1, FEBRUARI 2020
(Analysis Of Procurement Raw Material and Value Added Of Cassava Chips Agroindustry In Way Jepara
Sub-district East Lampung Regency)
Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Jl. Prof. Dr. Soemantri Brodjonegoro No.1
Bandar Lampung 35145, e-mail: suriaty.situmorang@fp.unila.ac.id
ABSTRACT
This research aims to analyze the procurement of raw material, added value, and the factors causing
inactivity of 18 cassava chips agroindustries. This research was conducted in Way Jepara Sub-district, East
Lampung Regency in May -July 2018. Respondents were active and non-active cassava chips agroindustries
in Way Jepara District. Procurement of raw materials is analyzed using six-component method. The added
value is analyzed use Hayami's method, and the cause of inactivity of the 18 cassava chips agroindustries is
analyzed qualitatively. The results showed that the procurement of raw materials with six components,
namely time, place, price, quantity, quality, and type of active agroindustry is appropriate, because it is in
line with the expectations of each active agroindustry. Three active agroindustries have a positive added
value (NT>0) can absorb labor, and can increase the income of the community around the agroindustry.
The main factors causing the inactivity of 18 cassava chips agroindustries in Way Jepara Sub-district in
production are less extensive product marketing coverage and low level of demand for the chips produced.
70
JIIA, VOLUME 8 No. 1, FEBRUARI 2020
dan menganalisis faktor penyebab ketidakaktifan Tabel 1. Prosedur perhitungan nilai tambah metode
18 agroindustri keripik ubi kayu yang sudah tidak Hayami
aktif lagi di Kecamatan Way Jepara.
No. Variabel Nilai
METODE PENELITIAN I. Output, Input, Harga
1. Output (kg/produksi) A
Metode penelitian yang digunakan adalah metode 2. Bahan baku (kg/produksi) B
sensus. Lokasi penelitian dipilih secara purposive 3. Tenaga kerja (HOK/produksi) C
(sengaja) pada tiga agroindustri aktif dan 18 4. Faktor konversi D = A/B
5. Koefisien tenaga kerja E = C/B
agroindustri non-aktif keripik ubi kayu di
6. Harga output (Rp/Kg/produksi) F
Kecamatan Way Jepara. Pengumpulan data
7. Upah rata-rata tenaga kerja G
dilakukan pada bulan Mei-Juli 2018. Terdapat dua
(Rp/HOK)
jenis data yang digunakan dalam penelitian, yaitu II. Pendapatan dan Keuntungan
data primer dan data sekunder. Data primer (Rp/kg/produksi)
diperoleh melalui wawancara dengan pemilik 8. Harga bahan baku H
agroindustri, menggunakan kuesioner, sedangkan 9. Sumbangan input lain I
data sekunder diperoleh dari lembaga/instansi (per kg bahan baku)
terkait, dan literatur-literatur yang berhubungan 10. Nilai output J=DxF
dengan penelitian ini. 11. Nilai tambah K = J-I-H
Rasio nilai tambah L% = (K/J)x100%
Analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan 12. Imbalan tenaga kerja M=ExG
pertama adalah analisis deskriptif kualitatif Bagian tenaga kerja N% =(M/K)x100%
mengenai pengadaan bahan baku berupa 13 Keuntungan O = K-M
pelaksanaan enam tepat, pada tiga agroindustri Tingkat keuntungan P% = (O/K)x100%
keripik ubi kayu yang aktif di Way Jepara. III. Balas Jasa Faktor Produksi
Menurut Assauri (1999) pengadaan bahan baku 14. Margin Q = J-H
terdapat enam faktor penting yang perlu Kuntungan R = O/Q x 100%
diperhatikan, dimana bahan baku tersebut harus Tenaga kerja S = M/Q x 100%
Input lain T = I/Q x 100%
sesuai dengan tepat kuantitas, tepat kualitas, tepat
Sumber : Hayami, 1987
tempat, tepat waktu, tepat harga, dan tepat jenis.
