Anda di halaman 1dari 12

2.1.

     PENGERTIAN PAJAK
Terdapat bermacam-macam batasan atau definisi tentang "pajak" yang dikemukakan oleh
para ahli diantaranya adalah :
a)      Rifhi Siddiq 
Pajak adalah iuran yang dipaksakn pemerintahan suatu negara dalam periode tertentu kepada
wajib pajak yang bersifat wajib dan harus dibayarkan oleh wajib pajak kepada negara dan bentuk
balas jasanya tidak langsung
b)   Leroy Beaulieu 
Pajak adalah bantuan, baik secara langsung maupun tidak yang dipaksakan oleh kekuasaan
publik dari penduduk atau dari barang, untuk menutup belanja pemerintah
c)   P. J. A. Adriani 
Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang
wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak
mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan
pemerintahan
d)  Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH 
Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Definisi tersebut
kemudian dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut: Pajak adalah peralihan kekayaan dari
pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan
untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment'
e)              Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., & Brock Horace R 
Pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat
pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih
dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat
melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan pemerintahan.

1. Teori Asuransi Pembayaran pajak menurut teori asuransi di ibaratkan seperti


pembayaran premi karena mendapat jaminan dari negara. Negara bertugas melindungi
orang dan/atau warganya dengan segala kepentingan, yaitu keselamatan dan keamanan
jiwa serta harta bendanya. Akan tetapi, teori ini sudah banyak ditentang oleh beberapa para
pakar. Alasan para pakar menentang teori ini adalah: (a) jika ada timbul kerugian tidak ada
pergantian secara langsung dari negara, (2) antara pembayaran jumlah pajak dan jasa yang
diberikan oleh negara tidak terdapat hubungan langsung.

2. Teori Kepentingan. Pembagian beban pajak kepada negara didasarkan pada


“kepentingan” atau “perlindungan” masing-masing orang. Oleh karena itu, semakin besar
“kepentingan” seseorang terhadap negara, maka semakin besar pula pajak yang harus
dibayar
3. Teori Daya pikul. Beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya. Hal ini
mengandung makna bahwa pajak harus di bayarkan sesuai dengan “daya pikul” masing-
masing orang. Pendekatan untuk mengukur daya pikul ada dua yaitu (1) unsur objektif,
yaitu dengan melihat besarnya penghasilan atau kekayaan yang dimiliki oleh seseorang, (2)
unsur subjektif, yaitu dengan memperhatikan besarnya kebutuhan materiil yang harus
dipenuhi. So, mungkin sama-sama berpenghasilan Rp10.000.000, namun pembayaran
pajak penghasilannya. Penghasilan sama, namun juga harus melihat jumlah tanggungan
(misal status kawin dan jumlah tanggungannya).

4. Teori Bakti. teori ini secara sederhana menyatakan bahwa  warga negara membayar
pajak karena baktinya kepada negara. Teori bakti disebut juga teori kewajiban mutlak

5. Teori Asas Daya Beli. Teori ini berpendapat bahwa fungsi pemungutan pajak adalah
mengambil daya beli dari rumah tangga masyarakat untuk rumah tangga negara, kemudian
menyalurkan kembali ke masyarakat dengan maksud untuk memelihara kehidupan
masyarakat dan untuk membawa ke arah tertentu (misal kesejahteraan).

