Anda di halaman 1dari 26

PROJECT BASED LEARNING (PJBL)

Asuhan Keperawatan Komunitas


dengan Menggunakan Teori Model Community as Partner
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Community Health Nursing 2

Disusun oleh:
SUKMAWATI ARUM PRIMADITA
155070201111019
PSIK 2015/Reguler 1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang merupakan
perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public health) dengan
dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta mengutamakan pelayanan
promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan
kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui
proses keperawatan (nursing process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan
manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan
(Mubarak, 2006).
Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan keperawatan yang
bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan berkesinambungan dalam
rangka memecahkan masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok serta
masyarakat melalui langkah-langkah seperti pengkajian, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi keperawatan (Wahyudi, 2010; Irnanda, 2013).
Keperawatan komunitas adalah suatu dalam keperawatan yang merupakan
perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran
serta aktif masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara
kesehatan masyarakat dengan menekankan kepada peningkatan peran serta
masyarakat dalam melakukan upaya promotif dan perventif dengan tidak
melupakan tindakan kuratif dan rehabilitatif sehingga diharapkan masyarakat
mampu mengenal, mengambil keputusan dalam memelihara kesehatannya
(Mubarak, 2009). Selain menjadi subjek, masyarakat juga menjadi objek yaitu
sebagai klien yang menjadi sasaran dari keperawatan kesehatan komunitas terdiri
dari individu dan masyarakat. Berdasarkan pada model pendekatan totalitas individu
dari Neuman (Anderson, 2006; Irnanda, 2013) untuk melihat masalah pasien, model
komunitas sebagai klien dikembangkan untuk menggambarkan batasan
keperawatan kesehatan masyarakat sebagai sintesis kesehatan masyarakat dan
keperawatan. Model tersebut telah diganti namanya menjadi model komunitas
sebagai mitra, untuk menekankan filosofi pelayanan kesehatan primer yang menjadi
landasannya.

1.2 Tujuan
A. Umum
 Mengetahui asuhan keperawatan komunitas sesuai tahapan asuhan
keperawatan berdasarkan topik kasus.
B. Khusus
 Mengetahui indikator masalah kesehatan dan web of causation berdasarkan
kasus.
 Mengetahui perencanaan intervensi keperawatan dan plan of action sesuai
dengan kasus.
BAB II
TINJAUAN TEORI

