Anda di halaman 1dari 2

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Pentingnya Kesehatan Jiwa


Sasaran : Warga Dusun sukorejo, Desa Kasembon
Tempat : Rumah Perangkat Desa Tn. I
Hari/Tanggal : Kamis, 4 Maret 2021
Waktu : 1 x 60 menit
Penyuluh : Seluruh Anggota Kelompok 2A

A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika seseorang
tersebut merasa sehat dan bahagia, mampu menghadapi tantangan hidup serta dapat
menerima orang lain sebagaimana seharusnya serta mempunyai sikap positif terhadap diri
sendiri dan orang lain. Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat
berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari
kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu
memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Dalam kenyataannya, di masyarakat yang semakin
berkembang baik masyarakat urban di perkotaan ataupun masyarakat di pedesaan, semakin
banyak orang yang memiliki jiwa yang tidak sehat walaupun belum mencapai taraf gangguan
jiwa.
Jika dibiarkan dan tidak diintervensi dengan baik, maka jiwa yang tidak sehat akan
menimbulkan gangguan jiwa dalam jangka waktu yang signifikan. Tekanan hidup yang
menghimpit dan kegelapan masa depan menyebabkan banyak masyarakat menderita sakit jiwa
mulai dari ringan sampai berat. Walaupun gangguan jiwa tidak langsung menyebabkan
kematian, namun akan menimbulkan penderitaan yang mendalam bagi individu dan beban
berat bagi keluarga, baik mental maupun materi karena penderita menjadi kronis dan tidak lagi
produktif.
Berdasarkan Riskesdas tahun 2018, prevalensi gangguan jiwa di Indonesia terdapat
450 ribu orang per 1000 penduduk yang dimana 7/1000 penduduk mengalami psikosis.
Prevalensi rumah tangga menurut tempat tinggal menunjukkan yang mengalami gangguan jiwa
lebih banyak terdapat di perdesaan (7,0%), sedangkan di perkotaan sebanyak (6,4%)
(Riskesdas, 2018).
Keadaan gangguan jiwa di masyarakat diperparah dengan stigma yang dialami oleh si
penderitanya. Karena sebagian besar masyarakat indonesia masih mempercayai gangguan
kesehatan jiwa disebabkan oleh hal yang tidak rasional maupun supranatural sehingga adanya
stigma bahwa masyarakat dapat menanganinya dengan cara non medis. Selain itu, Berbagai
istilah banyak ditemukan di masyarakat dan digunakan dalam pemberitaan media massa,
misalnya orang gila, sakit gila, sakit jiwa, semua ini bukan istilah psikiatri dan sebaiknya
dibiasakan untuk tidak menggunakannya.
Stigmatisasi gangguan jiwa sebenarnya merugikan masyarakat sendiri, karena mereka
menjadi cenderung menghindar dari segala sesuatu yang berurusan dengan gangguan jiwa.
Seakan-akan mereka yang terganggu jiwanya tergolong kelompok manusia lain yang lebih
rendah martabatnya, yang dapat dijadikan bahan olok-olokan. Hal tersebut akan menghambat
seseorang untuk mau menerima atau mengakui bahwa dirinya mengalami gangguan mental.
Akibatnya pertolongan atau terapi yang mungkin dapat dilakukan secara dini menjadi terlambat.
Kita lupa atau tidak ingin menerima kenyataan sebenarnya bahwa semua orang dapat
mengalami gangguan jiwa dalam berbagai taraf, misal keadaan depresi akibat stres
berkepanjangan sampai pada kekacauan pikiran.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk memberikan penyuluhan kepada
masyarakat di Desa Kasembon dalam upaya mencegah terjadinya peningkatan jumlah
penderita gangguan jiwa dengan cara meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
pentingnya menjaga kesehatan jiwa. Dengan demikian, diharapkan masyarakat sadar akan
pentingnya kepedulian terhadap sesama, serta selalu menjaga kesehatan jiwa sehingga angka
kejadian gangguan jiwa tidak bertambah dan penderita gangguan jiwa dapat disembuhkan.

Kementrian Kesehatan RI, 2018. Situasi Kesehatan Jiwa Di Indonesia 2018. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai