatnya.
Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkenan membantu pada tahap penyusunan hingga selesainya makalah tentang
Ancaman Integrasi Nasional di Bidang Sosial Budaya ini. Harapan kami semoga makalah
yang telah tersusun ini dapat bermanfaat sebagai salah satu rujukan maupun pedoman bagi
para pembaca, menambah wawasan serta pengalaman, sehingga nantinya saya dapat
memperbaiki bentuk ataupun isi makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Kami sadar bahwa kami ini tentunya tidak lepas dari banyaknya kekurangan, baik
dari aspek kualitas maupun kuantitas dari bahan penelitian yang dipaparkan. Semua ini
murni didasari oleh keterbatasan yang dimiliki kami. Oleh sebab itu, kami membutuhkan
kritik dan saran kepada segenap pembaca yang bersifat membangun untuk lebih
meningkatkan kualitas di kemudian hari.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................... 2
A. Ancaman Integrasi Nasional di Bidang Sosial Budaya............................... 2
B. Kondisi Sosial Budaya di Indonesia Saat Ini............................................... 3
C. Ancaman yang Timbul Akibat Kondisi Sosial Budaya Saat Ini.................. 4
D. Ancaman Gaya Hidup Konsumtif................................................................ 8
E. Upaya dalam Mewujudkan Ketahanan Budaya Nasional............................ 9
F. Strategi Mengatasi Ancaman Integrasi Nasional di Bidang Sosial Budaya. 11
BAB III PENUTUP.................................................................................................... 12
A. Kesimpulan.................................................................................................. 12
B. Saran............................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Integrasi Nasional adalah usaha dan proses mempersatukan perbedaan-perbedaan
yang ada pada suatu negara sehingga terciptanya keserasian dan keselarasan secara
nasional. Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan bangsa yang sangat besar baik
dari kebudayaan ataupun wilayahnya. Di satu sisi hal ini membawa dampak positif bagi
bangsa karena kita bisa memanfaatkan kekayaan alam Indonesia secara bijak atau
mengelola budaya-budaya yang melimpah untuk kesejahteraan rakyat. Namun selain
menimbulkan sebuah keuntungan, hal ini juga akhirnya menimbulkan masalah yang baru.
Kita ketahui dengan Keragaman Sosial dan Budaya di Indonesia yang melimpah itu akan
menghasilkan karakter atau manusia-manusia yang berbeda pula sehingga dapat
mengancam keutuhan bangsa Indonesia.
Ancaman di bidang sosial budaya dapat dibedakan atas ancaman dari dalam dan
dari luar. Ancaman dari dalam ditimbulkan oleh isu-isu kemiskinan, kebodohan,
keterbelakangan, dan ketidakadilan. Isu tersebut menjadi titik pangkal timbulnya
permasalahan, seperti premanisme, separatisme, terorisme, kekerasan, dan Kerusakan
Lingkungan Akibat Ulah Manusia. Isu tersebut akan mengancam persatuan dan kesatuan
bangsa, nasionalisme, dan patriotisme.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penyusun merumuskan masalah yang akan
dibahas dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk ancaman integrasi nasional di bidang sosial budaya?
2. Bagaimana kondisi sosial budaya di Indonesia saat ini?
3. Ancaman apa yang timbul akibat kondisi sosial budaya saat ini?
4. Apa yang dimaksud dengan ancaman gaya hidup konsumtif?
5. Bagaimana upaya dalam mewujudkan ketahanan budaya nasional?
6. Bagaimana strategi mengatasi ancaman integrasi nasional di bidang sosial budaya?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ancaman Integrasi Nasional di Bidang Sosial Budaya


Manusia mengembangkan kebudayaan tidak lain sebagai upaya mempertahankan
kelangsungan hidupnya menghadapi berbagai tantangan yang muncul dari lingkungannya
untuk kemudian mewujudkan kehidupan yang lebih baik. Karena itulah dapat dikatakan
bahwa kebudayaan merupakan wujud tanggapan aktif manusia terhadap tantangan yang
datang dari lingkungan. Kebudayaan diciptakan oleh faktor organobiologis manusia,
lingkungan alam, lingkungan psikologis, dan lingkungan sejarah. Dalam setiap kebudayaan
daerah terdapat nilai budaya yang tidak dapat dipengaruhi oleh budaya asing (local
genius). Local genius itulah pangkal segala kemampuan budaya daerah untuk menetralisir
pengaruh negatif budaya asing.
Kebudayaan nasional merupakan hasil (resultante) interaksi dari budaya-budaya
suku bangsa (daerah) atau budaya asing (luar) yang kemudian diterima sebagai nilai
bersama seluruh bangsa. Interaksi budaya harus berjalan secara wajar dan alamiah tanpa
unsur paksaan dan dominasi budaya terhadap budaya lainnya.
Aspek sosial biasanya mengacu pada masalah struktur sosial dan pola hubungan
sosial yang ada di dalamnya. Sedangkan kalau kita bicara aspek budaya, mengacu pada
kondisi kebudayaan yang ada dalam masyarakat yang bersangkutan. Struktur masyarakat
Indonesia ditandai oleh dua cirinya yang bersifat unik. Secara horizontal ditandai oleh
adanya kesatuan-kesatuan berdasarkan perbedaan suku-bangsa, agama, adat, serta
perbedaan kedaerahan. Secara vertikal struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh
perbedaan-perbedaan vertikal antara lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup tajam.
Pluralitas masyarakat Indonesia yang bersifat multi dimensional telah menimbulkan
persoalan tentang bagaimana masyarakat Indonesia terintegrasi secara horizontal.
Sementara stratifikasi sosial sebagaimana terwujud pada masyarakat Indonesia akan
memberi bentuk pada integrasi. Oleh karena itulah maka timbul persoalan yang timbul dari
struktur masyarakat Indonesia. Yang demikian adalah bagaimana masyarakat Indonesia
terintegrasi pada tingkat nasional sehingga menunjang penciptaan ketahanan nasional yang
mantap.

2
Wujud ketahanan sosial budaya tercermin dalam kondisi kehidupan sosial budaya
bangsa yang dijiwai kepribadian nasional. Yang mengandung kemampuan membentuk dan
mengembangkan kehidupan sosial budaya manusia dan masyarakat Indonesia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bersatu, cinta tanah air, berkualitas,
maju dan sejahtera dalam kehidupan yang serba selaras, serasi dan seimbang. Serta
kemampuan menangkal penetrasi budaya asing yang tidak sesuai dengan kebudayaan
nasional.

B. Kondisi Sosial Budaya di Indonesia Saat Ini


Pelapisan sosial yang berbeda membawa perbedaan perilaku kebudayaan yang
diwujudkan dalam keadaan tertentu seperti bahasa yang digunakan, kebiasaan berpakaian,
kebiasaan konsumsi makanan dan sebagainya. Semua itu menambah keanekaragaman
tampilan budaya masyarakat Indonesia.
Modernisasi adalah proses perubahan dari cara-cara tradisional ke cara-cara baru
yang lebih maju dalam rangka untuk peningkatan kualitas hidup masyarakat. Sebagai suatu
bentuk perubahan sosial, modernisasi biasanya merupakan bentuk perubahan sosial yang
terarah dan terencana. Perencanaan sosial (social planning) dewasa ini menjadi ciri umum
bagi masyarakat atau negara yang sedang mengalami perkembangan. Suatu perencanaan
sosial haruslah didasarkan pada pengertian yang mendalam tentang bagaimana suatu
kebudayaan dapat berkembang dari taraf yang lebih rendah ke taraf yang lebih maju atau
modern. Di Indonesia, bentuk-bentuk modernisasi banyak kita jumpai di berbagai aspek
kehidupan masyarakatnya, baik dari segi pertanian, industri, perdagangan, maupun sosial
budayanya.
Berbagai bidang tersebut dapat berkembang melalui serangkaian proses yang
panjang sehingga mencapai pola-pola perilaku baru yang berwujud pada kehidupan
masyarakat modern. Sayangnya, penggunaan istilah modernisasi banyak disalahartikan
sehingga sisi moralnya terlupakan. Banyak orang yang menganggap modernisasi hanya
sebatas pada suatu kebebasan yang bersifat keduniawian. Tidak mengherankan juga bila
banyak anggota masyarakat yang salah melangkah dalam menyikapi atau memahami
tentang konsep modernisasi.

3
Kebudayaan baru yang lebih penting daripada kebudayaan-kebudayaan lain dalam
mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa adalah kebudayaan nasional atau kebudayaan
Indonesia. Kebudayaan ini tidak sama dengan kebudayaan daerah tertentu tidak sama
artinya dengan penjumlahan budaya-budaya daerah di kepulauan Indonesia.
Pada era modern ini harus diakui bahwa peradaban manusia telah memasuki
tahapan baru, yaitu dengan adanya revolusi komunikasi. Dengan cepat, teknik dan jasa
telekomunikasi yang memanfaatkan spektrum frekuensi radio dan satelit ini telah
berkembang menjadi jaringan yang sangat luas dan menjadi vital dalam berbagai aspek
kehidupan dan keselamatan bangsa-bangsa di dunia. Pemanfaatan jasa satelit tidak semata-
mata untuk usaha hiburan, namun berkembang secara meluas dan digunakan dalam
teknologi pertelevisian, komunikasi, internet, analisis cuaca, hingga penggunaan untuk
survei sumber daya alam.
Kondisi masyarakat saat ini sangat memprihatinkan, terutama dilihat dari aspek
perilaku dan moralnya. Banyak kita dapatkan masyarakat yang tidak begitu peduli dengan
perilaku keseharian mereka. Hal ini tentu sangat berbahaya, terlebih apabila ada anak kecil
yang melihatnya. Bisa saja anak kecil yang belum mengetahui mana yang benar dan mana
yang salah akan terpengaruh mengikuti perilaku maupun moral yang kurang baik dari
masyarakat saat ini.
Apa yang disebutkan kebudayaan bangsa dalam penjelasan UUD 1945 dirumuskan
sebagai puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah si seluruh Indonesia. Perkataan
puncak-puncak kebudayaan itu artinya adalah kebudayaan yang diterima dan dijunjung
tinggi oleh sebagian besar suku-suku bangsa di Indonesia dan memiliki persebaran di
sebagian besar wilayah Indonesia.

C. Ancaman yang Timbul Akibat Kondisi Sosial Budaya Saat Ini


Berdasarkan dengan kondisi sosial tersebut, terdapat kemungkinan ancaman yang
timbul, baik ancaman dari pihak luar maupun dari dalam. Adapun ancaman-ancaman
tersebut antara lain sebagai berikut:

4
1. Ancaman dari Dalam
Ancaman dari dalam didorong oleh isu-isu kemiskinan, kebodohan,
keterbelakangan, dan ketidakadilan. Isu tersebut menjadi titik pangkal timbulnya
permasalahan, seperti separatisme, terorisme, kekerasan yang melekat-berurat berakar, dan
bencana akibat perbuatan manusia. Isu tersebut lama kelamaan menjadi “kuman penyakit”
yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa, nasionalisme, dan patriotisme. Watak
kekerasan yang melekat dan berurat berakar berkembang, seperti api dalam sekam di
kalangan masyarakat yang menjadi pendorong konflik-konflik antar masyarakat atau
konflik vertikal Hubungan Struktural dan Fungsional Pemerintah Pusat dan Daerah.
Konflik horizontal yang berdimensi suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA)
pada dasarnya timbul akibat watak kekerasan yang sudah melekat. Watak kekerasan itu
pula yang mendorong tindakan kejahatan termasuk perusakan lingkungan dan bencana
buatan manusia. Faktor-faktor tersebut berproses secara meluas serta menghasilkan efek
domino sehingga dapat melemahkan kualitas bangsa Indonesia. Pertumbuhan penduduk
yang terus berlangsung telah mengakibatkan daya dukung dan kondisi lingkungan hidup
yang terus menurun. Bersamaan dengan itu merebaknya wabah penyakit pandemi, seperti
flu burung, demam berdarah, HIV/AIDS, dan malaria merupakan tantangan serius yang
dihadapi di masa datang. Selain itu terdapat ancaman lain, sebagai berikut.
a. Munculnya Guncangan Kebudayaan (Cultural Shock)
Guncangan budaya umumnya dialami oleh golongan tua yang terkejut karena
melihat adanya perubahan budaya yang dilakukan oleh para generasi muda.
Cultural shock atau kejutan budaya dapat diartikan sebagai ketidaksesuaian unsur-
unsur yang saling berbeda sehingga menghasilkan suatu pola yang tidak serasi
fungsinya bagi masyarakat yang bersangkutan. Perubahan unsur-unsur budaya
sering kali ditanggapi oleh masyarakat dengan beragam. Bagi masyarakat yang
belum siap menerima perubahan-perubahan yang terjadi maka akan timbul
guncangan (shock) dalam kehidupan sosial dan budayanya yang mengakibatkan
seorang individu menjadi tertinggal atau frustrasi.
Kondisi demikian dapat menyebabkan timbulnya suatu keadaan yang tidak
seimbang dan tidak serasi dalam kehidupan. Contohnya, di era globalisasi ini
unsur-unsur budaya asing seperti pola pergaulan hedonis (memuja kemewahan),

5
pola hidup konsumtif sudah menjadi pola pergaulan dan gaya hidup para remaja
kita. Bagi individu atau remaja yang tidak siap dan tidak dapat menyesuaikan pada
pola pergaulan tersebut. Mereka akan menarik diri dari pergaulan atau bahkan ada
yang frustrasi sehingga menimbulkan tindakan bunuh diri atau perilaku
penyimpangan yang lain.
b. Munculnya Ketimpangan Kebudayaan (Cultural Lag)
Kondisi ini terjadi manakala unsur-unsur kebudayaan tidak berkembang secara
bersamaan. Salah satu unsur kebudayaan berkembang sangat cepat sedangkan unsur
lainnya mengalami ketertinggalan. Ketertinggalan yang terlihat mencolok adalah
ketertinggalan alam pikiran dibandingkan pesatnya perkembangan teknologi.
Kondisi ini terutama terjadi pada masyarakat yang sedang berkembang seperti
Indonesia. Untuk mengejar ketertinggalan ini diperlukan penerapan sistem dan pola
pendidikan yang berdisiplin tinggi.
Contohnya, akibat kenaikan harga BBM pemerintah mengonversi bahan bakar
minyak menjadi gas dengan cara mensosialisasikan tabung gas ke masyarakat.
Namun berhubung sebagian masyarakat belum siap, terkait dengan kenyamanan
dan keamanan penggunaan tabung gas, maka masyarakat kebanyakan menolak
konversi tersebut. Kondisi demikian menunjukkan adanya ketertinggalan budaya
(cultural lag) oleh sebagian masyarakat terhadap perubahan budaya dan
perkembangan kemajuan teknologi.