Model Pengkajian Community As Partner


Model Community As Partner merupakan salah satu model yang dapat diterapkan
dalam memberikan asuhan keperawatan pada populasi. Model ini diterapkan karena
menyediakan struktur intervensi keperawatan yang komprehensif, memberikan
wawasan profesi lain dalam memberikan pelayanan yang lebih menyeluruh.Model
community as partner dari Anderson & McFarlane (2006) merupakan pengembangan
dari model Neuman, dengan fokus komunitas sebagai partner dan proses keperawatan
sebagai pendekatan. Neuman memandang klien sebagai sistem terbuka dimana klien
dan lingkungannya berada dalam interaksi yang dinamis.  Model community as partner
terdapat dua komponen utama yaitu roda pengkajian komunitas dan proses
keperawatan.
Roda pengkajian komunitas terdiri(1) inti komunitas (the community core), (2) subsistem
komunitas (the community subsystems), dan (3) persepsi (perception). Model ini lebih
berfokus pada perawatan kesehatan masyarakat yang merupakan praktek, keilmuan,
dan metodenya melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi penuh dalam meningkatkan
kesehatannya.
1. Data inti
1) Riwayat/ sejarah
Pengkajian pada riwayat keperawatan meliputi, berapa lama sudah tinggal
didaerah tersebut, bahasa apa yang digunakan, bagaimana kondisi wilayah
tempat tinggal.
2) Demografi
Variabel yang dapat dikaji adalah jumlah balita baik laki-laki maupun
perempuan. Data diperoleh melalui. Puskesmas atau kelurahan berupa
laporan tahunan atau rekapitulasi jumlah kunjungan pasien yang berobat.
3) Statistik vital
Data statistik vital yang dapat dikaji adalah jumlah angka kesakitan dan angka
kematian balita. Angka kesakitan dan kematian tersebut diperoleh dari
penelusuran data sekunder baik dari Puskesmas atau Kelurahan.
4) Value
Mencakup kepercayaan, agama, nilai-nilai yang berkembang di masyarakat
setempat.
2. Sub sistem
1) Lingkungan fisik
Lingkungan fisik yang kurang bersih akan menambah dampak buruk terhadap
penurunan daya tahan tubuh sehingga rentan terkena penyakit, selain faktor
untuk menjamin mendapatkan makanan yang sehat akan sulit didapat, selain
itu kerentanan terhadap vektor penyakit menjadi salah satu tingginya risiko
peningkatan kejadian sakit diwilayah tersebut.
2) Pelayanan kesehatan sosial
Jarak antara desa dengan puskesmas tidak terlalu jauh yaitu hanya 1 km,
desa tersebut memiliki 1 posyandu dalam 1 RW dan aktif melaksanakan
program kerja yang dilaksanakan 1 bulan sekali.
3) Ekonomi
4) Keamanan dan transportasi
Wilayah tersebut memiliki mobil yang disediakan oleh pemberi bantuan untuk
dimaanfaatkan oleh masyarakat dalam hal memfasilitasi masyarakat untuk
mempermudah akses mendapatkan layanan kesehatan.Variabel keamanan
meliputi jenis dan tipe pelayanan keamanan yang ada, tingkat kenyamanan
dan keamanan penduduk serta jenis dan tipe gangguan keamanan yang ada.
5) Politik dan pemerintahan
Jenis kebijakan yang sedang diberlakukan, kegiatan promosi kesehatan yang
sudah dilakukan, kebijakan terhadap kemudahan mendapatkan pelayanan
kesehatan, serta adanya partisipasi masyarakat.
6) Komunikasi
Komunikasi meliputi jenis dan tipe komunikasi yang digunakan penduduk,
khususnya komunikasi formal dan informal yang digunakan dalam keluarga.
Jenis bahasa yang digunakan terutama dalam penyampaian informasi
kesehatan gizi, daya dukung keluarga terhadap balita yang sakit.
7) Pendidikan
Pendidikan sebagai sub sistem meliputi tingkat pengetahuan penduduk
tentang pengertian tentang penyakit balita yang dihadapi, bahaya dan
dampaknya, cara mengatasi, bagaimana cara perawatan,serta cara
mencegahnya.
8) Rekreasi
Yang perlu dikaji adalah jenis dan tipe sarana rekreasi yang ada, tingkat
partisipasi atau kemanfaatan dari sarana rekreasi serta jaminan keamanan
dari sarana rekreasi yang ada.
BAB III
TRIGGER DAN HASIL

Trigger 1
Kelurahan Kendal Kasih terdiri dari 20 Rukun Warga (RW) yang dibagi menjadi 84
RukunTetangga (RT). Dalam pembinaan kesehatan, kelurahan Kendal Kasih berada
dibawah tanggungjawab Puskesmas Selor, jarak terjauh hanya 1 Km dari seluruh
pemukiman warga. Sarana transportasi yang tersedia sangat memadai dan
memudahkan masyarakat memperoleh pelayanan.
Dari segi demografi , jumlah penduduk mencapai 27.801 orang yang terdiri dari 13.706
laki-laki dan 14.095 perempuan (Data Puskesmas tahun 2013). Wilayah ini berkembang
pesat dari pedesaan menjadi perkotaan sehingga penataan lingkungan dan kesiapan
masyarakat dalam menerima arus perubahan tidak disiapkan sejak awal. Kehadiran
salah satu universitas negeri di daerah tersebut juga berefek terhadap tingginya
mobilitas penduduk ke dan dari wilayah ini. Hal tersebut juga berpengaruh pada pola
dan gaya hidup masyarakat. Perubahan yang terjadi akan berpengaruh terhadap
meningkatnya kelompok yang rentan ( vulnerable group). Puskesmas Selor mencatat
bahwa kelompok rentan itu adalah bayi, balita, anak usia sekolah, ibu hamil, ibu
bersalin/menyusui, dan lansia.
Ditinjau dari Paradigma sehat, yang menjelaskan tentang lingkungan, perilaku,
pelayanan kesehatan dan keturunan sebagai faktor yang mempengaruhi kesehatan.
Perilaku yang ditemukan di wilayah tersebut diantaranya yaitu kebiasaan merokok,
kurangnya olah raga secara teratur, diet yang tidak seimbang, kurangnya perhatian
terhadap lingkungan yang menunjang kesehatan khususnya kasus Demam Berdarah.
Perilaku-perilaku tersebut akan mendukung timbulnya masalah kesehatan di
masyarakat. Sedangkan lingkungan yang pemukiman yang padat, tingginya polusi
udara, penataan pasar yang tidak sehat, dan pembuangan sampah yang tidak pada
tempatnya di Kelurahan Kendal Kasih juga merupakan faktor pemicu munculnya
masalah kesehatan seperti TB, Demam Berdarah, ISPA, Diare dan sebagainya. Dari
aspek pelayanan kesehatan, wilayah Selor selain mempunyai Puskesmas yang dapat
dengan mudah dijangkau oleh masyarakat juga terdapat pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh pihak swasta seperti dokter praktek, rumah bersalin dan klinik. Namun
belum optimal dimanfaatkan oleh masyarakat sehingga belum mencapai sasaran
sesuai target yang ditetapkan oleh Depkes seperti kasus TB, Diare, ISPA (Puskesmas
Selor 20013).
Berkaitan dengan kasus TB, Puskesmas Selor mencatat bahwa 60 % dari penderita
merupakan usia produktif (15-20 tahun). Puskesmas Selor merupakan salah satu unit
pelayanan kesehatan yang terlibat dalam strategi DOTS.
Hasil survey di Kelurahan Kendal Kasih tahun 2012 pada RW 09 dan 10 dengan 37
responden terdapat 21.6 % penderita TBC dewasa yang sedang dalam pengobatan;
terdapat 89.2 % mempunyai kebiasaan merokok; 10.8 % mempunyai kebiasaan
membersihkan rumah dan menjemur kasur sebulan sekali, bahkan ada yang tidak
melakukan kebiasaan tersebut sebesar 8.1 %. Pada penderita TBC yang sedang dalam
pengobatan ditemukan 2.7 % tidak menutup mulut saat batuk atau bersin. Terkait
pernyataan tentang penyakit TBC, responden yang menyatakan bahwa penyakit TBC
adalah penyakit yang memalukan sebesar 8.1 % dan penyakitnya orang miskin sebesar
5.4 %. Responden yang tidak percaya pada obat TBC yang diberikan sebanyak 8.1 % ;
menyatakan bahwa TBC tidak dapat disembuhkan sebesar 5.4 % dan tidak yakin
bahwa balita tidak dapat menularkan penyakit TBC sebesar 54.1 %
Web of Causation berdasar Trigger

Perilaku masyarakat 60% penderita Terpapar


Wilayah Kebiasaan merokok adalah usia polusi udara
pedesaan Kehadiran salah Kurang olah raga secara teratur produktif
berkembang satu universitas Diet yang tidak seimbang
pesat mejadi 8,1% penyakit TBC memalukan
negeri di
perkotaan 5,4% TBC penyakit orang miskin
wilayah
8,1% tidak percaya pada obat TBC
tersebut
Persepsi 8,1% TBC tidak dapat disembuhkan
salah 5,4% balita tidak dapat menularkan TBC
Meningkatnya DBD TBC
kelompok rentan Diare
Adanya (hamil,menyusui, ISPA 10,8 % Kebiasaan membersihkan rumah dan
urbanisasi menjemur kasur sebulan sekali. 8.1% penderita
lansia)
tidak melakukan kebiasaan tersebut

Mempengaruhi 2,7% penderita Tidak menutup


Tingginya
gaya hidup mulut saat batuk atau bersin
mobilitas
penduduk penduduk
Tingginya
polusi udara
Perubahan
Kepadatan Pemukiman Kurang perhatian Kondisi penataan
penduduk cukup padat terhadap lingkungan lingkungan tidak
Pembuangan kebersihan disiapkan sejak awal
meningkat
sampah tidak lingkungan
pada
tempatnya
A. Tabel Indikator Kesehatan
No Data Indikator Kesehatan Masalah Keperawatan
.
1. Perilaku yang ditemukan di wilayah Bahaya merokok bagi kesehatan Mayoritas warga masih memiliki
tersebut diantaranya yaitu kebiasaan menurut Tandra (2003) dalam kebiasaan merokok yang dapat
merokok. Poltekkes Depkes Jakarta I (2012) menimbulkan berbagai penyakit
Berdasarkan hasil survey, 89.2 % adalah dapat menimbulkan berbagai (Masalah: aktual)
masyarakat Desa Kendal Kasih penyakit. Banyak penyakit telah
mempunyai kebiasaan merokok terbukti menjadi akibat buruk dari
merokok, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Data GATS menunjukkan prevalensi
perokok di Indonesia sebesar 34,8%
dan 67% laki-laki adalah perokok
(angka terbesar di dunia)
2. Perilaku masyarakat yang lain adalah Faktor lain mempengaruhi daya Kebiasaan tidak olahraga secara
kurangnya olah raga secara teratur, tahan paru-jantung adalah kebiasaan rutin ditambah diet yang tidak
juga melakukan diet yang tidak berolahraga. Hampir setengah dari seimbang dapat menyebabkan
seimbang jumlah anak usia 12-21 tahun di dan mempengaruhi daya tahan
Indonesia tidak cukup aktif jantung dan paru-paru sehingga
(Adiwinanto 2008). Hasil penelitian masyarakat rentan menderita
Guttin et al. (2002) menunjukkan penyakit pada organ tersebut
terjadi perbaikan daya tahan paru- (Masalah : Risiko)
jantung pada anak obese dengan
intervensi latihan terutama olahraga
dengan intensitas tinggi.
3. Pada daerah tersebut, Lingkungan Menurut Peraturan Menteri PU Dikarenakan lingkungan dalam
pemukimannya padat, tingginya polusi Nomor 21/PRT/M/2006 tentang daerah Desa Kendal Kasih tidak
udara, penataan pasar yang tidak Kebijakan Dan Strategi Nasional termasuk Lingkungan sehat
sehat, dan pembuangan sampah yang Pengembangan Sistem Pengelolaan maka dapat menimbulkan
tidak pada tempatnya di Kelurahan Persampahan (KSNP-SPP). masalah berbagai penyakit pada
Kendal Kasih merupakan faktor Lingkungan yang sehat dan masyarakatnya (Masalah :
pemicu munculnya masalah kesehatan sejahtera hanya dapat dicapai Aktual)
seperti TB, Demam Berdarah, ISPA, dengan lingkungan pemukiman yang
Diare dan sebagainya. sehat. Terwujudnya suatu kondisi
lingkungan yang baik dan sehat
salah satunya dapat dilihat dari
pengelolaan sampah yang baik.
4. Selain Puskesmas, pelayanan Dalam RPJMN 2015 - 2019, Berdasarkan target dari Depkes
kesehatan yang diberikan oleh pihak Indonesia tetap memakai prevalensi maka Desa Kendal Kasih
swasta seperti dokter praktek, rumah TB, yaitu 272 per 100.000 penduduk termasuk Desa dengan
bersalin dan klinik belum optimal secara absolut (680.000 penderita) prevalensi TBC cukup tinggi
dimanfaatkan oleh masyarakat maka diperlukan penanganan
sehingga belum mencapai sasaran segera untuk mengurangi
sesuai target yang ditetapkan oleh masyarakat agar tidak tertular
Depkes seperti kasus TB, Diare, ISPA (Masalah : Aktual)
Puskesmas Selor mencatat bahwa 60
% dari penderita penyakit TB
merupakan usia produktif (15-20
tahun).
5. Puskesmas Selor merupakan salah Pada tahun 2015, beban global Berdasarkan target dari Depkes
satu unit pelayanan kesehatan yang penyakit TB (prevalensi dan maka Desa Kendal Kasih
terlibat dalam strategi DOTS. mortalitas) akan relatif berkurang termasuk Desa dengan
sebesar 50% dibandingkan tahun prevalensi TBC cukup tinggi
Hasil survey di Kelurahan Kendal 1990, dan setidaknya 70% orang maka diperlukan penanganan
Kasih tahun 2012 pada RW 09 dan 10 yang terinfeksi TB dapat dideteksi segera untuk mengurangi
dengan 37 responden terdapat dengan strategi DOTS dan 85% masyarakat agar tidak tertular
- 21.6 % penderita TBC dewasa diantaranya dinyatakan sembuh. (Masalah : Aktual)
yang sedang dalam pengobatan tingkat keberhasilan pengobatan
- Pada penderita TBC yang yang telah mencapai target lebih dari
sedang dalam pengobatan 85%
ditemukan 2.7 % tidak menutup
mulut saat batuk atau bersin. Pada Tahun 2013, presentase kasus
- Menyatakan bahwa penyakit baru TB (BTA positif) yang
TBC adalah penyakit yang disembuhkan dan pengobatan
memalukan sebesar 8.1 % lengkap sebesar 87% dan telah
- Menganggap penyakit TBC tercapai realisasi sebesar 90.5%,
Penyakitnya orang miskin sehingga pencapaian kinerjanya
sebesar 5.4 %. sebesar 104%.
- Responden yang tidak percaya
pada obat TBC yang diberikan
sebanyak 8.1 %
- Menganggap TBC tidak dapat
disembuhkan sebesar 5.4 %
- Tidak yakin bahwa balita tidak
dapat menularkan penyakit TBC
sebesar 54.1 %
6. Berdasarkan Hasil Survey di desa Meningkatnya Perilaku Hidup Bersih Kebiasaan tidak membersihkan
Kendal Kasih : dan Sehat (PHBS) pada tingkat rumah dan menjemur Kasur
- 10.8 % mempunyai kebiasaan rumah tangga dari 50 persen menjadi merupakan salah satu kegiatan
membersihkan rumah dan 70 persen yang menunjukkan perilaku tidak
menjemur kasur sebulan sekali, Target Indonesia sehat dengan sehat yang dapat memperburuk
- Tidak melakukan kebiasaan melakukan PHBS adalh 80% namun status kesehatan masyarakat
membersihkan rumah dan di wilayah jawa timur masih rendah (Masalah : Risiko)
menjemur kasur sebesar 8.1 %. yaitu 55-62% saja.
B. Tabel Analisa Data
Data Masalah Keperawatan
Data Primer: Perilaku Kesehatan Cenderung Berisiko pada Masyarakat
- Masyarakat kelurahan Kendal Kasih memiliki 89.2% Kendal Kasih
masyarakat dengan kebiasaan merokok.
- Kurangnya aktifitas olahraga secara teratur
- Diet yang tidak seimbang
- Kurang perhatian terhadap kebersihan lingkungan
10,8% masyarakat tidak membersihkan rumah dan
menjemur kasur sebulan sekali
- Pembuangan sampah tidak pada tempatnya di
Kelurahan Kendal Kasih juga merupakan faktor
pemicu munculnya masalah kesehatan seperti TB,
DBD, ISPA, Diare dan sebagainya.
- Pada penderita TB yang sedang dalam pengobatan
2,7% diantaranya tidak menutup mulut saat batuk
dan bersin.
Data sekunder:
- Berkaitan dengan kasus TB, Puskesmas Selor
mencatat bahwa 60% dari penderita merupakan
usia produktif (15-20 tahun).
Data primer : Ketidakefektifan Managemen Kesehatan pada Masyarakat
- Masyarakat kelurahan Kendal Kasih memiliki 89.2% kelurahan Kendal Kasih
masyarakat dengan kebiasaan merokok.
- Hasil survey di Kelurahan Kendal Kasih tahun 2012
pada RW 09 dan 10 dengan 37 responden terdapat
21.6% penderita TBC Dewasa yang sedang dalam
pengobatan.
- Penderita TB yang sedang dalam pengobatan 2,7%
diantaranya tidak menutup mulut saat batuk dan
bersin.
- Masyarakat Kendal Kasih menyatakan bahwa
penyakit TBC adalah penyakit memalukan sebesar
8.1% dan pennyakitnya orang miskin sebesar 5.4%.
- Persepsi masyarakat: 8,1% menyatakan tidak
percaya pada obat TB yang diberikan
- Responden menyatakan bahwa TBC tidak dapat
disembuhkan sebesar 5.4% dan tidak yakin bahwa
balita tidak dapat menularkan penyakit TBC
sebesar 54.1%
Data Sekunder:
- Berkaitan dengan kasus TB, Puskesmas Selor
mencatat bahwa 60% dari penderita merupakan
