net/publication/342353139
CITATIONS READS
0 358
1 author:
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Mohamad Wieldan Akbar on 22 June 2020.
Abstrak
1 Penulis adalah Direktur Bidang Keamanan Pemilu Ampera. Menyelesaikan studi sarjana di FISIP Universitas
Indonesia dan pasca sarjana di Universitas Pertahanan. Kini penulis sedang mendalami studi sarjana hukum di
STHI Jakarta.
2
Abctract
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pengumuman Wabah Covid-19 di Indonesia pada 2 Maret 2020 Oleh Presiden Republik
Indonesia mengubah sistem bekerja di Indonesia, paling tidak selama pandemi. 2 Trend Work
From Home atau WFH sontak menggantikan WFO atau Work From Office semenjak
diberlakukannya PSBB atau Pembatasan Sosial Berskala Besar pada Maret 2020.3 Yang
menarik dalam proses berjalannya WFH adalah berjamurnya sebuah rapat virtual (virtual
meeting) dengan memanfaatkan banyak media, seperti Zoom, Google Meeting, dsb. Fenomena
ini menbuat penggunaan Zoom dan kawan-kawan aplikasi lainnya digandrungi oleh pekerja.
Hampir semua sektor, termasuk pemerintahan juga menggunakan media ini dalam mendukung
kinerja selama masa pandemi. Berangkat dari fenomena ini, kita memahami bahwa era
teknologi kemudian mau tidak mau masuk ke dalam kehidupan sosial, ekonomi, politik, dan
2https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200302111534-20-479660/jokowi-umumkan-dua-wni-positif-
budaya kita. Penggunaan teknologi yang awalnya dirasa hanya masuk ke dalam dunia sosial,
sebagai wadah ekstsensi pribadi atau kelompok, seperti Instagram, facebook, youtube, dan
twitter kemudian meluas ke dunia pekerjaan. Pengguna Zoom di dunia meningkat selama
kurun waktu tiga bulan belakangan.
Menurut Silicon Angle, jumlah pengguna harian meningkat lebih dari 50 persen dalam waktu
tiga pekan. Zoom menjadi aplikasi digital yang naik daun di tengah physical distancing akibat
wabah virus corona. Laporan terbaru menunjukkan pengguna harian Zoom mencapai 300 juta
beberapa pekan terakhir. Perusahaan yang memimpin dalam konferensi rapat online ini,
mendapatkan lonjakan pengguna aktif sebanyak 2,22 juta per bulan sejauh Maret 2020. Data
ini menunjukkan bahwa ketergantungan akan teknologi informasi paling tidak selama masa
WFH menjadi sebuah penanda bahwa pegawai dalam institusi Negara seperti Komisi
Pemilihan Umum juga menjadi bagian dari masyarakat digital.
B. Permasalahan
Yang kemudian menjadi persoalan adalah seberapa kita dapat beradaptasi terhadap kemajuan
teknologi di masa pandemi hingga di saat new normal telah diterapkan. Dari pengantar di
paragraf-paragraf sebelumnya, maka diangkatlah sebuah pertanyaan penelitian:
Apa peran teknologi informasi bagi peningkatan kinerja sumber daya manusia di KPU RI?
C. Tujuan
Paper ini akan menjelaskan bagaimana teknologi informasi telah menjangkau kehidupan
professional baik di sektor pemerintahan maupun swasta. Berangkat dari asusmsi ini, maka
diperlukan sebuah kesadaran akan teknologi informasi, atau dalam bahasa sederhananya adalah
melek teknologi di lingkup sumber daya manusia di KPU RI. Paper ini akan menjelaskan
keterkaitan antara konsep dan analisis guna menunjukkan kesadaran akan teknologi informasi
berperan penting dalam meningkatkan kinerja sumber daya manusia di KPU RI.
A. Budaya Digital
Tembely (2017: 33) mendefinisikan budaya digital sebagai beberapa cara manusia terlibat
dalam media dan teknologi digital dalam kehidupan sehari-hari mereka. Orang-orang muda
4
khususnya di wilayah Barat dan perkotaan telah mengalami persimpangan teknologi media
baru dan globalisasi. . Budaya digital telah berubah secara drastis selama beberapa tahun
terakhir. Jumlah informasi yang diperlukan untuk “melek” dalam budaya digital terus berubah.
1. Literasi digital: Ini melibatkan penggunaan informasi dan media komunikasi baru
untuk mengevaluasi dan memilah informasi.
2. Permanen: Apa pun yang kita lakukan di dunia digital meninggalkan jejak.
3. Copiability: Informasi dan produk digital mudah disalin dan direproduksi.
4. Instanisme: Di lingkungan digital, kami mengirim dan menerima informasi secara
instan.
5. Interkonektivitas: Ini menciptakan peluang untuk akses konstan.
6. Identitas: Identitas adalah bidang ketegangan, dilema, dan kreativitas. Tampilan kultur
remix digital digunakan untuk membuat
7. identitas.
8. Multitasking: Ini berarti beberapa tugas dikelola secara bersamaan. Konsumsi dan
hiburan media merupakan contoh khas.
Situasi yang muncul dalam budaya digital menghasilkan interaksi timbal balik dari elemen-
elemen ini.
Pengguna budaya digital menggunakan dan menciptakan produk media digital (atau barang
budaya digital) seperti gambar digital, lagu, video, film, dan permainan komputer. Barang
budaya digital dapat dengan mudah direproduksi dan didistribusikan dengan mudah
memungkinkan konsumen untuk membuat produk bersama. Penyebaran smartphone
membawa budaya obrolan yang merupakan contoh bagus dari dua game dalam budaya digital.
Game komputer adalah salah satu area untuk menjelajah dan terbenam dalam budaya digital.
Aplikasi lain yang sukses untuk penggunaan sehari-hari adalah weblog. Weblog dianggap
mirip dengan cara kita berperilaku.
Menurut Riasetiawan (2005) dalam Novianto (2009) menjelaskan sistem informasi melakukan
beberapa fungsi yaitu mengumpulkan data, melakukan pemprosesan data, manajemen data,
5
pengendalian data dan penghasil data. Beberapa fungsi yang dilakukan dengan menggunakan
sistem informasi dalam berproses bisnis terdiri dari pemprosesan transaksi pengawasan
pengingat dan penggalian informasi.
Adanya sistem informasi berbasis teknologi mengacu pada tujuan sistem informasi itu sendiri
sedangkan menurut Wilkinson (2000) sistem informasi mendukung fungsi penyediaan
informasi bagi pihak manajemen, serta sebagai sarana pendukung untuk kegiatan operasional
perusahaan sehari-hari. Keunggulan utama dari sistem informasi berbasis teknologi adalah
sifatnya yang online dan realtime. Laporan dapat dihasilkan langsung dari basis data transaksi
sehingga mencerminkan kondisi terkini dari operasional bisnis. Semua transaksi yang tercatat
bisa dalam bentuk softcopy atau hardcopy sehingga dapat ditelusuri dengan mudah.
C. Kinerja Karyawan
Menurut Simamora dikutip dan diterjemahkan oleh Nurhayati (2008:7) “Kinerja karyawan
adalah tingkat dimana para karyawan mencapai persyaratan-persyaratan pekerjaan”.
Menurut Hasibuan (2006:94) menjelaskan bahwa “Kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai
seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya didasarkan atas
kecakapan, pengalaman, kesungguhan serta waktu”.
Menurut Prawirosentono (2008:2) “Kinerja atau dalam Bahasa inggris adalah performance”,
yaitu Hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam organisasi,
sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing- masing dalam rangka upaya mencapai
tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral
maupun etika.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan adalah
kemampuan mencapai persyaratan-persyaratan pekerjaan, dimana suatu target kerja dapat
diselesaikan pada waktu yang tepat atau tidak melampui batas waktu yang disediakan sehingga
tujuannya akan sesuai dengan moral maupun etika perusahaan. Dengan demikian kinerja
karyawan dapat memberikan kontribusi bagi perusahaan tersebut.
Menurut Robbins (2006: 260) menyebutkan 5 indikator untuk mengukur kinerja karyawan
secara individu yaitu: Kualitas, Kuantitas, Ketepatan waktu, Efektivitas dan Kemandirian.
6
III. Analisis
Kemanfaatan TI mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan. Hal ini
menunjukkan bahwa kemanfaatan TI mampu meningkatkan kinerja pegawai pada KPU RI,
kemanfaatan TI seperti bekerja lebih cepat, kinerja menjadi lebih baik, meningkatkan
produktivitas, pekerjaan menjadi lebih efektif, membuat pekerjaan menjadi lebih mudah, dan
berguna berpengaruh posotif terhadap kinerja karyawan. Apabila kemanfaatan TI dilaksanakan
dengan baik dan tepat maka akan mendukung kinerja karyawan secara optimal.
Dalam paper ini kami mengeskplorasi bagaimana cara meningkatkan kinerja dengan
membangun budaya digital.
Ketika pegawai menikmati menghabiskan waktu dan bekerja bersama, alur kerja meningkat
pesat. Ide berekmbang di sekitar ruangan dengan kecepatan tinggi, dan kemajuan diukur secara
real time. Di sisi lain, ketika orang-orang kesulitan bekerja dengan satu sama lain, mereka akan
menghindari berinteraksi dengan rekan kerja mereka yang setara dengan produktivitas yang
rendah.
Tidak mungkin lagi bagi tim untuk bekerja secara parsial. Berbagi pembelajaran dan wawasan
antar departemen sangat penting bagi budaya digital yang produktif dan efektif. Misalnya, tim
hubungan masyarakat bekerja sama untuk informasi publik mengenai pemilu dapat
7
terdistribusi dengan baik ke ruang publik. Sementara tim IT harus bekerja untuk memberikan
umpan balik pada sistem dan bagaimana perbaikan dapat dilakukan.
Para pemimpin dan tim mereka dapat mendorong kolaborasi dengan melibatkan tim dalam
kegiatan di luar tempat kerja dan di dalam tempat kerja. Dengan cara ini, setiap pegawai akan
melihat orang di dalam ruang kerja maupun ruang kerja sebagai satu kesatuan. Cara kerja ini
akan membantu mendorong kolaborasi dan memperkenalkan kemungkinan untuk berempati
satu sama lain, yang menambah kohesi kelompok.
Cara paling efektif untuk memastikan bahwa pegawai memiliki pengetahuan digital dan
dampaknya terhadap bisnis adalah dengan menawarkan program pembelajaran dan
pengembangan yang melayani semua tingkat pengetahuan.Faktanya adalah bahwa tidak semua
karyawan perlu mengetahui seluk beluk digital dari penyelenggaraan pemilu, banyak hanya
membutuhkan pemahaman mendasar untuk peran mereka.
Oleh karena itu serangkaian program pelatihan digital dari 'kesadaran digital' ke 'spesialis' akan
ideal untuk tenaga kerja untuk mendidik mereka di bidang digital yang perlu mereka ketahui
dan yang akan menambah nilai pada peran mereka, daripada satu -ukuran cocok untuk semua
pendekatan yang mungkin memakan waktu yang berharga dan dapat melemahkan daripada
memberdayakan pegawai. Selain itu, program yang fleksibel bisa sangat berharga bagi tenaga
kerja yang sibuk. Program yang tersedia online melalui Sistem Manajemen Pembelajaran
(internal atau eksternal) berarti bahwa staf dapat memanfaatkan pengetahuan ketika dan ketika
mereka memiliki waktu dan merasakan kebutuhan untuk meningkatkan keterampilan.
Kemampuan kerja adalah suatu kesadaran yang ada pada diri individu atau pegawai yang
sungguh berdayaguna dan berhasil guna dalam menyelesaikan pekerjaannya. Prestasi
seseorang tergantung pada kemampuan seseorang dalam melaksanakan tugas pekerjannya.
Seseorang pegawai dalam menjalankan tugasnya dituntut untuk mempunyai suatu ketrampilan
dan pengetahuan. Keahlian yang dimiliki para pegawai yang disebut dengan kemampuan kerja.
Dalam mencapai kinerja pegawai yang baik tentunya diperlukan pegawai yang memiliki
keterampilan dan pengetahuan yang baik sehingga dapat mempermudah penyelesaian
8
Pegawai Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia yang memiliki tingkat pendidikan yang
tinggi akan dapat mengerjakan pekerjaan kantor dengan baik, tepat waktu dan menghasilkan
suatu kinerja yang memuaskan. Selain itu, kemampuan dalam berinteraksi baik dengan teman
sejawat maupun dengan pihak luar akan mendukung proses kerja sama yang dibutuhkan dalam
bekerja. Semakin tinggi kemampuan pegawai, kinerja pegawai pun semakin tinggi. Kinerja
yang baik akan memperlancar proses penyelenggaraan pemilihan umum karena dukungan
administrative dan teknis menentukan berjalannya penyelenggaraan pemilihan umum.
IV. Penutup
A. Kesimpulan
Sebagai kesimpulan paling tidak ada tiga poin yang dihasilkan paper ini. Pertama, bagaimana
Pengunaan IT mempermudah dan meningkatan kinerja pegawai di KPU RI. Yang kedua adalah
perlunya dibangun sebuah budaya digital untuk menunjang kemajuan tekonlogi informasi yang
membuat pegawai akan melek secara teknologi di masa-masa mendatang Ketiga adalah
perlunya memperkuat pengetahuan dasar di setiap bidang di KPU di bidang teknologi untuk
mendukung setiap kinerja pegawai di KPU. Ketiga poin ini dapat meningkatkan kinerja
pegawai dengan ditemani kesadaran dan kemampuan akan penggunaan tekonologi informasi
yang nantinya akan meningkat kerja penyelenggaraan pemilu di KPU RI.
B. Saran
KPU RI jika memungkinkan dapat membekali pegawai di setiap bidangnya dengan bimtek,
pelatihan, dan bentuk lainnya berkaitan dengan penguasaan teknologi informasi. Dengan
pelatihan sebagai langkah awal, kinerja di setiap bidang dapat diperkuat dengan kemampuan
digital working yang suatu saat dapat diperlukan oleh KPU RI dalam menyeenggarakan
pemilihan umum.
9
Referensi
Hasibuan, Malayu S.P. 2006. Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah. Edisi Revisi.
Jakarta: Bumi Aksara.
Nurhayati, Dina. 2008. Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Iklim Kerja Terhadap Kinerja
Karyawan Perusahaan Kerajinan AKP .CRAFT Bantul. Skripsi. Universitas Negeri
Yogyakarta.
Prawirosentono, Suyadi. 2008. Kebijakan Kinerja Karyawan. Edisi Pertama. Jogjakarta: BPFE.
Riasetiawan, Mardhani. 2005. “Tinjauan Teoritis Sistem Informasi”, diakses pada Tanggal 15
Juni dari www.mardhani.staff.ugm.ac.id