2. Ancaman dari Luar


Ancaman dari luar timbul bersamaan dengan dinamika yang terjadi dalam format
globalisasi dengan penetrasi nilai-nilai budaya dari luar negeri sulit dibendung yang
mempengaruhi nilai-nilai di Indonesia. Kemajuan teknologi informasi mengakibatkan
dunia menjadi kampung global yang interaksi antarmasyarakat berlangsung dalam waktu
yang aktual. Yang terjadi tidak hanya transfer informasi, tetapi juga transformasi dan
sublimasi nilai-nilai luar secara serta merta dan sulit dikontrol. Sebagai akibatnya, terjadi
benturan peradaban, lambat-laun nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa semakin
terdesak oleh nilai-nilai individualisme.

6
Fenomena lain yang juga terjadi adalah konflik berdimensi vertikal antara
pemerintah pusat dan daerah. Di samping konflik horizontal yang berdimensi etnoreligius
masih menunjukkan potensi yang patut diperhitungkan. Bentuk-bentuk ancaman sosial
budaya tersebut apabila tidak dapat ditangani secara tepat dapat membahayakan sendi-
sendi kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Selain itu terdapat ancaman lain, sebagai
berikut :
1. Beberapa waktu yang lalu kembali terdengar mengenai pengklaiman beberapa
kebudayaan asli Indonesia oleh Malaysia di antaranya adalah Batik Tulis, Wayang
Kulit, lagu Rasa Sayange, Angklung, Reog Ponorogo, hingga makanan khas
Minang dari salah satu wilayah Indonesia yaitu rendang di klaim berasal dari
Malaysia. Sungguh mengherankan bukan, dari mulai wilayah hingga menu
makanan khas Indonesia diklaim sebagai kebudayaan Malaysia.
2. Kasus Reog Ponorogo, yang waktu itu mengakibatkan terjadinya berbagai
demonstrasi di Indonesia. Salah satunya yaitu demonstrasi yang dilakukan di
depan kedubes Malaysia oleh para “warok” dan para budayawan reog Ponorogo
yang tidak terima dengan pengklaiman Malaysia atas Reog Ponorogo dengan
nama Barongan. Kasus ini cukup menarik perhatian dari berbagai pihak dan
masyarakat, khususnya dari pemerintah kabupaten Ponorogo yang tidak terima
dengan pengklaiman tersebut. Karena pemerintah kabupaten Ponorogo
sebenarnya telah mendaftarkan tarian reog Ponorogo sebagai hak cipta milik
Kabupaten Ponorogo yang tercatat dengan nomor 026377 tertanggal 11 Februari
2004 dan disaksikan langsung oleh Menteri Hukum dan HAM RI.
3. Konon awal mulanya isu ini, kesenian Reog Ponorogo dibawa oleh TKI yang
bekerja di Malaysia yang sering mengadakan pertunjukan tarian Reog Ponorogo
untuk memperkenalkan kebudayaan Indonesia. Tetapi polisi Malaysia
memberikan syarat jika reog tetap ingin dimainkan maka namanya harus diubah
menjadi “Singa Barongan UMNO”.
4. Diklaimnya Batik Tulis kita sebagai karya seni yang berasal dari Malaysia. Seni
batik ini sudah diwariskan oleh nenek moyang kita dari mulai kerajaan Majapahit
dan hingga digunakan sebagai pakaian untuk para Raja di dalam kerajaan. Dan
Malaysia pun mungkin iri dan ingin memiliki batik Indonesia untuk diperkenalkan

7
kepada dunia bahwa Batik merupakan karya seni yang berasal dari Malaysia.
Hingga pada akhirnya pemerintah Indonesia menetapkan tanggal 02 Oktober
sebagai hari Batik Indonesia.

