Anda di halaman 1dari 8

KEPERAWATAN ANAK

ASKEP Limfoma Non – Hodgkin

Disusun Oleh :

SUN DEVI LIANTI 20200302405

FAKULTAS ILMU – ILMU KESEHATAN


JURUSAN PROFESI KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
2020
I. KONSEP DASAR
1. Pengertian

Limfoma Non-Hodgkin (juga dikenal sebagai kanker kelenjar getah bening,


LNH, atau kadang-kadang ganya limfoma) adalah kanker yang dimulai di sel
yang disebut limfosit, yang merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh.
Faktor risiko kanker kelenjar getah bening belum diketahui secara pasti, namun
peningkatan angka kejadiannya berhubungan dengan usia, jenis kelamin, genetik,
riwayat penyakit terdahulu, transplantasi organ , dan paparan bahan kimia
(American Cancer Society, 2013).
Limfoma Non Hodgkin (LNH) merupakan sekumpulan besar keganasan primer
kelenjar getah bening dan jaringan limfoid ekstra nodal, yang dapat berasal dari
limfosit B, limfosit T, dan sel NK *”natural killer”(Kemenkes, 2010)

2. Anatomi dan Fisiologi

Anatomi
Sistim Limfatik Tubuh
Sistem limfatik adalah sistem saluran limfe yang meliputi seluruh tubuh yang
dapat mengalirkan isinya ke jaringan dan kembali sebagai transudat ke sirkulasi
darah. Sistem limfatik terdiri dari pembuluh limfe, organ dan jaringan limfoid
(gambar 1).

Nodus dan nodulus limfoid adalah massa dari jaringan limfatik; mempunyai
ukuran dan lokasi bervariasi. Nodus biasanya lebih besar, panjangnya nodus
berkisar 10 - 20 mm dan mempunyai kapsul; sedangkan nodulus panjangnya
antara sepersekian milimeter sampai beberapa milimeter dan tidak mempunyai
kapsul.8
Nodus limfoid ditemukan berkelompok sepanjang jalur vassa limfatika, dan limf
mengalir melewati nodus-nodus ini dalam perjalanannya menuju vena subklavia.
Limf memasuki suatu nodus melalui beberapa vasa limfatika aferen dan
meninggalkannya lewat satu atau dua pembuluh eferen (gambar 2).7,8
Gambar 1.Sistem vassa limfatika dan kelompok nodus limfoid utama
Dikutip dari : Scanlon VC, Sanders T. The lymphatic system and Immunity. In: Scanlon
VC, Sanders T. Essential of Anatomy and Physiology. 5 thed. Philadelphia: FA Davis
Company,2007:325

Gambar 2. Struktur nodus limfoid Dikutip dari : Abbas AK, Litchman AH. Anatomy
and function of lymphoid tissue. In: Abbas AK, Litchman AH.. Cellular and Mollecular
Immunology. 5thed. Philadelphia: WB Saunders,2003:29

Organ limfoid berupa kumpulan nodulus kecil yang mengandung banyak limfosit
merupakan tempat awal terjadinya respon imun spesifik terhadap antigen protein
yang dibawa melalui sistem limfatik.6
Organ limfoid terdiri atas:
1. Organ limfoid primer
Organ limfoid primer atau sentral yaitu kelenjar timus dan bursa fabricius atau
sejenisnya seperti sumsum tulang, diperlukan untuk pematangan diferensiasi dan
proliferasi sel T dan sel B sehingga menjadi limfosit yang dapat mengenal antigen.
2. Organ limfoid sekunder
Organ limfoid sekunder utama adalah sistem imun kulit (Skin Associated
Lymphoid Tissue/ SALT), Mucosal Associated Lymphoid Tissue/ MALT), Gut
Associated Lymphoid Tissue/ GALT), kelenjar limfe dan lien.
Organ limfoid sekunder mempunyai fungsi untuk menangkap dan mengumpulkan
antigen yang efektif, proliferasi dan diferensiasi limfosit yang disensitisasi oleh
antigen spesifik dan merupakan tempat utama produksi antibodi.6
Jaringan limfoid mukosa yang terorganisasi terdiri atas plak Peyer (Peyer’s patch)
di usus kecil, tonsil faring dan folikel limfoid yang terisolasi.
Tonsil faring merupakan folikel limfoid yang analog dengan plak peyer.

