Anda di halaman 1dari 22

Tujuan Pemeriksaan Pajak

Sebagai bagian akhir dari proses pengendalian perpajakan, pemeriksaan pajak penting untuk
dilakukan dan memiliki tujuan:

Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan, meliputi:


1. SPT lebih bayar, termasuk yang telah diberikan pengembalian pendahuluan pajak.
2. SPT rugi.
3. SPT terlambat, yaitu melampaui jangka waktu Surat Teguran yang disampaikan.
4. Melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi, pembubaran, atau akan
meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya.
5. Menyampaikan SPT yang memenuhi kriteria seleksi berdasarkan hasil analisis yang
mengindikasikan adanya kewajiban perpajakan WP yang tidak dipenuhi.
Selain itu, pemeriksaan pajak juga memiliki tujuan tambahan yang lainnya, yaitu:
1. Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) secara jabatan.
2. Penghapusan NPWP.
3. Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) dan pencabutan PKP.
4. WP mengajukan keberatan.
5. Pengumpulan bahan untuk penyusunan Norma Penghitungan Penghasilan Neto.
6. Pencocokan data dan atau alat keterangan.
7. Penentuan WP berlokasi di daerah terpencil.
8. Penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
9. Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak.
10. Penentuan saat mulai berproduksi sehubungan dengan fasilitas perpajakan.
11. Pemenuhan informasi negara mitra Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda.
Bingung cari Kartu Kredit Terbaik? Cermati punya solusinya!

Jenis Pemeriksaan Pajak


Untuk menjamin Wajib Pajak melakukan kewajiban perpajakan secara benar dan jujur, petugas
pajak akan melakukan dua jenis pemeriksaan pajak.

1. Pemeriksaan Lapangan
Pemeriksaan lapangan dilakukan di tempat tinggal, tempat usaha, atau tempat bekerja WP, serta
tempat lain yang dianggap perlu. Dalam pelaksanaannya, Wajib Pajak diwajibkan untuk:
 Memperlihatkan buku atau dokumen yang menjadi dasar pembukuan dan dokumen lain yang
berhubungan dengan penghasilan, kegiatan usaha, pekerjaan bebas WP, atau objek yang terutang pajak.
 Memberi kesempatan untuk mengakses data yang dikelola secara elektronik.
 Memberi kesempatan memasuki dan memeriksa ruangan, barang bergerak atau tidak bergerak
yang diduga digunakan untuk menyimpan buku atau dokumen yang menjadi dasar pembukuan,
dokumen lain, uang atau barang yang memberi petunjuk penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha,
pekerjaan bebas WP atau objek yang terutang pajak.
 Memberi bantuan untuk kelancaran pemeriksaan, berupa:
 Menyediakan tenaga dan atau peralatan atas biaya WP jika dalam mengakses data yang
dikelola secara elektronik memerlukan peralatan dan atau keahlian khusus.
 Memberikan kesempatan Pemeriksa Pajak membuka barang bergerak dan atau tidak
bergerak.
 Menyediakan ruangan khusus tempat dilakukannya Pemeriksaan Lapangan untuk
memeriksa buku, catatan, dan dokumen yang tidak memungkinkan dibawa ke Kantor Direktorat
Jenderal Pajak.
 Menyampaikan tanggapan secara tertulis atas Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan.
 Memberikan keterangan lisan atau tertulis yang diperlukan.

2. Pemeriksaan Kantor
Pemeriksaan Kantor dilakukan di Kantor Direktorat Jenderal Pajak atau Kantor Pelayanan Pajak.

Saat pelaksanaan pemeriksaan kantor, Wajib Pajak diwajibkan untuk:

 Memenuhi panggilan menghadiri pemeriksaan sesuai waktu yang ditentukan.


 Memperlihatkan buku atau dokumen yang menjadi dasar pembukuan dan dokumen lain
termasuk data yang dikelola secara elektronik, yang berhubungan dengan penghasilan, kegiatan usaha,
pekerjaan bebas WP, atau objek yang terutang pajak.
 Memberi bantuan untuk kelancaran pemeriksaan.
 Menyampaikan tanggapan secara tertulis atas Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan.
 Meminjamkan kertas kerja pemeriksaan yang dibuat Akuntan Publik.
 Memberikan keterangan lisan atau tertulis yang diperlukan.

Hak Wajib Pajak Selama Pemeriksaan Pajak


Dalam pelaksanaan pemeriksaan pajak untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dengan jenis Pemeriksaaan Lapangan dan Pemeriksaan Kantor, Wajib Pajak berhak:

 Meminta Pemeriksa Pajak memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak dan Surat Perintah
Pemeriksaan.
 Meminta Pemeriksa Pajak memberikan pemberitahuan tertulis pelaksanaan Pemeriksaan
Lapangan.
 Meminta Pemeriksa Pajak memberikan penjelasan alasan dan tujuan Pemeriksaan.
 Meminta Pemeriksa Pajak memperlihatkan Surat Tugas jika susunan Tim Pemeriksa Pajak
mengalami perubahan.
 Menerima Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan.
 Menghadiri Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dalam waktu yang ditentukan.
 Mengajukan permohonan untuk dilakukannya pembahasan oleh Tim Pembahas jika ada
perbedaan pendapat antara Wajib Pajak dan Pemeriksa Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil
Pemeriksaan.
 Memberikan pendapat pelaksanaan Pemeriksaan oleh Pemeriksa Pajak melalui formulir
Kuesioner Pemeriksa.
 Mengajukan pengaduan jika kerahasiaan dibocorkan kepada pihak lain yang tidak berhak.

Baca Juga: Sanksi Tak Lapor SPT Tahunan Pajak


Kriteria Pemeriksaan Pajak Berdasarkan Latar
Belakang Pemeriksaan
Pemeriksaan pajak, bisa dilakukan dengan dua kriteria berdasarkan latar belakang alasan
dilakukannya pemeriksaan, yaitu:

1. Pemeriksaan Rutin
Pemeriksaan pajak rutin ini dilakukan karena berhubungan dengan pemenuhan hak atau
pelaksanaan kewajiban perpajakan WP, antara lain:

1. Menyampaikan SPT Tahunan PPh atau SPT Masa PPN yang menyatakan LB restitusi.
2. Menyampaikan SPT Tahunan PPh atau SPT Masa PPN yang menyatakan LB tidak disertai
permohonan pengembalian kelebihan.
3. Menyampaikan SPT Masa PPN LB kompensasi.
4. Sudah mendapat pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak.
5. Menyampaikan SPT rugi.
6. Melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi, atau akan meninggalkan Indonesia
selamanya.
7. Melakukan perubahan tahun buku, metode pembukuan, dan penilaian aktiva tetap.

2. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan pajak khusus ini dilakukan berdasarkan hasil analisis risiko yang menunjukkan
adanya indikasi ketidakpatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan. Pemeriksaan khusus
dijalankan dengan mengacu pada beberapa ketentuan, seperti:

1. Berdasarkan analisis risiko yang dibuat berdasarkan profil WP atau data internal lainnya serta
data eksternal secara manual ataupun komputerisasi.
2. Ruang lingkupnya dapat meliputi satu, beberapa, atau seluruh jenis pajak.
3. Pemeriksaannya menggunakan pemeriksaan lapangan.

Ruang Lingkup Pemeriksaan Pajak


Berdasarkan jenis dan periode pencatatan, ruang lingkup pemeriksaan pajak memiliki cakupan
objek pemeriksaan, di antaranya:

1. Berdasarkan Jenis Pajaknya
 Ruang lingkup pemeriksaan pajak meliputi:

 Satu jenis pajak


 Beberapa jenis pajak
 Seluruh jenis pajak

2. Berdasarkan Periode Pencatatan


 Meliputi:
 Satu masa pajak
 Beberapa masa pajak
 Bagian tahun pajak
 Tahun pajak

Jangka Waktu Pemeriksaan Pajak


Ilustrasi Waktu Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan pajak dilakukan sesuai dengan kebutuhan dalam jangka waktu yang sudah
ditentukan. Jangka waktu pemeriksaan dibuat secukupnya yang bertujuan untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan yang tediri dari proses pengujian dan pembahasan
akhir hasil pemeriksaan pajak. Keduanya memiliki jangka waktu yang berbeda. Untuk
mengetahui lebih lengkapnya, di bawah ini diuraikan perihal jangka waktu tersebut.

1. Jangka Waktu Pengujian


Jangka waktu ini meliputi:
1. Pemeriksaan Lapangan, yang dilakukan paling lama 6 bulan, dihitung sejak Surat Pemberitahuan
Pemeriksaan Lapangan disampaikan kepada WP, wakil, kuasa, atau pegawainya sampai tanggal Surat
Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP) disampaikan kepada WP, wakil, kuasa, atau pegawainya.
2. Pemeriksaan Kantor, yang dilakukan paling lama 4 bulan, dihitung sejak tanggal WP, wakil,
kuasa, atau pegawainya datang memenuhi surat panggilan pemeriksaan sampai tanggal Surat
Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP) disampaikan kepada WP, wakil, kuasa, atau pegawainya.
Jangka waktu pengujian dapat diperpanjang paling lama 2 bulan, dengan alasan:

1. Ruang lingkup pemeriksaan diperluas, seperti pemeriksaan satu masa pajak menjadi tahun
pajak.
2. Ada permintaan data kepada pihak ketiga.
3. Pertimbangan kepala unit pemeriksaan.
Sementara jangka waktu pengujian Pemeriksaan Lapangan yang berkaitan dengan WP
kontraktor kontrak kerja sama pertambangan minyak dan gas bumi, WP satu grup, atau WP yang
terindikasi melakukan rekayasa transaksi keuangan dapat diperpanjang paling lama 6 bulan atau
paling banyak 3 kali sesuai kebutuhan.

2. Jangka Waktu Pembahasan Akhir Pemeriksaan


Baik pemeriksaan lapangan maupun pemeriksaan kantor dilakukan paling lama 2 bulan, dihitung
sejak tanggal SPHP disampaikan kepada WP, wakil, kuasa, atau pegawainya sampai tanggal
Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP).

Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan adalah serangkaian


tindakan yang dilakukan oleh Penyidik untuk mencari serta
mengumpulkan bukti, yang dengan bukti itu akan dapat menunjukkan
adanya tindak pidana di bidang perpajakan yang terjadi serta
menemukan tersangkanya. 
Berdasarkan KEP - 02/PJ.7/1990, 24-12-1990, bukti permulaan adalah
keadaan dan/atau bukti-bukti berupa keterangan, tulisan, perbuatan, atau benda-benda
yang dapat memberi petunjuk bahwa suatu tindak pidana sedang atau telah terjadi
yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang dapat menimbulkan kerugian pada negara.

 
2 Tugas dan Wewenang Penyidik
.
  2.1. Tugas Penyidik
    Tugas penyidik adalah mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu
membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan yang terjadi serta menemukan
tersangkanya
  2.2 Wewenang Penyidik
    a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan
berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan agar keterangan atau
laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;
b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau
badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak
pidana di bidang perpajakan;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan
dengan tindak pidana di bidang perpaj akan;
d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen dokumen lain berkenaan
dengan tindak pidana di bidang perpajakan;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan,
pencatatan, dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap
bahan bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak
pidana di bidang perpajakan;
g. menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau
tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas
orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang perpajakan;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan;
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana
di bidang perpajakan menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.
3 Kegiatan Penyidikan
.
1) Penyidikan tindak pidana perpajakan dilaksanakan berdasarkan surat perintah penyidikan yang
ditandatangani oleh Dirjen Pajak atau Kepala kantor Wilayah DJP

2) Penyidik memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya


kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai
dengan ketentuan yang diatur undang-undang hukum acara pidana yang berlaku

3) Untuk menambah atau melengkapi petunjuk dan bukti permulaan yang sudah ada, penyidik
pajak berwenang memanggil tersangka, saksi, atau saksi ahli melalui surat panggilan. Dalam hal
yang dipanggil tidak ada di tempat maka surat panggilan diterimakan kepada keluarganya atau
ketua RT atau ketua RW atau Kepala Desa atau orang lain yang dapat menjamin bahwa surat
panggilan tersebut akan disampaikan kepada yang bersangkutan

4) Apabila tersangka atau saksi atau saksi ahli tidak memenuhi panggilan tanpa alasan yang patut
dan wajar atau menolak untuk menerima dan menandatangani surat panggilan, kepadanya
diterbitkan dan disampaikan panggilan kedua. Apabila masih bersikap sama maka penyidik
pajak dapat meminta bantuan Polri untuk menghadirkan yang bersangkutan

5) Sebelum penyidikan dimulai, penyidik pajak harus memberitahukan kepada tersangka hak
untuk mendapatkan bantuan hukum dari penasehat hukum serta menjelaskan apa yang
disangkakan kepadanya dengan jelas dan dalam bahasa yang dimengerti

6) Apabila Saksi diperkirakan tidak dapat hadir pada saat persidangan maka pemeriksaan
terhadapnya dilakukan terlebih dahulu diambil sumpahnya oleh penyidik pajak

7) Apabila tersangka atau saksi dikhawatirkan akan meninggalkan wilayah Indonesia maka
penyidik pajak dapat segera meminta bantuan kepada Kejaksaan Agung untuk melakukan
pencekalan

8) Dalam melakukan penyidikan penyidik pajak harus memperhatikan asas hukum dan norma
penyidikan yang berlaku

4 Asas-asas Hukum dan Norma Penyidikan


.
 