D. Ancaman Gaya Hidup Konsumtif


Di tengah era globalisasi sekarang ini dan makin meningkatnya biaya hidup yang
tinggi dan tidak stabilnya harga komoditas bahan pokok. Maka diperlukan pengendalian
pengeluaran uang secara bijak. Hal ini dilakukan untuk menghindari perilaku konsumtif.
Kini sifat konsumerisme telah menjadi gaya hidup yang mempengaruhi kehidupan
masyarakat kita. Gaya hidup yang menonjolkan kemewahan, kesenangan, dan berfoya-
foya menghamburkan uang karena pengaruh Westernisasi Budaya (berperilaku kebarat-
baratan). Adapun pengaruh globalisasi telah mencakup di berbagai bidang kehidupan
seperti politik, ekonomi, sosial, budaya. Hal ini juga cenderung mempengaruhi nilai
nasionalisme bangsa.
Seiring dengan majunya pengetahuan di bidang IPTEK mau tidak mau kita pun
harus mengikuti perkembangannya. Pola pikir individu pun harus siap dengan tantangan
global dengan adanya budaya-budaya baru yang masuk ke Indonesia. Maka diperlukan
filter kita untuk beradaptasi dengan hal tersebut. Dalam hal ini, globalisasi juga membawa
pengaruh dalam gaya hidup masyarakat seperti pola hidup konsumtif, dunia gemerlap
(dugem), penjualan narkoba dan senjata api, seks bebas, dan human trafficking
(perdagangan manusia).
Pola hidup konsumtif merupakan keinginan untuk mengonsumsi barang-barang
yang kurang diperlukan secara berlebihan hanya untuk mencari sisi kepuasan.
Sesungguhnya perilaku konsumtif memiliki banyak dampak negatif dibandingkan
positifnya. Dalam psikologi dikenal dengan sebutan compulsive buying disorder (penyakit
kecanduan belanja) sulit membedakan antara keinginan dan kebutuhan dan terjebak dalam
dunia konsumeristik yang dibawa pasar kapitalisme.
Perilaku konsumtif seharusnya bisa dikontrol oleh diri sendiri. Perilaku ini, sudah
mempengaruhi pada remaja kita. Pasalnya, produsen melihat usia remaja adalah pasar
potensial mereka. Mereka paham pada usia remaja, sangat mudah tergiur dengan iklan
yang menarik dan membuat remaja ingin memilikinya. Juga mereka belum memiliki filter

8
dan kontrol untuk memenuhi keinginan-keinginan yang tidak penting. Mereka hanya ingin
dipandang dan dianggap eksis oleh lingkungannya yang disebut peer group (ada keinginan
untuk diterima di dalam kelompok pergaulannya). Karena itu mereka harus menyesuaikan
diri dengan kelompoknya dalam segi penampilan dan gaya hidup.
Menurut Assuari (1987) perilaku konsumtif terjadi karena ingin tampak berbeda dengan
ikut-ikutan hal tersebut yang menjadi dasar mengapa remaja berperilaku konsumtif. Maka
dibutuhkan peran aktif orang tua agar remaja tidak menghambur-hamburkan uang untuk
hal-hal yang kurang penting.
Perilaku konsumtif menjadi sangat kompleks di tengah kebutuhan hidup yang
melonjak dan yang diingat hanya bagaimana cara memuaskan hasrat berbelanja.
Masyarakat dengan status sosial yang tinggi atau sering disebut kaum Sosialita cenderung
berpola konsumsi tinggi yaitu mengonsumsi produk tanpa melihat segi manfaatnya.
Akibatnya berpola hidup boros, tidak memikirkan kehidupan yang akan datang. Maka kita
harus mampu memilih secara selektif mana yang baik untuk kita dan sekitar kita.

E. Upaya dalam Mewujudkan Ketahanan Budaya Nasional


Gerakan revitalisasi budaya lokal adalah salah satu alternatif jawaban untuk
menahan laju degradasi identitas bangsa dalam rangka bela negara. Meski terkesan reaktif,
paling tidak wacana ini mampu menyedot perhatian segenap bangsa untuk sekedar kembali
menengok budaya adiluhung warisan nenek moyang. Aksi penolakan atas klaim reog oleh
Malaysia salah satu contohnya. Apresiasi yang tinggi kita ucapkan atas gerakan tersebut.
Namun sekali lagi patut digarisbawahi, gerakan ini jangan hanya berhenti pada titik
gerakan reaktif yang tak jelas follow up-nya. Kekuatan yang terhimpun sekian besarnya
sangatlah mubazir jika tak memberikan dampak secara luas dan sistemik terhadap ranah
budaya kita.
Patut kiranya segenap komponen bangsa memikirkan bagaimana memaknai budaya
secara kontekstual dan bukan hanya sebagai aset yang layak untuk dijual. Seperangkat
komponen statis yang perlu dimuseumkan dan dijaga. Karena budaya adalah sesuatu yang
dinamis dan kontekstual dengan jamannya. Perlu diketahui bahwa perubahan sosial budaya
di antaranya disebabkan oleh faktor yang datangnya dari luar dan dari dalam, dan faktor

9
dari luar biasanya jauh lebih dominan. Oleh karena itu, faktor dari luar perlu mendapat
perhatian khusus.
1. Mengembangkan Bela Negara
Untuk itu hal-hal yang perlu dikembangkan sebagai wujud bela negara dalam
wujud kebudayaan sebagai upaya membentuk ketahanan budaya nusantara.
2. Langkah-langkah Bela Negara
Selain hal-hal yang perlu dikembangkan di atas, langkah yang dapat diambil
sebagai wujud bela negara adalah sebagai berikut:
• Mendorong berkembangnya potensi budaya dalam masyarakat.
• Seharusnya pemerintah memberi perhatian yang sama terhadap pengembangan
budaya daerah.
• Bersikap bijaksana dalam perkembangan arus globalisasi.
• Membangkitkan lagi semangat kebudayaan nasional melalui berbagai media,
misalnya melalui jaringan internet.
• Memberi apresiasi kepada kalangan yang mengusahakan perkembangan
budaya.
• Mendorong kesadaran masyarakat untuk merespons arus budaya asing yang
baik.
• Memperkuat dan mempertahankan jati diri bangsa agar tidak luntur.
• Bersikap bijaksana dalam menerima segala macam perubahan.
• Tidak mencampuradukkan kebudayaan sendiri dengan kebudayaan bangsa
asing.
• Memperkuat dan mempertahankan rasa cinta terhadap budaya sendiri.
Langkah nyata yang harus segera dilakukan dan mungkin dilakukan adalah
membentuk aturan perundang-undangan dalam negeri yang menyediakan kebutuhan
pengelolaan keragaman budaya nasional. Perlindungan secara hukum perundang-undangan
terhadap Keragaman Sosial dan Budaya di Indonesia. Selanjutnya dapat dijadikan pijakan
dasar untuk menjaga kedaulatan bangsa sehingga bisa diakui di dunia internasional. Lebih
jauh, harus ada sebuah kesadaran dan pengakuan oleh dunia internasional bahwa
perundang-undangan akan kepemilikan negara terhadap ekspresi budaya. Sangat
diperlukan oleh Indonesia guna menjaga ketahanan nasional dan kedaulatan negaranya.

10
Hal ini tentunya bisa dijadikan momentum bersama bangsa Indonesia dalam memaknai
Kebangkitan Nasional yang baru, yang diwujudkan dalam tindakan nyata dalam
menegakkan kedaulatan bangsa melalui konsep pertahanan budaya.
Sudah saatnya kini bangsa Indonesia membuat suatu perlindungan hukum semisal paten
negara atau yang lebih jauh pengakuan internasional bagi ekspresi budaya bangsa
Indonesia. Usaha ini tentu harus pula dibarengi dengan upaya mendorong kesadaran
masyarakat untuk merespons arus budaya asing dengan baik. Budaya yang baik dapat
diterima dan yang tidak baik dibuang.

F. Strategi Mengatasi Ancaman Integrasi Nasional di Bidang Sosial Budaya


Kehidupan sosial budaya di negara-negara berkembang, perlu memperhatikan
gejala perubahan yang terjadi, terutama mengenai sebab-sebabnya. Banyak faktor yang
mungkin menimbulkan perubahan sosial, di antaranya yang memegang peranan penting
ialah faktor teknologi dan kebudayaan. Faktor-faktor itu berasal dari dalam maupun dari
luar. Biasanya, yang berasal dari luar lebih banyak menimbulkan perubahan. Agar dapat
memahami perubahan sosial yang terjadi, perlu dipelajari bagaimana proses perubahan itu
terjadi dan bagaimana perubahan itu diterima masyarakat.
Pengaruh dari luar yang perlu diperhatikan adalah hal-hal yang tidak
menguntungkan serta dapat membahayakan kelangsungan hidup kebudayaan nasional.
Bangsa Indonesia harus selalu waspada akan kemungkinan adanya kesengajaan pihak luar
untuk memecah kesatuan bangsa dan negara Indonesia.
Dalam menghadapi pengaruh dari luar yang dapat membahayakan kelangsungan
hidup sosial budaya, bangsa Indonesia berusaha memelihara keseimbangan dan
keselarasan fundamental. Yaitu keseimbangan antara manusia dan lingkungan, manusia
dengan alam semesta, manusia dengan masyarakat, manusia dengan Tuhan, keseimbangan
kemajuan lahir dan kesejahteraan batin. Kesadaran akan perlunya keseimbangan dan
keserasian melahirkan toleransi yang tinggi sehingga dapat menjadi bangsa yang
berbhinneka dan bertekad untuk selalu hidup bersatu.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Wujud ketahanan sosial budaya tercermin dalam kondisi kehidupan sosial budaya
bangsa yang dijiwai kepribadian nasional, yang mengandung kemampuan membentuk dan
mengembangkan kehidupan sosial budaya manusia dan masyarakat Indonesia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang maha esa, bersatu, cinta tanah air, berkualitas,
maju dan sejahtera dalam kehidupan yang serba selaras, serasi dan seimbang serta
kemampuan menangkal penetrasi budaya asing yang tidak sesuai dengan kebudayaan
nasional.
Pola hidup konsumtif merupakan keinginan untuk mengonsumsi barang-barang
yang kurang diperlukan secara berlebihan hanya untuk mencari sisi kepuasan.
Sesungguhnya perilaku konsumtif memiliki banyak dampak negatif dibandingkan
positifnya. Di dalam psikologi dikenal dengan sebutan compulsive buying disorder
(penyakit kecanduan belanja) sulit membedakan antara keinginan dan kebutuhan dan
terjebak dalam dunia konsumeristik yang dibawa pasar kapitalisme.

B. Saran
Jika kebiasaan kredit konsumtif sudah mulai melebihi batas. Tentunya harus mulai
menyadari bahwa telah terjerumus dalam pola hidup tidak sehat atau gaya hidup
konsumtif. Dan harus mengambil tindakan agar kebiasaan ini tidak menjadi beban. Jangan
biarkan menjadi terlarut dalam pola hidup konsumtif. Maka banyaklah berpikir untuk masa
depan.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/rickoricardo/makalah-globalisasi-dan-ancaman-terhadap-
kebudayaan_568fad91e8afbda609b8569b
https://dokumen.tips/documents/ketahanan-nasional-di-bidang-sosial-budaya.html
http://pusatinformasi212.blogspot.co.id/2017/03/strategi-mengatasi-ancaman-di-bidang-
sosial-budaya-integrasi-nasional.html
http://www.firde7.xyz/2017/01/pkn-ancaman-di-bidang-sosial-budaya.html
http://seputarpengertian.blogspot.co.id/2017/09/pengertian-gaya-hidup-konsumtif-serta-
pengaruhnya.html
http://polahidupuntuk.blogspot.co.id/2013/06/gaya-hidup-konsumtif-masyarakat.html

13

Anda mungkin juga menyukai