Anda di halaman 1dari 91

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN

PERILAKU SISWA MENGENAI ABORTUS


PROVOKATUS DI MAN MODEL CIWARINGIN
CIREBON PADA TAHUN 2011

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk


memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :
Ihda Silvia
NIM: 108103000055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M

i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa :


1. Penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata 1 di
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jipkalan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 23 September 2011

Ihda Silvia

ii
GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU REMAJA
MENGENAI ABORTUS PROVOKATUS DI MAN MODEL CIWARINGIN
CIREBON PADA TAHUN 2011

Laporan Penelitian
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Kedokteran (S.Ked)

Oleh :
Ihda Silvia
NIM. 108103000055

Pembimbing I Pembimbing II

dr. Ayat Rahayu, SpRad, M.Kes dr. Erike A Suwarsono, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011

iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Laporan Penelitian berjudul GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN


PERILAKU REMAJA MENGENAI ABORTUS PROVOKATUS DI MAN
MODEL CIWARINGIN CIREBON PADA TAHUN 2011 yang diajukan oleh
Ihda Silvia (NIM: 108103000055), telah diujikan dalam sidang di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada tanggal 23 September 2011. Laporan
penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter.

Jakarta, 23 September 2011

DEWAN PENGUJI

Penguji I Penguji II Penguji III

dr. Taufik Zain, dr. Dede Moeswir, dr. Rachmania Diandini,


SpOG (K) SpPD MKK

PIMPINAN FAKULTAS

Dekan FKIK UIN Kaprodi PSPD FKIK UIN

Prof. Dr (hc). dr. M.K. Tadjudin, SpAnd Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, SpKFR

iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ihda Silvia


Tempat, tanggal lahir : Cirebon, 16 Agustus 1990
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Status : Belum menikah
Alamat : Jl. Wijaya Kusuma No. 204 RT/RW
02/02 Babakan Ciwaringin Kab.
Cirebon Provinsi Jawa Barat 45167
E-mail : silviaihda@yahoo.com

Pendidikan :
1. SDN 1 Babakan (1997-2002)
2. MTsN Ciwaringin (2002-2005)
3. MA Yayasan Ali Maksum Yogyakarta (2005-2008)
4. S-1 Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2008-2012)

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa


melimpahkan segala karunia dan nikmat serta petunjuk yang tiada terbatas dalam
menjalani tugas-tugas kehidupan ini. Tak lupa shalawat dan salam semoga tetap
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Adapun dalam penelitian ini judul yang penulis pilih adalah ”
GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA
MENGENAI ABORTUS PROVOKATUS DI MAN MODEL CIWARINGIN
CIREBON PADA TAHUN 2011.”
Penelitian ini tidak hadir begitu saja. Penulis berterima kasih kepada pihak
yang berperan penting atas bantuan dan dukungannya dalam proses pembuatan
penelitian ini. Untuk itu, dengan segenap hati dan tanpa mengurangi rasa hormat,
penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Prof. Dr. (hc). dr. M. K. Tadjudin, Sp.And, selaku dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. dr. Syarif Hasan Lutfie, Sp.RM, selaku ketua Program Studi Pendidikan
Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. dr. Ayat Rahayu, Sp.Rad, selaku dosen pembimbing I yang telah
menyediakan waktu dan tenaga untuk memberikan arahan, bimbingan dan
masukan dari awal hingga akhir penelitian ini.
4. dr. Erike Anggreini S, M.Pd, selaku dosen pembimbing II yang telah
menyediakan waktu dan tenaga untuk memberikan arahan, bimbingan dan
masukan dari awal hingga akhir penelitian ini.
5. Bapak, Ibu dosen, dan segenap Civitas Akademika UIN Syarif
Hidayatullah yang telah banyak memberikan ilmu kepada penulis.
6. Kepala sekolah dan pihak akademik MAN Model Ciwaringin Cirebon
yang telah memberikan ijin penelitian di sekolahnya.
7. Ayahanda H. Nurhadi Thayyib dan ibunda Hj. Rubai’ah Hanan tercinta,
serta seluruh anggota keluarga yang telah memberikan dukungan yang tak
ternilai baik secara moril maupun materil.

vi
8. Teman-teman sejawat dan seperjuangan di Program Studi Pendidikan
Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah banyak memberikan
ilmu, pengalaman dan kebersamaan yang tidak akan terlupakan.
9. Semua pihak yang menjadi bagian dalam membantu proses penulisan
penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal


ini tidak terlepas dari berbagai keterbatasan. Untuk itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat
bagi kita semua. Dan semoga Allah SWT selalu memberikan kasih dan
karunia-Nya kepada kita.

Jakarta, 23 September 2011

Ihda Silvia

vii
ABSTRAK
Ihda Silvia
Program Studi Pendidikan Dokter
GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA
MENGENAI ABORTUS PROVOKATUS DI MAN MODEL CIWARINGIN
CIREBON PADA TAHUN 2011

Kasus aborsi adalah fenomena sosial yang tak kunjung ada solusi nya. Banyak
diantaranya pelaku atau korban aborsi akibat kehamilan yang tidak di kehendaki
terjadi di kalangan remaja. Dari penelitian yg dilakukan oleh Sukmaningsih,
didapatkan bahwa di Jakarta semakin banyak remaja yang hamil diluar nikah.
Dari 500 responden pelajar Sekolah Menengah Umun (SMU), sekitar 4,2%nya
mengaku kandungannya digugurkan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan


perilaku pada siswa MAN Model Ciwaringin Cirebon mengenai bahaya abortus
provocatus. Sistem Random Sampling merupakan teknik pengambilan sampel
yang berjumlah 106 orang. Rancangan penelitian ini dilakukan secara studi
deskriptif dengan metode pengumpulan data secara cross sectional. Variabel yang
diteliti adalah pengetahuan tentang aborsi, sikap terhadap aborsi, perilaku seksual,
serta variabel karaktreristik responden yang meliputi usia, jenis kelamin, suku
budaya, pendidikan ayah, pendidikan ibu, komunikasi dengan lingkungan
(keluarga, guru dan teman sebaya) dan keterpaparan media massa sebagai sumber
informasi.

Hasil penelitian diketahui bahwa kriteria usia responden sebanyak 58,5% adalah
berusia 17 tahun, dengan jumlah jenis kelamin perempuan sebanyak 70,8% dan
laki-laki sebanyak 29,2%. Responden terbanyak berasal dari suku sunda yaitu
88,7%. Tingkat pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan presentase
terbanyak pada kategori sedang yaitu 49,1% untuk pendidikan ibu dan 47,2%
untuk pendidikan ayah, namun tidak jauh beda dengan data pada kategori rendah.
Komunikasi dengan lingkungan (keluarga, guru dan teman sebaya) masih relatif
rendah sedangkan untuk keterpaparan media massa sebagai sumber informasi
mengenai aborsi sendiri juga rata-rata masih kurang, data terbanyak pada media
televisi yaitu sebesar 77,2%. Pengetahuan tentang aborsi relatif tinggi, sikap
terhadap aborsi relatif sedang, dan untuk perilaku seksual pra-nikah relatif
beresiko rendah.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan kepada institusi pendidikan


terkait untuk menambah materi kesehatan reproduksi khususnya mengenai aborsi
dan bekerjasama dengan media massa dalam menyiarkan pembelajaran mengenai
aborsi dan bahayanya.. Perlu dilakukan kegiatan seperti diskusi atau tanya jawab
antar siswa maupun dengan para guru. Dan kepada orang tua hendaknya
meningkatkan komunikasi dengan anak untuk pemecahan suatu masalah anak
maupun berdiskusi mengenai abosi.

Kata kunci: Pengetahuan tentang aborsi, sikap terhadap aborsi, perilaku seksual
pra-nikah.

viii
ABSTRACT
Ihda Silvia
Program Studi Pendidikan Dokter
DESCRIPTION OF THE KNOWLEDGE, ATTITUDE AND STUDENT
BEHAVIOR ABOUT ABORTUS PROVOCATUS AT MAN MODEL
CIWARINGIN CIREBON IN 2011

The case of abortion is a social phenomenon that would not go there its solution.
Many of the perpetrators or the victims of abortion because of unplanned
pregnancies wan’t to happen among teenagers. From research conducted by
Sukmaningsih, in Jakarta found that a growing number of teenagers who become
pregnant outside of marriage. found that of 500 respondents of High School
(secondary school) students in Jakarta, about 4.2% of them argued that abortion
aborted.

This study aims to know the description of the knowledge, attitude and student
behavior about abortus provocatus at MAN Model Ciwaringin Cirebon in 2011.
Random sampling is a sampling technique which consisted of 106 people. The
study design was a descriptive study conducted by the method of data collection
in cross-sectional. The studied variables were knowledge about abortion, attitudes
towards abortion, sexual behaviour, as well as respondents charactreristic
variables include age, gender, ethnic culture, education of father, education of
mother, communication with the environment (family, teachers and peers) and
exposure to the media as a source of information.

The survey results showed that the age criteria as much as 58.5% of respondents
aged 17 years, with the number of female sex as much as 70.8% and men as much
as 29.2%. Most of the respondents came from suku sunda it showed 88.7%. Level
of education of the father and the mother's educational level showed a highest
percentage in the intermediate category, 49.1% for education of the mother and
47.2% for education of the father, but not much different from data in the low
category. Communication with the environment (family, teachers and peers) are
still relatively low, while for the mass media exposure as a source of information
about abortion is also the average is still relatively low, most of the data showed
the television media with 77.2%. Knowledge of abortion is relatively high, a
relatively moderate position on attitudes towards abortion and premarital sexual
behavior is relatively low risk.

Based on the results of these studies suggested to increase the educational


institutions related to reproductive health materials, especially regarding abortion
and working with broadcast media in learn more about abortion and the risks of
abortion. Need to do activities such as discussions or questions and answers
between students and with teachers. And the parents should improve
communication with children to solve problems and discuss about abortion.

Keywords: Knowledge of the abortion, attitudes toward abortion, premarital


sexual behavior.

ix
DAFTAR ISI

Halaman
JUDUL ............................................................................................... ....... ........... i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA......................... ...................ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................. ................. iii
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................. ............... iv
RIWAYAT HIDUP ........................................................................... ..................v
KATA PENGANTAR....................................................................... ..................vi
ABSTRAK ......................................................................................... ............... viii
ABSTRACK ...................................................................................... ..................ix
DAFTAR ISI...................................................................................... ….............. x
DAFTAR TABEL ............................................................................. …............. xi
DAFTAR GAMBAR......................................................................... …............ xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... .............. xiii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................. .................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................... .................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................... ..…………. 3
1.3 Tujuan ................................................................................. ..……….... 3
1.3.1 Tujuan Umum ........................................................... ..…………. 3
1.3.2 Tujuan Khusus .......................................................... …..………. 3
1.5 Manfaat Penelitian .............................................................. ………..…. 4
1.5.1 Manfaat Bagi Peneliti................................................ ……….….. 4
1.5.2 Manfaat Bagi Perguruan Tinggi................................ ………..…. 4
1.5.3 Manfaat Bagi Masyarakat ......................................... ………..…. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................... ………..…. 5


2.1. Abortus .............................................................................. ………..…. 5
2.1.1 Definisi Abortus ........................................................ ………..…. 5
2.1.2 Etiologi ..................................................................... …………... 6
2.1.3 Klasifikasi Abortus ................................................... …………... 7
2.1.4 Faktor Resiko Abortus .............................................. …………. 10
2.1.5 Komplikasi Abortus Secara Umum .......................... …………. 11
2.1.6 Akibat Abortus Provocatus Criminalis ..................... …………. 12
2.1.7 Alasan Untuk Melakukan Tindakan Abortus Pro-
vocatus ...................................................................... …............. 13
2.1.7.1 Abortus Provocatus Therapeuticus/Medisi-
nalis .............................................................. …………. 13
2.1.7.2 Abortus Provocatus Criminalis ..................... …………. 14
2.2 Aspek Hukum dan Medikolegal Abortus Provocatus......... …………. 15
2.3 Remaja................................................................................. …………. 19
2.3.1 Pengertian Remaja .................................................... …………. 19
2.3.2 Karakteristik Remaja................................................. …………. 19
2.3.3 Perkembangan Remaja.............................................. …………. 24
2.4 Kerangka Konsep ................................................................ …………. 27
2.5 Definisi Operasional ........................................................... …………. 27

x
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................... …………. 32
3.1 Desain Penelitian................................................................. …………. 32
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................. …………. 32
3.3 Populasi dan Sampel ........................................................... …………. 32
3.3.1 Populasi ..................................................................... …………. 32
3.3.2 Sampel....................................................................... …………. 32
3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi............................................... ............... 34
3.4.1 Kriteria Inklusi .......................................................... ............... 34
3.4.2 Kriteria Eksklusi ....................................................... ............... 34
3.4.3 Kriteria Pengeluaran atau drop out ........................... ............... 34
3.5 Cara Kerja Penelitian .......................................................... …………. 34
3.5.1 Pemilihan Subjek Penelitian ..................................... …………. 34
3.5.2 Pengumpulan Data .................................................... …………. 34
3.5.3 Flowchart Prosedur Penelitian.................................. …………. 36
3.6 Instrumen Penelitian ........................................................... …………. 36
3.7 Uji Validitas ........................................................................ …………. 37
3.8 Managemen Data ................................................................ …………. 38
3.9 Analisis Data ....................................................................... …………. 38
3.10 Etika Penelitian ................................................................. …………. 39
3.11 Biaya Penelitian ................................................................ …………. 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................... …………. 40


4.1 Keterbatasan Penelitian....................................................... …………. 40
4.2 Data Karakteristik Responden............................................. …………. 41
4.3 Data Pengetahuan Responden tentang Aborsi .................... …………. 46
4.4 Data Sikap Responden terhadap Aborsi.............................. …………. 48
4.5 Data Gambaran Perilaku Seksual Pra-nikah Responden .... …………. 50

BAB V SIMPULAN DAN SARAN................................................. …………. 53


5.1 Simpulan .............................................................................. …………. 53
5.2 Saran..................................................................................... …………. 54

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ …………. 55


LAMPIRAN....................................................................................... …………. 56

xi
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
Tabel 2.1 Hubungan Lama Kehamilan dengan Berat Anak...... …………... 5
Tabel 2.2 Definisi Operasional.................................................. …………... 27
Tabel 3.1 Instrumen Penelitian.................................................. ………....... 37
Tabel 4.1 Sebaran Responden Berdasarkan Umur………………………… 41
Tabel 4.2 Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin……………….. 42
Tabel 4.3 Sebaran Responden Berdasarkan Suku budaya………………… 42
Tabel 4.4 Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendi-
dikan Ayah………………………………………………..…….. 43
Tabel 4.5 Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendi-
dikan Ibu………………………………………………..……….. 43
Tabel 4.6 Sebaran Responden Berdasarkan Komunikasi Da-
lam Lingkungan………………………………………..….......... 44
Tabel 4.7 Sebaran Responden Berdasarkan Keterpaparan
Media Massa Sebagai Sumber Informasi tentang
Aborsi…………………………………………………..……….. 45
Tabel 4.8 Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pengeta-
huan tentang Aborsi……………………………...……………... 46
Tabel 4.9. Sebaran Responden Berdasarkan Jawaban terhadap
Pertanyaan Pengetahuan tentang Aborsi…...……………….…. 46
Tabel 4.10 Sebaran Responden Berdasarkan Sikap terhadap
Aborsi………………………………………...………………..... 48
Tabel 4.11. Sebaran Responden Berdasarkan Jawaban terhadap
Pernyataan Sikap tentang Aborsi………...……………………... 48
Tabel 4.12 Sebaran Responden Berdasarkan Pertanyaan tentang
Perilaku Seksual Pra-nikah Pada Remaja………………...……. 50
Tabel 4.13. Sebaran Responden Berdasarkan Jawaban terhadap
Pertanyaan tentang Perilaku seksual Pra-nikah de-
ngan lawan jenis……………………………………..……….... 51

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konsep……………………....………………… 27
Gambar 3.1 Flowchart Prosedur Penelitian………………………….... 36

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran
Lampiran 01 Kuesioner Penelitian
Lampiran 02 Hasil Uji Validasi Kuesioner
Lampiran 03 Surat Izin Penelitian dari Program Studi Pendidi-
kan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 04 Surat Keterangan telah melakukan penelitian dari
MAN Model Ciwaringin kab.Cirebon
Lampiran 05 Master Tabel Hasil Penelitian

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap tahunnya di dunia, berjuta-juta perempuan mengalami kehamilan
yang tidak direncanakan, dan sebagian besar dari perempuan tersebut memilih
untuk mengakhiri kehamilan mereka, walaupun dalam kenyataanya abortus
provocatus atau biasa dikenal dengan aborsi secara umum adalah illegal. Menurut
Glassman dari The Washington Post tahun 1996, jumlah kematian aborsi 10 kali
lebih banyak dari semua kecelakaan yang masih ditambah dengan kasus bunuh
diri maupun pembunuhan. WHO memperkirakan diseluruh dunia setiap tahun
terjadi sekitar 20 juta kejadian aborsi yang tidak aman (unsafe abortion).1 Sekitar
13% dari jumlah total kematian ibu di seluruh dunia diakibatkan oleh komplikasi
aborsi yang tidak aman. 95% (19 dari setiap 20 tindak aborsi tidak aman) di
antaranya terjadi di negara-negara berkembang.2
Profil pelaku aborsi di Amerika yang ditulis oleh Clowes didalam buku
“Facts Of Life” para wanita pelaku aborsi adalah wanita muda. Lebih separuh atau
57% wanita pelaku aborsi adalah mereka yang berusia dibawah 25 tahun. Bahkan
24% dari mereka adalah wanita remaja.3
Frekuensi terjadinya aborsi sangat sulit dihitung secara akurat,
karena aborsi buatan sangat sering terjadi tanpa dilaporkan, kecuali jika terjadi
komplikasi, sehingga perlu perawatan di Rumah Sakit. Walaupun bukti-bukti
yang dapat dipercaya tidak tersedia, estimasi nasional menyatakan setiap tahun
terjadi 2 juta kasus aborsi di Indonesia. Ini artinya terdapat 43 kasus aborsi per
100 kelahiran hidup (menurut hasil sensus penduduk tahun 2000, terdapat
53.783.717 perempuan usia 15-49 tahun) atau 37 kasus aborsi per tahun per 1.000
perempuan usia 15-49 tahun (berdasarkan Crude Birth Rate (CBR) sebesar 23 per
1.000 kelahiran hidup).4 Dan di Asia Tenggara kematian yang disebabkan karena
aborsi yang tidak aman adalah sebesar 14-16% dari semua kematian maternal.5
Upaya pencegahan terjadinya aborsi yang tidak aman adalah sangat penting bila
Indonesia ingin mencapai tujuan ke lima dari Millennium Development Goal

1
untuk memperbaiki kondisi kesehatan ibu dan menurunkan kematian masih
maternal.
Masa remaja merupakan masa terjadinya perubahan fisik, mental, maupun
psikososial yang sangat cepat dan berdampak pada berbagai aspek kehidupan
selanjutnya, pada perubahan fisik yang dialami remaja berhubungan dengan
produksi hormon seksual dan emosi, dimana pada titik awalnya remaja selalu
ingin mengetahui dan kecenderungan selalu ingin mencoba hal-hal baru, salah
satu masalahnya nanti adalah mengenai kesehatan reproduksi.6
Menurut Sukmaningsih, jumlah pelajar di Jakarta yang hamil diluar nikah
semakin banyak. Dari 500 pelajar Sekolah Menengah Umun (SMU) yang
dijadikan responden, sekitar 4,2%nya mengaku kandungannya digugurkan.
Wilayah Jakarta Timur menduduki peringkat pertama dalam kasus ini, yaitu
sekitar tujuh persen. Responden yang diambil rata-rata siswa yang baru menjalani
masa orientasi sekolah.7
MAN Model Ciwaringin merupakan salah satu Madrasah Aliyah di
Kabupaten Cirebon yang termasuk dalam kategori baik. Sekolah ini berada
didaerah yang banyak terdapat pesantren maupun institusi pendidikan yang
berbasis islam yang dalam hal ini memungkinkan para siswa mempunyai pondasi
agama yang cukup. Rentang usia pada sekolah ini berada pada usia 15-19 tahun
atau masih tergolong pada usia remaja. Pada usia ini, remaja sangat rentan atau
sensitif terhadap hal baru yang memungkinkan berpotensi terhadap terjadinya
berbagai permasalahan termasuk hubungan seks pra nikah yang berujung pada
tindakan aborsi.
Ketidaksiapan remaja dalam menghadapi perubahan dalam dirinya
termasuk diantaranya menerima dorongan seks yang mulai meningkat dan sulit
dikendalikan seringkali berhadapan dengan stimulus seks diluar lingkungan,
peningkatan dorongan seks pada usia remaja, kurang memadainya pengetahuan
remaja tentang proses kesehatan dan kesehatan reproduksi, karena tidak bisa lagi
dihindari meningkatnya remaja berhubungan seksual sebelum menikah
mengalami kehamilan yang tidak diinginkan dan melakukan aborsi.

2
Atas dasar-dasar hal-hal tersebut diatas, maka penelitian ini dilakukan
untuk melihat gambaran tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku siswa MAN
Model Ciwaringin Cirebon mengenai bahaya dilakukannya aborsi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan siswa MAN Model Ciwaringin
Cirebon mengenai bahaya dilakukannya abortus provocatus?
2. Bagaimana gambaran sikap siswa siswa MAN Model Ciwaringin Cirebon
mengenai bahaya dilakukannya abortus provocatus?
3. Bagaimana gambaran perilaku siswa MAN Model Ciwaringin Cirebon
mengenai bahaya dilakukannya abortus provocatus?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
1. Meningkatkan respon ketanggapan siswa MAN Model Ciwaringin
Cirebon mengenai isu abortus provocatus dan bahayanya.
2. Meningkatkan usaha promotif dan preventif terhadap penyakit
kesehatan reproduksi pada siswa MAN Model Ciwaringin Cirebon
mengenai bahaya dilakukannya abortus provocatus melalui
diketahuinya tingkat pengetahuan, sikap dan perilakunya terhadap
aborsi.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Diketahuinya gambaran tingkat pengetahuan mengenai abortus
provocatus pada siswa MAN Model Ciwaringin Cirebon mengenai
aborsi.
2. Diketahuinya gambaran sikap siswa siswa MAN Model Ciwaringin
Cirebon terhadap abortus provocatus.
3. Diketahuinya gambaran perilaku siswa MAN Model Ciwaringin
Cirebon terhadap abortus provocatus.

3
4. Sebagai syarat dalam menyelesaikan studi pendidikan dokter di
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat bagi peneliti :

1. Meningkatkan kemampuan dan pengalaman dalam melakukan


penelitian.

2. Sebagai media aplikasi ilmu dalam menentukan permasalahan di


masyarakat serta merumuskan permasalahan tersebut.

3. Mendapatkan informasi mengenai tingkat pengetahuan, sikap serta


perilaku siswa MAN Model Ciwaringin Cirebon terhadap abortus
provocatus.

1.4.2 Manfaat bagi perguruan tinggi :

1. Melaksanakan Tri Darma Perguruan Tinggi dalam melaksanakan


fungsi atau tugas perguruan tinggi sebagai lembaga yang
menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian
masyarakat.

2. Data awal bagi penelitian-penelitian selanjutnya atau intervensi


yang akan dilakukan.

1.4.3 Manfaat bagi masyarakat

1. Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat


terutama para orang tua murid MAN Model Ciwaringin Cirebon
tentang abortus provocatus sehingga masyarakat dapat memberikan
edukasi maupun informasi dengan tepat dan benar mengenai
aborsi.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ABORTUS

2.1.1. Definisi Abortus

Menurut Fact About Abortion, Info Kit on Women’s Health oleh Institute
for Social, Studies and Action, Maret 1991, dalam istilah kesehatan abortus
diartikan sebagai penghentian kehamilan setelah tertanamnya telur (ovum) yang
telah dibuahi dalam rahim (uterus), sebelum usia janin (fetus) mencapai 20
minggu.8

Sedangkan abortus menurut William adalah pengakhiran dengan


cara apapun sebelum janin cukup berkembang untuk dapat hidup diluar
kandungan.9 Berdasarkan kamus kedokteran dorland, aborsi adalah
pengeluaran hasil konsepsi secara prematur dari uterus dengan fetus yang
memiliki berat kurang dari 500 gram atau umur kehamilannya kurang dari
20 minggu (WHO: 22 minggu) pada saat dikeluarkan dari uterus, yang
mengakibatkan kematian janin. Apabila janin lahir selamat (hidup)
sebelum 38 minggu namun setelah 20 minggu, maka istilahnya
adalah kelahiran prematur.10

Menurut Sastrawinata (2001), lamanya kehamilan yang normal adalah 280


hari atau 40 minggu dihitung dari hari pertama haid yang terakhir. Kadang-kadang
kehamilan berakhir sebelum waktunya dan ada kalanya melebihi waktu yang
normal.11

Berakhirnya kehamilan menurut lamanya kehamilan berlangsung,


dapat dibagi sebagai berikut :

Tabel 2.1 Hubungan Lama Kehamilan dengan Berat Anak


Lamanya Berat Anak Istilah
Kehamilan

5
< 22 minggu < 500 gram Abortus
22 – 28 minggu 500 – 100 gram Partus Immaturus

28 – 37 minggu 1000 gram – 2500 gram Partus


praematurus
37 – 42 minggu 2500 gram – 4500 gram Partus a’terme
(matures)

> 42 minggu > 4500 gram Partus serotinus


Sumber : Bag. Obstetri & Ginekologi Unpad Bandung, 1981

Adapun batasan usia janin kala kehidupan menurut Badan


Kesehatan Dunia (WHO) dapat dibagi menjadi:

1. Abortus yaitu usia kehamilan kurang dari 20 minggu dan berat


janin kurang dari 1000 gram.

2. Immatur, yaitu usia kehamilan berkisar antara 20-28 minggu


dengan berat berkisar antara 1000-2500 gram.

3. Prematur adalah usia kehamilan berkisar antara 28-32 minggu


dengan berat antara 2500-3500 gram.

4. Matur, usia bayi 32 minggu.

5. Postmatur, usia bayi lebih dari 32 minggu.

2.1.2. Etiologi

Penyebab abortus (early pregnancy loss) bervariasi dan sering


diperdebatkan. Umumnya lebih dari satu penyebab. Penyebab terbanyak
diantaranya adalah sebagai berikut:12

 Faktor genetik. Translokasi parental keseimbangan genetik

o Mendelian

o Multifaktor

o Robertsonian

o Resiprokal

6
 Kelainan kongenital uterus

o Anomali duktus mulleri

o Septum uterus

o Uterus bikornis

o Inkompetensi serviks uteri

o Mioma uteri

o Sindroma Asherman

 Autoimun

o Aloimun

o Mediasi imunitas humoral

o Mediasi imunitas seluler

 Defek fase luteal

o Faktor endokrin eksternal

o Antibodi antitiroid hormon

o Sintesis LH yang tinggi

 Infeksi

 Hematologik

 Lingkungan

Usia kehamilan saat terjadinya abortus bisa memberi gambaran


tentang penyebabnya. Sebagai contoh, antiphospholipid syndrome (APS)
dan inkompetensi serviks sering terjadi setelah trimester pertama.12

2.1.3. Klasifikasi Abortus

Ada beberapa jenis abortus yang menurut ahli dibagi menjadi:

1. Abortus Spontan

7
Abortus yang terjadi begitu saja tanpa tindakan dalam
bentuk apapun atau kehamilan normal. Penyebab abortus ini
menurut William (1995) dapat terjadi akibat perkembangan janin
yang abnormal, dimana dapat diklasifikasikan menjadi
perkembangan janin dengan jumlah kromosom abnormal
(Aneuplodi) dan perkembangan dengan komponen kromosom yang
normal (Euploidi).9

Abortus spontanea merupakan abortus yang berlangsung


tanpa tindakan, dalam hal ini dibedakan sebagai berikut:

1. Abortus imminens, Peristiwa terjadinya perdarahan dari


uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil
konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa
adanya dilatasi serviks. Abortus imminen adalah
perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20
minggu, tanpa tanda-tanda dilatasi serviks yang
meningkat.13 Abortus imminen adalah pengeluaran
secret pervaginam yang tampak pada paruh pertama
kehamilan.9

2. Abortus insipiens, merupakan


peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang
meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.

3. Abortus inkompletus, merupakan pengeluaran sebagian


hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.

4. Abortus kompletus, merupakan pengeluaran seluruh


hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu

5. Missed Abortion atau keguguran tertunda, yaitu keadaan


dimana janin telah mati sebelum minggu ke-22 tetapi tertahan
di dalam rahim selama 2 bulan atau lebih setelah janin mati.

8
6.
Abortus Habitualis, Keguguran habitualis atau keguguran

berulang-ulang, yaitu keguguran yang telah berulang dan berturut-

turut terjadi, sekurang-kurangnya 3 kali berturut-turut.12

7. Abortus Infeksiosus, Abortus septik, Abortus Infeksiosus


ialah abortus yang disertai infeksi pada alat genitalia.
Sedangkan Abortus Septik ialah abortus yang disertai
penyebaran infeksi pada peredaran darah tubuh atau
peritneum (septikemia atau peritonitis).12

2. Abortus Provocatus

Abortus provokatus merupakan jenis abortus yang sengaja


dibuat/dilakukan, yaitu dengan cara menghentikan kehamilan sebelum janin
dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya bayi dianggap belum dapat
hidup diluar kandungan apabila usia kehamilan belum mencapai 28 minggu,
atau berat badan bayi kurang dari 1000 gram, walaupun terdapat beberapa
kasus bayi dengan berat dibawah 1000 gram dapat terus hidup.
Pengelompokan Abortus provokatus secara lebih spesifik:

- Abortus Provokatus Medisinalis/Artificialis/Therapeuticus, abortus


yang dilakukan dengan disertai indikasi medik. Di Indonesia yang dimaksud
dengan indikasi medik adalah demi menyelamatkan nyawa ibu. Syarat-
syaratnya:

1. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan


kewenangan untuk melakukannya (yaitu seorang dokter ahli kebidanan dan
penyakit kandungan) sesuai dengan tanggung jawab profesi.

2. Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis


lain, agama, hukum, psikologi).

3. Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau


keluarga terdekat.

9
4. Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/peralatan yang
memadai, yang ditunjuk oleh pemerintah.

5. Prosedur tidak dirahasiakan.

6. Dokumen medik harus lengkap.

2.1.4. Faktor Resiko Abortus

Adapun faktor resiko yang berhubungan dengan abortus, diantaranya :

a. Usia untuk kehamilan dan persalinan

Umur dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk
kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita
hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi
daripada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian
maternal meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun. Ibu-ibu yang terlalu muda
seringkali secara emosional dan fisik belum matang. Selain pendidikan pada
umumnya rendah, ibu yang masih muda masih tergantung pada orang lain.
Keguguran sebagian dilakukan dengan sengaja untuk menghilangkan kehamilan
remaja yang tidak dikehendaki. Keguguran sengaja yang dilakukan oleh tenaga
nonprofessional dapat menimbulkan akibat samping yang serius seperti tingginya
angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat
menimbulkan kemandulan. Abortus yang terjadi pada remaja terjadi karena
mereka belum matur dan mereka belum memiliki sistem transfer plasenta
seefisien wanita dewasa. Abortus dapat terjadi juga pada ibu yang tua meskipun
mereka telah berpengalaman, tetapi kondisi badannya serta kesehatannya sudah
mulai menurun sehingga dapat mempengaruhi janin intra uterine.12

b. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat

Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan pertumbuhan


janin kurang baik, persalinan lama dan perdarahan pada saat persalinan karena
keadaan rahim belum pulih dengan baik. Ibu yang melahirkan anak dengan jarak
yang sangat berdekatan (di bawah dua tahun) akan mengalami peningkatan resiko
terhadap terjadinya perdarahan pada trimester III, termasuk karena alasan plasenta

10
previa, anemia dan ketuban pecah dini serta dapat melahirkan bayi dengan berat
lahir rendah.12

c. Paritas ibu

Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin


dan perdarahan saat persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah.
Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal.
Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal
lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Risiko pada
paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan risiko
pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana.
Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan.12

d. Riwayat Kehamilan yang lalu

Menurut Malpas dan Eastman kemungkinan terjadinya abortus lagi


pada seorang wanita ialah 73% dan 83,6%. Sedangkan, Warton dan Fraser dan
Llewellyn - Jones memberi prognosis yang lebih baik, yaitu 25,9% dan 39%.12

2.1.5 Komplikasi Abortus secara umum

Komplikasi medis yang dapat timbul :

1. Perdarahan

2. Perforasi

3. Luka pada serviks uteri

4. Perlekatan pada kavum uteri

5. Syok

6. Infeksi

Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak diindahkan, maka bahaya


infeksi sangat besar. Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke seluruh
peredaran darah, sehingga menyebabkan kematian. Bahaya lain yang ditimbulkan

11
abortus kriminalis antara lain infeksi pada saluran telur. Akibatnya, sangat
mungkin tidak bisa terjadi kehamilan lagi.

2.1.6. Akibat Abortus Provokatus Kriminalis

Secara umum, alasan seseorang melakukan tindakan abortus yang


disengaja adalah tidak menginginkan kehadiran bayi yang akan lahir
berada dalam keluarga. Williams (1995) mengatakan banyak hal yang
ditimbulkan akibat perilaku aborsi, seperti:

a. Akibat Abortus Elektif


Resiko relatif kematian sebagai akibat abortus, berlipat dua
kurang lebih setiap penundaan 2 minggu setelah kehamilan 8 minggu,
untuk hal tersebut induksi aborsi harus dipertimbangkan dan wanita
yang dipilih sebagai subjek harus wanita primigravida, karena wanita
yang pernah melahirkan akan memperlihatkan penurunan resiko
komplikasi pada kehamilan berikutnya, data resiko abortus dapat
disimpulkan sebagai berikut:

1) Fertilitas: resiko terjadinya infeksi panggul yang kecil setelah


pengakhiran pada kehamilan.

2) Aspirasi vakum: mengakibatkan peningkatan risiko pada


kehamilan ektopik berikutnya.

3) Kehamilan ektopik: tidak meningkatkan insiden jika


pengakhiran pertama dilakukan dengan aspirasi vakum, kecuali
pada wanita yang sebelumnya menderita infeksi Chlamydia
trachomatis atau pada wanita yang mengalami infeksi post-
abortus.

4) Abortus elektif multipel: dapat meningkatkan resiko kehamilan


berikutnya. Pada tindakan ini berakibat ke arah insiden
persalinan prematur dan persalinan bayi berat badan rendah.

5) Plasenta previa: meningkatnya insiden setelah tindakan abortus


elektif.

12
6) Abortus yang diinduksi pada kehamilan mid-trimester. Hal ini
akan mengandung resiko kehamilan berikutnya apabila
digunakan tehnik injeksi.

7) Risiko kesehatan mental

Gejala ini dikenal dengan Post Abortion Syndrome (Sindrom


Paska Aborsi) berdasarkan Psychological Reactions Reported
After Abortion, gejala tersebut seperti kehilangan harga diri,
berteriak histeris, mimpi berkali-kali mengenai bayi, ingin
melakukan bunuh diri, mencoba menggunakan obat-obatan
terlarang, tidak bisa lagi menikmati hubungan seksual serta
dipenuhi rasa bersalah.9

a. Akibat Abortus Septik


Komplikasi serius pada tindakan abortus paling sering, hal
ini dapat berakibat pada perdarahan yang berat, sepsis, syok
bakterialis dan gagal ginjal akut, semuanya juga pernah terjadi
pada aborsi yang legal namun dengan frekuensi yang jauh lebih
rendah.9

2.1.7. Alasan untuk melakukan tindakan Abortus Provokatus

2.1.7.1. Abortus Provocatus Therapeuticus / Medisinalis

 Abortus yang mengancam (threatened abortion) disertai dengan


perdarahan yang terus menerus, atau jika janin telah meninggal (missed
abortion).
 Mola Hidatidosa atau hidramnion akut.
 Infeksi uterus akibat tindakan abortus kriminalis.
 Penyakit keganasan pada saluran jalan lahir, misalnya kanker serviks
atau jika dengan adanya kehamilan akan menghalangi pengobatan untuk
penyakit keganasan lainnya pada tubuh seperti kanker payudara.
 Prolaps uterus gravid yang tidak bisa diatasi.
 Telah berulang kali mengalami operasi caesar.

13
 Penyakit-penyakit dari ibu yang sedang mengandung, misalnya penyakit
jantung organik dengan kegagalan jantung, hipertensi, nephritis,
tuberkulosis paru aktif, toksemia gravidarum yang berat.
 Penyakit-penyakit metabolik, misalnya diabetes yang tidak terkontrol
yang disertai komplikasi vaskuler, hipertiroid, dan lain-lain.
 Epilepsi, sklerosis yang luas dan berat.
 Hiperemesis gravidarum yang berat, dan chorea gravidarum.
 Gangguan jiwa, disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri. Pada
kasus seperti ini, sebelum melakukan tindakan abortus harus
dikonsultasikan dengan psikiater.

2.1.7.2. Abortus Provocatus Kriminalis

Berdasarkan laporan Tim Studi Kedokteran FSI-SMFKUI 13


oktober 2001, alasan seseorang melakukan tindakan abortus
provocatus adalah:

1. Hamil diluar nikah

Kehamilan yang terjadi berada diluar nikah banyak terjadi oleh


para remaja dimana terjadi hubungan seksual sebelum menikah,
akibat hubungan tersebut terjadi kehamilan yang tidak diinginkan
oleh para remaja, maka salah satu pencegahan kehamilan
dilakukan dengan sistem abortus provocatus.

2. Pernikahan yang tidak kokoh seperti yang diharapkan

Hubungan rumah tangga yang tidak harmonis antara pasangan


suami isteri yang berjalan sebagaimana yang diharapkan terjadi
kehamilan, maka untuk mencegah hal tersebut dilakukan abortus
provocatus.

3. Telah cukup anak dan tidak mungkin membesarkan seorang anak


lagi

Jumlah anak yang dilahirkan dirasa cukup dan kehadiran anak


yang baru dirasa oleh keluarga tidak mampu lagi membesarkannya,

14
maka untuk pencegahan kelahiran anak yang baru dilakukan
abortus provocatus.

4. Janin mempunyai efek yang berat

Janin yang berada dalam kandungan ibu hamil mempunyai efek


yang tidak baik seperti mempunyai penyakit atau akan
mempengaruhi kelangsungan hidup ibu yang hamil sehingga bayi
yang berada dalam kandungan harus dilakukan abortus provocatus.

5. Ayah dari anak yang dikandung bukan suami yang syah

Anak yang berada dalam kandungan berasal bukan dari janin


suami yang syah, hal ini dapat diakibatkan oleh pergaulan seksual
yang berhubungan dengan lebih dari satu laki-laki, akibatnya janin
yang berada dalam kandungan harus di lakukan abortus
provocatus.

6. Korban perkosaan

Terjadinya kehamilan dilakukan dengan perkosaan sehingga


kehamilan akan mendatangkan aib bagi keluarga, untuk
pencegahan adanya anak dari perkosaan dilakukan abortus
provocatus.

7. Ibu menderita penyakit berat

Ibu yang hamil berada dalam kondisi penyakitan, sehingga


kehamilan yang terjadi tidak mungkin untuk dilanjutkan. Akibat
terjadinya kehamilan akan mengakibatkan kematian ibu,langkah
pencegahan kehamilan tersebut dilakukan dengan abortus
provocatus.

2.2 Aspek Hukum dan Medikolegal Abortus Provocatus

Abortus telah dilakukan oleh manusia selama berabad-abad, tetapi


selama itu belum ada undang-undang yang mengatur mengenai tindakan abortus.
Peraturan mengenai hal ini pertama kali dikeluarkan pada tahun 4 M di mana telah
ada larangan untuk melakukan abortus. Sejak itu maka undang-undang mengenai

15
abortus terus mengalami perbaikan, apalagi dalam tahun-tahun terakhir ini di
mana mulai timbul suatu revolusi dalam sikap masyarakat dan pemerintah di
berbagai negara di dunia terhadap tindakan abortus. Hukum abortus di berbagai
negara dapat digolongkan dalam beberapa kategori sebagai berikut:

• Hukum yang tanpa pengecualian melarang abortus, seperti di Belanda.

• Hukum yang memperbolehkan abortus demi keselamatan kehidupan


penderita (ibu), seperti di Perancis dan Pakistan.

• Hukum yang memperbolehkan abortus atas indikasi medik, seperti di


Kanada, Muangthai dan Swiss.

• Hukum yang memperbolehkan abortus atas indikasi sosio-medik, seperti


di Eslandia, Swedia, Inggris, Scandinavia, dan India.

• Hukum yang memperbolehkan abortus atas indikasi sosial, seperti di


Jepang, Polandia, dan Yugoslavia.

• Hukum yang memperbolehkan abortus atas permintaan tanpa


memperhatikan indikasi-indikasi lainnya (Abortion on requst atau Abortion
on demand), seperti di Bulgaris, Hongaria, USSR, Singapura.

• Hukum yang memperbolehkan abortus atas indikasi eugenistis (abortus


boleh dilakukan bila fetus yang akan lahir menderita cacat yang serius)
misalnya di India

• Hukum yang memperbolehkan abortus atas indikasi humanitarian


(misalnya bila hamil akibat perkosaan) seperti di Jepang

Negara-negara yang mengadakan perubahan dalam hukum abortus


pada umumnya mengemukakan salah satu alasan/tujuan seperti yang
tersebut di bawah ini:

• Untuk memberikan perlindungan hukum pada para medisi yang


melakukan abortus atas indikasi medik.

• Untuk mencegah atau mengurangi terjadinya abortus provocatus


criminalis.

• Untuk mengendalikan laju pertambahan penduduk.

16
• Untuk melindungi hal wanita dalam menentukan sendiri nasib
kandungannnya.

• Untuk memenuhi desakan masyarakat.

Di Indonesia, baik menurut pandangan agama, Undang-Undang


Negara, maupun Etik Kedokteran, seorang dokter tidak diperbolehkan untuk
melakukan tindakan pengguguran kandungan (abortus provokatus). Bahkan sejak
awal seseorang yang akan menjalani profesi dokter secara resmi disumpah dengan
Sumpah Dokter Indonesia yang didasarkan atas Deklarasi Jenewa yang isinya
menyempurnakan Sumpah Hippokrates, di mana ia akan menyatakan diri untuk
menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan.

Dari aspek etika, Ikatan Dokter Indonesia telah merumuskannya


dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia mengenai kewajiban umum, (pasal7d)
Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup
makhluk insani.

Pada pelaksanaannya, apabila ada dokter yang melakukan


pelanggaran, maka penegakan implementasi etik akan dilakukan secara berjenjang
dimulai dari panitia etik di masing-masing RS hingga Majelis Kehormatan Etika
Kedokteran (MKEK). Sanksi tertinggi dari pelanggaran etik ini berupa
"pengucilan" anggota dari profesi tersebut dari kelompoknya. Sanksi administratif
tertinggi adalah pemecatan anggota profesi dari komunitasnya.

Ditinjau dari aspek hukum, pelarangan abortus justru tidak bersifat


mutlak. Abortus atas indikasi medik ini diatur dalam Undang Undang Republik
Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Reproduksi.

Pasal 75
(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan
berdasarkan:
a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik
yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit

17
genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki
sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau
b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis
bagi korban perkosaan.
(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah
melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan
konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan
berwenang.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan media dan perkosaan,
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.

Pasal 76
Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan:
a. sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama
haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis;
b. oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang
memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri;
c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
d. dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan
e. penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh
Menteri.

Pasal 77
Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang tidak bermutu, tidak aman,
dan tidak bertanggung jawab serta bertentangan dengan norma agama dan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

18
2.3 Remaja

2.3.1 Pengertian remaja


Masa remaja adalah masa yang menunjukkan masa peralihan dari masa
kanak-kanak menuju ke masa selanjutnya yaitu masa dewasa. Pada masa remaja
ini terjadi perkembangan-perkembangan seperti perkembangan fisik, psikologis,
sosial, dan secara moral. Menurut Hall (1994: 478), masa remaja merupakan masa
topan badai, di mana pada masa tersebut timbul gejolak dalam diri akibat
pertentangan nilai-nilai akibat kebudayaan yang makin modern.14 Batasan usia
untuk remaja (adolescence) menurut Hall antar usia 12-25 tahun.15
Menurut Monks, remaja adalah suatu masa peralihan antara masa remaja
dan masa dewasa. Fase masa remaja secara global berlangsung natara usia 12-21
tahun, dengan pembagian 12-15 tahun: masa remaja awal, 15-18 tahun masa
remaja pertengahan, 18-21 tahun masa remaja akhir.16
Batasan usia remaja menurut WHO adalah 10-20 tahun, hal ini di dasarkan
atas kesehatan remaja yang mana kehamilan pada usia-usia tersebut memang
mempunyai resiko yang lebih tinggi daripada kehamilan dalam usia-usia
diatasnya.17
Selanjutnya yang dimaksud dengan remaja adalah individu yang sedang
mengalami masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang dalam
rentangannya terjadi perubahan-perubahan dan perkembangan pada aspek fisik,
psikologis, kognisi, dan sosialnya. Sedangkan, rentang usia pada masa remaja
tersebut adalah antara 12-21 tahun.
2.3.2 Karakteristik remaja
Hurlock (207-209) berpendapat, bahwa semua periode yang penting
selama masa kehidupan mempunyai karakteristiknya sendiri. Begitupun masa
remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode masa
kanak-kanak dan dewasa.17 Ciri-ciri tersebut antara lain :
1). Masa remaja sebagai periode yang penting
Masa remaja dipandang sebagai periode yang penting daripada periode
lain karena akibatnya yang langsung terhadap sikap dan perilaku, serta akibat-
akibat jangka panjangnya. Misalnya saja, perkembangan biologis menyebabkan
timbulnya perubahan-perubahan tertentu, baik yang bersifat fisiologis yang cepat

19
dan disertai percepatan perkembangan mental yang cepat, terutama pada masa
remaja awal. Semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian
mental dan perlunya membentuk sikap, nilai, dan minat baru.19
Minat baru yang dominan muncul pada masa remaja adalah minatnya
terhadap seks. Pada masa remaja ini mereka berusaha melepaskan ikatan-ikatan
afektif lama dengan orang tua. Remaja lalu berusaha membangun relasi-relasi
afektif yang baru dan yang lebih matang dengan lawan jenis dan dalam
memainkan peran yang lebih tepat dengan seksnya. Dorongan untuk melakukan
ini datang dari tekanantekanan sosial akan tetapi terutama dari minat remaja pada
seks dan keingintahuannya tentang seks.19
Karena meningkatnya minat pada seks inilah, maka remaja berusaha
mencari lebih banyak informasi mengenai seks. Tidak jarang, karena dorongan
fisiologis ini juga, remaja mengadakan percobaan dengan jalan masturbasi,
bercumbu, atau bersenggama.19
2) Masa remaja sebagai periode peralihan
Artinya, apa yang sudah terjadi pada masa sebelumnya akan menimbulkan
bekasnya pada apa yang terjadi pada masa sekarang dan apa yang akan terjadi di
masa yang akan datang. Anak-anak yang beralih dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa haruslah meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan dan
harus mempelajari pola perilaku dan sikap baru untuk menggantikan perilaku dan
sikapnya pada masa yang sudah ditinggalkan. Meskipun disadari bahwa apa yang
telah terjadi akan meninggalkan bekasnya dan akan mempengaruhi pola perilaku
dan sikap baru. Pada masa peralihan ini remaja bukan lagi seorang anak-anak dan
juga bukan orang dewasa. Namun, status remaja yang tidak jelas ini
menguntungkan karena status ini memberi waktu kepada remaja untuk mencoba
gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang
paling sesuai bagi dirinya.19
3) Masa remaja sebagai periode perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja
beriringan dengan tingkat perubahan fisik. Pada awal masa remaja, ketika
perubahan terjadi dengan pesat maka perubahan perilaku dan sikap juga

20
berlangsung cepat. Begitu pula jika perubahan fisik menurun maka perubahan
sikap dan perilaku menurun juga. Perubahan itu adalah :
a. Meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan
fisik dan psikologis yang terjadi
b. Perubahan tubuh, minat, dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial
untuk dipesankan menimbulkan masalah. Remaja akan tetap ditimbuni
masalah, sampai ia sendiri menyelesaikannya menurut kepuasannya.
c. Perubahan minat dan pola perilaku menyebabkan nilai-nilai juga berubah.
Misalnya, sebagian besar remaja tidak lagi menganggap bahwa banyak
teman merupakan petunjuk popularitas, mereka mulai mengerti bahwa
kualitas pertemanan lebih penting daripada kuantitas teman.
d. Remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Mereka
menginginkan dan menuntut kebebasan, namun mereka belum berani untuk
bertanggung jawab akan akibat perbuatan mereka dan meragukan
kemampuan mereka sendiri untuk dapat mengatasi tanggung jawab
tersebut.19
4) Masa remaja sebagai usia bermasalah
Masa remaja dikatakan sebagai usia bermasalah karena sepanjang masa
kanak-kanak sebagian permasalahan anak-anak diselesaikan oleh guru atau orang
tua mereka, sehingga pada masa remaja mereka tidak cukup berpengalaman dalam
menyelesaikan masalah. Namun, pada masa remaja mereka merasa ingin mandiri,
sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua
dan gurugurunya sampai pada akhirnya remaja itu menemukan bahwa
penyelesaian masalahnya tidak selalu sesuai dengan harapan mereka.19
5) Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Pada akhir masa kanak-kanak sampai pada awal masa remaja, penyesuaian
diri dengan standar kelompok jauh lebih penting bagi anak yang lebih besar
daripada individualitas. Namun, pada masa remaja mereka mulai mendambakan
identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan teman-temannya
dalam segala hal.19
6) Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan

21
Stereotip populer pada masa remaja mempengaruhi konsep diri dan sikap
remaja terhadap dirinya sendiri, dan ini menimbulkan ketakutan pada remaja.
Remaja takut bila tidak dapat memenuhi tuntutan masyarakat dan orang tuanya
sendiri. Hal ini menimbulkan pertentangan dengan orang tua sehingga membuat
jarak bagi anak untuk meminta bantuan kepada orang tua guna mengatasi berbagai
masalahnya.19
7) Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik
Remaja cenderung melihat dirinya sendiri dan orang lain seperti yang
mereka inginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam hal cita-cita. Cita-
cita yang tidak realistik ini tidak saja untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk orang
lain disekitarnya (keluarga dan temantemannya) yang akhirnya menyebabkan
meningginya emosi. Kemarahan, rasa sakit hati, dan perasaan kecewa ini akan
lebih mendalam lagi jika ia tidak berhasil mencapai tujuan yang ditetapkannya
sendiri.19
8) Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Meskipun belumlah cukup, remaja yang sudah pada ambang remaja ini
mulai berpakaian dan bertindak seperti orang-orang dewasa. Remaja mulai
memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa, yaitu
merokok, minum minuman keras, menggunakan obatobatan terlarang, dan terlibat
dalam perbuatan seks dengan harapan bahwa perbuatan ini akan memberikan citra
yang mereka inginkan.19

Persoalan remaja yang sering muncul karena karakteristik remaja sendiri


menurut Santrock, 2002, antara lain adalah:18
1) Penyalahgunaan obat-obatan terlarang.
Remaja menggunakan obatobatan terlarang sebagai suatu cara
untuk mengatasi stres. Tampak bahwa hal ini dipengaruhi oleh kurangnya
keterampilan menghadapi masalah secara kompeten dan pengambilan
keputusan yang kurang bertanggungjawab. Remaja seringkali memasuki
peran orang dewasa seperti dalam pernikahan dan pekerjaan secara
prematur, tanpa perkembangan sosio-emosional yang memadai, sehingga

22
lebih berpeluang untuk mengalami kegagalan dalam peran-peran orang
dewasa.
2) Kenakalan remaja.
Ini kebanyakan disebabkan oleh karena remaja mempunyai
identitas negatif, pengendalian diri rendah, harapanharapan bagi
pendidikan yang rendah, komitmen yang rendah, prestasi yang rendah
pada kelas-kelas awal, pengaruh teman sebaya yang tidak dapat ditolak
dan mempunyai pengaruh yang berat, kurangnya pemantauan, dukungan,
dan disiplin yang tidak efektif dari orang tua, serta kualitas lingkungan
dengan tingginya kejahatan.
3) Kehamilan pada remaja.
Kurangnya keterbukaan dan pendidikan tentang reproduksi sehat
serta anggapan remaja bahwa orang tua mereka tidak akan memahami
mereka, menyebabkan semua keingintahuan mereka terhadap seks
disembunyikan. Keingintahuan ini malah dibagi dan dicoba-coba dengan
teman-teman yang samasama tidak tahu tentang pendidikan seks dengan
dalih kemandirian.
4) Bunuh diri pada remaja.
Umumnya bunuh diri dikaitkan dengan dengan faktor-faktor saat
ini yang menegangkan, seperti: kehilangan pacar, nilai rapor yang rendah,
atau kehamilan yang tidak diinginkan.
5) Gangguan-gangguan makan.
Anoreksia nervosa dan bulimia terutama menimpa perempuan
selama masa remaja dan awal dewasa. Sebab47 sebabnya meliputi faktor-
faktor sosial, psikologis, dan fisiologis. Faktor sosial yang mendorong
adalah tren tubuh kurus yang digemari akhir-akhir ini. Faktor psikologis
meliputi motivasi untuk menarik perhatian lawan jenis, keinginan akan
individualitas, penolakan seksualitas, dan cara mengatasi kekangan orang
tua. Penderita gangguan makan ini biasanya memiliki keluarga yang
memberi tuntutan yang tinggi bagi mereka untuk berprestasi.
Ketidakmampuan memenuhi standar orang tua ini menyebabkan mereka
tidak mampu mengendalikan kehidupan mereka sendiri.

23
2.3.3 Perkembangan pada masa remaja
Periode yang disebut masa remaja akan dialami oleh semua individu. Awal
timbulnya masa remaja ini dapat melibatkan perubahan-perubahan yang
mendadak dalam tuntutan dan harapan sosial atau sekedar peralihan bertahap dari
peranan sebelumnya. Meskipun bervariasi, satu aspek remaja bersifat universal
dan memisahkannya dari tahap-tahap perkembangan sebelumnya.
1) Perkembangan fisik
Perkembangan fisik remaja didahului dengan perubahan pubertas.
Pubertas ialah suatu periode di mana kematangan kerangka dan seksual terjadi
secara pesat terutama pada awal masa remaja. Empat perubahan yang paling
menonjol pada perempuan ialah menarche, pertambahan tinggi badan yang cepat,
pertumbuhan buah dada, dan pertumbuhan rambut kemaluan; sedangkan empat
perubahan tubuh yang paling menonjol pada laki-laki adalah pertumbuhan tinggi
badan yang cepat, pertumbuhan penis, pertumbuhan testis, dan pertumbuhan
rambut kemaluan.20
Freud Santrock (2002: 288), dengan teori psikoanalisisnya
menggambarkan superego sebagai salah satu dari tiga struktur utama kepribadian,
yang dua lainnya adalah id dan ego. Dalam teori psikoanalisis-klasik Freud,
superego pada masa anak-anak sebagai cabang kepribadian, berkembang ketika
anak mengatasi konflik oedipus dan mengidentifikasi diri dengan orang tua yang
berjenis kelamin sama karena ketakutan akan kehilangan kasih sayang orang tua
dan ketakutan akan dihukum karena keinginan seksual mereka yang tidak dapat
diterima itu terhadap orang tua yang berbeda jenis kelamin pada tahun-tahun awal
masa kanak-kanak. Karena mengidentifikasikan diri dengan orang tua yang sama
jenis, anak-anak menginternalisasikan standar-standar benar dan salah orang tua
yang mencerminkan larangan masyarakat. Selanjutnya anak mengalihkan
permusuhan ke dalam yang sebelumnya ditujukan secara eksternal kepada orang
tua berjenis kelamin sama. Permusuhan yang mengarah ke dalam ini sekarang
dirasakan sebagai suatu kesalahan yang patut dihukum, yang dialami secara tidak
sadar (di luar kesadaran anak). Dalam catatan perkembangan moral psikoanalisis,
penghukuman diri sendiri atas suatu kesalahan bertanggung jawab untuk

24
mencegah anak dari melakukan pelanggaran. Yaitu anak-anak menyesuaikan diri
dengan standar-standar masyarakat untuk menghindari rasa bersalah.20
2) Perkembangan psikis
Perkembangan remaja secara psikologis yang dimaksud di sini meliputi
perkembangan minat, moral, dan citra diri. Tidak seperti masa kanak-kanak yang
pertumbuhan fisiknya berlangsung perlahan dan teratur, remaja awal yang tumbuh
pesat pada waktu-waktu tertentu cenderung merasa asing terhadap diri mereka
sendiri. Mereka disibukkan dengan tubuh mereka dan mengembangkan citra
individual mengenai gambaran tubuh mereka. Dibutuhkan waktu untuk
mengintegrasikan perubahan dramatis ini menjadi perasaan memiliki identitas diri
yang mapan dan penuh percaya diri. Perempuan pasca-menarche cenderung agak
lebih mudah tersinggung dan mempunyai perasaan negatif, seperti
ketidakberaturan suasana hati, iritabilitas, dan depresi sebelum menstruasi atau
sewaktu menstruasi. Remaja pria merasa punya dorongan seksual yang lebih besar
setelah pubertas, namun karena ini pula mereka merasa khawatir atau malu jika
tidak dapat mengendalikan respon atas dorongan seksual.16
Perkembangan biologis di atas menyebabkan timbulnya
perubahanperubahan tertentu, baik bersifat fisiologis maupun psikologis. Secara
psikologis perkembangan tersebut menyebabkan anak remaja dihadapkan pada
banyak masalah baru dan kesulitan yang kompleks. Diantaranya, anak muda
belajar berdiri sendiri dalam suasana kebebasan, ia berusaha melepaskan diri dari
ikatan-ikatan lama dengan orang tua dan obyek-obyek cintanya, lalu ia berusaha
membangun perasaan atau afeksi baru karena menemukan identifikasi dengan
obyek-obyek baru yang dianggap lebih bernilai atau lebih berarti daripada obyek
yang lama. Anak remaja ini kemudian mulai memekarkan sikap hidup kritis
terhadap dunia sekitar, yang didukung oleh kemantapan kehidupan batinnya.
Remaja berusaha keras melakukan adaptasi terhadap tuntunan lingkungan
hidupnya, penilaian yang amat tinggi terhadap orang tua kini makin berkurang,
dan digantikan dengan respek terhadap pribadi-pribadi lain yang dianggap lebih
memenuhi kriteria afektif-intelektual remaja sendiri. Contohnya adalah pribadi-
pribadi ideal berwujud seorang guru atau pemimpin.
3) Perkembangan kognisi

25
Kemampuan kognitif pada masa remaja berkembang secara kuantitatif dan
kualititatif. Kuantitatif artinya bahwa remaja mampu menyelesaikan tugas-tugas
intelektual dengan lebih mudah, lebih cepat dan efisien dibanding ketika masih
kanak-kanak. Dikatakan kualitatif dalam arti bahwa perubahan yang bermakna
juga terjadi dalam proses mental dasar yang digunakan untuk mendefinisikan dan
menalar permasalahan.16
Pemikiran remaja yang sedang berkembang semakin abstrak, logis dan
idealistis. Remaja menjadi lebih mampu menguji pemikiran diri sendiri,
pemikiran orang lain, dan apa yang orang lain pikirkan tentang diri mereka, serta
cenderung menginterpretasikan dan memantau dunia sosial.20
4) Perkembangan sosial
Salah satu tugas perkembangan yang tersulit pada masa remaja adalah
yang berhubungan dengan penyesuaian sosial. Untuk menjadi dewasa dan tidak
hanya dewasa secara fisik, remaja secara bertahap harus memperoleh kebebasan
dari orang tua, menyesuaikan dengan pematangan seksual, dan membina
hubungan kerjasama yang dapat dilaksanakan dengan teman-teman sebayanya.
Dalam proses ini remaja secara bertahap mengembangkan suatu filsafat kehidupan
dan pengertian akan identitas diri.16
Pada masa ini remaja cenderung menghabiskan waktu di luar rumah dan
lebih bergantung pada teman-temannya. Teman sebaya mempunyai pengaruh
yang besar terhadap sikap, minat, penampilan, dan tingkah laku remaja
dibandingkan dengan pengaruh keluarga. Semua perubahan yang terjadi dalam
sikap dan perilaku sosial, yang paling menonjol terjadi di bidang hubungan
heteroseksual. Dalam waktu yang singkat remaja mengalami perubahan yang
bertolak belakang dari masa kanak-kanak, yaitu dari tidak menyukai lawan jenis
sebagai teman menjadi lebih menyukai teman dari lawan jenisnya. Kegiatan
dengan sesama jenis ataupun dengan lawan jenis biasanya akan mencapai
puncaknya selama tahun-tahun tingkat sekolah menengah atas.1

26
2.4 Kerangka Konsep

Karakteristik siswa:
 Usia Pengetahuan tentang
aborsi
 Jenis kelamin
 Suku budaya
 Pendidikan ayah
 Pendidikan ibu

Sikap terhadap aborsi

Lingkungan sosial:
 Komunikasi
dengan keluarga,
guru dan teman
sebaya Perilaku terhadap
 Keterpaparan aborsi
media massa

2.5 Definisi Operasional


Tabel. 2.2 Definisi Operasional
Variabel Definisi Alat Ukur Kategori Skala
dan cara ukur
Usia Pengakuan usia Wawancara 16 – 18 tahun Ordinal
responden pada saat dengan
mengisi kuesioner menggunakan
dalam tahun (tahun kuesioner
genap).
Jenis Karakteristik Wawancara 1. Laki-laki Nomina
kelamin biologis responden dengan 2. Perempuan l
yang dilihat dari menggunakan
penampilan luar. kuesioner
Suku Perkumpulan orang Wawancara 1. Sunda Nomina
yang memiliki latar dengan 2. Jawa l
belakang budaya, menggunakan 3. Batak
bahasa, kebiasaan, kuesioner 4. Minang
gaya hidup, dan ciri- 5. Lain-lain

27
ciri fisik yang sama.
Pendidikan Pernyataan Wawancara 1. Rendah : Ordinal
Ayah responden tentang dengan tidak pernah
pendidikan formal menggunakan sekolah,
terakhir dari ayah kuesioner tamat/ tidak
responden yang telah tamat SD dan
ditamatkan. yang
sederajat.
2. Sedang :
tamat/ tidak
tamat SMP
dan yang
sederajat dan
tamat/ tidak
tamat SMU
dan yang
sederajat.
3. Tinggi :
tamat/ tidak
tamat
perguruan
tinggi

Pendidikan Pernyataan Wawancara 1. Rendah : Ordinal


Ibu responden tentang dengan tidak pernah
pendidikan formal menggunakan sekolah,
terakhir dari ibu kuesioner tamat/ tidak
responden yang telah tamat SD dan
ditamatkan. yang
sederajat.
2. Sedang :
tamat/ tidak

28
tamat SMP
dan yang
sederajat dan
tamat/ tidak
tamat SMU
dan yang
sederajat.
3. Tinggi :
tamat/ tidak
tamat
perguruan
tinggi

Komunikasi Pernyataan Wawancara 1.Pernah Ordinal


dengan responden tentan dengan 2.Tidak
keluarga, pernah atau tidaknya menggunakan Pernah
guru dan dalam 6 bulan kuesioner
teman terakhir ini
sebaya berdiskusi tentang
aborsi dengan
anggota keluarga,
guru dan teman
dekat responden
Keterpapara Pernyataan Wawancara 1.Pernah Ordinal
n dengan responden tentan dengan 2.Tidak
media pernah atau tidaknya menggunakan Pernah
massa dalam 6 bulan kuesioner
terakhir ini
mendapatkan
informai mengenai
aborsi dari media
massa seperti koran,

29
majalah, buku, tv,
radio dan internet.
Pengetahua Tahu/tidaknya Wawancara Total skor : 9 Ordinal
1. Rendah :
n tentang responden tentang 9 dengan
jika jawaban
Abortus pertanyaan yang menggunakan yang benar <
60%
Provocatus diajukan yang terkait kuesioner
(total skor <
dengan aborsi yaitu: 5)
2. Sedang :
pengertian, jenis
jika jawaban
aborsi, penyebab, yag benar
antara 60-
akibat dan aspek
80% (total
hukum skor 5-6)
3. Tinggi :
Pengetahuan yang
jika jawaban
diajukan di dalam yang benar >
80%
angket penilaian dari
(total skor >
setiap jawaban benar 6)
adalah 1, jawaban
salah adalah 0
Sikap Pernyataan Wawancara Total skor : Ordinal
24
terhadap responden tentang dengan
1. Kurang :
Abortus derajat setuju dan menggunakan jika jawaban
yang benar <
Provocatus ketidaksetujuan kuesioner
60%
terhadap situasi atau (total skor <
tindakan yang 14)
berkaitan dengan 2. Sedang :
jika jawaban
tindakan
yag benar
pengakhiran antara 60-
80% (total
kehamilan pada 4
skor 14-19)
subjek yang berbeda 3. Baik : jika
jawaban
(umum/orang yang
yang benar >
tidak dikenal, teman 80%
(total skor >
dekat, saudara
19)
kandung, pacar/yang

30
bersangkutan) dinilai
dengan skala Likert.

Perilaku Pernah atau tidaknya Wawancara 1.Beresiko Ordinal


rendah
seksual tindakan yang dengan
apabila
mengarah ke menggunakan memenuhi
kriteria
perilaku seksual kuesioner
perilaku
dengan lawan jenis beresiko
rendah yang
yang terdiri dari:
telah
Beresiko rendah disebutkan
2. Beresiko
apabila responden
tinggi apabila
melakukan kegiatan memenuhi
kriteria
seperti ngobrol,
perilaku
nonton, jalan beresiko
tinggi yang
berduaan ditempat
telah
sepi, pegangan disebutkan
tangan, berciuman
pipi.
Beresiko tinggi
apabila responden
melakukan kegiatan
seperti berpelukan,
berciuman mulut,
berciuman leher,
meraba buah
dada/alat kelamin
dan hubungan
seksual.

31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Penelitian ini dilakukan secara studi deskriptif dengan metode
pengumpulan data secara cross sectional untuk mengetahui pengetahuan, sikap,
dan perilaku siswa MAN Model Ciwaringin Cirebon pada tahun 2011

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian bertempat di MAN Model Ciwaringin Cirebon dan
dilaksanakan pada bulan Agustus 2011

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi
Populasi didefinisikan sebagai kelompok siswa yang hendak
dikenai generalisasi hasil penelitian.19 Sebagai suatu populasi, kelompok
siswa dalam penelitian harus memiliki ciri atau karakteristik bersama yang
membedakannya dari kelompok siswa yang lain. Semakin banyak
karakteristik siswa yang diisyaratkan sebagai populasi, maka semakin
spesifik karakteristik populasinya dan semakin homogen pulalah
populasinya.
Populasi adalah keseluruhan siswa yang dikenai penelitian,20
sedangkan menurut Hadi (2000: 220) populasi merupakan sejumlah
kelompok siswa yang setidaknya memiliki satu ciri atau sifat khas yang
sama.21
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi MAN Model
Ciwaringin Cirebon
3.3.2 Sampel
Sampel yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebagian siswa
atau wakil populasi yang diteliti,22 sedangkan menurut Hadi (2000: 220)
sampel adalah sebagian siswa dari populasi yang karakteristiknya hendak
diselidiki.23

32
Dapat disimpulkan bahwa, sampel berarti sekelompok siswa yang
bersifat sama dengan populasi. Kesimpulan penelitian mengenai sampel
nantinya akan digeneralisasikan terhadap populasi.
Sampel diambil dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

n = (Zα)2 .p . q
(L)2

Keterangan :
n1 Besar sampel minimal
Zα Standar variasi, untuk α = 0,05, Zα bernilai 1,96
P Proporsi responden 50 %, dikarenakan belum ada data
sebelumnya, maka p = 50 %.
Q 100 – p
L Derajat ketepatan yang diinginkan, dalam hal ini diambil
10 %.

Maka besar minimal sampel adalah :

(1,96)2 x 0,5 x 0,5


(0,1)2

Berdasarkan rumus besar sampel di atas, maka jumlah


sampel minimum yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 96
responden. Untuk mengantisipasi terdapatnya bias, maka jumlah
sampel ditambahkan 10% dari besar sampel.

n = 96 + 9,6 = 105,6 ≈ 106

Maka jumlah sampel yang diambil untuk penelitian ini adalah 106
responden.

33
3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.4.1 Kriteria Inklusi
1. Siswa MAN Model Ciwaringin Cirebon.
2. Bersedia mengikuti penelitian ini.
3.4.2 Kriteria Eksklusi
1. Siswa MAN Model Ciwaringin Cirebon yang tidak bersedia
mengikuti penelitian iini.
2. Siswa MAN Model Ciwaringin Cirebon yang tidak hadir pada saat
pengambilan sampel.
3.4.3 Kriteria Pengeluaran atau Drop Out
Tidak terisi kuesioner dengan lengkap.

3.5 Cara Kerja Penelitian


3.5.1 Pemilihan Subyek Penelitian
Sampel siswa/i MAN Model Ciwaringin Cirebon yang memenuhi
kriteria pada penelitian ini dan yang telah dipilih secara random.
3.5.2 Pengumpulan Data
A. Variabel
Variabel penelitian adalah objek penelitian yang bervariasi
(Arikunto, 2002:97).
Variabel yang diteliti:
a. Tingkat pengetahuan mengenai Abortus Provocatus
b. Tingkat sikap mengenai Abortus Provocatus
c. Tingkat perilaku mengenai Abortus Provocatus
d. Usia
e. Jenis kelamin
f. Suku
g. Pendidikan orang tua
h. Komunikasi dengan keluarga, guru dan teman sebaya
i. Keterpaparan dengan media massa
B. Cara pengumpulan data dengan kuesioner
Pengisian kuesioner dilakukan dengan tertulis.

34
C. Teknis Pelaksanaan
a. Pengambilan data dilakukan selama dua hari di MAN
Model Ciwaringin kabupaten Cirebon
b. Peneliti mendatangi institusi MAN Model Ciwaringin
beberapa hari sebelum pengambilan data untuk
permohonan izin pengambilan data penelitian .
c. Setelah mendapat izin, peneliti mendatangi institusi
MAN Model Ciwaringin pada waktu yang telah disepakati,
kemudian peneliti memberikan penjelasan tentang
penelitian ini kepada responden, kemudian meminta
kesediaan responden untuk ikut dalam penelitian ini.
d. Peneliti memberikan lembar persetujuan ikut dalam
penelitian kepada responden untuk diisi.
e. Setelah selesai menandatangani lembar persetujuan
penelitian, peneliti melakukan guidance interview terhadap
kuesioner pengetahuan, sikap, dan perilaku tentang aborsi.
f. Kemudian responden mengisi kuesioner

35
3.5.3 Flowchart prosedur penelitian

SMA/sederajat

Simple random
sampling
MAN Model
Ciwaringin

Pendataan dan
Observasi data seleksi calon
pribadi siswa
dan

Tidak sesuai Sesuai dengan kriteria


dengan kriteria inklusi subjek
inklusi subjek

Persetujuan kepada
subjek penelitian dan

Pengisian kuesioner
dengan cara tertulis

Pengolahan data hasil


kuesioner dengan program
SPSS

3.6 Instrumen Penelitian


Instrumen yang digunakan peneliti untuk memperoleh data dalam
penelitian ini, yaitu kuesioner.
Kuesioner merupakan alat pengumpulan data yang cukup relevan dengan
tujuan penelitian serta memiliki validitas dan reliabilitas yang optimal. Hal ini
dikarenakan jawaban pada kuesioner dapat dimanifestasikan ke dalam angka-
angka, tabel analisis statistik dan uraian serta kesimpulan hasil penelitian.

36
Tabel 3.1 Instrumen Penelitian
No.Butir Jumlah
Variabel Indikator
kuesioner pertanyaan
Pengetahuan a. Definisi aborsi 1
remaja b. Jenis aborsi 2,3
terhadap c. Penyebab aborsi 4
9
aborsi d. Dampak aborsi 7, 8
e. Aspek hukum dan 5,6,9
medikolegal aborsi
Sikap remaja
terhadap 1-6 6
aborsi

Perilaku
remaja yang
1-10 10
berkaitan
dengan aborsi

3.7 Uji Validitas


Salah satu instrumen yang sering dipakai dalam penelitian ilmiah adalah
angket yang bertujuan untuk mengetahui pendapat seseorang mengenai suatu hal.
Ada dua syarat penting yang berlaku pada sebuah angket, yaitu keharusan angket
untuk valid dan reliabel. Validitas mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsinya. Suatu angket dikatakan
valid (sah) jika pertanyaan pada suatu angket mampu mengungkapkan sesuatu
yang akan diukur oleh angket tersebut. Sedangkan dikatakan reliabel (andal) jika
jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisiten atau stabil dari waktu ke
waktu.21
Dalam penelitian ini uji validitas menggunakan SPSS 16 dan program
Iteman. Untuk program SPSS sendiri mempunyai syarat batas nilai valid sesuai r
tabel ( α = 0,05, n = 30) = 0,361. Jika r hasil lebih besar dari r tabel, maka
pertanyaan tersebut dianggap valid, sedangkan untuk program Iteman akan
dijelaskan lebih lanjut pada lampiran.

37
3.8 Managemen Data
Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan program Epi
Data dan SPSS®(statistic for social science) versi 15.0. Pengolahan data dilakukan
dengan tahap-tahap sebagai berikut :
A. Menyunting Data (data editing)
Editing dilakukan setiap kali responden selesai mengisi kuesioner.
Bila ada kesalahan atau yang tidak lengkap peneliti kembali
menemui responden untuk klarifikasi, Editing ini dilakukan untuk
memeriksa kelengkapan dan kebenaran data seperti kelengkapan
pengisian, kesalahan pengisian, konsistensi pengisian setiap
jawaban kuesioner.
B. Mengkode data (data coding)
Proses pemberian kode kepada setiap variabel yang telah
dikumpulkan untuk memudahkan dalam memasukkan.
C. Memasukkan data ( data entry)
Memasukkan data yang telah diberikan kode dalam program
software computer.
D. Membersihkan data ( data cleaning)
Setelah data dimasukkan dilakukan pengecekan kembali untuk
memastikan data tersebut tidak ada yang salah, sehingga dengan
demikian data tersebut telah siap diolah dan dianalisis.
E. Memberikan nilai data (data scoring)
Penilaian data dilakukan dengan pemberian skor terhadap jawaban
yang menyangkut variabel pengetahuan, variabel sikap dan
variabel perilaku.

3.9 Analisis Data


Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis univariat yang
digunakan untuk mendapatkan gambaran distribusi responden dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi dengan jumlah dan ukuran persentase masing-masing
kelompok.

38
3.10 Etika Penelitian
Penelitian dimulai dengan usulan penelitian yang disetujui oleh Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Sebelum mengikuti penelitian, subyek penelitian memberikan persetujuan
dalam bentuk lisan dan tulisan setelah mendapatkan penjelasan mengenai tujuan
penelitian dan jaminan kerahasiaan terhadap data yang diberikan.

3.11 Biaya Penelitian


Penelitian ini menggunakan kuesioner, dan dengan mengeluarkan biaya
print, fotokopi, dan transportasi sebesar Rp 800.000,00.

39
BAB IV
HASIL & PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan terhadap siswa-siswi MAN Model Ciwaringin


Kabupaten Cirebon pada bulan Agustus tahun 2011. Besar sampel yang
dikumpulkan sebanyak 106 subyek.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap,
dan perilaku remaja tentang abortus provokatus dengan menggunakan alat ukur
kuesioner. Penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya di MAN Model
Ciwaringin Kabupaten Cirebon.
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini telah divalidasi dimana
dilakukan pengambilan subyek sebanyak 30 responden. Validasi dilakukan
dengan menggunakan program iteman untuk pertanyaan pengetahuan dan
program SPSS® versi 16.0 untuk pertanyaan sikap dan perilaku. Didapatkan
perubahan redaksi sebelum pertanyaan dinyatakan valid pada pertanyaan
pengetahuan nomor 1, 3, 4, dan 6 karena redaksi pada kuesioner sebelumnya
kurang dapat dimengerti oleh responden. Adapun pertanyaan sikap dan perilaku
didapatkan hasil yang baik atau valid.

4.1. Keterbatasan Penelitian


Penelitian ini memiliki keterbatasan-keterbatasan yang dapat
mempengaruhi hasil penelitian. Keterbatasan-keterbatasan tersebut, antara lain:
1. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional atau desain potong
lintang yang hanya menggambarkan variabel yang diteliti, baik independen
maupun dependen pada waktu yang sama sehingga tidak bisa melihat adanya
hubungan sebab akibat.
2. Subyek dalam penelitian ini hanya terdiri dari siswa kelas 3 sehingga kurang
mewakili suatu populasi.
3. Proses pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan pengisian
kuesioner tertulis oleh responden. Selama proses pengumpulan data ada
sedikit kendala yang dialami oleh peneliti, yaitu dalam hal perizinan kepada

40
pihak sekolah yang pada awalnya agak dipersulit karena judul penelitian
menyangkut aborsi dan perilaku seksual dianggap tabu. Namun setelah
dibicarakan lebih lanjut pada akhirnya peneliti diperbolehkan untuk
mengambil data.

4.2. Data Karakteristik Responden


Karakteristik responden yang meliputi umur, jenis kelamin, suku, tingkat
pendidikan orang tua, pernah atau tidak nya berkomunikasi dengan orang terdekat
mengenai abortus seperti dengan anggota keluarga, teman sebaya maupun guru
serta keterpaparan media massa sebagai sumber informasi diduga merupakan
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan perilaku
seseorang.
Namun, dalam penelitian ini tidak dilakukan analisis lebih lanjut mengenai
hubungan karakteristik responden dengan pengetahuan, sikap, serta perilaku.
Dalam penelitian ini, hanya dipaparkan mengenai sebaran karakteristik responden
sebagai berikut :

Tabel 4.1. Sebaran Responden Berdasarkan Umur


Umur (tahun) Jumlah Persentase (%)
16 22 20,8
17 62 58,5
18 22 20,8
Total 106 100,0

Tabel 4.1 memperlihatkan sebaran umur dari 106 responden. Sebagian


besar responden yaitu sebanyak 62 responden (58,5% ) berumur 17 tahun, 22
responden (20,8%) berumur 16 tahun, dan 22 responden (20,8%) berumur 18
tahun. Belum ada data atau penelitian sebelumnya.

Pengaruh umur terhadap tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku


bervariasi. Umumnya pada usia muda lebih mudah menerima suatu informasi
sebagai penambah pengetahuan.22

Remaja adalah seorang anak manusia yang berumur 14-21 tahun. Dalam
keadaan ini mereka sangat rawan terhadap keadaan apapun, mereka selalu ingin

41
mencoba hal baru tanpa memikirkan akibatnya di masa yang akan datang. Untuk
itu para remaja perlu mendapatkan pendidikan atau bimbingan agar dapat menjadi
manusia yang berguna bagi nusa, bangsa masyarakat serta agamanya.23

Tabel 4.2. Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
Laki-laki 31 29,2
Perempuan 75 70,8
Total 106 100,0

Tabel 4.2. memperlihatkan sebaran jenis kelamin responden. Dalam


penelitian ini, diketahui sebanyak 75 responden (70,8%) adalah perempuan dan 31
responden (29,2%) adalah laki-laki. Belum ada data atau penelitian sebelumnya.

Tabel 4.3. Sebaran Responden Berdasarkan Suku budaya


Suku Jumlah Persentase (%)
Sunda 94 88,7
Jawa 10 9,4
Batak 2 1,9
Total 106 100,0

Tabel 4.3. memperlihatkan sebaran suku responden. Diketahui sebanyak


94 responden (88,7%) adalah berasal dari suku Sunda, 10 responden (9,4%)
berasal dari suku Jawa dan 2 responden (1,9%) berasal dari suku Batak. Tidak ada
responden yang berasal dari suku selain yang disebutkan diatas. Belum ada data
atau penelitian sebelumnya.
Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai suku budaya, nilai-nilai yang
terkandung dalam kebudayaan menjadi acuan sikap dan perilaku manusia sebagai
makhluk individual yang tidak terlepas dari kaitannya pada kehidupan
masyarakat dengan orientasi kebudayaannya yang khas, sehingga baik pelestarian
maupun pengembangan nilai-nilai budaya merupakan proses yang bermantra
individual, sosial dan cultural sekaligus. Sejalan dengan pengertian tersebut
maka tingkah laku manusia sebagai anggota masyarakat akan terikat oleh
kebudayaan yang terlihat wujudnya dalam berbagai pranata yang berfungsi
sebagai mekanisme kontrol bagi tingkah laku manusia.24

42
Tabel 4.4. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ayah
Tingkat
Jumlah Persentase (%)
pendidikan
Rendah 36 34,0
Sedang 52 49,1
Tinggi 18 17,0
Total 106 100,0

Tabel 4.4. memperlihatkan sebaran tingkat pendidikan ayah responden.


Diketahui sebanyak 52 ayah responden (49,1%) memiliki tingkat pendidikan
sedang (tamat/ tidak tamat SMP dan yang sederajat dan tamat/ tidak tamat SMU
dan yang sederajat), 36 ayah responden (34,0%) memiliki tingkat pendidikan
rendah (tidak pernah sekolah, tamat/ tidak tamat SD dan yang sederajat) dan 18
ayah responden (17,0%) memiliki tingkat pendidikan tinggi (tamat/ tidak tamat
perguruan tinggi). Belum ada data atau penelitian sebelumnya.

Tabel 4.5. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu


Tingkat pendidikan Jumlah Persentase (%)
Rendah 48 45,3
Sedang 50 47,2
Tinggi 8 7,5
Total 106 100,0

Tabel 4.5. memperlihatkan sebaran tingkat pendidikan ibu responden.


Diketahui sebanyak 50 ibu responden (47,2%) memiliki tingkat pendidikan
sedang (tamat/ tidak tamat SMP dan yang sederajat dan tamat/ tidak tamat SMU
dan yang sederajat), 48 ibu responden (45,3%) memiliki tingkat pendidikan
rendah (tidak pernah sekolah, tamat/ tidak tamat SD dan yang sederajat) dan 8 ibu
responden (7,5%) memiliki tingkat pendidikan tinggi (tamat/ tidak tamat
perguruan tinggi). Belum ada data atau penelitian sebelumnya.
Dari data di atas, didapatkan hanya 17% untuk variabel pendidikan ayah
yang mempunyai pendidikan tinggi sedangkan untuk variabel pendidikan ibu
hanya 7,5% saja dari keseluruhan data responden. Seseorang dengan pendidikan
tinggi (dalam hal ini adalah pendidikan orang tua) diharapkan mempunyai
pengetahuan, sikap, dan perilaku yang lebih baik bila dibandingkan dengan
seseorang yang tingkat pendidikan yang lebih rendah. Sehingga dapat

43
mempengaruhi orang disekitar terutama keluarga.24 Karena itu, diharapkan dengan
semakin tinggi nya pendidikan orang tua akah meningkatkan kualitas
pengetahuan, sikap dan perilaku remaja.

Tabel 4.6. Sebaran Responden Berdasarkan Komunikasi Dalam Lingkungan


Jawaban
Partner Komunikasi
Jumlah Persentase (%)
Pernah 4 3,8
 Anggota keluarga Tidak 102 96,2
Total 106 100,0
Pernah 13 12,3
 Guru Tidak 93 87,7
Total 106 100,0
Pernah 49 46,2
 Teman sebaya Tidak 57 53,8
Total 106 100,0

Tabel 4.6. memperlihatkan sebaran komunikasi/diskusi responden tentang


aborsi dengan anggota keluarga, guru maupun teman sebaya. Diketahui
komunikasi/diskusi tersering dilakukan dengan teman sebaya yang dinyatakan
oleh 49 responden (46,2%), 13 responden (12,3%) dengan guru, dan 4 responden
(3,8%) dengan anggota keluarga. Belum ada data atau penelitian sebelumnya.

Dari data di atas didapatkan hanya 3,8% dari responden yang pernah
berkomunikasi mengenai aborsi dengan anggota keluarganya. Hal ini
menunjukkan kurang nya peranan orang tua, padahal dalam penelitian Jamaludin
(2001) menyatakan bahwa kendala orang tua untuk membicarakam masalah
reproduksi ialah orang tua sering mengeluh harus memulai darimana bahwa ada
rasa malu, canggung dan sungkan karena merupakan suatu sifat yang sangat
pribadi. Untuk komunikasi dengan guru hanya 12,3% responden yang menjawab
pernah, sedangkan untuk komunikasi dengan teman sebaya cukup banyak yang
menjawab pernah yaitu 46,2% dari seluruh responden. Ketiga hal ini saling
berkaitan menyangkut interaksi dalam keseharian remaja. Sesuai dengan
penelitian Suarta (2002) yaitu lemahnya kerjasama antar sektor menjadi hambatan
bagi pendidikan kesehatan reproduksi.26

44
Tabel 4.7. Sebaran Responden Berdasarkan Keterpaparan Media Massa Sebagai
Sumber Informasi tentang Aborsi
Jawaban
Sumber Informasi
Jumlah Persentase (%)
Ya 37 34,9
 Koran Tidak 69 65,1
Total 106 100,0
Ya 22 20,8
 Majalah Tidak 84 79,2
Total 106 100,0
Ya 21 19,8
 Buku Tidak 85 80,2
Total 106 100,0
Ya 77 72,6
 Televisi Tidak 29 27,4
Total 106 100,0
Ya 9 8,5
 Radio Tidak 97 91,5
Total 106 100,0
Ya 19 17,9
 Internet Tidak 87 82,1
Total 106 100,0

Tabel 4.7. memperlihatkan sebaran keterpaparan media massa sebagai


sumber informasi yang didapatkan responden tentang aborsi. Diketahui sumber
informasi yang terbanyak didapatkan dari televisi yang dinyatakan oleh 77
responden (72,6%), 37 responden (34,9%) dari koran, 22 responden (20,8%) dari
majalah, 21 responden (19,8%) dari buku, 19 responden (17,9%) dari internet, 9
responden (8,5%) mendapatkan sumber informasi dari radio. Dalam penelitian ini,
setiap responden boleh memilih lebih dari satu sumber informasi yang mereka
dapatkan tentang aborsi.

Dari data diatas, media massa yang lebih banyak ditemukan responden
sebagai sumber informasi adalah televisi yaitu sebanyak 72,6%. Sumber informasi
sangat berperan terhadap tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku seseorang.
Materi informasi yang sederhana, metode yang terarah dan diberikan oleh orang
yang berkompeten dalam hal tersebut akan lebih mudah diserap oleh seseorang
sehingga akan berpengaruh pula terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku.24
Menurut Santrock (2002) penyebab persoalan remaja yg sering muncul
seperti kenakalan pada remaja diantaranya adalah karena remaja mempunyai

45
identitas negatif seperti harapan-harapan bagi pendidikan yang rendah, komitmen
yang rendah, prestasi yang rendah pada kelas-kelas awal, pengaruh teman sebaya
yang tidak dapat ditolak dan mempunyai pengaruh yang berat, kurangnya
pemantauan, dukungan, dan disiplin yang tidak efektif dari orang tua, serta
kualitas lingkungan dengan tingginya kejahatan. Serta tidak kalah pentingnya,
yaitu kurangnya keterbukaan dan pendidikan tentang reproduksi sehat serta
anggapan remaja bahwa orang tua mereka tidak akan memahami mereka,
menyebabkan semua keingintahuan mereka terhadap seks disembunyikan.
Keingintahuan ini malah dibagi dan dicoba-coba dengan teman-teman yang
samasama tidak tahu tentang pendidikan seks dengan dalih kemandirian.20

4.3 Data Pengetahuan Responden tentang Aborsi


Tabel 4.8. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang Aborsi
Variabel Kategori Jumlah Persentase (%)
Pengetahuan Tinggi 60 56,6
Sedang 39 36,8
Rendah 7 6,6
Total 106 100,0

Tabel 4.8. memperlihatkan sebaran tingkat pengetahuan responden tentang


Aborsi. Diketahui sebanyak 60 responden (56,6%) memiliki tingkat pengetahuan
yang tinggi, 39 responden (36,8%) memiliki tingkat pengetahuan sedang, dan 7
responden (6,6%) memiliki tingkat pengetahuan rendah.
Pengetahuan responden tentang Aborsi dihitung berdasarkan skor yang
dijawab oleh reponden atas 9 pertanyaan dalam kuesioner. Skor nilai pengetahuan
responden tertinggi 8 dan nilai terendah 3. Untuk pengolahan lebih lanjut
(analisis), maka skor nilai pengetahuan responden tersebut dikategorikan menjadi
tiga kelompok, yaitu pengetahuan tinggi, sedang, dan rendah.

Tabel 4.9. Sebaran Responden Berdasarkan Jawaban terhadap Pertanyaan


Pengetahuan tentang Aborsi

Jawaban
Pertanyaan Pengetahuan Persentase
Jumlah
(%)

46
Benar 72 67,9
1. Definisi Aborsi
Salah 34 32,1
Total 106 100,0
Benar 83 78,3
2. Klasifikasi Aborsi
Salah 23 21,7
Total 106 100,0
Benar 63 59,4
3. Salah satu jenis aborsi
Salah 43 40,6
Total 106 100,0
Benar 101 95,3
4. Penyebab aborsi pada remaja
Salah 5 4,7
Total 106 100,0
Pelaku Aborsi yang aman (dengan indikasi Benar 99 93,4
5. medis )
Salah 7 6,6
Total 106 100,0
Benar 94 88,7
6. Tindakan aborsi beresiko tinggi
Salah 12 11,3
Total 106 100,0
Benar 102 96,2
7. Akibat dari tindakan aborsi
Salah 4 3,8
Total 106 100,0
Dampak psikologis pada seseorang Benar 100 94,3
8.
yang menjalani aborsi Salah 6 5,7
Total 106 100,0
Aspek hukum di Indonesia mengenai Benar 48 45,3
9.
Abortus provocatus criminalis Salah 58 54,7
Total 106 100,0

Tabel 4.9. memperlihatkan sebaran jawaban responden terhadap


pertanyaan pengetahuan tentang Aborsi. Sebanyak 72 responden (67,9%)
mengetahui bahwa definisi Aborsi adalah.... 83 responden (78,3%) mengetahui
klasifikasi aborsi yaitu spontaneous dan provocatus. 63 responden (59,4%)
mengetahui definisi abortus provocatus criminalis. 101 responden (95,3%)
mengetahui tentang penyebab tersering aborsi yang dilakukan oleh remaja. 99
responden (93,4%) mengetahui bahwa aborsi yang aman adalah aborsi yang di
bantu oleh tenaga medis yaitu dokter spesialis kandungan dan kebidanan.
Sebanyak 94 responden (88,7%) mengetahui beberapa tindakan aborsi yang
beresiko tinggi seperti penggunaan ramuan, obat-obatan atau melakukan pijatan
pada rahim. 102 responden (96,2%) mengetahui akibatt yang ditimbulkan dari
tindakan aborsi seperti perdarahan, luka pada leher rahim maupun komplikasi dari

47
infeksi seperti infertilitas atau mandul. 100 responden (93,4%) mengetahui bahwa
seseorang yang telah menjalani aborsi beresiko mengalami dampak psikologis
seperti ketegangan mental, perasaan bersalah, depresi maupun stress. Sebanyak 48
responden (45,3%) mengetahui bahwa tindakan aborsi yang sengaja dapat
dihukum secara pidana menurut hukum yang berlaku di Indonesia. Dari jawaban
ini, menunjukkan bahwa sebagian besar responden sudah cukup mengetahui
tentang aborsi dan hal yang terkait.

4.4 Data Sikap Responden terhadap Aborsi


Tabel 4.10. Sebaran Responden Berdasarkan Sikap terhadap Aborsi

Variabel Kategori Jumlah Persentase (%)


Sikap Baik 38 35,8
Sedang 62 58,5
Kurang 6 3,7
Total 106 100,0

Tabel 4.10. memperlihatkan sebaran sikap responden terhadap Aborsi.


Diketahui sebanyak 38 responden (35,8%) memiliki sikap yang baik, 62
responden (58,5%) memiliki sikap sedang, dan 6 responden (3,7%) memiliki
sikap kurang.
Pengukuran sikap dilakukan dengan memberikan 6 pernyataan.
Diharapkan responden memberikan respon terhadap pernyataan dengan memilih
lima alternatif jawaban yang disediakan, yaitu: Sangat setuju, Setuju, Ragu-ragu,
Tidak Setuju, dan Sangat Tidak Setuju.
Pada pernyataan sikap, dari 6 buah pernyataan seluruhnya merupakan
pernyataan positif. Skor nilai sikap responden tertinggi 20 dan nilai terendah 9.
Untuk pengolahan lebih lanjut (analisis), maka skor nilai pengetahuan responden
tersebut dikategorikan menjadi tiga kelompok kelompok, yaitu sikap baik, sedang,
dan kurang.

Tabel 4.11. Sebaran Responden Berdasarkan Jawaban terhadap Pernyataan Sikap


tentang Aborsi

Jawaban
Pernyataan Sikap Persentas
Jumlah
e (%)

48
Sangat setuju
0 0
Setuju
0 0
Kehamilan diluar nikah sebaiknya Ragu-ragu
1. diakhiri dengan aborsi 2 1,9
Tidak setuju
39 36,8
Sangat tidak
65 61,3
setuju
Total 106 100,0
Sangat setuju
0 0
Bila remaja belum menikah dan Setuju
1 9,0
mengalami kehamilan, boleh Ragu-ragu
2. melakukan aborsi untuk
5 4,7
Tidak setuju
mengakhiri kehamilan 42 39,6
Sangat tidak
58 54,7
setuju
Total 106 100,0
Sangat setuju
Salah seorang sahabat Anda 0 0
Setuju
mengalami kehamilan diluar nikah, 0 0
Ragu-ragu
3. bermaksud mengakhiri 7 6,6
kehamilannya, bagaimanakah sikap Tidak setuju
41 38,7
anda ? Sangat tidak
58 54,7
setuju
Total 106 100,0
Sangat setuju
0 0
Jika kakak/adik perempuan anda Setuju
1 9,0
dihamili oleh pacarnya dan ingin Ragu-ragu
4. melakukan aborsi, bagaimana sikap 7 6,6
Tidak setuju
anda ? 30 28,3
Sangat tidak
68 64,2
setuju
Total 106 100,0
Sangat setuju
0 0
Bila anda (wanita) mengalami Setuju
1 9,0
kehamilan oleh pacar/kekasih, Ragu-ragu
5. maka untuk mengakhiri kehamilan, 3 2,8
Tidak setuju
aborsi adalah tindakan yang tepat 40 37,7
Sangat tidak
62 58,5
setuju
Total 106 100,0
Sangat setuju
Bila anda (pria) mempunyai 0 0
Setuju
kekasih yang sedang hamil oleh 2 1,9
Ragu-ragu
6. perbuatan anda berdua, maka untuk 4 3,8
mengakhiri kehamilan, aborsi Tidak setuju
41 38,7
adalah tindakan yang tepat Sangat tidak
59 55,7
setuju
Total 106 100,0

Tabel 4.11. memperlihatkan sebaran sikap responden terhadap pernyataan


tentang Aborsi. Sebanyak 65 responden (61,3%) sangat tidak setuju tindakan
aborsi yang harus dilakukan akibat hamil pranikah, 58 responden (54,7%) sangat

49
tidak setuju bila remaja yang belum menikah dan mengalami kehamilan
diperbolehkan melakukan aborsi untuk mengakhiri kehamilannya, 58 responden
(54,7%) setuju jika sahabat responden melakukan aborsi akibat hamil diluar
nikah,, 68 responden (64,2%) setuju jika saudara kandungnya melakukan aborsi
akibat hamil diluar nikah, 62 responden (58,5%) setuju jika responden (wanita)
mengalami hamil diluar nikah dan mengakhiri kehamilannya dengan tindakan
aborsi, serta 59 responden (55,7%) setuju jika responden (pria) mengalami hamil
diluar nikah dan mengakhiri kehamilannya dengan tindakan aborsi,
Dalam penelitian ini, sebanyak 38 responden mempunyai sikap yang baik
tentang aborsi, 62 mempunyai sikap yang sedang mengenai aborsi dan terdapat 6
responden yang memiliki sikap yang kurang. Hal ini dapat terlihat dari sebaran
jawaban atas pernyataan sikap, lebih dari 50% responden menyatakan sangat tidak
setuju untuk setiap pernyataan yang diajukan yang menunjukkan sebagian besar
responden memiliki sikap baik terhadap aborsi.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tri Rejeki Andayani di UNDIP
Semarang tahun 2006, dinyatakan bahwa ada korelasi positif antara perilaku
seksual pranikah dengan sikap terhadap aborsi, tetapi tidak ada perbedaan sikap
terhadap aborsi antara pria dan wanita.25

4.5 Data Gambaran Perilaku Seksual Pra-nikah Responden


Tabel 4.12. Sebaran Responden Berdasarkan Gambaran Perilaku Seksual
Pra-nikah Pada Remaja

Variabel Kategori Jumlah Persentase (%)


Perilaku Resiko tinggi 5 4,7
Resiko rendah 101 95,3
Total 106 100,0

Tabel 4.12. memperlihatkan sebaran perilaku seksual pra-nikah responden


dengan lawan jenis yang mempunyai kemungkinan resiko untuk melakukan
aborsi. Diketahui sebanyak 101 responden (95,3%) memiliki perilaku beresiko
rendah, dan hanya 5 responden (4,7%) yang memiliki perilaku beresiko tinggi.
Perilaku seksual pra-nikah responden dilihat dari beberapa pertanyaan
mengenai perilaku seksual dengan lawan jenis yang terdiri dari 10 pertanyaan.
Untuk pengolahan lebih lanjut (analisis), maka skor nilai pengetahuan responden

50
tersebut dikategorikan menjadi tiga kelompok kelompok, yaitu perilaku beresiko
tinggi dan beresiko rendah.