4. Asas-asas Hukum
1
Asas-asas hukum yang berlaku termasuk :
a. Asas Praduga Tak Bersalah adalah bahwa setiap orang yang disangka dituntut atau
dihadapkan dimuka sidang pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah sampai adanya
putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum
tetap
b. Asas persamaan di muka hukum adalah bahwa setiap orang mempunyai hak dan
kewajiban yang sama dimuka hukum tanpa perbedaan
c. Asas Hak memperoleh bantuan/penasehat hukum adalah bahwa setiap tersangka perkara
tindak pidana di bidang perpajakan wajib diberi kesempatan memperoleh bantuan hukum
yang semata-mata diberikan untuk melaksanakan kepentingan pembelaan atas dirinya
sejak dilakukan pemeriksaan terhadapnya
  4.2 Norma Penyidikan
a. Dalam melakukan tugasnya penyidik pajak harus berlandaskan kepada ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan, KUHAP dan hukum pidana yang berlaku
b. Penyidik pajak sebagai penegak hukum wajib memelihara dan meningkatkan sikap
terpuji sejalan dengan tugas, fungsi, wewenang serta tanggung jawabnya
c. Penyidik pajak harus membawa tanda pengenal pajak dan surat perintah penyidikan pada
saat melakukan penyidikan
d. Penyidik dapat dibantu oleh peetugas pajak lain atas tanggung jawabnya berdasarkan izin
tertulis dari atasannya
e. Penyidikan dilaksanakan berdasarkan Laporan Bukti Permulaan dan Surat Perintah
Penyidikan
f. Penyidik pajak dalam setiap tindakannya harus membuat Laporan dan Berita Acara

 Fungsi Surat Ketetapan Pajak


Terdapat beberapa fungsi dari Surat Ketetapan Pajak, yaitu:

1. Sarana untuk melakukan koreksi fiskal terhadap WP tertentu yang secara nyata atau
berdasarkan hasil pemeriksaan tidak memenuhi kewajiban formal dan atau kewajiban
materiil dalam memenuhi ketentuan perpajakan.
2. Sarana untuk mengenakan sanksi administrasi perpajakan.
3. Sarana administrasi untuk melakukan penagihan pajak.
4. Sarana untuk mengembalikan kelebihan pajak dalam hal lebih bayar
5. Sarana untuk memberitahukan jumlah pajak yang terutang.

 Jenis-Jenis Ketetapan Pajak

1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)

SKPKB digunakan untuk menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah
kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus
dibayar. Dalam jangka waktu lima tahun setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa
Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, Dirjen Pajak dapat menerbitkanSurat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar dalam hal-hal sebagai berikut:

1. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang tidak
atau kurang dibayar;
2. Apabila surat pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu sebagaimana yang
telah ditentukan dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya
sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran;
3. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain mengenai Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah ternyata tidak seharusnya
dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak seharusnya dikenai tarif 0%
4. Apabila kewajiban sebagaimana dimaksud pada peraturan yang sudah ditentukan tidak
dipenuhi sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang;atau
5. Apabila kepada wajib pajak diterbitkan nomor pokok wajib pajak dan/atau dikukuhkan
sebagai pengusaha kena pajak secara jabatan sebagaimana pada peraturan yang sudah
ditentukan

2.Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)

SKPKBT merupakan surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang
telah ditetapkan sebelumnya. Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPKBT ditambah
dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% dari jumlah kekurangan pajak
tersebut. Sanksi tidak akan dikenakan apabila SKPKBT tersebut diterbitkan berdasarkan
keterangan tertulis dari Wajib Pajak atas kehendak sendiri, dengan syarat Direktur Jendral Pajak
belum mulai melakukan tindakan pmeriksaan dalam rangka penerbitan SKPKBT.

3. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)

Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah
kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang
atau tidak seharusnya terutang. Direktur Jenderal Pajak, setelah melakukan pemeriksaan,
menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak
yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang. Berdasarkan permohonan Wajib
Pajak, Direktur Jenderal Pajak, setelah meneliti kebenaran pembayaran pajak, menerbitkan Surat
Ketetapan Pajak Lebih Bayar apabila terdapat pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang,
yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. Surat Ketetapan
Pajak Lebih Bayar masih dapat diterbitkan lagi apabila berdasarkan hasil pemeriksaan dan/atau
data baru ternyata pajak yang lebih dibayar jumlahnya lebih besar daripada kelebihan
pembayaran pajak yang telah ditetapkan.

4.Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)

Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak
sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit
pajak. Direktur Jenderal Pajak, setelah melakukan pemeriksaan, menerbitkan Surat Ketetapan
Pajak Nihil apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar sama dengan jumlah
pajak yang terutang, atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak atau tidak ada
pembayaran pajak.

5. Surat Tagihan Pajak (STP)

   Surat Tagihan Pajak adalah  surat ketetapan pajak yang diterbitkan dalam hal:

1. Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar;


2. Dari hasil penelitian SPT terdapat kekurangan pembayaran pajak akibat salah tulis dan
atau salah hitung;
3. WP dikenakan sanksi administrasi denda dan/atau bunga;
4. Pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan Undangundang PPN, tetapi tidak
melaporkan kegiatan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;
5. Pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak tetapi membuat Faktur
Pajak;
6. Pengusaha Kena Pajak tidak membuat Faktur Pajak atau membuat Faktur Pajak tetapi
tidak tepat waktu atau tidak mengisi selengkapnya Faktur Pajak. Surat Tagihan Pajak
mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan surat ketetapan pajak, sehingga dalam hal
penagihannya dapat dilakukan dengan Surat Paksa;
7. Pengusaha Kena Pajak melaporkan Faktur Pajak tidak sesuai dengan masa penerbitan
faktur pajak dikeani sanksi;
8. Pengusaha Kena Pajak yang gagal berproduksi dan telah diberikan pengembalian pajak
masukan diwajibkan membayar kembali.

Jenis Surat Ketetapan Pajak


 Kadaluwarsa Penetapan Pajak
Kedaluwarsa penetapan pajak ditentukan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak akhir Masa
Pajak atau Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak.
 Pembetulan Ketetapan Pajak
Apabila terdapat kesalahan atau kekeliruan dalam ketetapan pajak yang tidak mengandung
persengketaan antara fiskus dan Wajib Pajak, dapat dibetulkan oleh Direktur Jenderal Pajak
secara jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak. Kesalahan atau kekeliruan dalam ketetapan
pajak yang dapat dibetulkan.

Pembetulan ketetapan pajak terbatas pada kesalahan atau kekeliruan dari:

 Kesalahan tulis

Kesalahan tulis dapat berupa penulisan nama, alamat, NPWP, nomor surat ketetapan pajak, jenis
pajak, Masa atau Tahun Pajak dan tanggal jatuh tempo;

 Kesalahan hitung

Kesalahan hitung berasal dari penjumlahan dan atau pengurangan dan atau perkalian dan atau
pembagian suatu bilangan;

 Kekeliruan dalam penerapan tarif

Berupa penerapan persentase Norma Penghitungan Penghasilan Neto, penerapan sanksi


administrasi, Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), penghitungan PPh dalam tahun berjalan,
dan pengkreditan pajak.

Ketetapan pajak yang dapat dibetulkan karena kesalahan atau kekeliruan, antara lain:
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB); Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
(SKPKBT); Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB); Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN);
Surat Tagihan Pajak (STP); Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak; Surat
Keputusan Keberatan; Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi;
Surat Keputusan Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak yang tidak benar.

Jangka waktu penyelesaian permohonan pembetulan Wajib Pajak harus diselesaikan oleh


Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal surat permohonan
pembetulan diterima. Apabila jangka waktu tersebut telah lewat Direktur Jenderal Pajak tidak
memberikan suatu keputusan, maka permohonan pembetulan yang diajukan dianggap
dikabulkan.

 Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi


Direktur Jenderal Pajak karena jabatannya atau atas permohonan WP dapat mengurangkan atau
menghapus sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan yang ternyata dikenakan
karena adanya kekhilafan atau bukan karena kesalahan WP.

Permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi harus memenuhi ketentuan:

 Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan memberikan alasan yang jelas
dan meyakinkan;
 Disampaikan kepada Direktur Jenderal Pajak melalui Kantor Pelayanan Pajak yang
mengenakan sanksi administrasi tersebut;
 Tidak melebihi jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak diterbitkannya STP, SKPKB atau
SKPKBT, kecuali apabila WP dapat menunjukan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat
dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya;
 Tidak mengajukan keberatan atas ketetapan pajaknya dan diajukan atas suatu STP; suatu
SKPKB atau suatu SKPKBT.

Direktur Jenderal Pajak harus memberi keputusan atas permohonan pengurangan atau
penghapusan sanksi administrasi paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal permohonan
diterima. Apabila jangka waktu tersebut telah lewat dan Direktur Jenderal Pajak tidak memberi
keputusan maka permohonan dianggap diterima.

 Pengurangan Atau Pembatalan Ketetapan Pajak yang Tidak Benar


Direktur Jenderal Pajak karena jabatannya atau atas permohonan WP dapat mengurangkan atau
membatalkan ketetapan pajak yang tidak benar. Permohonan pengurangan atau pembatalan
ketetapan pajak yang tidak benar harus memenuhi ketentuan: (a). Diajukan secara tertulis dalam
bahasa Indonesia untuk suatu surat ketetapan pajak; (b).Menyebutkan jumlah pajak yang
menurut penghitungan WP seharusnya terhutang.

Direktur Jenderal Pajak harus memberi keputusan atas permohonan pengurangan atau
pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar paling lama 12 bulan sejak tanggal permohonan
diterima. Apabila jangka waktu tersebut telah lewat dan Direktur Jenderal Pajak tidak memberi
keputusan maka permohonan dianggap diterima.

Untuk keperluan pengajuan permohonan, WP dapat meminta penjelasan/keterangan tambahan,


dan Kepala KPP wajib menjawabnya secara tertulis hal-hal yang menjadi dasar pengenaan,
pemotongan atau pemungutan. (Catatan: WP harus tetap memperhatikan jangka waktu
pengajuan permohonan di atas). WP dapat menyampaikan alasan tambahan atau penjelasan
tertulis sebelum surat keputusan atas permohonan diterbitkan. Perlu diperhatikan bahwa
pengajuan permohonan tidak menunda kewajiban membayar pajak.
enis Penagihan Pajak

Penagihan pajak ternyata punya banyak jenis. Ada yang sifatnya pasif, aktif bahkan seketika dan
sekaligus. Apa bedanya dan apa konsekuensinya bagi wajib pajak? Penjelasannya akan Anda
peroleh pada poin di bawah ini.

Penagihan Pasif

Pada penagihan pajak pasif, DJP hanya menerbitkan Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), SK
Pembetulan, SK Keberatan, dan Putusan Banding yang menyebabkan pajak terutang lebih besar.
Dalam penagihan pasif, fiskus hanya memberitahukan kepada wajib pajak bahwa terdapat utang
pajak. Jika dalam waktu satu bulan sejak diterbitkannya STP atau surat sejenis, wajib pajak tidak
melunasi utang pajaknya, maka fiskus akan melakukan penagihan aktif.

Penagihan Aktif

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, penagihan aktif merupakan kelanjutan dari penagihan
pasif. dalam penagihan aktif, fiskus bersama juru sita Pajak berperan aktif dalam tindakan sita
dan lelang.

Penagihan seketika dan sekaligus

Penagihan seketika dan sekaligus ini merupakan penagihan pajak yang dilakukan oleh fiskus
atau juru sita pajak kepada wajib pajak tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran pajak.
Penagihan pajak juga meliputi seluruh utang pajak dari semua jenis pajak, masa pajak, dan tahun
pajak.

Tujuannya penagihan jenis ini adalah untuk mencegah terjadinya utang pajak yang tidak bisa
ditagih. Jika saat dilakukan penagihan seketika dan sekaligus wajib pajak belum membayar,
maka juru sita pajak akan menunggu hingga tanggal jatuh tempo.

Langkah-langkah Penagihan Pajak

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, ada beberapa tindakan atau langkah yang dilakukan
juru sita pajak dalam melakukan penagihan pajak. Berikut ini tahapan dan penjelasan setiap
langkahnya.

1. Surat teguran

Surat teguran atau surat peringatan adalah surat yang diterbitkan untuk melaksanakan penagihan
pajak. Jika dalam waktu tujuh hari setelah tanggal jatuh tempo penanggung pajak atau wajib
pajak belum melunasi utang pajaknya, maka surat teguran ini akan sampai ke tangan penanggung
pajak.

Tujuannya adalah memberikan peringatan kepada penanggung pajak agar segera melunasi utang
pajak sehingga tidak perlu lagi dilakukan penagihan secara paksa.

2. Surat paksa

Surat paksa merupakan surat yang akan diterbitkan jika 21 hari setelah jatuh tempo surat teguran,
si penanggung jawab pajak tidak melunasi pajaknya.

Setelah datangnya surat paksa, wajib pajak wajib melunasi pajaknya dalam waktu 2 x 24 jam
agar tidak ada tindakan pemblokiran rekening, pencegahan ke luar negeri, hingga penyanderaan
paksa badan (dengan catatan, diragukan itikad baiknya dan memiliki utang pajak minimal
Rp100.000.000). Penerbitan surat paksa ini dikenakan biaya senilai Rp25.000.

3. Surat sita

Surat sita adalah surat yang diterbitkan jika dalam waktu 2 x 24 jam sejak diterbitkannya surat
paksa, penanggung pajak belum membayarkan pajaknya. Ada biaya yang dikenakan untuk surat
sita ini yakni Rp75.000. Biaya ini digunakan untuk pelaksanaan sita.

Penyitaan tidak semata-mata bertujuan untuk menjual barang milik penanggung pajak,
melainkan petugas menggunakan barang-barang tersebut sebagai jaminan agar penanggung
pajak melunasi pajaknya.

Jadi, penanggung pajak masih memiliki kesempatan untuk melunasi pajaknya selama 14 hari
terhitung dari penyitaan harta penanggung pajak. Jika dalam 14 hari penanggung pajak masih
belum membayarkan utang pajaknya, maka akan diterbitkan pengumuman lelang.

Penyitaan dilaksanakan oleh juru sita pajak dengan disaksikan oleh 2 orang yang dianggap sudah
dewasa sebagai saksi, berkewarganegaraan Indonesia, dikenal oleh juru sita pajak, dan dapat
dipercaya.

4. Lelang

Lelang akan dilakukan jika dalam waktu 14 hari setelah diterbitkan pengumuman lelang,
penanggung pajak tidak melunasi utang pajaknya.

Dasar Penagihan Pajak

Dasar penagihan pajak dibedakan berdasarkan jenis pajaknya. Berikut ini, dasar penagihan pajak
yang perlu Anda tahu:

Dasar penagihan pajak untuk PPh, PPN, dan PPnBM, serta bunga penagihan adalah:

 Surat Tagihan Pajak.


 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar.
 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan.
 Surat Keputusan Pembetulan.
 Surat Keputusan Pemberatan.
 Putusan Banding.
 Putusan Peninjauan Kembali yang menyebabkan jumlah pajak yang masih hakrus dibayar
bertambah.
Dasar penagihan pajak untuk PBB adalah:

 Surat Pemberitahuan Pajak Terutang.


 Surat Ketetapan.
 Surat Tagihan Pajak.

Daluarsa Penagihan Pajak

Penagihan pajak dikatakan daluarsa jika telah melampaui batas waktu penagihan, yaitu 5 tahun
terhitung sejak penerbitan dasar penagihan pajak. Apabila penagihan pajak daluarsa, maka
penagihan pajak tidak bisa lagi dilaksanakan karena hak untuk penagihan atas utang pajak
tersebut sudah dianggap gugur.

Adanya perbedaan pendapat antara pemeriksa pajak dengan wajib pajak atas

suatu perlakuan perpajakan merupakan hal yang kerap terjadi.


Seorang wajib pajak ketika merasa tidak sependapat dengan ketetapan pajak

yang diputuskan atau atas pemungutan oleh pihak ketiga maka pengajuan

keberatan menjadi salah satu cara yang dapat ditempuh.

Kapan wajib pajak dapat mengajukan keberatan untuk banding? Hal ini biasanya

terjadi ketika SKP (Surat Ketetapan Pajak) yang telah diputuskan dianggap

memberatkan. SKP yang diterbitkan disini merupakan bentuk dari sebuah

produk setelah dilakukan proses pemeriksaan.

Ketika membahas pajak terhadap suatu transaksi yang dilakukan oleh wajib

pajak tidak menemukan kesepakatan, maka pemeriksa pajak akan

mengeluarkan senjatanya. Hal tersebut sah-sah dilakukan selama ada landasan

yuridis dan masuk akal.

Pendapat dari pemeriksa pajak ini akan ditentukan oleh hakim banding apakah

benar atau tidak.

Apa Saja yang Boleh Diajukan Keberatan?

Anda tidak perlu khawatir jika tidak setuju dengan SKP yang diterbitkan karena Anda dapat

membuat keberatan.
Hal-hal yang bisa diajukan sebagai keberatan adalah SKPKB (Surat Ketetapan Pajak Kurang

Bayar atau disingkat), SKPKBT, SKPLB, SKPN, dan Pemotongan/Pemungutan yang dilakukan

pihak ketiga.

Cara Membuat Surat Keberatan

Berikut ini tata cara mengajukan surat keberatan, antara lain:

1. Surat keberatan yang diajukan oleh pemohon harus dibuat dengan bahasa Indonesia.

2. Mencantumkan jumlah pajak yang telah dipotong atau terutang atau jumlah kerugian

berdasarkan perhitungan wajib pajak dengan menyertakan alasan-alasan yang jelas.

3. Setiap satu keberatan adalah untuk satu tahun atau masa dan satu jenis pajak.

Untuk wajib pajak yang ingin mengajukan keberatan, paling lambat adalah tiga bulan dari

tanggal diberikannya SKP atau sejak tanggal pemungutan/ pemotongan.

Jika wajib pajak melewati batas waktu maksimal yang telah diputuskan, maka harus

memberitahukan keadaan yang terjadi itu diluar keinginan atau kuasa wajib pajak.

Kemudian, wajib pajak menunggu hasil putusan atas pengajuan keberatan dalam kurun waktu 12

bulan setelah diterimanya surat keberatan.


Mengapa Mengajukan Permohonan Banding Pajak?

Sedangkan pengertian banding pajak adalah sebuah upaya hukum yang ditempuh oleh wajib

pajak jika tidak dapat menerima atau tidak setuju dengan SKP.

Saat wajib pajak merasa kurang puas terhadap hasil pemeriksaan pajak, maka proses banding

pajak baru bisa dilakukan yang dibarengi dengan keluarnya SKP. Surat ketetapan pajak ini

mengenai pajak terutang yang berisi kurang bayar, lebih bayar, atau bahkan nihil.

Dasar Hukum Banding Pajak

Dasar hukum yang menaungi banding pajak telah tercantum pada UU No. 14 tahun

2002 mengenai Pengadilan Pajak. Untuk proses pelaksanaan hukumnya antara lain keberatan,

banding, sampai terkait peninjauan kembali.

Proses ini adalah bagian dari hukum tentang pajak dan tentu sesuai dengan prosedur hukum yang

diberlakukan.

Persyaratan Mengajukan Surat Banding Pajak

Setelah mengetahui mengenai apa itu banding pajak, alasan di balik dilakukan banding pajak,

berikut ini syarat untuk Anda yang ingin mengajukan surat banding pajak.
1. Setiap satu keputusan pajak, mengajukan satu surat banding

2. Surat pengajuan banding secara tertulis dengan menggunakan Bahasa Indonesia. Masa

berlaku pengajuan banding paling lama adalah tiga bulan dari diterimanya keputusan keberatan.

Namun, bisa jadi berubah jika terdapat aturan lain dalam peraturan undang-undang perpajakan.

3. Pengajuan banding harus disertai dengan lampiran surat keputusan keberatan.

4. Syarat mengajukan banding adalah telah membayar jumlah pajak terutang sebesar 50%.

5. Melampirkan SSP (Surat Setoran Pajak) atau Pbk (Pemindah Bukuan) Jika hendak

mengajukan banding, pastikan Anda telah melengkapi persyaratan seperti data-data atau bukti

pendukung lainnya seperti SKP, surat pengajuan keberatan, laporan keuangan, SPT, dan

sebagainya. Anda akan diberi pemberitahuan jadwal sidang banding pajak maksimal 14 hari

sebelum dilaksanakan sidang.

Sedangkan untuk proses banding, pihak-pihak terkait yang bisa mekakukannya juga sudah diatur

antara lain:

1. Dapat dilakukan oleh wajib pajak, ahli waris, pengurus, ataupun kuasa hukum si wajib

pajak.

2. Ketikan proses pengajuan banding sedang berjalan dan pemohon meninggal dunia, proses

ini akan dilanjutkan oleh ahli waris.

3. Selama proses berjalan, apabila pemohon banding menggabungkan, memecah, atau

melakukan pemekaran usaha, proses banding dapat diteruskan oleh pihak yang diberi tanggung

jawab atas kasus tersebut.


Hak yang Didapat Oleh Pemohon Banding Pajak

Jika syarat-syarat untuk pengajuan banding telah terpenuhi, maka pemohon akan memperoleh

hak-hak seperti berikut ini, antara lain:

1. Dalam jarak waktu tiga bulan setelah menerima surat keputusan banding, pemohon

memiliki hak untuk melengkapi surat banding sebagai bentuk dari pemenuhan ketentuan yang

berlaku.

2. Memasukkan surat bantahan dapat dilakukan dalam kurun waktu 30 hari sejak menerima

surat uraian banding.

3. Pemohon dapat mengikuti sidang untuk menyampaikan keterangan secara lisan dan

menunjukkan bukti selama menyampaikan secara tertulis kepada ketua pengadilan pajak.

4. Memiliki hak untuk datang dalam sidang pembacaan keputusan.

5. Memiliki hak didampingi ataupun diwakilkan oleh kuasa hukum dengan syarat telah

mendapat izin atau terdaftar sebagai kuasa hukum dari pengadilan pajak.

6. Dapat meminta kepada majelis untuk menghadirkan saksi. Proses banding terhitung

lumayan lama karena putusan penetapan paling lama bisa mencapai 12 bulan dari penerimaan

surat banding pajak.

Jika surat pengajuan banding Anda hanya diterima atau ditolak sebagian, wajib pajak akan

mendapat denda 100% dari jumlah keseluruhan pajak menurut putusan banding.

Selanjutnya, akan dikurangi dengan jumlah pembayaran pajak yang telah dilakukan sebelum

melakukan pengajuan keberatan.


Demikian informasi mengenai tata cara keberatan dan banding pajak di tahun 2019, semoga

bermanfaat dan permasalahan banding pajak Anda segera dapat diatasi.

Anda mungkin juga menyukai