usia produktif (15-20 tahun).
Data primer : Defisiensi kesehatan komunitas pada masyarakat
- Munculnya masalah kesehatan seperti TB, Demam Kelurahan Kendal Kasih
Berdarah, ISPA, Diare dan sebagainya.
- Hasil survey di Kelurahan Kendal Kasih tahun 2012
pada RW 09 dan 10 dengan 37 responden terdapat
21.6% penderita TBC Dewasa yang sedang dalam
pengobatan.
- Masyarakat Kendal Kasih menyatakan bahwa
penyakit TBC adalah penyakit memalukan sebesar
8.1% dan pennyakitnya orang miskin sebesar 5.4%.
- Puskesmas Selor merupakan puskesmas yang
mudah dijangkau oleh masyarakat namun belum
optimal dimanfaatkan oleh masyarakat sehingga
belum mencapai sasaran sesuai target.
- Persepsi masyarakat: 8,1% menyatakan tidak
percaya pada obat TB yang diberikan
Data sekunder:
- Berkaitan dengan kasus TB, Puskesmas Selor
mencatat bahwa 60% dari penderita merupakan
usia produktif (15-20 tahun).
C. Tabel Perencanaan Intervensi
Diagnosa
No NOC NIC
Keperawatan
1. Perilaku - Prevensi primer - Prevensi primer
Kesehatan 1. Health promoting behavior 1. Health education
Cenderung a. Menghindari penggunaan a. Merumuskan tujuan untuk program
Berisiko tembakau pendidikan kesehatan
b. Menghindari paparan asap rokok b. Menentukan pengetahuan
c. Menghindari paparan penyakit kesehatan dan gaya hidup saat ini
menular perilaku, keluarga, atau perilaku
d. Mendapatkan pemeriksaan kesehatan masyarakat individu
kesehatan yang direkomendasikan c. Rencana jangka panjang dengan
e. Monitor lingkungan yang berkaitan menindaklanjuti untuk memperkuat
dengan risiko perilaku kesehatan atau adaptasi
- Prevensi sekunder gaya hidup
1. Motivation d. Menggunakan berbagai strategi
a. Perencanaan untuk masa depan untuk mengukur hasil klien secara
b. Mengembangkan action plan berkala selama dan setelah selesai
c. Mempertahankan harga diri positif program edukasi
d. Mempertahankan kontrol diri tanpa - Prevensi sekunder
pengawasan 1. Mutual goal setting
2. Risk Control a. Membantu pasien dalam
a. Mencari informasi tentang resiko mengembangkan rencana untuk
kesehatan memenuhi tujuan
b. Mengdentifikasi faktor resiko b. Mengembangkan skala tingkat atas
c. Memodifikasi gaya hidup untuk dan bawah yang berhubungan
mengurangi resiko dengan hasil yang diharapkan untuk
- Prevensi tersier setiap tujuan
1. Participation in health care decisions c. Mengeksplorasi dengan metode
a. Identifikasi level untuk pasien untuk mengukur kemajuan
keberhasilan outcome menuju hal yang diharapkan
b. Mengidentifikasi dukungan yang 2. Risk Identification
tersedia untuk mencapai hasil a. Kaji ulang yang didapatkan dri
yang diinginkan pengkajian resiko secara rutin
c. Menggunakan teknik pemecahan b. Identifikasi adanya sumber-sumber
masalah untuk mencapai hasil agensi untuk membantu
yang diinginkan menurunkan
2. Lifestyle balance c. Rencanakan monitor resiko
a. Mempertimbangkan kebutuhan kesehatan dalam waktu panjang
dan nilai-nilai ketika memilih - Prevensi tersier
kegiatan 1. Smoking cessation assistance
b. Mencari informasi tentang strategi a. Menginformasikan pasien tentang
untuk menyeimbangkan aktivitas produk nikotin pengganti (patch,
c. Mengatur waktu dan energi untuk gum, nasal spray, inhaler)
memenuhi tujuan sehari-hari b. Membantu merencanakan pasien
d. Mensinkronisasikan kegiatan strategi penanggulangan tertentu
sehari-hari dengan ritme biologis dan menyelesaikan masalah yang
timbul dari berhenti merokok
c. Membantu pasien untuk
mengidentifikasi aspek psikososial
(misalnya efek negatif dan positif
dengan merokok)
d. Mempromosikan kebijakan yang
menetapkan dan menegakkan
lingkungan bebas asap rokok

2. Ketidakefektifan Prevensi primer : Prevensi primer :


managemen Knowledge : Health Promotion Teaching disease process
kesehatan Indikator - Review pengetahuan klien tentang
- Perilaku yang meningkatkan kondisi
kesehatan - Deskripsikan tanda dan gejala penyakit
- Strategi management stress - Diskripsikan proses penyakit
- Rekomendasi skrining kesehatan - Identifikasi kemungkinan penyebab
- Management keamanan pengobatan - Sediakan informasi untuk klien tentang
- Strategi untuk management berat kondisinya
badan Prevensi sekunder :
- Efektif latihan rutin Risk Identification
- Strategi menghindari bahaya - Identifikasi tipe strategi koping
lingkungan - Identifikasi sumber untuk membantu
Prevensi sekunder : mngurangi faktor resiko
Risk Detection - Tentukan status kebutuhan dasar
Indikator : hidup
- Kenali tanda dan gejala yang - Tentukan sumber kebutuhan dasar
mengindikasikan resiko hidup dan kesehatan
- Identifikasi potensial resiko - Implementasikan aktivitas
kesehatan pengurangan resiko
- Monitor perubahan status kesehatan - Rencanakan monitoring jangka
- Berikan pelayanan kesehatan sesuai panjang
dengan kebutuhan Prevensi tersier
Prevensi tersier Medication Management
Indikator : - Tentukan kebutuhan obat
Adherence Behaviour - Monitor efektifitas obat
- Penggunaan strategi untuk - Monitor tanda dan gejala keracunan
mengoptimalisasi kesehatan obat
- Penggunan layanan perawatan - Monitor kepatuhan minum obat
kesehatan sesuai dengan kebutuhan - Monito perubahan respon dari
- Memonitoring status kesehatan diri penggunaan obat
sendiri - Review dengan klien tentang strategi
- Penggunaan strategi untuk memanagement aturan obat
mengurangi perilaku tidak sehat

3. Defisiensi Prevensi primer : Prevensi primer :


Kesehatan Community Health Status Health education
Komunitas Indikator : - Targetkan kelompok yang beresiko
- Tingkat partisipasi dalam pelayanan tinggi dan rentang umur yang mampu
perawatan kesehatan preventif untuk di beri edukasi kesehatan
- Tingkat mortalitas - Identifikasi kebutuhan kesehatan misal
- Tingkat morbiditas dari national health promotion and
- Tingkat merokok disease prevention objective.
- Tingkat penyakit kronik - Identifikasi faktor internal dan faktor
- Tingkat partispasi dalam program eksternal yang dapat meningkatkan
kesehatan dan menurunkan motivasi untuk
Prevensi sekunder berperilaku sehat
Community Health Screening Effectiveness - Identifikasi pengetahuan dan perilaku
Indikator : individu, keluarga dan kelompok target.
- Identifikasi prevalensi kondisi faktor Prevensi sekunder :
resiko tinggi dalam populasi Health screening
- Pilihan fokus skrining pada awal - Tentukan target populasi yang akan
deteksi dilakukan skrining kesehatan
- Edukasi pentingnya skrining - Gunakan instrument yang valid dan reliable
- Identifikasi frekuensi kebutuhan - Jaga privasi dan kerahasiaan
skrining - Berikan rasa nyaman selama melakukan
- Capaian lebih dari target populasi prosedur skrining
- Mekanisme untuk follow up - Berikan hasil skrining kesehatan kepada
Prevensi tersier klien
Community Program Effectiveness Prevensi tersier :
Indicator Prevensi
- Tujuan program sesuai dengan
pengkajian komunitas Prevensi tersier :
- Tujuan program tercapai 1. Program Development
- Ketetapan isi sesuai dengan tujuan - Bantu grup atau komunitas untuk
program mengidentifikasi kebutuhan atau
- Ketetapan metode dengan tujuan masalah kesehatan
program - Prioritaskan kebutuhan masalah
- Kualitas metode program kesehatan
- Kapuasan partisipan dengan - Identifikasi pendekatan alternative
program - Monitor progress dari implementasi
program

