Anda di halaman 1dari 12

MEWUJUDKAN KEADILAN SOSIAL MELALUI

PENEGAKKAN HAM

Paper
Untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Pancasila
Yang dibina oleh Bpk. M. Mujtaba Habibi

Oleh Kelompok 6 :

1. Dimas Rahmat Wijayanto (180422623172)


2. Fahmi Irfan Susanto (180422623204)
3. Ghufran Ghozali (180422623072)
4. Hamdan Masykurul Umam (180422623130)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
OKTOBER 2019

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keadilan sosial merupakan hal yang sangat rentan dalam sebuah negara.
Keadilan sosial juga menjadi salah satu tujuan bangsa Indonesia sesuai dengan isi
dari Undang-Undang Dasar Negara Repblik Indoensia Tahun 1945. Menurut UU
Nomor 11 Tahun 2009, Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya
kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan
mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
Namun dalam proses penegakannya, masih banyak terjadi permasalahan-
permasalahan, salah satunya adalah permasalahan di bidang Hak Asasi Manusia
(HAM). Hal ini terjadi karena setiap manusia berupaya untuk memenuhi hak
asasinya sendiri sehingga terkadang timbul pelanggaran HAM baik yang
disengaja maupun tidak di sengaja.

Di era yang sudah berkembang pesat seperti saat ini, pelanggaran terhadap
HAM semakin banyak terjadi yang disebabkan oleh rasa egoisme dari setiap
individu untuk memenuhi hak asasinya sendiri, terlebih jumlah penduduk
Indonesia melebihi 250 juta penduduk. Perlu di ingat bahwa dalam hal
pemenuhan hak, kita hidup tidak sendiri dan kita hidup bersosialisasi dengan
orang lain. Jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM terhadap orang lain
dalam usaha perolehan atau pemenuhan HAM pada diri kita sendiri. Oleh karena
itu, penulis merasa tertarik untuk membuat makalah tentang penegakan keadilan
melalui HAM. Maka dengan ini penulis mengambil judul “ Mewujudkan
Keadilan Sosial melalui Penegakkan HAM”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari keadilan social?
2. Apa saja bentuk keadilan sosial?
3. Apa pengertian HAM?
4. Apa saja bentuk upaya penegakkan HAM?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari keadilan sosial
2. Mengetahui bentuk-bentuk keadilan sosial
3. Mengetahui pengertian HAM
4. Mengetahui upaya penegakkan HAM

PEMBAHASAN
A. Keadilan yang memiliki kata dasar “ adil ” memiliki arti tidak berat
sebelah, tidak memihak, berpihak pada yang benar, sepatutnya, tidak
sewenang-wenang. Perilaku adil akan menyebabkan seseorang memperoleh
haknya. Pada pelaksanaannya, keadilan selalu terkait dengan kehidupan
bersama dalam bermasyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat dikenal
tiga jenis keadilan yaitu keadilan komutatif, keadilan distributif, dan
keadilan legalis.

Keadilan komutatif adalah keadilan yang terjadi antara hubungan pribadi


dengan pribadi lainnya. Dalam hubungan antar individu sebagai warga yang
harus dilandasi dengan pe rilaku adil . Keadilan ini bertujuan untuk
menciptakan kehidupan bermasyarakat yang sejahtera dan makmur.
Keadilan distributif adalah keadilan antar negara terhadap warganya.
Terkait pihak negara wajib berlaku adil untuk setiap warganya misalnya
setiap warga memiliki hak untuk sejahtera yang seharusnya ada program
pembagian bantuan, subsidi, dan lainnya yang diselenggarakan oleh negara.
Keadilan hukum berkaitan dengan hubungan pribadi dengan masyarakat.
Dalam hubungan ini, harus ada interaksi yang adil dari setiap individu
terhadap masyarakat keseluruhan.

Keadilan sosial adalah sebuah konsep yang membuat para filsuf terkagum-
kagum sejak Plato membantah filsuf muda, Thrasymachus, karena ia
menyatakan bahwa keadilan adalah apa pun yang ditentukan oleh si terkuat.
Dalam Republik, Plato meresmikan alasan bahwa sebuah negara ideal akan
bersandar pada empat sifat baik: kebijakan, keberanian, pantangan (atau
keprihatinan), dan keadilan.

Penambahan kata sosial adalah untuk membedakan keadilan sosial dengan


konsep keadilan dalam hukum.

Keadilan sosial juga merupakan salah satu butir dalam Pancasila.

B. Bentuk-bentuk Keadilan Sosial


Perwujudan keadilan dan keadilan sosial dalam Negara hukum merupakan
unsur utama, mendasar, sekaligus unsur yang paling rumit, luas, struktural dan
abstrak. Menurut Gustav Radburg kehadiran hukum harus dapat mewujudkan 3
(tiga) nilai dasar, yaitu: (i) nilai keadilan (justice), (ii) kepastian (certainty), dan
(iii) nilai kemanfaatan (utility). Aplikasi secara sinergi dari ketiganya tentulah
tidak mudah, namun demikian idealnya dalam setiap penyusunan produk hukum
maupun penegakan hukum, kehadiran ketiganya harus mendapatkan proporsi
yang seimbang.

Sejatinya keadilan sosial menurut UUD NRI 1945 mengusung kredo


equalitarianism (paham masyarakat dengan perbedaan yang oleh karena itu perlu
diasumsikan sama atau sederajat), bukannya kredo egalitarianism (faham tentang
masyarakat tanpa perbedaan dan oleh karena itu semua orang sama tanpa kecuali).
Makna asasi dari kredo kesederajatan dalam konteks ke-Indonesia-an adalah
ajaran untuk tidak menyamakan sesuatu yang berbeda dan tidak memaksakan
persamaan untuk mengatasi perbedaan. Keadilan sosial haruslah diartikan dengan
sikap untuk memperlakukan sama terhadap hal-hal yang sama dan
memperlakukan berbeda terhadap hal-hal yang memang berbeda karena apabila
terhadap hal-hal yang berbeda diperlakukan sama justru akan menjadi tidak adil.

Merujuk ketentuan Pasal 33 UUD NRI 1945, meskipun tanpa mengurangi


keterkaitan dengan dimensi keadilan yang lainnya. Tampaknya makna keadilan
sosial yang tersirat lebih dominan keterkaitannya dengan keadilan ekonomi.
Ketentuan Pasal 33 Ayat (2) UUD NRI 1945 tersebut merupakan wujud
demokrasi ekonomi, yang merupakan landasan tata kelola Sistem Ekonomi
Pancasila .

Dalam demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua, di


bawah pimpinan dan atau pemilikan masyarakat. Konsepsi ini yang sejalan
dengan visi transformasi struktur ekonomi di mana tidak akan ada lagi segelintir
elit yang menguasai mayoritas asset (omset) ekonomi nasional. Konsepsi
demokrasi ekonomi sebagai suatu bentuk usaha bersama dan didasarkan asas
kekeluargaan, merupakan antitesa dari ekonomi kolonial yang individual dan
eksploitatif. Semangat inilah yang mendorong pemikiran bahwa negara harus ikut
campur dalam perekonomian.

Pemikiran bahwa negara merupakan figur sentral dalam perekonomian didasarkan


pada pandangan bahwa hanya jika perekonomian berada di bawah kontrol negara,
sekalipun tidak sepenuhnya maka kesejahteraan rakyat mungkin akan tercapai,
karena jika perekonomian diserahkan sepenuhnya pada kalangan swasta dan
individu, maka pemenuhan kesejahteraan rakyat akan sulit tercapai. Tujuan
keadilan sosial adalah tersusunnya suatu masyarakat yang berkeadilan, tertib dan
teratur, dimana setiap orang mendapatkan kesempatan membangun kehidupan
yang layak sehingga tercipta kesejahteraan umum. Kesejahteraan umum berarti
bahwa diakui dan dihormati hak asasi manusia setiap warga Negara dan
tersedianya barang dan jasa keperluan hidup terjangkau oleh daya beli
masyarakat. Perwujudan keadilan sosial adalah perilaku untuk memberikan
kepada orang lain apa yang menjadi haknya demi terwujudnya masyarakat yang
sejahtera.

C. Pengertian Hak Asasi Manusia

Setiap manusia lahir pasti memiliki hak asasi manusia, hak yang dimiliki
sejak lahir untuk untuk berpendapat dan melakukan yang mereka mau dengan
tidak melanggar peraturan-peraturan yang berlaku. Menurut UU No 39 Tahun
1999 pasal 1, HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada setiap diri manusia
sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, dimana hak tersebut merupakan
anugerah yang wajib di dilindungi dan hargai oleh setiap manusia. Dalam
kehidupan sehari-hari terkadang timbul gesekan-gesekan antar individu dalam
upaya pemenuhan HAM pada dirinya sendiri. Hal inilah, yang dapat
memunculkan pelanggaran HAM seorang individu terhadap individu lain,
kelompok terhadap individu, ataupun sebaliknya. . Perlu diingat bahwa dalam hal
pemenuhan hak, kita hidup tidak sendiri dan kita hidup bersosialisasi dengan
orang lain. Jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM terhadap orang lain
dalam usaha perolehan atau pemenuhan HAM pada diri kita sendiri.

D. Bentuk Penegakkan HAM di Indonesia

1. Penegakan Pemerintah Melalui Undang-Undang


Undang-undang merupakan produk hukum yang dimiliki oleh pemerintah
Indonesia yang digunakan sebagai pelaksanaan suatu kebijakan atau tindakan
yang menyangkut kehidupan bermasyarakat dan bernegara di Indonesia. Produk
ini merupakan hasil dari perundingan yang dilakukan oleh pemerintah melalui
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan atas persetujuan Presiden. Undang-undang
sebagai pedoman dan acuan kehidupan bermasyarakat dan bernegara juga
mempunyai mengatur tentang hak asasi manusia. Adapun undang-undang yang
berkaitan dengan penegakan hak asasi manusia yaitu sebagai berikut:

 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974

Undang-Undang No.1 Tahun 1974 merupakan udang-undang yang berkaitan


upaya pemerintah dalam menegakkan HAM dengan hak asasi manusia yang
mengatur tentang perkawinan di Indonesia. Keluarga atau rumah tangga yang
dibentuk bertujuan untuk kebahagiaan yang dilandaskan pada Ketuhanan Yang
Maha Esa. Undang-undang perkawinan ini merupakan bentuk perhatian
pemerintah Indonesia terhadap hak asasi personal yang dimiliki oleh warga
negaranya.

 TAP MPR Nomor XVII/MPR/1998

Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 merupakan produk dari Majelis


Permusyawaratan Rakyat. Ketetapan MPR ini merupakan ketetapan yang
berkaitan tentang hak-hak asasi manusia khususnya hak-hak asasi warga negara
Indonesia. TAP MPR ini disebut sebagai piagam hak asasi manusia. Dalam
ketetapan MPR ini, hak asasi manusia diakui sebagai hak yang diberikan oleh
Tuhan Yang Maha Esa kepada ciptaannya yang perlu dijaga dan dilindungi oleh
negara.. Beberapa hak asasi manusia yang terdapat dalam ketetapan MPR ini
antara lain:

 Hak untuk hidup  Hak untuk mendapatkan


 Hak untuk berkeluarga kemerdekaan
 Hak untuk melakukan  Hak atas kebebasan informasi
pengembangan diri  Hak atas rasa aman
 Hak untuk mendapatkan  Hak atas kesejahteraan
keadilan

 Undang-Undang No. 39 Tahun 1999

Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 merupakan undang-undang yang


menggantikan Ketetapan MPR MPR Nomor XVII/MPR/1998. Melalui undang-
undang ini, penegakan hak asasi bagi seluruh masyarakat Indonesia lebih
diperkuat sejalan dengan pandangan bangsa mengenai Pancasila sebagai
filsafat bangsa Indonesia. Di undang-undang in terdapat beberapa tambahan
mengenai hak-hak asasi manusia sebagai warga negara Indonesia. Penambahan
hak-hak asasi tersebut antara lain:

 Hak untuk berperan serta dalam sistem pemeritnahan


 Hak-hak perempuan
 Hak-hak anak

 Undang-Undang No. 23 Tahun 2004

Undang-Undang No. 23 Tahun 20014 adalah undang-undang yang berisikan


tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga. Undang-undang ini
merupakan sebuah tindak lanjut dari Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 yang
mengatur tentang perkawinan

 Undang-Undang No. 35 Tahun 2014

Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 merupakan undang-undang tentang


perubahan atas UU No. 23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak. Undang-
undang ini mengatur hak-hak asasi yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia
khususnya hak-hak asasi yang dimiliki oleh setiap anak yang ada di Indonesia.
 UUD 1945 Pasal 27 – 34

Isi dari UUD 1945 pasal 27 sampai dengan pasal 34 mengatur dan menjamin hak-
hak warga negara Indonesia dalam berbagai aspek. Pada intinya, isi yang
terkandung dalam UUD 1945 pasal 27 sampai dengan pasal 34 ini berkaitan
dengan hak-hak asasi yang dimiliki oleh manusia secara umum. UUD 1945 Pasal
27 – 34 lebih mekankan kepada penjaminan terhadap hak-hak yang dimiliki oleh
segenap warga negara Indonesia.

2. Pembentukan Pemerintah Komisi Nasional

 Komisi Nasional Perempuan

Komisi Nasional Perempuan merupakan komisi nasional yang dibentuk oleh


pemerintah dalam melakukan upaya penegakan hak asasi manusia khususnya pada
hak asasi perempuan. Dalam menjalankan peran dan fungsinya, komisi ini
mempunyai tujuan untuk:

1. Menghapuskan bentuk-bentuk kekerasan terhadap kaum wanita.


2. Menegakkan hak-hak asasi manusia khususnya perempuan di Indonesia.
3. Meningkatkan upaya penanggulangan kekerasan terhadap perempuan.

 Komisi Perlindungan Anak Indonesia

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) merupakan komisi yang dibentuk


oleh pemerintah untuk melindungi dan menegakkan hak-hak yang oleh dimiliki
seluruh anak di Indonesia. Komisi ini didirikan pada 20 Oktober 2002 atas
desakan para orangtua yang merasa bahwa hak-hak anaknya tidak terpenuhi
dengan baik.

Dalam menjalankan peran dan fungsinya, komisi ini memiliki tugas pokok yaitu
melakukan pengawasan terhadap jalannya perlindungan anak yang di Indonesia
baik di dalam lingkungan keluarga, masyarakat, maupun pendidikan.

3. Pembentukan Pengadilan HAM


Keberadaan pengadilan HAM di Indonesia merupakan salah satu upaya
pemerintah dalam menegakkan hak asasi manusia. Pengadilan HAM ini dibentuk
berdasarkan UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM. Dalam
menjalankan perannya, pengadilan ini berperan khusus dalam mengadili kejahatan
genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan.

4. Penegakan Melalui Proses Pendidikan


Penegakan hak asasi manusia juga dapat dilakukan melalui proses pendidikan,
baik itu dalam pendidikan formal, informal, maupun non formal. Proses
penegakan yang dilakukan melalui proses pendidikan merupakan penanaman
konsep tentang HAM itu sendiri kepada peserta didik yang ikut di dalam proses
pendidikan.
KAJIAN PUSTAKA

A. Keadilan Sosial
CONTOH KASUS

Saat Anak-anak Papua Membaur ke Jawa


20 September 2015   18:44 Diperbarui: 20 September 2015   18:48  1  1 3

Wajah-wajah hitam manis itu terlihat tegang seperti memendam berbagai pertanyaan. Bahkan
saat menit-menit pertama aku masuk ke kelas dan menyampaikan salam pembukaan. "Adik-
adik, perkenalkan, saya staf khusus Mendikbud datang ke sini khusus untuk menjemput adik-
adik yang lusa akan berangkat ke Bandung untuk melanjutkan sekolah di sana, tinggal jauh
dari orang tua. Adik-adik sudah siap?". Suasana masih membisu, seperti saling menunggu
siapa yang berani paling awal angkat suara, lalu yang lain akan mengikuti seperti suara koor.
"Saya ulang lagi, siaap?". Dimulai oleh suara satu orang diikuti suara serentak, "siaaap!".
Sebuah kata siap yang nadanya masih canggung, sebenarnya.

Sekitar 97 siswa dari pedalaman kabupaten di Papua bagian tengah-selatan seperti Merauke,


Puncak, Boven Digoel, Pegunungan Bintang, dan Asmat dikumpulkan selama 3 hari di
sebuah asrama Katholik di Ibu Kota Merauke. Mereka mengikuti pembekalan menjelang
pemberangkatan ke Bandung, Jawa Barat. Dari Bandung mereka akan didistribusikan ke
berbagai sekolah menengah di sekitar Jawa Barat, seperti Tasikmalaya, Bekasi, Karawang,
dan sebagainya.

Saya beruntung mendapatkan kesempatan mengisi salah satu sesi pembekalan tersebut. Saya
memanfaatkan kesempatan tersebut untuk berinteraksi langsung dengan para siswa yang baru
saja lulus SMP dan akan berpisah dengan orang tuanya selama tiga tahun tersebut. Interaksi
langka itu saya manfaatkan untuk memotivasi mereka agar siap menjalani kehidupan yang
tentu saja jauh berbeda dengan sebelumnya.

Setiap tahun, Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
memberangkatkan 500 siswa menengah dari Papua untuk di sekolahkan di beberapa kota di
luar Papua seperti Bandung, Serang, Semarang, Yogyakarta, Madiun, Surabaya, Denpasar
dan sebagainya. Programnya disebut dengan Afirmasi Pendidikan Menengah untuk Papua
(ADEM).

Program afirmasi ini sudah berjalan selama 3 tahun sehingga sudah 1500 siswa asli Papua
yang masuk dalam program afirmasi ini. Tujuannya adalah untuk mempercepat kemajuan
pendidikan di tanah Papua. Disamping menempuh pendidikan di sekolah-sekolah, para siswa
Papua diharapkan bisa membaur den belajar mengenai berbagai budaya yang ada di tempat
tinggalnya yang baru.

Ini adalah program yang menurut saya keren. Ini merupakan program akulturasi yang
hasilnya bisa kita rasakan puluhan tahun yang akan datang. Bayangkan, 10-20 tahun lagi,
ketika mereka selesai menempuh pendidikan tinggi dan bahkan berkarir di luar pulaunya,
mereka akan membangun jejaring persahabatan yang akan berdampak pada kemajuan Papua.
Tidak perlu menunggu 10 tahun, saat mereka menempuh pendidikan, mereka akan
berinteraksi, belajar budaya lain, dan juga membangun persaudaraan antar etnis.

Demikian juga siswa-siswa di sekolah yang ditampatinya, akan mendapatkan pengalaman


menerima kedatangan siswa dari tempat lain yang kebetulan secara tradisi dan budaya cukup
jauh berbeda. ini adalah soal membangun ke-Indonesiaan, soal menjadikan setiap rakyat yang
hidup di belahan Indonesia manapun merasakan rassa kei-Indonesiaannya.

Staf Khusus Presiden Asli Papua

Tiga hari kemudian (14 Agustus 2015), ratusan siswa program ADEM Papua tersebut
diserahterimakan oleh Pemerintah Provinsi Papua kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat
(14/8). Tidak hanya yang dari klaster Merauke, sebagain siswa juga diberangkatkan dari
klaster Jayapura dan Biak yang diberangkatkan ke kota lain, seperti Semarang dan Surabaya.
Kali ini istimewa, acara penyambutan di kota Bandung dihadiri langsung oleh Staf Khusus
Presiden RI Lenis Kogoya. Disamping itu, perwakilan dari Kementerian Dalam Negeri juga
hadir.
 
Dalam sambutannya staf khusus presiden yang juga ketua Lembaga Masyarakat Adat (LMA)
Papua menyampaikan bahwa program afirmasi ini adalah bentuk investasi kita untuk
membangun Papua di masa depan. "Ke depan, kita akan upayakan memperbesar program ini
bukan hanya pengiriman siswa ke Jawa dan Bali saja, tetapi juga ke pulau-pulau lain di
Indonesia"' ungkapnya. 

Saya berfikir, ini program keren banget. Ke depan memang harus diperbesar skalanya dan
distribusinya diperluas. Bukan hanya ke sekolah di kota-kota Jawa dan sekitarnya, tetapi juga
ke Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan sebagainya. Jika selama ini, siswa-siswa ADEM
kebanyakan dikostkan atau diasramakan di sekolah tujuan, ke depan program orang tua asuh
musti didorong. Anak-anak siswa ADEM jangan lagi kos atau asrama, tetapi diikutkan
kepada keluarga atau orang tua asuh. Tujuannya, agar terbangun persaudaraan jangka
panjang, kelurga yang menjadi orang tua asuh akan menjadi saudara bagi keluarga siswa
ADEM di tanah kelahirannya di Papua. Siswa-siswa ADEM juga akan lebih cepat proses
adaptasinya karena diasuh langsung oleh keluarga yang secara sosial sudah diakui oleh
masyarakat sekitarnya.

Biarkan anak-anak Papua juga tumbuh dan merasakan interaksi dengan saudara-saudaranya
di luar Papua secara dini. Agar perasaan menjadi Indonesia juga tumbuh dari semenjak awal.
Agar kesempatan yang sama, duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi, bersama saudara-
saudaranya se-Indonesia. Agar orang-orang yang di luar Papua, tak lagi menganggap orang
lain kepada orang-orang Papua. biar semua merasakan bahwa, "Papua Adalah Kita"!.
Sumber
https://media.neliti.com/media/publications/265442-perwujudan-keadilan-dan-keadilan-sosial-
b6aa6e8f.pdf

Anda mungkin juga menyukai