Fisiologi

Fungsi Sistem Limfatik


Fungsi sistim limfatik antara lain membantu mempertahankan
keseimbangan cairan pada jaringan; menyerap lemak dari saluran cerna; sebagai
bagian dari sistem pertahanan tubuh terhadap penyakit, dimana mengandung
limfosit, sel epitel dan stroma yang teRSUDsun dalam organ dengan kapsul atau
berupa kumpulan jaringan limfoid yang difus. (Mengko & Surarso, 2018)
Sistim vassa limfatika berawal di kapiler limfe yang terdapat pada sebagian
besar ruang jaringan. Kapiler limf sangat permeabel dan mengumpulkan cairan
jaringan dan protein.Kapiler limf menyatu membentuk vassa limfatika yang lebih
besar dengan susunan menyerupai vena. Pada vassa limfatika tidak terdapat pompa
(sebagaimana pompa untuk darah adalah jantung), namun limf tetap mengalir
dalam vassa limfatika dengan mekanisme yang sama, yang mempercepat aliran
balik vena. (Mengko & Surarso, 2018)
3. Manifestasi Kinis

Gejala yang sering ditemukan pada penderita limfoma pada umumnya non-
spesifik, diantaranya:

 Penurunan berat badan >10% dalam 6 bulan


 Demam 38 derajat C >1 minggu tanpa sebab yang
jelas
 Keringat malam banyak
 Cepat lelah
 Penurunan nafsu makan
 Pembesaran kelenjar getah bening yang terlibat
 Dapat pula ditemukan adanya benjolan yang tidak nyeri di leher, ketiak atau
pangkal paha (terutama bila berukuran di atas 2 cm); atau sesak napas akibat
pembesaran kelenjar getah bening mediastinum maupun splenomegali.

Tiga gejala pertama harus diwaspadai karena terkait dengan prognosis yang
kurang baik, begitu pula bila terdapatnya Bulky Disease (KGB berukuran >
2
6-10 cm atau mediastinum >33% rongga toraks).
Menurut
Lymphoma International Prognostic Index, temuan klinis yang
mempengaruhi prognosis penderita LNH adalah usia >60 tahun, keterlibatan
kedua sisi diafragma atau organ ekstra nodal (Ann Arbor III/IV) dan
3
multifokalitas (>4 lokasi).

4. Klasifikasi

Terdapat 2 jenis utama limfoma adalah : (America Cancer Society, 2010)


 Limfoma Hodgkin ( juga di kenal dengan penyakit Hodgkin ) yang dinamai menurut nama
Dr. Thomas Hodgkin yang pertama kali mendeskripsikannya
 Limfoma Non – Hodgkin ( NHL )

jenis limfoma ini berbeda dalam mereka berpriaku ,menyebar dan merespon pengobatan,
jadi mengetahui tipe apa yang di miliki anak anda adalah penting.
Kedua jenis ini lebih sering terjadi pada orang dewasa, tetapi juga dapat terjadi
pada anak-anak dan
remaja: NHL cenderung terjadi pada anak-anak yang lebih muda, sedangkan
limfoma Hodgkin lebih mungkin terjadi
untuk mempengaruhi anak-anak dan remaja yang lebih tua.
Limfoma hodgkin sangat mirip pada orang dewasa dan anak-anak, dan
pengobatannya sama
kedua. Untuk informasi lebih lanjut tentang penyakit ini, lihat Limfoma Hodgkin2

5. Etiologi dan Faktor Resiko Non Hodgkin Limfoma

Infeksi virus merupakan salah satu yang dicurigai menjadi etiologi NHL
contohnya ialah infeksi virus Epstein Barr dan HTLV (Human T Lymphoytopic
Virus type 1) yang berhubungan dengan limfoma Burkitt , yang merupakan
limfoma sel B. Selain itu abnormalitas sitogenik seperti translokasi kromosom
juga ikut berperan menyebabkan proliferasi dari limfosit. Pada limfoma sel B
ditemukan abnormalitas kromosom, yaitu translokasi lengan panjang kromosom
nomor 8 (8q) ke lengan panjang kromosom nomor 14 (14q). (Krisifu, et al.,
2004).