D. Tabel Plan of Action


Bentuk Waktu dan Pelaksanaan
No Kegiatan Tujuan Sasaran Media Dana
Kegiatan Tempat /PJ kegiatan
1 Penyuluhan Tujuan umum : Warga Seminar, Hari sabtu, 1 Multimedia Rp 2.000.000
 Masyarakat desa tanya September
mengetahui Kendal jawab 2018 di Balai
tentang Pola Kasih Desa Kendal
Hidup Bersih Kasih
dan Sehat
(PHBS)
 Masyarakat
mengetahui
tentang
penyakit TBC
Tujuan khusus :
 Masyarakat
mampu
menyebutkan
kegiatan –
kegiatan yang
menunjukkan
pola hidup
bersih dan
sehat
 Masyarakat
mampu
menyebutkan
dan
menghindari
perilaku yang
menyebabka
n masalah
kesehatan
 Masyarakat
mampu
menyebutkan
definisi
penyakit TBC
 Masyarakat
mampu
menyebutkan
apa saja
gejala –
gejala
penyakit TBC
 Masyarakat
mampu
menyebutkan
bagaimana
cara
mencegah
dan
mengobati
penyakit TBC
2 Senam Meningkatkan Warga Senam Hari minggu, Sound Rp 500.000
Bersama kebugaran desa 2 September system
masyarakat Kendal 2018
Kasih
3 Jalan Sehat Meningkatkan Warga Jalan Hari minggu, Toa Rp 500.000
aktivitas fisik desa santai 2 September
masyarakat desa Kendal 2018
Kendal Kasih Kasih
4 Kerja Bakti Membersihkan Warga Bersih - Hari minggu, Alat Rp 1.000.000
lingkungan desa desa bersih 2 September kebersihan
Kendal Kasih Kendal 2018
Kasih
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk


menetapkan, merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka
membantu klien untuk mencapai dan memelihara kesehatannya seoptimal mungkin
yang bersifat ilmiah, sistematis, dinamis, kontinyu dan berkesinambungan dalam rangka
memecahkan masalah kesehatan dari klien, keluarga, kelompok atau masyarakat.
Langkah – langkahnya dimulai dari (1) pengkajian : pengumpulan data, analisis data
dan penentuan masalah, (2) diagnosis keperawatan, perencanaan tindakan
keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi tindakan keperawatan.

Salah satu tujuan asuhan keperawatan komunitas yaitu memperoleh hasil


asuhan keperawatan komunitas yang bermutu, efektif dan efisien sesuai dengan
permasalahan yang terjadi pada masyarakat dan agar pelaksanaannya dilakukan
secara sistematis, dinamis, berkelanjutan dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Untuk mencapai tujuan ini maka perawat kesehatan komunitas harus memiliki
keterampilan dasar yang meliputi : epidemiologi, penelitian, pengajaran, organisasi
masyarakat dan hubungan interpersonal yang baik.

Data inti dari pengkajian terdiri dari: riwayat atau sejarah perkembangan
komunitas, data demografi, vital statistik, distribusi ras/etnis serta sistem nilai/value.
Sedangkan subsistemnya terdiri dari 8 subsistem, yaitu : lingkungan fisik, pelayanan
kesehatan dan sosial, keamanan dan transportasi, ekonomi, politik dan pemerintahan,
komunikasi, pendidikan serta rekreasi.
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, E.T. & McFarlane, J. 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas: Teori
dan praktek (edisi 3). Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai