Sebagai bagian akhir dari proses pengendalian perpajakan, pemeriksaan pajak penting untuk
dilakukan dan memiliki tujuan:
1. Pemeriksaan Lapangan
Pemeriksaan lapangan dilakukan di tempat tinggal, tempat usaha, atau tempat bekerja WP, serta
tempat lain yang dianggap perlu. Dalam pelaksanaannya, Wajib Pajak diwajibkan untuk:
Memperlihatkan buku atau dokumen yang menjadi dasar pembukuan dan dokumen lain yang
berhubungan dengan penghasilan, kegiatan usaha, pekerjaan bebas WP, atau objek yang terutang pajak.
Memberi kesempatan untuk mengakses data yang dikelola secara elektronik.
Memberi kesempatan memasuki dan memeriksa ruangan, barang bergerak atau tidak bergerak
yang diduga digunakan untuk menyimpan buku atau dokumen yang menjadi dasar pembukuan,
dokumen lain, uang atau barang yang memberi petunjuk penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha,
pekerjaan bebas WP atau objek yang terutang pajak.
Memberi bantuan untuk kelancaran pemeriksaan, berupa:
Menyediakan tenaga dan atau peralatan atas biaya WP jika dalam mengakses data yang
dikelola secara elektronik memerlukan peralatan dan atau keahlian khusus.
Memberikan kesempatan Pemeriksa Pajak membuka barang bergerak dan atau tidak
bergerak.
Menyediakan ruangan khusus tempat dilakukannya Pemeriksaan Lapangan untuk
memeriksa buku, catatan, dan dokumen yang tidak memungkinkan dibawa ke Kantor Direktorat
Jenderal Pajak.
Menyampaikan tanggapan secara tertulis atas Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan.
Memberikan keterangan lisan atau tertulis yang diperlukan.
2. Pemeriksaan Kantor
Pemeriksaan Kantor dilakukan di Kantor Direktorat Jenderal Pajak atau Kantor Pelayanan Pajak.
Meminta Pemeriksa Pajak memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak dan Surat Perintah
Pemeriksaan.
Meminta Pemeriksa Pajak memberikan pemberitahuan tertulis pelaksanaan Pemeriksaan
Lapangan.
Meminta Pemeriksa Pajak memberikan penjelasan alasan dan tujuan Pemeriksaan.
Meminta Pemeriksa Pajak memperlihatkan Surat Tugas jika susunan Tim Pemeriksa Pajak
mengalami perubahan.
Menerima Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan.
Menghadiri Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dalam waktu yang ditentukan.
Mengajukan permohonan untuk dilakukannya pembahasan oleh Tim Pembahas jika ada
perbedaan pendapat antara Wajib Pajak dan Pemeriksa Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil
Pemeriksaan.
Memberikan pendapat pelaksanaan Pemeriksaan oleh Pemeriksa Pajak melalui formulir
Kuesioner Pemeriksa.
Mengajukan pengaduan jika kerahasiaan dibocorkan kepada pihak lain yang tidak berhak.
1. Pemeriksaan Rutin
Pemeriksaan pajak rutin ini dilakukan karena berhubungan dengan pemenuhan hak atau
pelaksanaan kewajiban perpajakan WP, antara lain:
1. Menyampaikan SPT Tahunan PPh atau SPT Masa PPN yang menyatakan LB restitusi.
2. Menyampaikan SPT Tahunan PPh atau SPT Masa PPN yang menyatakan LB tidak disertai
permohonan pengembalian kelebihan.
3. Menyampaikan SPT Masa PPN LB kompensasi.
4. Sudah mendapat pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak.
5. Menyampaikan SPT rugi.
6. Melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi, atau akan meninggalkan Indonesia
selamanya.
7. Melakukan perubahan tahun buku, metode pembukuan, dan penilaian aktiva tetap.
2. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan pajak khusus ini dilakukan berdasarkan hasil analisis risiko yang menunjukkan
adanya indikasi ketidakpatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan. Pemeriksaan khusus
dijalankan dengan mengacu pada beberapa ketentuan, seperti:
1. Berdasarkan analisis risiko yang dibuat berdasarkan profil WP atau data internal lainnya serta
data eksternal secara manual ataupun komputerisasi.
2. Ruang lingkupnya dapat meliputi satu, beberapa, atau seluruh jenis pajak.
3. Pemeriksaannya menggunakan pemeriksaan lapangan.
1. Berdasarkan Jenis Pajaknya
Ruang lingkup pemeriksaan pajak meliputi:
Pemeriksaan pajak dilakukan sesuai dengan kebutuhan dalam jangka waktu yang sudah
ditentukan. Jangka waktu pemeriksaan dibuat secukupnya yang bertujuan untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan yang tediri dari proses pengujian dan pembahasan
akhir hasil pemeriksaan pajak. Keduanya memiliki jangka waktu yang berbeda. Untuk
mengetahui lebih lengkapnya, di bawah ini diuraikan perihal jangka waktu tersebut.
1. Ruang lingkup pemeriksaan diperluas, seperti pemeriksaan satu masa pajak menjadi tahun
pajak.
2. Ada permintaan data kepada pihak ketiga.
3. Pertimbangan kepala unit pemeriksaan.
Sementara jangka waktu pengujian Pemeriksaan Lapangan yang berkaitan dengan WP
kontraktor kontrak kerja sama pertambangan minyak dan gas bumi, WP satu grup, atau WP yang
terindikasi melakukan rekayasa transaksi keuangan dapat diperpanjang paling lama 6 bulan atau
paling banyak 3 kali sesuai kebutuhan.
2 Tugas dan Wewenang Penyidik
.
2.1. Tugas Penyidik
Tugas penyidik adalah mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu
membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan yang terjadi serta menemukan
tersangkanya
2.2 Wewenang Penyidik
a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan
berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan agar keterangan atau
laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;
b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau
badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak
pidana di bidang perpajakan;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan
dengan tindak pidana di bidang perpaj akan;
d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen dokumen lain berkenaan
dengan tindak pidana di bidang perpajakan;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan,
pencatatan, dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap
bahan bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak
pidana di bidang perpajakan;
g. menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau
tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas
orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang perpajakan;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan;
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana
di bidang perpajakan menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.
3 Kegiatan Penyidikan
.
1) Penyidikan tindak pidana perpajakan dilaksanakan berdasarkan surat perintah penyidikan yang
ditandatangani oleh Dirjen Pajak atau Kepala kantor Wilayah DJP
3) Untuk menambah atau melengkapi petunjuk dan bukti permulaan yang sudah ada, penyidik
pajak berwenang memanggil tersangka, saksi, atau saksi ahli melalui surat panggilan. Dalam hal
yang dipanggil tidak ada di tempat maka surat panggilan diterimakan kepada keluarganya atau
ketua RT atau ketua RW atau Kepala Desa atau orang lain yang dapat menjamin bahwa surat
panggilan tersebut akan disampaikan kepada yang bersangkutan
4) Apabila tersangka atau saksi atau saksi ahli tidak memenuhi panggilan tanpa alasan yang patut
dan wajar atau menolak untuk menerima dan menandatangani surat panggilan, kepadanya
diterbitkan dan disampaikan panggilan kedua. Apabila masih bersikap sama maka penyidik
pajak dapat meminta bantuan Polri untuk menghadirkan yang bersangkutan
5) Sebelum penyidikan dimulai, penyidik pajak harus memberitahukan kepada tersangka hak
untuk mendapatkan bantuan hukum dari penasehat hukum serta menjelaskan apa yang
disangkakan kepadanya dengan jelas dan dalam bahasa yang dimengerti
6) Apabila Saksi diperkirakan tidak dapat hadir pada saat persidangan maka pemeriksaan
terhadapnya dilakukan terlebih dahulu diambil sumpahnya oleh penyidik pajak
7) Apabila tersangka atau saksi dikhawatirkan akan meninggalkan wilayah Indonesia maka
penyidik pajak dapat segera meminta bantuan kepada Kejaksaan Agung untuk melakukan
pencekalan
8) Dalam melakukan penyidikan penyidik pajak harus memperhatikan asas hukum dan norma
penyidikan yang berlaku
1. Sarana untuk melakukan koreksi fiskal terhadap WP tertentu yang secara nyata atau
berdasarkan hasil pemeriksaan tidak memenuhi kewajiban formal dan atau kewajiban
materiil dalam memenuhi ketentuan perpajakan.
2. Sarana untuk mengenakan sanksi administrasi perpajakan.
3. Sarana administrasi untuk melakukan penagihan pajak.
4. Sarana untuk mengembalikan kelebihan pajak dalam hal lebih bayar
5. Sarana untuk memberitahukan jumlah pajak yang terutang.
SKPKB digunakan untuk menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah
kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus
dibayar. Dalam jangka waktu lima tahun setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa
Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, Dirjen Pajak dapat menerbitkanSurat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar dalam hal-hal sebagai berikut:
1. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang tidak
atau kurang dibayar;
2. Apabila surat pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu sebagaimana yang
telah ditentukan dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya
sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran;
3. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain mengenai Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah ternyata tidak seharusnya
dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak seharusnya dikenai tarif 0%
4. Apabila kewajiban sebagaimana dimaksud pada peraturan yang sudah ditentukan tidak
dipenuhi sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang;atau
5. Apabila kepada wajib pajak diterbitkan nomor pokok wajib pajak dan/atau dikukuhkan
sebagai pengusaha kena pajak secara jabatan sebagaimana pada peraturan yang sudah
ditentukan
SKPKBT merupakan surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang
telah ditetapkan sebelumnya. Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPKBT ditambah
dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% dari jumlah kekurangan pajak
tersebut. Sanksi tidak akan dikenakan apabila SKPKBT tersebut diterbitkan berdasarkan
keterangan tertulis dari Wajib Pajak atas kehendak sendiri, dengan syarat Direktur Jendral Pajak
belum mulai melakukan tindakan pmeriksaan dalam rangka penerbitan SKPKBT.
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah
kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang
atau tidak seharusnya terutang. Direktur Jenderal Pajak, setelah melakukan pemeriksaan,
menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak
yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang. Berdasarkan permohonan Wajib
Pajak, Direktur Jenderal Pajak, setelah meneliti kebenaran pembayaran pajak, menerbitkan Surat
Ketetapan Pajak Lebih Bayar apabila terdapat pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang,
yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. Surat Ketetapan
Pajak Lebih Bayar masih dapat diterbitkan lagi apabila berdasarkan hasil pemeriksaan dan/atau
data baru ternyata pajak yang lebih dibayar jumlahnya lebih besar daripada kelebihan
pembayaran pajak yang telah ditetapkan.
Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak
sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit
pajak. Direktur Jenderal Pajak, setelah melakukan pemeriksaan, menerbitkan Surat Ketetapan
Pajak Nihil apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar sama dengan jumlah
pajak yang terutang, atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak atau tidak ada
pembayaran pajak.
Surat Tagihan Pajak adalah surat ketetapan pajak yang diterbitkan dalam hal:
Kesalahan tulis
Kesalahan tulis dapat berupa penulisan nama, alamat, NPWP, nomor surat ketetapan pajak, jenis
pajak, Masa atau Tahun Pajak dan tanggal jatuh tempo;
Kesalahan hitung
Kesalahan hitung berasal dari penjumlahan dan atau pengurangan dan atau perkalian dan atau
pembagian suatu bilangan;
Ketetapan pajak yang dapat dibetulkan karena kesalahan atau kekeliruan, antara lain:
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB); Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
(SKPKBT); Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB); Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN);
Surat Tagihan Pajak (STP); Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak; Surat
Keputusan Keberatan; Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi;
Surat Keputusan Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak yang tidak benar.
Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan memberikan alasan yang jelas
dan meyakinkan;
Disampaikan kepada Direktur Jenderal Pajak melalui Kantor Pelayanan Pajak yang
mengenakan sanksi administrasi tersebut;
Tidak melebihi jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak diterbitkannya STP, SKPKB atau
SKPKBT, kecuali apabila WP dapat menunjukan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat
dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya;
Tidak mengajukan keberatan atas ketetapan pajaknya dan diajukan atas suatu STP; suatu
SKPKB atau suatu SKPKBT.
Direktur Jenderal Pajak harus memberi keputusan atas permohonan pengurangan atau
penghapusan sanksi administrasi paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal permohonan
diterima. Apabila jangka waktu tersebut telah lewat dan Direktur Jenderal Pajak tidak memberi
keputusan maka permohonan dianggap diterima.
Direktur Jenderal Pajak harus memberi keputusan atas permohonan pengurangan atau
pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar paling lama 12 bulan sejak tanggal permohonan
diterima. Apabila jangka waktu tersebut telah lewat dan Direktur Jenderal Pajak tidak memberi
keputusan maka permohonan dianggap diterima.
Penagihan pajak ternyata punya banyak jenis. Ada yang sifatnya pasif, aktif bahkan seketika dan
sekaligus. Apa bedanya dan apa konsekuensinya bagi wajib pajak? Penjelasannya akan Anda
peroleh pada poin di bawah ini.
Penagihan Pasif
Pada penagihan pajak pasif, DJP hanya menerbitkan Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), SK
Pembetulan, SK Keberatan, dan Putusan Banding yang menyebabkan pajak terutang lebih besar.
Dalam penagihan pasif, fiskus hanya memberitahukan kepada wajib pajak bahwa terdapat utang
pajak. Jika dalam waktu satu bulan sejak diterbitkannya STP atau surat sejenis, wajib pajak tidak
melunasi utang pajaknya, maka fiskus akan melakukan penagihan aktif.