2.2.            PENGELOMPOKAN PAJAK
Penggolongan Pajak Dalam berbagai literatur llmu Keuangan Negara dan Pengantar llmu
Hukum Pajak terdapat pembedaan atau penggolongan pajak (classes of taxes, kind of taxes) serta
jenis-jenis pajak. Penggolongan pajak diatur menurut sifat dan sistem pemungutannya, dan
penggolongan-penggolongan tersebut semuanya dilakukan berdasarkan wajib pajak. Aturan
mengenai perpajakan di Indonesia tercantum dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007.
Pemungutan pajak yang dilakukan oleh pihak pemerintah terkait bertujuan untuk membangun
infrastruktur sebuah negara. Seperti,Rumah Sakit Umum Daerah, Jalan Raya, dan fasilitas umum
lainnya yang berguna untuk masyarakat. Pada umumnya pajak digolongkan atas beberapa bagian
seperti Pajak Langsung dan Pajak Tidak Langsung, penggolongan pajak pusat dan pajak daerah,
menurut golongan pajak, pajak subjektif dan objektif serta menurut pajak pribadi atau menurut
pajak kebendaan. OECD juga membuat penggolongan tersendiri atas kriteria tertentu.
a.      Menurut golongannya:
1.      Pajak langsung, pajak yang dikenakan pada wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau
dilimpahkan pada orang lain. Dalam arti ekonomis ialah pajak yang beban pembayarannya harus
dipikul sendiri oleh wajib pajak bersangkutan dan tidak boleh dilimpahkan kepada orang lain.
Pajak angsung dalam arti administratif ialah pajak yang dipungut secara erkala. Contoh: pajak
penghasilan (Pph)
2.       Pajak tidak langsung, pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau ilimpahkan kepada
orang lain. Dalam pengertian ekonomis adalah ajak yang beban pembayarannya dapat
dilimpahkan kepada orang lain, ang menanggung beban pajak pada akhirnya adalah konsumen.
Dalam engertian administratif adalah pajak uang dipungut setiap terjadi eristiwa yang
menyebabkan terhutangnya pajak. Misal saat penyerahanpenjualan dari produsen pada
konsumen, saat pembuatan akta, suratpersetujuan (sewa menyewa, jual beli, pinjam meminjam),
pajak pertambahan nilai (Ppn), pajak bea materai (pajak atas dokumen), bea balik nama, pajak
tontonan dan sebagainya.
b.      Menurut sifatnya
1.      Pajak Subjektif (pajak perseorangan); ialah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
subyeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Dalam pemungutannya pertama-
tama memperhatikan keadaan pribadi pembayarnya (subyeknya). Status pembayar pajak akan
mempengaruhi besar kecilnya pajak yang akan dibayarkan. Misal status bujangan atau perawan,
status kawin, jumlah tanggungan keluarga dalam pajak penghasilan untuk wajib pajak orang
pribadi,
2.      Pajak objektif. (pajak kebendaan); yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa
memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Dalam pemungutannya pertama-tama melihat
obyeknya baik berupa benda, keadaan perbuatan dan peristiwa yang menyebabkan kewajiban
membayar pajak. Besar kecilnya pajak tidak dipengaruhi oleh keadaan subyeknya, setelah
ketemu obyeknya baru dicari subyeknya (orang atau badan yang bersangkutan), contoh: PPN,
PKB dan PBB.
c.       Menurut lembaganya pemungutnya
Pajak Pusat (Pajak Negara); adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat yang
penyelenggaraannya dilaksanakan oleh departemen keuangan dan hasilnya digunakan untuk
pembiayaan rumah tangga negara pada umumnya. Contoh: Pajak penghasilan, Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea
Materai.
Pajak yang dipungut pemerintah pusat, adalah oleh Dirjen Pajak, yakni: PPh: Pajak
Penghasilan adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau badan pada tingkat
keberhasilan tertentu PPN (Pajak Pertambahan Nilai Barang dan jasa) dan Ph.Bm. (pajak
penjualan atas barang mewah). Keduanya merupakan satu kesatuan sebagai pajak yang dipungut
atas konsumsi dalam negeri oleh karena itu terhadap penyerahan atau import barang mewah
selain dikenakan pajak pertambahan nilai juga dikenakan pajak penjualan atas barang mewah
PBB adalah pajak atas harta tidak bergerak yang terdiri dari tanah dan bangunan (property tax)
Bea Materai adalah pajak yang dikenakan atas dokumen Bea Lelang adalah pajak yang
dikenakan atas barang yang penjualannya dengan cara penjualan lelang.
Pajak daerah (lokal) adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah. Pajak ini
terbatas hanya untuk rakyat daerah itu sendiri dan dilakukan oleh Pemda Tingkat II maupun
Pemda Tingkat I. Contoh pajak daerah adalah pajak hotel, pajak hiburan, pajak restoran, pajak
reklame, pajak tontonan, pajak radio, pajak kendaraan bermotor, pajak bahan bakar dan masih
banyak lainnya.

2.3. FUNGSI PAJAK
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, kususnya didalam
pelasaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk
membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Berdasarkan hal diatas
maka pajak mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
1.      Fungsi anggaran (budgetair)
Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran negara.Untuk menjalankan tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan
pembangunan, negara membutuhkan biaya. Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan
pajak.Dewasa ini pajak digunakan untuk pembiayaan rutin seperti
belanja pegawai, belanja barang,pemeliharaan,dan lain sebagainya.
Untuk pembiayaan pembangunan, uang dikeluarkan
dari tabungan pemerintah,yakni penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin.Tabungan
pemerintah ini dari tahun ke tahun harus ditingkatkan sesuai kebutuhan pembiayaan
pembangunan yang semakin meningkat dan ini terutama diharapkan dari sektor pajak.
2.      Fungsi mengatur (regulerend)
Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan pajak.Dengan fungsi
mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan.Contohnya dalam rangka
menggiring penanaman modal baik dalam negeri maupun luar negeri, diberikan berbagai macam
fasilitas keringanan pajak. Dalam rangka melindungi produksi dalam negeri, pemerintah
menetapkan bea masuk yang tinggi untuk produk luar negeri.
3.      Fungsi stabilitas
Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang
berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan, Hal ini bisa dilakukan
antara lain dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan
pajak yang efektif dan efisien.
4.      Fungsi redistribusi pendapatan
Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai semua kepentingan
umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan
kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
Fungsi Pajak

Fungsi Budgeter. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan nasional atau pengeluaran


negara lainnya. Jadi, pajak merupakan pendapatan negara yang berfungsi menyeimbangkan
pengeluaran negara dengan pendapatan negara.

Fungsi Regulasi. Pajak menjadi alat untuk mengatur kebijakan sosial dan ekonomi. Pajak dapat
digunakan untuk mengatur laju inflasi, mendorong kegiatan ekspor, memberikan proteksi atau
perlindungan terhadap barang produksi dalam negeri dan menarik investasi .

Fungsi Distribusi. Pajak berfungsi mendistribusikan kesejahteraan masyarakat.

Fungsi Stabilitas. Berfungsi untuk menstabilkan kondisi perekonomian. Contohnya, untuk


mengatasi inflasi pemerintah menetapkan pajak yang tinggi agar jumlah uang beredar dapat
dikurangi. Begitu pun ketika negara mengalami kelesuan ekonomi, pemerintah merespon dengan
menurunkan pajak sehingga jumlah uang yang beredar bisa meningkat.
Asas-Asas yang dianut dalam sistem pemungutan pajak adalah :
Asas perpajakan sendiri merupakan dasar dan pedoman yang digunakan oleh pemerintah saat
membuat peraturan atau melakukan pemungutan pajak. Setidaknya ada tiga asas pemungutan
pajak yang kerap dijadikan pedoman di dunia, yaitu:

1. Asas tempat tinggal. Pemungutan pajak dilakukan berdasarkan domisili atau tempat
tinggal seseorang
2. Asas kebangsaan. Pemungutan pajak dilakukan berdasarkan kebangsaan seseorang.
Sebagai contoh, meskipun ada orang Amerika yang tinggal di Jepang, orang tersebut
tidak bisa diwajibkan untuk membayar pajak karena kebangsaannya bukan Jepang.
3. Asas sumber. Pemungutan pajak dilakukan berdasarkan sumber atau tempat penghasilan
berada.

Sedangkan, di Indonesia kita memiliki tujuh asas pemungutan pajak yang selalu dijadikan


pedoman. Baca penjelasan lengkapnya di bawah ini:

1. Asas finansial

Berdasarkan asas ini, pungutan pajak dilakukan sesuai dengan kondisi keuangan (finansial) atau
besaran pendapatan yang diterima oleh wajib pajak.

Contohnya: Pak Ahmad bekerja sebagai guru honorer dengan pendapatan sekitar Rp15.000.000
per tahun, sedangkan Bu Laila bekerja sebagai Advokat dengan pendapatan sekitar Rp1.000
000.000 per tahun.

Berdasarkan asas finansial, besaran pajak yang harus dibayar kedua orang tersebut tentu saja
berbeda. Berdasarkan asas ini pula, penetapan pungutan pajak yang harus dibayarkan kedua
orang tersebut harus lebih kecil dari pendapatan mereka selama setahun.

2. Asas ekonomis

Berdasarkan asas ekonomis, hasil pemungutan pajak di Indonesia harus digunakan sesuai dengan
kepentingan umum (kepentingan rakyat secara menyeluruh). Pajak juga tidak boleh menjadi
penyebab merosotnya kondisi perekonomian rakyat. Bahkan, dengan adanya pemanfaatan hasil
pajak, diharapkan pemerintah bisa membangun negeri ini secara maksimal tanpa harus
mendapatkan pembiayaan melalui skema lain seperti utang luar negeri.

3. Asas yuridis

Asas yuridis pemungutan pajak di Indonesia adalah pasal 23 ayat 2 UUD 1945. Selain itu
pemungutan pajak di Indonesia juga diatur oleh beberapa undang-undang, yaitu:
 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (KUP).
 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (PPh).
 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan
Jasa, serta Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Aturan dan Prosedur Penagihan Pajak
dengan Surat Paksa.
 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB).
 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak yang Berlaku di
Indonesia.
 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
4. Asas umum

Asas pemungutan pajak yang selanjutnya adalah asas umum. Berdasarkan asas ini, pemungutan
pajak di Indonesia didasarkan atas keadilan umum. Artinya, baik pemungutan maupun
penggunaan pajak memang dirancang dari dan untuk masyarakat Indonesia.

