PENEGAKKAN HAM
Paper
Untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Pancasila
Yang dibina oleh Bpk. M. Mujtaba Habibi
Oleh Kelompok 6 :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keadilan sosial merupakan hal yang sangat rentan dalam sebuah negara.
Keadilan sosial juga menjadi salah satu tujuan bangsa Indonesia sesuai dengan isi
dari Undang-Undang Dasar Negara Repblik Indoensia Tahun 1945. Menurut UU
Nomor 11 Tahun 2009, Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya
kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan
mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
Namun dalam proses penegakannya, masih banyak terjadi permasalahan-
permasalahan, salah satunya adalah permasalahan di bidang Hak Asasi Manusia
(HAM). Hal ini terjadi karena setiap manusia berupaya untuk memenuhi hak
asasinya sendiri sehingga terkadang timbul pelanggaran HAM baik yang
disengaja maupun tidak di sengaja.
Di era yang sudah berkembang pesat seperti saat ini, pelanggaran terhadap
HAM semakin banyak terjadi yang disebabkan oleh rasa egoisme dari setiap
individu untuk memenuhi hak asasinya sendiri, terlebih jumlah penduduk
Indonesia melebihi 250 juta penduduk. Perlu di ingat bahwa dalam hal
pemenuhan hak, kita hidup tidak sendiri dan kita hidup bersosialisasi dengan
orang lain. Jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM terhadap orang lain
dalam usaha perolehan atau pemenuhan HAM pada diri kita sendiri. Oleh karena
itu, penulis merasa tertarik untuk membuat makalah tentang penegakan keadilan
melalui HAM. Maka dengan ini penulis mengambil judul “ Mewujudkan
Keadilan Sosial melalui Penegakkan HAM”.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari keadilan social?
2. Apa saja bentuk keadilan sosial?
3. Apa pengertian HAM?
4. Apa saja bentuk upaya penegakkan HAM?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari keadilan sosial
2. Mengetahui bentuk-bentuk keadilan sosial
3. Mengetahui pengertian HAM
4. Mengetahui upaya penegakkan HAM
PEMBAHASAN
A. Keadilan yang memiliki kata dasar “ adil ” memiliki arti tidak berat
sebelah, tidak memihak, berpihak pada yang benar, sepatutnya, tidak
sewenang-wenang. Perilaku adil akan menyebabkan seseorang memperoleh
haknya. Pada pelaksanaannya, keadilan selalu terkait dengan kehidupan
bersama dalam bermasyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat dikenal
tiga jenis keadilan yaitu keadilan komutatif, keadilan distributif, dan
keadilan legalis.
Keadilan sosial adalah sebuah konsep yang membuat para filsuf terkagum-
kagum sejak Plato membantah filsuf muda, Thrasymachus, karena ia
menyatakan bahwa keadilan adalah apa pun yang ditentukan oleh si terkuat.
Dalam Republik, Plato meresmikan alasan bahwa sebuah negara ideal akan
bersandar pada empat sifat baik: kebijakan, keberanian, pantangan (atau
keprihatinan), dan keadilan.
Setiap manusia lahir pasti memiliki hak asasi manusia, hak yang dimiliki
sejak lahir untuk untuk berpendapat dan melakukan yang mereka mau dengan
tidak melanggar peraturan-peraturan yang berlaku. Menurut UU No 39 Tahun
1999 pasal 1, HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada setiap diri manusia
sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, dimana hak tersebut merupakan
anugerah yang wajib di dilindungi dan hargai oleh setiap manusia. Dalam
kehidupan sehari-hari terkadang timbul gesekan-gesekan antar individu dalam
upaya pemenuhan HAM pada dirinya sendiri. Hal inilah, yang dapat
memunculkan pelanggaran HAM seorang individu terhadap individu lain,
kelompok terhadap individu, ataupun sebaliknya. . Perlu diingat bahwa dalam hal
pemenuhan hak, kita hidup tidak sendiri dan kita hidup bersosialisasi dengan
orang lain. Jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM terhadap orang lain
dalam usaha perolehan atau pemenuhan HAM pada diri kita sendiri.
Isi dari UUD 1945 pasal 27 sampai dengan pasal 34 mengatur dan menjamin hak-
hak warga negara Indonesia dalam berbagai aspek. Pada intinya, isi yang
terkandung dalam UUD 1945 pasal 27 sampai dengan pasal 34 ini berkaitan
dengan hak-hak asasi yang dimiliki oleh manusia secara umum. UUD 1945 Pasal
27 – 34 lebih mekankan kepada penjaminan terhadap hak-hak yang dimiliki oleh
segenap warga negara Indonesia.
Dalam menjalankan peran dan fungsinya, komisi ini memiliki tugas pokok yaitu
melakukan pengawasan terhadap jalannya perlindungan anak yang di Indonesia
baik di dalam lingkungan keluarga, masyarakat, maupun pendidikan.
A. Keadilan Sosial
CONTOH KASUS
Wajah-wajah hitam manis itu terlihat tegang seperti memendam berbagai pertanyaan. Bahkan
saat menit-menit pertama aku masuk ke kelas dan menyampaikan salam pembukaan. "Adik-
adik, perkenalkan, saya staf khusus Mendikbud datang ke sini khusus untuk menjemput adik-
adik yang lusa akan berangkat ke Bandung untuk melanjutkan sekolah di sana, tinggal jauh
dari orang tua. Adik-adik sudah siap?". Suasana masih membisu, seperti saling menunggu
siapa yang berani paling awal angkat suara, lalu yang lain akan mengikuti seperti suara koor.
"Saya ulang lagi, siaap?". Dimulai oleh suara satu orang diikuti suara serentak, "siaaap!".
Sebuah kata siap yang nadanya masih canggung, sebenarnya.
Saya beruntung mendapatkan kesempatan mengisi salah satu sesi pembekalan tersebut. Saya
memanfaatkan kesempatan tersebut untuk berinteraksi langsung dengan para siswa yang baru
saja lulus SMP dan akan berpisah dengan orang tuanya selama tiga tahun tersebut. Interaksi
langka itu saya manfaatkan untuk memotivasi mereka agar siap menjalani kehidupan yang
tentu saja jauh berbeda dengan sebelumnya.
Setiap tahun, Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
memberangkatkan 500 siswa menengah dari Papua untuk di sekolahkan di beberapa kota di
luar Papua seperti Bandung, Serang, Semarang, Yogyakarta, Madiun, Surabaya, Denpasar
dan sebagainya. Programnya disebut dengan Afirmasi Pendidikan Menengah untuk Papua
(ADEM).
Program afirmasi ini sudah berjalan selama 3 tahun sehingga sudah 1500 siswa asli Papua
yang masuk dalam program afirmasi ini. Tujuannya adalah untuk mempercepat kemajuan
pendidikan di tanah Papua. Disamping menempuh pendidikan di sekolah-sekolah, para siswa
Papua diharapkan bisa membaur den belajar mengenai berbagai budaya yang ada di tempat
tinggalnya yang baru.
Ini adalah program yang menurut saya keren. Ini merupakan program akulturasi yang
hasilnya bisa kita rasakan puluhan tahun yang akan datang. Bayangkan, 10-20 tahun lagi,
ketika mereka selesai menempuh pendidikan tinggi dan bahkan berkarir di luar pulaunya,
mereka akan membangun jejaring persahabatan yang akan berdampak pada kemajuan Papua.
Tidak perlu menunggu 10 tahun, saat mereka menempuh pendidikan, mereka akan
berinteraksi, belajar budaya lain, dan juga membangun persaudaraan antar etnis.
Tiga hari kemudian (14 Agustus 2015), ratusan siswa program ADEM Papua tersebut
diserahterimakan oleh Pemerintah Provinsi Papua kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat
(14/8). Tidak hanya yang dari klaster Merauke, sebagain siswa juga diberangkatkan dari
klaster Jayapura dan Biak yang diberangkatkan ke kota lain, seperti Semarang dan Surabaya.
Kali ini istimewa, acara penyambutan di kota Bandung dihadiri langsung oleh Staf Khusus
Presiden RI Lenis Kogoya. Disamping itu, perwakilan dari Kementerian Dalam Negeri juga
hadir.
Dalam sambutannya staf khusus presiden yang juga ketua Lembaga Masyarakat Adat (LMA)
Papua menyampaikan bahwa program afirmasi ini adalah bentuk investasi kita untuk
membangun Papua di masa depan. "Ke depan, kita akan upayakan memperbesar program ini
bukan hanya pengiriman siswa ke Jawa dan Bali saja, tetapi juga ke pulau-pulau lain di
Indonesia"' ungkapnya.
Saya berfikir, ini program keren banget. Ke depan memang harus diperbesar skalanya dan
distribusinya diperluas. Bukan hanya ke sekolah di kota-kota Jawa dan sekitarnya, tetapi juga
ke Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan sebagainya. Jika selama ini, siswa-siswa ADEM
kebanyakan dikostkan atau diasramakan di sekolah tujuan, ke depan program orang tua asuh
musti didorong. Anak-anak siswa ADEM jangan lagi kos atau asrama, tetapi diikutkan
kepada keluarga atau orang tua asuh. Tujuannya, agar terbangun persaudaraan jangka
panjang, kelurga yang menjadi orang tua asuh akan menjadi saudara bagi keluarga siswa
ADEM di tanah kelahirannya di Papua. Siswa-siswa ADEM juga akan lebih cepat proses
adaptasinya karena diasuh langsung oleh keluarga yang secara sosial sudah diakui oleh
masyarakat sekitarnya.
Biarkan anak-anak Papua juga tumbuh dan merasakan interaksi dengan saudara-saudaranya
di luar Papua secara dini. Agar perasaan menjadi Indonesia juga tumbuh dari semenjak awal.
Agar kesempatan yang sama, duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi, bersama saudara-
saudaranya se-Indonesia. Agar orang-orang yang di luar Papua, tak lagi menganggap orang
lain kepada orang-orang Papua. biar semua merasakan bahwa, "Papua Adalah Kita"!.
Sumber
https://media.neliti.com/media/publications/265442-perwujudan-keadilan-dan-keadilan-sosial-
b6aa6e8f.pdf