Penagihan Aktif
Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, penagihan aktif merupakan kelanjutan dari penagihan
pasif. dalam penagihan aktif, fiskus bersama juru sita Pajak berperan aktif dalam tindakan sita
dan lelang.
Penagihan seketika dan sekaligus ini merupakan penagihan pajak yang dilakukan oleh fiskus
atau juru sita pajak kepada wajib pajak tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran pajak.
Penagihan pajak juga meliputi seluruh utang pajak dari semua jenis pajak, masa pajak, dan tahun
pajak.
Tujuannya penagihan jenis ini adalah untuk mencegah terjadinya utang pajak yang tidak bisa
ditagih. Jika saat dilakukan penagihan seketika dan sekaligus wajib pajak belum membayar,
maka juru sita pajak akan menunggu hingga tanggal jatuh tempo.
Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, ada beberapa tindakan atau langkah yang dilakukan
juru sita pajak dalam melakukan penagihan pajak. Berikut ini tahapan dan penjelasan setiap
langkahnya.
1. Surat teguran
Surat teguran atau surat peringatan adalah surat yang diterbitkan untuk melaksanakan penagihan
pajak. Jika dalam waktu tujuh hari setelah tanggal jatuh tempo penanggung pajak atau wajib
pajak belum melunasi utang pajaknya, maka surat teguran ini akan sampai ke tangan penanggung
pajak.
Tujuannya adalah memberikan peringatan kepada penanggung pajak agar segera melunasi utang
pajak sehingga tidak perlu lagi dilakukan penagihan secara paksa.
2. Surat paksa
Surat paksa merupakan surat yang akan diterbitkan jika 21 hari setelah jatuh tempo surat teguran,
si penanggung jawab pajak tidak melunasi pajaknya.
Setelah datangnya surat paksa, wajib pajak wajib melunasi pajaknya dalam waktu 2 x 24 jam
agar tidak ada tindakan pemblokiran rekening, pencegahan ke luar negeri, hingga penyanderaan
paksa badan (dengan catatan, diragukan itikad baiknya dan memiliki utang pajak minimal
Rp100.000.000). Penerbitan surat paksa ini dikenakan biaya senilai Rp25.000.
3. Surat sita
Surat sita adalah surat yang diterbitkan jika dalam waktu 2 x 24 jam sejak diterbitkannya surat
paksa, penanggung pajak belum membayarkan pajaknya. Ada biaya yang dikenakan untuk surat
sita ini yakni Rp75.000. Biaya ini digunakan untuk pelaksanaan sita.
Penyitaan tidak semata-mata bertujuan untuk menjual barang milik penanggung pajak,
melainkan petugas menggunakan barang-barang tersebut sebagai jaminan agar penanggung
pajak melunasi pajaknya.
Jadi, penanggung pajak masih memiliki kesempatan untuk melunasi pajaknya selama 14 hari
terhitung dari penyitaan harta penanggung pajak. Jika dalam 14 hari penanggung pajak masih
belum membayarkan utang pajaknya, maka akan diterbitkan pengumuman lelang.
Penyitaan dilaksanakan oleh juru sita pajak dengan disaksikan oleh 2 orang yang dianggap sudah
dewasa sebagai saksi, berkewarganegaraan Indonesia, dikenal oleh juru sita pajak, dan dapat
dipercaya.
4. Lelang
Lelang akan dilakukan jika dalam waktu 14 hari setelah diterbitkan pengumuman lelang,
penanggung pajak tidak melunasi utang pajaknya.
Dasar penagihan pajak dibedakan berdasarkan jenis pajaknya. Berikut ini, dasar penagihan pajak
yang perlu Anda tahu:
Dasar penagihan pajak untuk PPh, PPN, dan PPnBM, serta bunga penagihan adalah:
Penagihan pajak dikatakan daluarsa jika telah melampaui batas waktu penagihan, yaitu 5 tahun
terhitung sejak penerbitan dasar penagihan pajak. Apabila penagihan pajak daluarsa, maka
penagihan pajak tidak bisa lagi dilaksanakan karena hak untuk penagihan atas utang pajak
tersebut sudah dianggap gugur.
Adanya perbedaan pendapat antara pemeriksa pajak dengan wajib pajak atas
yang diputuskan atau atas pemungutan oleh pihak ketiga maka pengajuan
Kapan wajib pajak dapat mengajukan keberatan untuk banding? Hal ini biasanya
Ketika membahas pajak terhadap suatu transaksi yang dilakukan oleh wajib
Pendapat dari pemeriksa pajak ini akan ditentukan oleh hakim banding apakah
Anda tidak perlu khawatir jika tidak setuju dengan SKP yang diterbitkan karena Anda dapat
membuat keberatan.
Hal-hal yang bisa diajukan sebagai keberatan adalah SKPKB (Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar atau disingkat), SKPKBT, SKPLB, SKPN, dan Pemotongan/Pemungutan yang dilakukan
pihak ketiga.
1. Surat keberatan yang diajukan oleh pemohon harus dibuat dengan bahasa Indonesia.
2. Mencantumkan jumlah pajak yang telah dipotong atau terutang atau jumlah kerugian
3. Setiap satu keberatan adalah untuk satu tahun atau masa dan satu jenis pajak.
Untuk wajib pajak yang ingin mengajukan keberatan, paling lambat adalah tiga bulan dari
Jika wajib pajak melewati batas waktu maksimal yang telah diputuskan, maka harus
memberitahukan keadaan yang terjadi itu diluar keinginan atau kuasa wajib pajak.
Kemudian, wajib pajak menunggu hasil putusan atas pengajuan keberatan dalam kurun waktu 12
Sedangkan pengertian banding pajak adalah sebuah upaya hukum yang ditempuh oleh wajib
pajak jika tidak dapat menerima atau tidak setuju dengan SKP.
Saat wajib pajak merasa kurang puas terhadap hasil pemeriksaan pajak, maka proses banding
pajak baru bisa dilakukan yang dibarengi dengan keluarnya SKP. Surat ketetapan pajak ini
mengenai pajak terutang yang berisi kurang bayar, lebih bayar, atau bahkan nihil.
Dasar hukum yang menaungi banding pajak telah tercantum pada UU No. 14 tahun
2002 mengenai Pengadilan Pajak. Untuk proses pelaksanaan hukumnya antara lain keberatan,
Proses ini adalah bagian dari hukum tentang pajak dan tentu sesuai dengan prosedur hukum yang
diberlakukan.
Setelah mengetahui mengenai apa itu banding pajak, alasan di balik dilakukan banding pajak,
berikut ini syarat untuk Anda yang ingin mengajukan surat banding pajak.
1. Setiap satu keputusan pajak, mengajukan satu surat banding
2. Surat pengajuan banding secara tertulis dengan menggunakan Bahasa Indonesia. Masa
berlaku pengajuan banding paling lama adalah tiga bulan dari diterimanya keputusan keberatan.
Namun, bisa jadi berubah jika terdapat aturan lain dalam peraturan undang-undang perpajakan.
4. Syarat mengajukan banding adalah telah membayar jumlah pajak terutang sebesar 50%.
5. Melampirkan SSP (Surat Setoran Pajak) atau Pbk (Pemindah Bukuan) Jika hendak
mengajukan banding, pastikan Anda telah melengkapi persyaratan seperti data-data atau bukti
pendukung lainnya seperti SKP, surat pengajuan keberatan, laporan keuangan, SPT, dan
sebagainya. Anda akan diberi pemberitahuan jadwal sidang banding pajak maksimal 14 hari
Sedangkan untuk proses banding, pihak-pihak terkait yang bisa mekakukannya juga sudah diatur
antara lain:
1. Dapat dilakukan oleh wajib pajak, ahli waris, pengurus, ataupun kuasa hukum si wajib
pajak.
2. Ketikan proses pengajuan banding sedang berjalan dan pemohon meninggal dunia, proses
melakukan pemekaran usaha, proses banding dapat diteruskan oleh pihak yang diberi tanggung
Jika syarat-syarat untuk pengajuan banding telah terpenuhi, maka pemohon akan memperoleh
1. Dalam jarak waktu tiga bulan setelah menerima surat keputusan banding, pemohon
memiliki hak untuk melengkapi surat banding sebagai bentuk dari pemenuhan ketentuan yang
berlaku.
2. Memasukkan surat bantahan dapat dilakukan dalam kurun waktu 30 hari sejak menerima
3. Pemohon dapat mengikuti sidang untuk menyampaikan keterangan secara lisan dan
menunjukkan bukti selama menyampaikan secara tertulis kepada ketua pengadilan pajak.
5. Memiliki hak didampingi ataupun diwakilkan oleh kuasa hukum dengan syarat telah
mendapat izin atau terdaftar sebagai kuasa hukum dari pengadilan pajak.
6. Dapat meminta kepada majelis untuk menghadirkan saksi. Proses banding terhitung
lumayan lama karena putusan penetapan paling lama bisa mencapai 12 bulan dari penerimaan
Jika surat pengajuan banding Anda hanya diterima atau ditolak sebagian, wajib pajak akan
Selanjutnya, akan dikurangi dengan jumlah pembayaran pajak yang telah dilakukan sebelum