Tabel 4.13. Sebaran Responden Berdasarkan Perilaku seksual Pra-nikah dengan


lawan jenis

Jawaban
Pertanyaan Perilaku Persentas
Jumlah
e (%)
Ya 43 40,6
1. Ngobrol
Tidak 63 59,4
Total 106 100,0
Ya 22 20,8
2. Nonton
Tidak 84 79,2
Total 106 100,0
Ya 3 2,8
3. Jalan-jalan berdua ditempat sepi
Tidak 103 97,2
Total 106 100,0
Ya 18 17,0
4. Pegangan tangan
Tidak 88 83,0
Total 106 100,0
Ya 5 4,70
5. Berciuman pipi
Tidak 101 95,3
Total 106
Ya 4 3,80
6. Berpelukan
Tidak 102 96,2
Total 106 100,0
Ya 3 2,80
7. Berciuman mulut
Tidak 103 97,2
Total 106 100,0
Ya 1 0,90
8. Berciuman leher
Tidak 105 99,1
Total 106 100,0
Ya 2 1,90
9. Meraba buah dada/alat kelamin
Tidak 104 98,1
Total 106 100,0
Ya 1 0,90
10. Hubungan seksual
Tidak 105 99,1
Total 106 100,0

Tabel 4.13. memperlihatkan sebaran jawaban responden terhadap


pertanyaan tentang perilaku seksual pra-nikah dengan lawan jenis yang
memungkinkan untuk terjadinya resiko aborsi. Diketahui sebanyak 43 responden
(40,6%) melakukan ngobrol dengan lawan jenis, 22 responden (20,8%) pernah

51
nonton dengan lawan jenis, 3 responden (2,8%) pernah jalan-jalan berdua
ditempat sepi dengan lawan jenis, 18 responden (17,0%) berpegangan tangan, 5
responden (4,7%) berciuman pipi,. Sebanyak 4 responden (3,8%) pernah
berpelukan dengan lawan jenis, 3 responden (2,8%) berciuman mulut, 1
responden (0,9%) berciuman leher, 2 responden (1,9%) pernah meraba buah
dada/alat kelamin dan 1 responden (0,9%) pernah melakukan hubungan seksual.

Para remaja tentu saja tidak luput dari berbagai informasi yang semakin
gencar beredar di masyarakat. Tanpa adanya atau tanpa dibekalinya remaja
dengan pengetahuan maupun sikap yang baik terhadap identitas negatif pada diri
remaja dan berbagai aspek yang terlibat seperti komunikasi yang baik maupun
informasi yang didapat mengenai proses kesehatan dan kesehatan reproduksi, hal
ini tentu dapat berpengaruh terhadap perilaku remaja seperti terjadinya hubungan
seks pra nikah yang berlanjut pada kejadian aborsi.

52
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
1. Sebanyak 62 responden (58,5% ) berumur 17 tahun, 22 responden (20,8%)
berumur 16 tahun, dan 22 responden (20,8%) berumur 18 tahun.
2. Sebanyak 75 responden (70,8%) adalah perempuan dan 31 responden (29,2%)
adalah laki-laki.
3. Sebanyak 94 responden (88,7%) adalah berasal dari suku Sunda, 10
responden (9,4%) berasal dari suku Jawa dan 2 responden (1,9%) berasal dari
suku Batak. Tidak ada responden yang berasal dari suku selain yang
disebutkan.
4. Sebanyak 52 ayah responden (49,1%) memiliki tingkat pendidikan sedang
(tamat/ tidak tamat SMP dan yang sederajat dan tamat/ tidak tamat SMU dan
yang sederajat), 36 ayah responden (34,0%) memiliki tingkat pendidikan
rendah (tidak pernah sekolah, tamat/ tidak tamat SD dan yang sederajat) dan
18 ayah responden (17,0%) memiliki tingkat pendidikan tinggi (tamat/ tidak
tamat perguruan tinggi)
5. Sebanyak 50 ibu responden (47,2%) memiliki tingkat pendidikan sedang
(tamat/ tidak tamat SMP dan yang sederajat dan tamat/ tidak tamat SMU dan
yang sederajat), 48 ibu responden (45,3%) memiliki tingkat pendidikan rendah
(tidak pernah sekolah, tamat/ tidak tamat SD dan yang sederajat) dan 8 ibu
responden (7,5%) memiliki tingkat pendidikan tinggi (tamat/ tidak tamat
perguruan tinggi)
6. Komunikasi/diskusi mengenai abosi tersering dilakukan dengan teman sebaya
yang dinyatakan oleh 49 responden (46,2%), 13 responden (12,3%) dengan
guru, dan 4 responden (3,8%) dengan anggota keluarga.
7. Diketahui sumber informasi yang terbanyak didapatkan dari televisi yang
dinyatakan oleh 77 responden (72,6%), 37 responden (34,9%) dari koran, 22
responden (20,8%) dari majalah, 21 responden (19,8%) dari buku, 19
responden (17,9%) dari internet, 9 responden (8,5%) mendapatkan sumber
informasi dari radio.

53
8. Sebanyak 60 responden (56,6%) memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi, 39
responden (36,8%) memiliki tingkat pengetahuan sedang, dan 7 responden
(6,6%) memiliki tingkat pengetahuan rendah.
9. Sebanyak 38 responden (35,8%) memiliki sikap yang baik, 62 responden
(58,5%) memiliki sikap sedang, dan 6 responden (3,7%) memiliki sikap
kurang.
10. Sebanyak 101 responden (95,3%) memiliki perilaku beresiko rendah, dan
hanya 5 responden (4,7%) yang memiliki perilaku beresiko tinggi.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka perlu diadakan:
1. Pengoptimalisasian edukasi khususnya kepada institusi terkait mengenai
kesehatan reproduksi untuk mengantisipasi terjadinya perilaku remaja
yang menyimpang seperti aborsi akibat hamil diluar nikah.
2. Pembinaan untuk anggota keluarga, guru, teman sebaya dan lingkungan
sekitar untuk lebih mengadakan diskusi maupun komunikasi tanya
jawab mengenai aborsi maupun kesehatan reproduksi secara umumnya.
3. Penyediaan dan sosialisasi pengoptimalisasian dari penggunaan media
massa sebagai alat untuk mendapatkan informasi khususnya
menyangkut aborsi maupun kesehatan reproduksi.
4. Penyuluhan yang intensif tentang bahaya aborsi dan edukasi mengenai
perilaku seksual.

54
DAFTAR PUSTAKA

1. Badan Kesehatan Dunia (WHO), Aborsi Tidak Aman: Estimasi Global dan
Regional dari Insiden Aborsi Tidak Aman dan Kematian yang Berkaitan pada
tahun 2003. (Unsafe Abortion: Global and Regional Estimates of the
Incidence of Unsafe Abortion and Associated Mortality due to Unsafe
Abortion with a Listing of Available Country Data), edisi ketiga, Geneva:
Division of Reproductive Health (Technical Support) WHO, 1998.
2. Safe Motherhood Newsletter. Unsafe Abortion – A Worldwide Problem.
Issue 28, 2000.
3. Clowes. 1994. Fact of Life. [On-Line] http://www.aborsi.org diakses pada 11
Juni 2011.
4. Utomo B dkk., Insiden dan Aspek Sosial-Psikologis dari Aborsi di Indonesia:
Survei Komunitas di 10 Kota dan 6 Kabupaten, Tahun 2000 (Insidence and
Social-Psychological Aspects of Abortion in Indonesia: A Community-Base
Survey in 10 Major Cities and 6 Districts, Year 2000), Pusat Penelitian
Kesehataan, Universitas Indonesia, Jakarta, 2001.
5. Badan Kesehatan Dunia (WHO), Aborsi Tidak Aman: Estimasi Global dan
Regional dari Insiden Aborsi Tidak Aman dan Kematian yang Berkaitan pada
tahun 2003. (Unsafe Abortion: Global and Regional Estimates of the
Incidence of Unsafe Abortion and Associated Mortality in 2003), edisi kelima,
Geneva:WHO, 2007.
6. Depkes RI. Strategi Nasional Kesehatan Remaja. Direktorat Kesehatan
Keluarga Dirjen BinKesmAs Depkes RI, Jakarta, 2005.
7. Sukmaningsih. I., 2003. Pelajar SMU yang Hamil di Luar Nikah Makin
Banyak. http://www.tempointeraktif.com diakses pada 10 Juli 2011.
8. Fact About Abortion, Info Kit on Women’s Health oleh Institute for Social,
Studies and Action, Maret 1991. http://www.aborsi.org diakses pada 10
September 2011
9. Cunningham F Gary, et al. William Obstetrics, 22th Ed. New York, McGraw-
Hill, 2007.

55
10. Dorland, W.A . Kamus kedokteran Dorland. Edisi 29. EGC, Jakarta, 2002.
11. Sastrawinata, Sulaeman: Obstetri Patologi. Bagian Obstetri & Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung, 1981.
12. Prawirohardjo, Sarwono: Aborsi. Ilmu kebidanan, Edisi 2. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2008.
13. Mansjoer, Arif M, dkk: Kapita selekta Kedokteran. Media Aesculapius,
Jakarta, 2001.
14. Apuranto, H dan Hoediyanto: Ilmu Kedokteran Forensik Dan Medikolegal.
Bag. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran
UNAIR, Surabaya, 2006
15. Hanafiah, M Jusuf: Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Edisi 4. EGC,
Jakarta, 2008.
16. Mussen, Paul Henry dkk: Perkembangan dan Kepribadian Anak. Arcan,
Jakarta, 1994.
17. Sarwono, S.W: Pengantar Psikologi Umum. N.V Bulan, Jakarta, 1988.
18. Monks, F.J.- A.M.P. Knoers, Siti Rahayu Haditono: Psikologi Perkembangan
Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Gajah Mada University Press,
Yogyakarta, 2001.
19. Hurlock, E.B: Psikologi Perkembangan: Edisi 6. Jilid 2. Alih Bahasa Meitasari
Tjandrasa. Erlangga, Jakarta, 1990.
20. Santrock, JW: Life-Span Development Jilid 2. Erlangga, Jakarta, 2002.
21. Azwar, Saifudin: Metode Penelitian, Edisi kesatu. Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2003
22. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT Rhineka Cipta
23. Hadi, Sutrisno, (2000). Analisis Regresi, Edisi enam. Andi Offset,
Yogyakarta, 2002.
24. Effendi Fikri. Faktor-faktor yang Mempegaruhi Pengetahuan Sikap dan
Perilaku. Dalam Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu-ibu tentang Pencegahan
dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di RW 05 Kelurahan Kayu
Putih Tahun 1996 [Laporan Hasil Penelitian]. Bagian Kedokteran Komunitas
FKUI, Jakarta, 1996.

56
25. Suarta, S., Pendidikan Sosial dan Reproduksi Berbasis Sekolah.
http://www.situs.kesrepro.info diakses pada tanggal 10 Juli 2011
26. Budiono Kusumohamodjojo: Kebhinekaan Masyarakat Indonesia. Grasindo,
Jakarta, 2000,
27. Andayani Tri Rejeki. Perilaku Seksual Pranikah dan Sikap terhadap Aborsi.
FK UNDIP, Semarang, 2006.

57
Lampiran 01
No. Kuesioner :
Petunjuk Pengisian :
1. Silahkan anda isi kuesioner di bawah ini dengan jujur sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya karena jawaban bersifat pribadi dan akan kami rahasiakan
dengan sebaik mungkin
2. Bacalah setiap pertanyaan dengan teliti dan cermat. Tidak perlu bertanya
kepada teman-teman anda di sekolah karena hasil diharapkan murni dari jawaban
pribadi dan akan DIRAHASIAKAN
3. Selamat bekerja !!!

I. Identitas dan Karakter Responden


1. Jenis Kelamin :
2. Tanggal lahir/umur :
3. Agama :
4. Kelas :
5. Asal daerah :
6. Jumlah saudara kandung :
7. Tinggal dengan :
II. Faktor Keluarga
1. Pendidikan Ayah :
2. Pendidikan Ibu :
3. Pekerjaan Ayah :
4. Pekerjaan Ibu :
5. Apakah pernah diskusi tentang aborsi dengan keluarga dalam 6 bulan
terakhir ini ?
1. Pernah 2. Tidak pernah (teruskan ke bagian
III)
6. Bila pernah dengan siapa ?
1. Ayah
2. Ibu
3. Saudara pria atau wanita
7. Kapan anda membicarakan topik tersebut ?
1. Setiap ada kesempatan
2. Waktu makan malam
3. Waktu makan siang

III. Lingkungan sosial


1. Apakah anda pernah mendengar istilah tentang aborsi dari media massa
:
(6 bulan terakhir)
a. Ya b. Tidak (teruskan ke no.3)
2. Jika ya, darimana anda paling sering mendengar istilah aborsi
(Jawaban boleh lebih dari 1)
1. Koran
2. Majalah

58
3. Buku-buku
4. Televisi
5. Radio
6. Internet
3. Pernahkah anda membicarakan masalah aborsi dengan teman sebaya ?
(6 bulan terakhir)
a. Ya b. Tidak (teruskan ke no. 6)
4. Seberapa sering anda dalam membicarakan masalah aborsi dengan
teman sebaya?
a. Sering (> 1 kali seminggu)
b. Kadang-kadang (1-3 kali sebulan)
c. Jarang (1 kali dalam 6 bulan)
d. Tidak pernah
5. Kapan waktu anda mendiskusikan tentang topik ini dengan teman anda?
a. Waktu belajar di sekolah c. Saat istirahat
b. Belajar kelompok d. Bila diperlukan
6. Pernahkah anda membicarakan masalah aborsi dengan guru di sekolah ?
(6 bulan terakhir)
a. Ya b. Tidak (teruskan ke bagian IV)
7. Seberapa sering anda dalam membicarakan masalah aborsi dengan guru
?
a. Sering (> 1 kali seminggu)
b. Kadang-kadang (1-3 kali sebulan)
c. Jarang (1 kali dalam 6 bulan)
d. Tidak pernah
8. Kapan waktu anda mendiskusikan tentang topik ini dengan guru sekolah
?
a. Waktu belajar di sekolah c. Saat istirahat
b. Belajar kelompok d. Bila diperlukan

IV. Pengetahuan tentang Aborsi


Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan melingkari salah satu jawaban
yang menurut anda paling tepat
1. Apa yang dimaksud dengan aborsi ?
a. Menggugurkan janin dalam rahim
b. Suatu tindakan untuk mengugurkan janin yang tidak dikehendaki
c. Menggugurkan kandungan secara paksa
d. Gugurnya kehamilan sebelum mencapai usia kandungan 5 bulan
e. Bukan salah satu di atas
2. Jenis Aborsi :
a. Aborsi spontan
b. Aborsi buatan
c. A dan B benar
d. A dan B salah
e. BSSD

59
3. Aborsi yang dilakukan dengan sengaja tanpa alasan kesehatan atau
medis disebut dengan :
a. Aborsi spontan
b. Aborsi buatan medis
c. Aborsi buatan kriminalitas
d. Semua salah
e. Semua benar
4. Penyebab aborsi yang sering dilakukan oleh remaja :
a. Kehamilan yang tidak diinginkan d. Semua benar
b. Belum menikah e. Semua salah
c. Pasangan tidak mau bertanggung jawab
5. Aborsi yang aman (dengan indikasi medis ) dapat dilakukan oleh :
a. Dukun d. Dokter umum
b. Bidan e. Semua salah
c. Dokter Spesialis Kandungan
6. Tindakan aborsi yang beresiko tinggi :
a. Penggunaan ramuan d. A dan B salah
b. Pijatan pada rahim e. BSSD
c. A dan B benar
7. Akibat yang ditimbulkan oleh tindakan aborsi :
a. Perdarahan
b. Luka pada leher rahim
c. Kemandulan akibat infeksi
d. Kematian
e. Semua benar
8. Dampak psikologis bagi seseorang yang telah menjalani aborsi adalah
:
a. Ketegangan mental d. Stress
b. Perasaan bersalah e. Semua benar
c. Depresi
9. Seseorang yang sengaja melakukan aborsi, menurut Hukum Indonesia
dapat dihukum :
a. Hukum Pidana d. Hukum Adat
b. Hukum Perdata e. Hukum Agama
c. Hukum Masyarakat

V. Perilaku
1. Apakah anda dulu atau saat ini memiliki hubungan setia/pacaran ?
1. Ya 2. Tidak (jika tidak, lanjutkan ke
No. 4)
2. Apa yang pernah anda lakukan dengan lawan jenis dari piliohan di
bawah ini (jawaban boleh lebih dari 1)
a. Ngobrol
b. Nonton
c. Jalan-jalan berduaan di tempat sepi
d. Pegangan tangan
e. Berciuman pipi

60
f. Berpelukan
g. Berciuman mulut
h. Berciuman leher
i. Meraba buah dada/alat kelamin
j. Hubungan seksual

61
VI. Sikap terhadap Aborsi
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberikan tanda ceklist () pada tempat yang telah sediakan

Sangat
Sangat Tidak
No. PERNYATAAN Setuju Ragu-Ragu Tidak
Setuju Setuju
Setuju
1 Kehamilan diluar nikah sebaiknya diakhiri dengan aborsi

2 Bila remaja belum menikah dan mengalami kehamilan, boleh


melakukan aborsi untuk mengakhiri kehamilan

3 Salah seorang sahabat Anda mengalami kehamilan diluar


nikah, bermaksud mengakhiri kehamilannya, bagaimanakah
sikap anda ?

4 Jika kakak/adik perempuan anda dihamili oleh pacarnya dan


ingin melakukan aborsi, bagaimana sikap anda ?

5 Bila anda (wanita) mengalami kehamilan oleh pacar/kekasih,


maka untuk mengakhiri kehamilan, aborsi adalah tindakan
yang tepat

6 Bila anda (pria) mempunyai kekasih yang sedang hamil oleh


perbuatan anda berdua, maka untuk mengakhiri kehamilan,
aborsi adalah tindakan yang tepat

62
Lampiran 02

HASIL UJI VALIDITAS KUESIONER

Batas nilai valid sesuai r tabel ( α = 0,05, n = 30) = 0,361. Jika r hasil lebih besar dari r tabel,
maka pertanyaan tersebut dianggap valid

SIKAP
Butir No. Corrected Item-Total Correlation Keterangan
1 0.743 Valid
2 0.502 Valid
3 0.700 Valid
4 0.681 Valid
5 0.664 Valid
6 0.764 Valid

PERILAKU
Butir No. Corrected Item-Total Keterangan
Correlation
1 0,176 Tidak Valid
2 0,605 Valid
3 0,585 Valid
4 0,482 Valid
5 0,537 Valid
6 0,343 Tidak Valid
7 0,564 Valid
8 0,072 Tidak Valid
9 0,585 Valid
10 0,585 Valid

Ket: r alpha > r table


Pertanyaan reliabel

PENGETAHUAN
Uji Validasi mengunakan software Iteman.

63
Secara umum kriteria pemilihan soal pilihan ganda:
Kriteria Koefisien Keputusan
Tingkat Kesukaran 0,30 s.d. 0,70 (sedang) Diterima
0,10 s.d. 0,29 atau 0,70 s.d. 0,90
(sukar atau mudah) Direvisi
< 0,10 atau > 0,90 (sangat
sukar atau sangat mudah) Ditolak

Daya Pembeda > 0,3 Diterima


0,10 s.d 0,29 Direvisi
< 0,10 Ditolak

Proporsi Jawaban > 0,05 Berfungsi baik

Item Statistics Alternative Statistics Ket


Se Scal Prop. Biser Point Alt. Prop. Biser Point key
q. e- correc biser endorsi biser
no item t ng
1 0-1 0,400 0,671 0,529 A 0.433 -0.650 -0.516 Valid
B 0.133 0.119 0.075
C 0,033 -0.391 -0.162
D 0,400 0.671 0.529 *
E 0,000 -9.000 -9.000
Other 0,000 -9.000 -9.000
2 0-2 0.633 0.525 0.410 A 0.000 -9.000 -9.000 Valid
B 0.033 -0.391 -0.162
C 0.233 -0.597 -0.432
D 0.100 0.081 0.047
E 0.633 0.525 0.410 *
Other 0.000 -9.000 -9.000
3 0-3 0.633 0.471 0.368 A 0.167 -0.257 -0.172 Valid
B 0.067 -0.292 -0.151
C 0.633 0.471 0.368 *
D 0.067 -0.605 -0.314
E 0.067 0.021 0.011
Other 0.000 -9.000 -9.000
4 0-4 0.800 0.694 0.486 A 0.133 -0.633 -0.401 Valid
B 0.000 -9.000 -9.000
C 0.067 -0.449 -0.233
D 0.800 0.694 0.486 *
Other 0.000 -9.000 -9.000

64
5 0-5 0.833 0.662 0.444 A 0.000 -9.000 -9.000 Valid
B 0.100 -0.727 -0.425
C 0.833 0.662 0.444 *
D 0.000 -9.000 -9.000
E 0.067 -0.292 -0.151
Other 0.000 -9.000 -9.000
6 0-6 0.833 0.581 0.389 A 0.000 -9.000 -9.000 Valid
B 0.100 -0.727 -0.425
C 0.067 -0.136 -0.070
D 0.833 0.581 0.389 *
Other 0.000 -9.000 -9.000
7 0-7 0.900 0.727 0.425 A 0.033 -0.663 -0.274 Valid
B 0.000 -9.000 -9.000
C 0.000 -9.000 -9.000
D 0.067 -0.605 -0.314
E 0.900 0.727 0.425 *
Other
8 0-8 0.767 0.663 0.480 A 0.000 -9.000 -9.000 Valid
B 0.133 -0.633 -0.401
C 0.100 -0.381 -0.223
D 0.000 -9.000 -9.000
E 0.767 0.663 0.480 *
Other 0.000 -9.000 -9.000
9 0-9 0.633 0.471 0.368 A 0.633 0.471 0.368 * Valid
B 0.033 0.155 0.064
C 0.033 -0.118 -0.049
D 0.000 -9.000 -9.000
E 0.300 -0.518 -0.393
Other 0.000 -9.000 -9.000

KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ( UIN )
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
Telp. : (62-21) 74716718 Fax : (62-21) 7404985
J1. Kertamukti Pisangan Ciputat 15419 Tangerang Selatan Website : www.uinjkt.ac.id; E-mail : flcik@uinjlct.ac.ici

65
Nomor : Un.01/ F.10/ KM. 03.1/3—/2011 Lamp : Jakarta, 27 Juli 2011
Hal : Izin Pengambilan Data Penelitian

Kepada Yth, Kepala


Sekolah
MAN Model Ciwaringin
kab. Cirebon

Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Dengan hormat kami sampaikan bahwa mahasiswa berikut ini akan


melaksanakan penelitian dengan judul " Gambaran Pengetahuan,
Sikap, dan Perilaku Remaja Mengenai Abortus Provokatus" :

Nama : IHDA SILVIA


Nomor Induk Mahasiswa : 108103000055
Program Studi : Pendidikan Dokter
Semester : VI (Enam)

Sehubungan dengan hal tersebut, kami mohon mahasiwa tersebut


diizinkan untuk melakukan validasi kuesioner (Uji Kuesioner) di instansi
yang Bapak/Ibu pimpin.
Demikian, atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan

terima kasih. Wassalaamu'alaikum Wr.Wb.

A.n. Dekan,
Pembantu Dekan
Bidang Administrasi Umum,

Tembusan :
Yth. Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ( UIN )
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
Telp. : (62-21) 74716718 Fax : (62-21) 7404985
J1. Kertamukti Pisangan Ciputat 15419 Tangerang Selatan Website : www.uinjkt.ac.id; E-mail : flcik@uinjlct.ac.ici

66
Nomor : Un.01/ F.10/ KM. 03.1/3—/2011 Jakarta, 27 Juli 2011
Lamp :
Hal : Izin Validasi (Uji) Kuesioner

Kepada Yth,
Kepala Sekolah
SMA Triguna
Ciputat

Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Dengan hormat kami sampaikan bahwa mahasiswa berikut ini akan


melaksanakan penelitian dengan judul " Gambaran Pengetahuan,
Sikap, dan Perilaku Remaja Mengenai Abortus Provokatus" :

Nama : IHDA SILVIA


Nomor Induk Mahasiswa : 108103000055
Program Studi : Pendidikan Dokter
Semester : VI (Enam)

Sehubungan dengan hal tersebut, kami mohon mahasiwa tersebut


diizinkan untuk melakukan validasi kuesioner (Uji Kuesioner) di instansi
yang Bapak/Ibu pimpin.
Demikian, atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan

terima kasih. Wassalaamu'alaikum Wr.Wb.

A.n. Dekan,
Pembantu Dekan
Bidang Administrasi Umum,

Tembusan :
Yth. Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

KEMENTERIAN AGAMA
MADRASAH ALIYAH NEGERI
(MAN) MODEL
BABAKAN CIWARINGIN CIREBON
Alamat JIn. Desa Babakan Ciwaringin Kab. Cirebon Telp/Fax (0231) 342187 Kode Pos 45167 Website :
www.manciwaringin.schid

SURAT KETERANGAN

67
Nomor : Ma.10.3/PP.006/ 400 /2011

Kepala Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Babakan Ciwaringin Kab. Cirebon,


menerangkan :

Nama : IHDA SILVIA


NIM : 108103000055
Prodi : Pendidikan Dokter
Semester : VI (Enam)

Telah melaksanakan Penelitian dengan judul: "Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan


Perilaku Remaja Mengenai Bahaya Abortus Provokatus di MAN Model Ciwaringin
Tahun 2011 " pada tanggal 14 Agustus 2011.

Demikian Surat Keterangan ini kami buat, untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Ciwaringin, 14 Agustus 2011

68
Lampiran 05
Master Tabel Hasil Penelitian dgn SPSS
usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 16 22 20.8 20.8 20.8

17 62 58.5 58.5 79.2

18 22 20.8 20.8 100.0

Total 106 100.0 100.0

jenis kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid laki-laki 31 29.2 29.2 29.2

perempuan 75 70.8 70.8 100.0

Total 106 100.0 100.0

suku

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid sunda 94 88.7 88.7 88.7

jawa 10 9.4 9.4 98.1

batak 2 1.9 1.9 100.0

Total 106 100.0 100.0

skor_pd_ayah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Rendah 36 34.0 34.0 34.0

Sedang 52 49.1 49.1 83.0

Tinggi 18 17.0 17.0 100.0

Total 106 100.0 100.0

skor_pd_ibu

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 48 45.3 45.3 45.3

2 50 47.2 47.2 92.5

3 8 7.5 7.5 100.0

Total 106 100.0 100.0

69
informasi dari koran

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Ya 37 34.9 34.9 34.9

Tidak 69 65.1 65.1 100.0

Total 106 100.0 100.0

diskusi dgn keluarga

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Pernah 4 3.8 3.8 3.8

tidak pernah 102 96.2 96.2 100.0

Total 106 100.0 100.0

Diskusi dgn teman sebaya

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Ya 49 46.2 46.2 46.2

Tidak 57 53.8 53.8 100.0

Total 106 100.0 100.0

informasi dari guru

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Ya 13 12.3 12.3 12.3

Tidak 93 87.7 87.7 100.0

Total 106 100.0 100.0

informasi dari majalah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Ya 22 20.8 20.8 20.8

Tidak 84 79.2 79.2 100.0

Total 106 100.0 100.0

informasi dari buku

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Ya 21 19.8 19.8 19.8

Tidak 85 80.2 80.2 100.0

Total 106 100.0 100.0

70
informasi dari televisi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Ya 77 72.6 72.6 72.6

Tidak 29 27.4 27.4 100.0

Total 106 100.0 100.0

informasi dari internet

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Ya 19 17.9 17.9 17.9

Tidak 87 82.1 82.1 100.0

Total 106 100.0 100.0

informasi dari radio

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Ya 9 8.5 8.5 8.5

Tidak 97 91.5 91.5 100.0

Total 106 100.0 100.0

regrouping hasil pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Rendah 7 6.6 6.6 6.6

Sedang 39 36.8 36.8 43.4

Tinggi 60 56.6 56.6 100.0

Total 106 100.0 100.0

hasil_sikap2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Kurang 6 3,7 3,7 3,7

Sedang 63 58,5 58,5 47,4

Baik 38 35,8 35,8 100.0

Total 106 100.0 100.0

Perilaku_hasil

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Resiko rendah 101 95.3 95.3 95.3

Resiko tinggi 5 4.7 4.7 100.0

Total 106 100.0 100.0

71
pengetahuan1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 34 32,1 32,1 67,9

Benar 72 67,9 67,9 100.0

Total 106 100.0 100.0

pengetahuan2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 23 21.7 21.7 21.7

Benar 83 78.3 78.3 100.0

Total 106 100.0 100.0

pengetahuan3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 43 40.6 40.6 40.6

Benar 63 59.4 59.4 100.0

Total 106 100.0 100.0

pengetahuan4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 5 4.7 4.7 4.7

Benar 101 95.3 95.3 100.0

Total 106 100.0 100.0

pengetahuan5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 7 6.6 6.6 6.6

Benar 99 93.4 93.4 100.0

Total 106 100.0 100.0

72
pengetahuan6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 12 11.3 11.3 11.3

Benar 94 88.7 88.7 100.0

Total 106 100.0 100.0


pengetahuan7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 4 3.8 3.8 3.8

Benar 102 96.2 96.2 100.0

Total 106 100.0 100.0

pengetahuan8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 6 5.7 5.7 5.7

Benar 100 94.3 94.3 100.0

Total 106 100.0 100.0

sikap1
pengetahuan9

Frequency
Frequency Percent Percent Valid PercentCumulative
Valid Percent Cumulative Percent
Percent

ValidValidragu-ragu
Salah 58 254.7 1.9 54.7 1.9 1.9
54.7

tidak Benar
setuju 48 3945.3 36.8 45.3 36.8 38.7
100.0

sangat tidak setuju


Total 106 65
100.0 61.3 100.0 61.3 100.0

Total 106 100.0 100.0

73
sikap2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid setuju 1 .9 .9 .9

ragu-ragu 5 4.7 4.7 5.7

tidak setuju 42 39.6 39.6 45.3

sangat tidak setuju 58 54.7 54.7 100.0

Total 106 100.0 100.0

sikap3

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid ragu-ragu 7 6.6 6.6 6.6

tidak setuju 41 38.7 38.7 45.3

sangat tidak setuju 58 54.7 54.7 100.0

Total 106 100.0 100.0

sikap4

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid setuju 1 .9 .9 .9

ragu-ragu 7 6.6 6.6 7.5

tidak setuju 30 28.3 28.3 35.8

sangat tidak setuju 68 64.2 64.2 100.0

Total 106 100.0 100.0

74
sikap5

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid setuju 1 .9 .9 .9

ragu-ragu 3 2.8 2.8 3.8

tidak setuju 40 37.7 37.7 41.5

sangat tidak setuju 62 58.5 58.5 100.0

Total 106 100.0 100.0

sikap6

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid setuju 2 1.9 1.9 1.9

ragu-ragu 4 3.8 3.8 5.7

tidak setuju 41 38.7 38.7 44.3

sangat tidak setuju 59 55.7 55.7 100.0

Total 106 100.0 100.0

Perilaku 1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Ya 43 40.6 40.6 40.6

Tidak 63 59.4 59.4 100.0

Total 106 100.0 100.0

Perilaku 2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Ya 22 20.8 20.8 20.8

Tidak 84 79.2 79.2 100.0

Total 106 100.0 100.0

Perilaku 3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Ya 3 2.8 2.8 2.8

Tidak 103 97.2 97.2 100.0

Total 106 100.0 100.0

75
Perilaku 4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Ya 18 17.0 17.0 17.0

Tidak 88 83.0 83.0 100.0

Total 106 100.0 100.0

Perilaku 5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Ya 5 4.7 4.7 4.7

Tidak 101 95.3 95.3 100.0

Total 106 100.0 100.0

Perilaku 6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Ya 4 3.8 3.8 3.8

Tidak 102 96.2 96.2 100.0

Total 106 100.0 100.0

Perilaku 7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Ya 3 2.8 2.8 2.8

Tidak 103 97.2 97.2 100.0

Total 106 100.0 100.0

76
Perilaku 8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Ya 1 .9 .9 .9

Tidak 105 99.1 99.1 100.0

Total 106 100.0 100.0

Perilaku 9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Ya 2 1.9 1.9 1.9

Tidak 104 98.1 98.1 100.0

Total 106 100.0 100.0

Perilaku 10

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Ya 1 .9 .9 .9

Tidak 105 99.1 99.1 100.0

Total 106 100.0 100.0

77

Anda mungkin juga menyukai