Faktor resiko berhubungan juga dengan paparan lingkungan, pekerjaan,


diet, dan paparan lainnya. Beberapa pekerjaan yang sering dihubungkan dengan
resiko tinggi adalah peternak serta pekerja hutan dan pertanian. Hal ini
disebabkan karena adanya paparan herbisisda dan pelarut organik. Resiko NHL
juga meningkat pada orang yang mengkonsumsi makanan tinggi lemak hewani,
merokok, dan terkena paparan ultraviolet berlebihan. (Reksodiputro,2009).
II. Asuhan Keperawatan

Kasus

An. AF (16 tahun), jenis kelamin laki-laki, dilakukan pengkajian pada tanggal 9
Juli 2018, klien datang ke RSPAD Gatot Soebroto melalui poli anak untuk
melakukan kemoterapi lanjutan. Saat dilakukan pengkajian klien sedang proses
kemoterapi memasukkan obat siklofosfamid1620 mg dan Adriamisin 63 mg,
klien mengatakan tidak ada nafsu makan, terkadang mual namun tidak
muntah, klien juga mengatakan mulutnya kering dan kerap timbul sariawan
setelah kemoterapi. Saat ini klien juga sedang mengonsumsi prednison 55 mg
per-oral. Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan hasil TTV : HR:
80x/menit, RR: 20x/menit, S: 36,5 oC, CRT: >3 detik, TB:157cm ,BB: 57kg .
Keadaan umum klien tampak sakit sedang, kesadaran composmentis, mukosa
: pucat dan kering, terdapat mukositis grade 1, konjungtiva anemis,
terpasang infus pada tangan sebelah kiri, IVFD : D5 ¼ NS. Klien didiagnosa
NHL pada Juni 2017 dan menjalani kemoterapi sejak Juli 2017. Klien sedang
mendapatkan kemoterapi pada fase induksi.

Hasil pengkajian didapatkan stadium IV, anak mudah lelah dan kehilang nafsu
makan. Hasil laboratorium: Hb 9,8 gr/dL, Ht= 33%, Eritrosit 4,2 jt, Leukosit
9124 /µL, Trombosit 519000/ µL dan asam urat 10.7 mg/dL.

1. Pengkajian

A. Pemeriksaan Fisik
HR: 80x/menit RR: 20x/mnt
S: 36,5 CRT : >3 detik
TB: 157 cm BB: 57 kg

a) Keadaan Umum
Kesadaran: tidak terjadi penurunan kesadaran (compos mentis).
b) Pemeriksaan integument
Kulit tampak normal tidak adanya kemereahan serta pembengkakan
c) Pemeriksaan kepala dan leher
Kepala :Tampak normal bentuk kepala simetris
Mata : konjungtiva anemis
Mulut : mulut tampak kering terdapat beberapa sariawan ( mukositis grade 1)
Leher : pembengkakan pada kelenjar getah bening di leher.
d) Pemeriksaan dada
Bentuk simetris, tidak adanya massa serta tidak adanya tanda- tanda distress
pernapasan
e) Pemeriksaan abdomen.
I: simetris, tidak adanya distensi, tonjolan serta kelainan umbilicus
A: suara peristaltic normal, terdengar setiap 5-20x/mnt
P: timpani,
Palpasi: tidak teraba adanya penonjolan tidak ada nyeri tekan tidak ada massadan
penumpukan cairan
f) Pemeriksaan ekstremitas.
Ekstremitas: tampak simetris, kekuatan otot penuh
B. Pemeriksaan Penunjang
Hasil laboratorium: Hb 9,8 gr/dL, Ht= 33%, Eritrosit 4,2 jt, Leukosit 9124 /µL,
Trombosit 519000/ µL dan asam urat 10.7 mg/dL.

C. Terapi yang di berikan

• obat siklofosfamid1620 mg
• Adriamisin 63 mg,
• prednison 55 mg per-oral
• IVFD : D5 ¼ NS

Anda mungkin juga menyukai