5. Asas kebangsaan

Berdasarkan asas kebangsaan, setiap orang yang lahir dan tinggal di Indonesia, wajib membayar
pajak sesuai ketentuan yang berlaku di negeri ini. Berdasarkan asas kebangsaan pula, warga
asing yang tinggal atau berada di Indonesia selama lebih dari 12 bulan tanpa pernah sekalipun
meninggalkan negara ini wajib dikenai pajak selama penghasilan yang mereka dapatkan
bersumber dari Indonesia.

6. Asas sumber

Asas sumber merupakan dasar pemungutan pajak sesuai dengan tempat perusahaan berdiri atau
tempat tinggal wajib pajak. Jadi, pajak yang dipungut di Indonesia hanya diberlakukan untuk
orang yang tinggal dan bekerja di Indonesia.

Sebagai contoh, Pak Ahmad merupakan warga Indonesia yang tinggal dan bekerja di Australia,
meskipun secara dokumen kebangsaan Pak Ahmad adalah WNI tetapi berdasarkan sumber
pendapatannya Pak Ahmad tidak wajib membayar PPH yang dipungut oleh pemerintah
Indonesia.

7. Asas wilayah

Asas ini berlaku berdasarkan wilayah tempat tinggal wajib pajak. Contohnya, Bu Laila
merupakan WNI yang tinggal di Taiwan, maka menurut asas wilayah, baik rumah maupun
barang yang digunakan Bu Laila tidak wajib dikenai pajak oleh pemerintah Indonesia.
Sebaliknya, jika ada WNA yang tinggal di Indonesia dalam jangka waktu tertentu, WNA
tersebut wajib dikenai pajak berdasarkan hukum yang berlaku di negeri ini.
Pengertian Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak merupakan sebuah mekanisme yang digunakan untuk menghitung
besarnya pajak yang harus dibayar wajib pajak ke negara.

Di Indonesia, berlaku 3 jenis sistem pemungutan pajak, yakni:

1. Self Assessment System.


2. Official Assessment System.
3. Withholding Assessment System.
Agar dapat membedakan ketiga sistem tersebut, mari kita ulas satu per satu pengertian masing-
masing sistem pemungutan pajak tersebut.
Self Assessment System

Self Assessment System merupakan sistem pemungutan pajak yang membebankan penentuan
besaran pajak yang perlu dibayarkan oleh wajib pajak yang bersangkutan.

Dengan kata lain, wajib pajak merupakan pihak yang berperan aktif dalam menghitung,
membayar, dan melaporkan besaran pajaknya ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau melalui
sistem administrasi online yang sudah dibuat oleh pemerintah.

Peran pemerintah dalam sistem pemungutan pajak ini adalah sebagai pengawas dari para wajib
pajak. Self assessment system diterapkan pada jenis pajak pusat.

Contohnya adalah jenis pajak PPN dan PPh. Sistem pemungutan pajak yang satu ini mulai
diberlakukan di Indonesia  setelah masa reformasi pajak pada 1983 dan masih berlaku hingga
saat ini.

Namun, terdapat konskuensi dalam sistem pemungutan pajak ini. Karena wajib pajak memiliki
wewenang menghitung sendiri besaran pajak terutang yang perlu dibayarkan, maka wajib pajak
biasanya akan mengusahakan untuk menyetorkan pajak sekecil mungkin.

Ciri-ciri sistem pemungutan pajak Self Assessment:

 Penentuan besaran pajak terutang dilakukan oleh wajib pajak itu sendiri.
 Wajib pajak berperan aktif dalam menuntaskan kewajiban pajaknya mulai dari
menghitung, membayar, hingga melaporkan pajak.
 Pemerintah tidak perlu mengeluarkan surat ketetapan pajak, kecuali  jika wajib pajak telat
lapor, telat bayar pajak terutang, atau terdapat pajak yang seharusnya wajib pajak
bayarkan namun tidak dibayarkan.

Official Assessment System

Official Assessment System merupakan sistem pemungutan pajak yang membebankan


wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang pada fiskus atau aparat perpajakan sebagai
pemungut pajak.

Dalam sistem pemungutan pajak Official Assessment, wajib pajak bersifat pasif dan pajak
terutang baru ada setelah dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh fiskus.

Sistem pemungutan pajak ini bisa diterapkan dalam pelunasan Pajak Bumi Bangunan (PBB) atau
jenis pajak daerah lainnya.

Dalam pembayaran PBB, KPP merupakan pihak yang mengeluarkan surat ketetapan pajak berisi
besaran PBB terutang setiap tahunnya.
Jadi, wajib pajak tidak perlu lagi menghitung pajak terutang melainkan cukup membayar PBB
berdasarkan Surat Pembayaran Pajak Terutang (SPPT) yang dikeluarkan oleh KPP tempat objek
pajak terdaftar.

Ciri-ciri sistem perpajakan Official Assessment:

 Besarnya pajak terutang dihitung oleh petugas pajak.


 Wajib pajak sifatnya pasif dalam perhitungan pajak mereka.
 Pajak terutang ada setelah petugas pajak menghitung pajak yang terutang dan
menerbitkan surat ketetapan pajak.
 Pemerintah memiliki hak penuh dalam menentukan besarnya pajak yang wajib
dibayarkan.

Withholding System

Pada Withholding System, besarnya pajak dihitung oleh pihak ketiga yang bukan wajib pajak
dan bukan juga aparat pajak/fiskus.

Contoh Witholding System adalah pemotongan penghasilan karyawan yang dilakukan oleh


bendahara instansi terkait. Jadi, karyawan tidak perlu lagi pergi ke KPP untuk membayarkan
pajak tersebut.

Jenis pajak yang menggunakan withholding system di Indonesia adalah PPh Pasal 21, PPh Pasal
22, PPh Pasal 23, PPh Final Pasal 4 ayat (2) dan PPN.

Pengertian Tarif Pajak


Tarif pajak merupakan dasar pengenaan pajak atas objek pajak yang menjadi tanggung jawab
wajib pajak.

Biasanya tarif pajak berupa persentase yang sudah ditentukan oleh pemerintah.

Ada berbagai jenis tarif pajak dan setiap jenis pajak pun memiliki nilai tarif pajak yang berbeda-
beda.

Dasar pengenaan pajak merupakan nilai dalam bentuk uang yang dijadikan dasar untuk
menghitung pajak terutang.

Secara struktural, tarif pajak dibagi menjadi 4 jenis, antara lain:

1. Tarif Progresif (a progressive tax rate).


2. Tarif Degresif (a degressive tax rate).
3. Tarif Proporsional (a proportional tax rate).
4. Tarif Tetap/regresif (a fixed tax rate).

Tarif Progresif

Tarif pajak progresif merupakan tarif pungutan pajak yang mana persentase akan naik sebanding
dengan dasar pengenaan pajaknya.

Di Indonesia itu sendiri, tarif pajak progresif ini diterapkan untuk pajak penghasilan (PPh) wajib
pajak orang pribadi, seperti:

 Lapisan penghasilan kena pajak (PKP) sampai Rp50 juta, tarif pajaknya 5%.
 Lapisan PKP lebih dari Rp50 – Rp250 juta, tarif pajaknya 15%.
 Lapisan PKP lebih dari Rp250 -Rp500 juta, tarif pajakya 25%.
 Lapisan PKP di atas Rp500 juta, tarif pajaknya 30%.

Tarif Degresif

Tarif degresif ini kebalikan dari tarif progresif. Artinya, tarif pajak ini merupakan tarif pajak
yang persentasenya akan lebih kecil dari jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak tinggi.
Atau, persentase tarif pajak akan semakin rendah ketika dasar pengenaan pajaknya semakin
meningkat.

Jadi, jika persentasenya semakin kecil, jumlah pajak terutang tidak ikut mengecil. Melainkan
bisa jadi lebih besar karena jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajaknya semakin besar.

Tarif Proporsional

Tarif proporsional merupakan tarif yang persentasenya tetap meski terjadi perubahan terhadap
dasar pengenaan pajak. Jadi, seberapa pun jumlah objek pajak, persentasenya akan tetap.

Contohnya adalah Pajak Pertambahan Nilai (10%) dan PBB (0,5%) dari berapa pun objek
pajaknya.

Tarif Tetap/Regresif

Tarif tetap atau tarif pajak regresif adalah tarif pajak yang nominalnya tetap tanpa memerhatikan
jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajaknya.

Tarif tetap juga dapat diartikan sebagai tarif pajak yang akan selalu tetap sesuai dengan peraturan
yang telah diberlakukan, seperti Bea Meterai dengan nilai atau nominal sebesar Rp3.000 dan
Rp6.000.

Pada dasarnya tarif pajak dipungut berdasarkan atau sesuai dengan pengelompokan jenis-jenis
pajak.

Anda mungkin juga menyukai