Keterangan :
Analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan
kedua adalah analisis nilai tambah Hayami (1987).
A = Output atau total produksi keripik ubi kayu
Nilai tambah adalah pertambahan nilai suatu
yang di hasilkan oleh agroindustri.
komoditas karena adanya input fungsional pada
B = Input atau bahan baku yang digunakan
komoditas yang bersangkutan. Nilai tambah
untuk memproduksi keripik adalah ubi
adalah selisih yang diperoleh antara komoditas
kayu.
yang mendapat perlakuan tertentu dengan nilai
C = Tenaga kerja yang digunakan dalam
pengorbanan yang diberikan selama proses
memproduksi keripik yang dihitung dalam
berlangsung. Prosedur perhitungan nilai tambah
satuan Hari Orang Kerja dalam satu
metode Hayami disajikan pada Tabel 1.
periode analisis.
F = Harga produk yang berlaku pada satu
Analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan
periode analisis.
ketiga adalah analisis deskriptif kualitatif
G = Jumlah upah rata-rata yang diterima oleh
mengenai faktor penyebab ketidakaktifan 18
pekerja dalam setiap satu periode produksi
agroindustri keripik ubi kayu di Way Jepara,
yang dihitung berdasarkan upah per HOK.
meliputi informasi pengadaan bahan baku, jumlah
H = Harga input bahan baku ubi kayu per
pemesanan, kuantitas dan kualitas produk keripik
kilogram pada saat periode analisis.
yang dihasilkan oleh agroindustri, segmentasi
I = Sumbangan/biaya input lainnya yang
pasar, dan lain-lain.
terdiri dari biaya bahan baku penolong,
biaya penyusutan, dan biaya pengemasan
per kg bahan baku.
71
JIIA, VOLUME 8 No. 1, FEBRUARI 2020
HASIL DAN PEMBAHASAN Sumber Sari dan Desa Sri Katon Kabupaten
Lampung Timur. Harga bahan baku berkisar
Karakteristik Responden antara Rp1.700,00 sampai Rp1.800,00 per
kilogram, dengan biaya pemesanan adalah
Responden pada penelitian berjumlah 21 orang Rp25.000,00 untuk 1 - 4 ton ubi kayu setiap satu
pemilik agroindustri keripik ubi kayu yang terdiri kali angkut. Bahan baku ubi kayu diperlukan
dari tiga orang pemilik agroindustri aktif dan 18 dalam jumlah yang cukup dan menjadi faktor
orang pemilik agroindustri non-aktif. Umur penting dalam keberlanjutan usaha agroindustri.
responden penelitian bervariasi mulai dari umur 32 Bahan baku sebaiknya tidak terlalu banyak dan
tahun sampai dengan umur 45 tahun, sehingga tidak dalam jumlah sedikit. Ubi kayu merupakan
dapat dikatakan bahwa umur responden tergolong tanaman pertanian yang tidak dapat disimpan
ke dalam umur produktif untuk mengembangkan dalam jangka waktu lama, karena bersifat mudah
agroindustri keripik ubi kayu. Rata-rata tingkat rusak dan busuk.
pendidikan responden pemilik agroindustri adalah
SMA. Pengalaman usaha yang dimiliki oleh A. Tepat Waktu
responden dapat dikatakan belum cukup terampil,
karena rata-rata responden memiliki pengalaman Waktu pengadaan bahan baku pada Agroindustri
kerja kurang dari lima tahun. Jumlah tanggungan UKS, MS, dan S disesuaikan dengan kebutuhan
keluarga responden pada penelitian ini cukup bahan baku dalam proses produksi. Waktu
beragam yaitu 3 – 5 orang. ketersediaan bahan baku perlu diperhatikan agar
kualitas ubi kayu yang digunakan baik, sehingga
Pengadaan Bahan Baku agroindustri keripik tidak mengalami kendala yang
diakibatkan oleh bahan baku. Dalam waktu satu
Bahan baku yang digunakan oleh agroindustri bulan, agroindustri melakukan pemesanan bahan
keripik ubi kayu adalah ubi kayu makan dengan baku selama empat kali, pada Agroindustri UKS
nama ilmiah Manihot esculenta Crantz. Ubi kayu dan S setiap hari Jumat, sedangkan pada
adalah salah satu jenis tanaman umbi-umbian yang Agroindustri MS setiap hari Kamis. Bahan baku
mempunyai tingkat ketuaan, kekerasan, dan yang dipesan akan tiba sehari setelah dipesan,
kandungan pati (Ayu 2012). Pada umumnya, Agroindustri UKS dan S setiap hari Sabtu,
dengan bertambahnya tingkat ketuaan, umbi akan sedangkan Agroindustri MS setiap hari Jumat.
semakin keras teksturnya, karena kandungan pati Tiga agroindustri keripik ubi kayu memiliki
yang semakin meningkat. Apabila terlalu tua persediaan bahan baku yang cukup dengan
kandungan seratnya bertambah, sedangkan patinya melakukan manajemen waktu terhadap pemesanan
menurun (Kartasapoetra 1994). Berdasarkan hal bahan baku sebelum persediaan bahan baku ubi
tersebut, maka pengendalian bahan baku pada kayu habis. Ubi kayu tidak langsung diolah untuk
agroindustri keripik ubi kayu perlu diperhatikan, menghasilkan kualitas keripik yang baik. Bahan
karena berkaitan dengan umur panen ubi kayu baku yang dipesan Agroindustri UKS, MS, dan S
yang akan digunakan untuk produksi dapat selalu dapat tercukupi, karena telah melakukan
mempengaruhi kualitas keripik yang akan kerjasama dengan pemasok bahan baku ubi kayu.
dihasilkan.
Lokasi agroindustri dengan pemasok bahan baku
Pengadaan bahan baku pada agroindustri keripik tidak terlalu jauh, sehingga pihak agroindustri
ubi kayu di Way Jepara melibatkan beberapa tidak mengalami kesulitan dan tidak harus
pihak, yaitu pemasok bahan baku berupa mitra menunggu dalam waktu yang lama untuk
ataupun pedagang pengumpul biasa, agroindustri memperoleh bahan baku ubi kayu tersebut. Oleh
keripik ubi kayu, dan konsumen. Pengadaan bahan karena itu, dapat dinyatakan bahwa pengadaan
baku yang cukup pada agroindustri keripik ubi bahan baku dalam komponen waktu sudah sesuai
kayu di Kecamatan Way Jepara diharapkan dapat dengan yang diharapkan oleh Agroindustri UKS,
memperlancar proses kegiatan produksi, dan MS, dan S. Artinya, tiga agroindustri telah
menghindari terjadinya kelebihan atau kekurangan melakukan kegiatan pengadaan bahan baku dengan
bahan baku. Dari hasil wawancara dengan pemilik tepat waktu. Pengadaan bahan baku pada
agroindustri keripik ubi kayu diperoleh bahwa agroindustri keripik ubi kayu yang masih aktif di
bahan baku keripik ubi kayu berasal dari Desa Kecamatan Way Jepara dapat dilihat pada Tabel 2.
72
JIIA, VOLUME 8 No. 1, FEBRUARI 2020
Tabel 2. Pengadaan bahan baku pada agroindustri keripik ubi kayu yang masih aktif di Kecamatan Way
Jepara Kabupaten Lampung Timur
Tempat Lokasi untuk Lokasi untuk Lokasi untuk Lokasi untuk Lokasi untuk Lokasi untuk
memperoleh memperoleh memperoleh memperoleh memperoleh memperoleh bahan
bahan baku bahan baku bahan baku bahan baku bahan baku baku mudah di
mudah di mudah di jangkau mudah di mudah di mudah di jangkau
jangkau jangkau jangkau jangkau
Kualitas Ubi kayu yang Ubi kayu yang Ubi kayu Ubi kayu Ubi kayu Ubi kayu
digunakan digunakan berkualitas berkualitas baik, berkualitas berkualitas baik,
berkualitas baik, berkualitas baik, baik, tidak tidak pahit, baik, umbi umbi berukuran
tidak pahit, tidak pahit, pahit, berumbi berumbi sedang berukuran besar, tidak rusak,
berumbi besar, berumbi besar, sedang dan dan lurus, tidak besar, tidak dan tidak busuk
tidak cacat, dan tidak cacat, dan lurus, tidak rusak atau busuk rusak, dan
tidak busuk tidak busuk rusak atau tidak busuk
busuk
Kuantitas Bahan baku Bahan baku Bahan baku Bahan baku Bahan baku Bahan baku
tersedia 3.500 tersedia 4.000 tersedia 2.000 tersedia 2.500 tersedia 2.500 tersedia 3.000
kg/produksi kg/produksi kg/produksi kg/produksi kg/produksi kg/produksi
Harga Harga ubi kayu Harga ubi kayu Harga ubi kayu Harga ubi kayu Harga ubi kayu Harga ubi kayu
sebesar sebesar Rp1.700 Rp1.700- sebesar Rp1.800 Rp1.700- sebesar Rp1.800
Rp1.700- per kg Rp1.800 per kg per kg Rp1.800 per kg per kg
Rp1.800 per kg
Jenis Bahan baku ubi Bahan baku ubi Bahan baku ubi Bahan baku ubi Bahan baku ubi Bahan baku ubi
kayu yang kayu berkualitas, kayu yang kayu berkualitas, kayu yang kayu berkualitas,
berkualitas baik, bahan penunjang berkualitas bahan penunjang berkualitas bahan penunjang
tekstur keripik yang digunakan baik, tekstur yang digunakan baik, tekstur yang digunakan
ubi kayu renyah, adalah jenis yang keripik ubi adalah jenis yang keripik ubi adalah jenis yang
tidak pahit, dan masih segar dan kayu renyah, masih segar dan kayu renyah, masih segar dan
bahan baik kualitasnya tidak pahit, baik kualitasnya tidak pahit, dan baik kualitasnya
penunjang danbahan bahan
berkualitas baik penunjang penunjang
berkualitas baik berkualitas
baik
73
JIIA, VOLUME 8 No. 1, FEBRUARI 2020
bahan baku yang harus dikeluarkan oleh pemilik agroindustri. Berdasarkan ketersediaan bahan
agroindustri dengan tujuan memenuhi pengadaan baku ubi kayu yang selalu tercukupi hingga saat
bahan baku untuk memproduksi keripik, yang ini, dapat dinyatakan bahwa agroindustri keripik
diukur dalam satuan rupiah (Rp). Harga bahan ubi kayu telah melakukan kegiatan pengadaan
baku ubi kayu dari pemasok kepada pemilik bahan baku dengan tepat kuantitas.
agroindustri berbeda-beda, yaitu Rp1.700,00 –
Rp1.800,00 per kilogram. Perbedaan harga bahan F. Tepat Kualitas
baku disebabkan oleh jarak lokasi pemasok dengan
agroindustri. Akan tetapi, ketersediaan ubi kayu Kualitas ubi kayu yang digunakan sebagai bahan
makan selalu dapat terpenuhi dalam jumlah yang baku dalam agroindustri keripik ubi kayu di daerah
cukup. Artinya, Agroindustri UKS, MS, dan S penelitian dapat berpengaruh terhadap produk
telah melakukan kegiatan pengadaan bahan baku keripik yang dihasilkan. Ubi kayu yang dijadikan
dengan tepat harga. bahan baku agroindustri harus sesuai dengan
standar kualitas yang ditetapkan oleh agroindustri,
D. Tepat Jenis seperti ubi kayu segar dan baru dipanen, cenderung
lurus, ukuran umbi ubi kayu besar, renyah dan
Bahan baku ubi kayu yang digunakan pada daging umbinya empuk, kadar patinya cukup
Agroindustri UKS, MS, dan S adalah jenis ubi tinggi, kulit ari mudah dikupas, tidak cacat, dan
kayu makan yang berkualitas. Agroindustri tidak busuk, sehingga dapat dinyatakan
berharap menggunakan jenis ubi kayu varietas Agroindustri UKS, MS, dan S telah melakukan
Singgah. Menurut Ntui, Uyoh, dan Affangideh pengadaan bahan baku dengan tepat kualitas.
(2006) varietas Singgah memiliki batang utama
yang besar dengan ruas yang panjang, tetapi tidak Analisis Nilai Tambah
bercabang, rasa umbi manis, warna daging umbi
putih, dan berumbi besar. Hal ini dibuktikan Nilai tambah produk keripik ubi kayu dihitung
dengan hasil keripik ubi kayu yang berkualitas dalam satu kali proses produksi. Bahan baku ubi
baik pula, tekstur keripik ubi kayu renyah dan kayu yang digunakan untuk memproduksi keripik
tidak pahit. Ubi kayu yang digunakan sebagai adalah ubi kayu segar. Harga ubi kayu segar
bahan baku agroindustri keripik sudah tepat jenis, tingkat petani pada bulan September 2018 di
karena menggunakan ubi kayu varietas Singgah Lampung Timur adalah Rp650,00/kg, sehingga
yang sesuai standar jenis ubi kayu yang ditetapkan harga ubi kayu segar tersebut tergolong rendah,
Agroindustri UKS, MS, dan S. Begitu pula dengan padahal di tingkat pedagang pengumpul tinggi,
bahan penunjang yang digunakan adalah jenis yang yaitu Rp1.700,00/kg sampai Rp1.800,00/kg.
masih segar dan baik kualitasnya untuk digunakan Harga di tingkat pedagang pengumpul tinggi
dalam proses produksi. Artinya, Agroindustri disebabkan oleh adanya beberapa perlakuan
UKS, MS, dan S telah melakukan kegiatan terhadap ubi kayu sebelum dijual, seperti
pengadaan bahan baku dengan tepat jenis. pembersihan pada sisa-sisa tanah yang masih
banyak menempel, dan pemilihan ubi kayu
E. Tepat Kuantitas berdasarkan ukurannya. Harga output keripik ubi
kayu di Kecamatan Way Jepara adalah
Kuantitas atau jumlah bahan baku yang digunakan Rp34.000,00 per kilogram. Agroindustri UKS,
akan mempengaruhi jumlah output yang MS, dan S, menjual keripik dengan harga sama.
dihasilkan. Jumlah bahan baku diharapkan mampu Persamaan harga output tersebut
mencukupi target ketersediaan bahan baku pada mempertimbangkan lokasi agroindustri yang
agroindustri, sehingga dapat mencukupi target berada pada satu kecamatan, sehingga terjadi
output yang ingin dicapai oleh agroindustri. kesepakatan antara ketiga agroindustri untuk
Agroindustri UKS, MS, dan S telah memiliki menentukan besarnya harga output keripik ubi
jumlah bahan baku yang tepat, karena antara kayu di Kecamatan Way Jepara.
harapan dan kenyataan jumlah yang diinginkan
agroindustri telah tercapai, dan bahan baku selalu Lokasi Agroindustri UKS, MS, dan S, yang tidak
tersedia apabila agroindustri melakukan kegiatan terlalu jauh menyebabkan tiga agroindustri tersebut
produksi. Kapasitas produksi yang diharapkan memiliki kesamaan terhadap harga jual dan upah
Agroindustri UKS, MS, dan S masing-masing tenaga kerja yang berlaku. Kesamaan ini bertujuan
yaitu 3.500, 2.000, dan 2.500 kilogram per untuk berlaku menyesuaikan harga jual dan upah
produksi. Bahan baku ubi kayu yang tersedia tenaga kerja yang di wilayah sekitar agroindustri,
selalu dapat mencukupi kebutuhan produksi agar dapat bersaing dengan agroindustri lain. Nilai
74
JIIA, VOLUME 8 No. 1, FEBRUARI 2020
keripik ubi kayu yang dihasilkan dengan kayu di Way Jepara memberikan nilai tambah
pengolahan setiap kilogram ubi kayu adalah sama, (positif). Hal ini sejalan dengan penelitian
karena nilai output ini diperoleh dari hasil Febriyanti, Affandi, dan Kalsum (2017), serta Sari,
perkalian faktor konversi dengan harga produk, Hasyim, dan Widjaya (2018) yang menyatakan
yang pada masing-masing agroindustri juga bahwa produk keripik pisang yang diproduksi oleh
memiliki nilai yang sama. agroindustri menghasilkan nilai tambah yang
positif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai tambah
usaha Agroindustri keripik ubi kayu di Kecamatan Nilai balas jasa pemilik terhadap tenaga kerja lebih
Way Jepara tahun 2018 memberikan nilai tambah kecil daripada nilai keuntungan yang diperoleh,
yang positif terhadap pengolahan ubi kayu menjadi sehingga Agroindustri UKS, MS, dan S, termasuk
keripik ubi kayu. Pengolahan ubi kayu menjadi agroindustri padat modal. Hasil penelitian ini
keripik ubi kayu dapat menyerap banyak tenaga sama seperti yang dilakukan Febriyanti, et.al.
kerja, sehingga memberikan kesempatan kerja bagi (2017) yang menunjukkan bahwa sifat agroindustri
masyarakat di sekitar agroindustri dan membantu keripik pisang lebih cenderung sebagai usaha yang
perekonomian masyarakat dengan meningkatkan bersifat padat modal. Rasio nilai tambah keripik
pendapatan pemilik agroindustri dan tenaga kerja ubi kayu pada Agroindustri UKS, MS, dan S di
luar keluarga sebagai anggota masyarakat. Hasil Kecamatan Way Jepara masing-masing sebesar
perhitungan analisis nilai tambah agroindustri 74,06 persen, 73,61 persen, dan 73,98 persen.
keripik ubi kayu di Way Jepara per produksi pada Apabila dibandingkan dengan penelitian Sagala,
Tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 3. Affandi, dan Ibnu (2013) dengan rasio nilai tambah
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui nilai tambah sebesar 34,57 persen dapat diketahui bahwa rasio
pada Agroindustri UKS, MS, dan S lebih besar nilai tambah pada penelitian ini lebih besar
dibandingkan dengan Agroindustri MS dan dibanding penelitian terdahulu.
Agroindustri S. Artinya, agroindustri keripik ubi
Tabel 3. Nilai tambah agroindustri aktif di Kecamatan Way Jepara Kabupaten Lampung Timur per periode
produksi, tahun 2017
75
JIIA, VOLUME 8 No. 1, FEBRUARI 2020
Keuntungan yang diperoleh keripik ubi kayu pada Agroindustri aktif dapat digolongkan sebagai
Agroindustri UKS, MS, dan S di Kecamatan Way market leader, karena menjadi agroindustri yang
Jepara masing-masing sebesar Rp17.729,28; mampu terus berproduksi dan memiliki
Rp17.620,72; dan Rp17.710,02 per kilogram keberlanjutan usaha. Agroindustri keripik ubi
dengan tingkat keuntungan sebesar 97,79 persen. kayu non-aktif adalah agroindustri yang memiliki
Nilai keuntungan tersebut lebih besar dari skala usaha lebih kecil jika dibandingkan dengan
penelitian Maharani, Lestari, dan Kasymir (2013) agroindustri aktif. Produk yang dihasilkan
yang mendapat keuntungan sebesar Rp176,50 per agroindustri aktif telah menguasai pasar, karena
kilogram untuk usaha menengah dan Rp212.06 per agroindustri aktif telah berdiri lebih dulu dan telah
kilogram untuk usaha kecil. memiliki pelanggan tetap.
76
JIIA, VOLUME 8 No. 1, FEBRUARI 2020
77