Anda di halaman 1dari 11

ARTIKEL

Ketahanan Pangan Berbasis Cassava


Oleh:
Tajuddin Bantacut

RINGKASAN

Secara kualitatif, Indonesia belum terbebas dari kerentanan pangan akibat kurangnya
pasokan (produksi) beras dibandingkan dengan kebutuhan. Demikian juga dengan akses
masyarakat terhadap bahan pangan pokok tersebut. Masih banyak penduduk yang tidak
dapat menjangkau bahan dasar bagi kehidupan. Kerentanan ini terutama bermula dari
kebijakan pangan yang bias pada beras sebagai pangan pokok utama bagi hampir seluruh
penduduk. Beras telah menjadi komoditas politik yang sangat berpengaruh terhadap
kestabilan sosial dan keamanan. Paper ini membahas kemampuan komoditas yatim
cassava (orphan commodity) untuk memperkuat ketahanan pangan nasional. Bahan
pangan pokok dalam menu adalah sumber energi utama, sehingga semua bahan hasil
pertanian yang kandungan utamanya karbohidrat dapat digunakan, baik secara sendiri
maupun bersamaan dengan bahan lainnya.

kata kunci: cassava, produksi, kebutuhan, pangan, karbohidrat, komoditas, ketahanan


pangan

I. PENDAHULUAN yang paling produktif di dunia dalam


ersoalan pangan bagi Indonesia masih menghasilkan karbohidrat adalah khatulistiwa,
P memerlukan perhatian sungguh-sungguh.
Banyak kasus kurang gizi salah satunya
wilayah yang menerima penyinaran matahari
terlama dan terbanyak dalam setiap harinya,
disebabkan oleh kurangnya konsumsi bahan dimana Indonesia berada. Dengan demikian,
pangan pokok. Akses masyarakat terhadap jika Indonesia tidak mampu menghasilkan
bahan pangan juga belum merata. Keberadaan bahan pangan mencukupi kebutuhannya
program bantuan pangan (beras untuk orang berarti ada kesalahan mendasar sebagai
miskin) adalah bukti bahwa masih banyak penyebabnya.
penduduk yang belum mampu secara mandiri Salah satu diantara banyak sebab adalah
memenuhi kebutuhan pangan mereka. Pemerintah Indonesia dalam waktu yang
Keadaan ini sulit diterima oleh akal sehat, sangat panjang, mulai dari orde lama dan
mengapa di negara agraris yang sebagian diperkuat dengan program khusus selama
besar penduduknya adalah petani tidak mampu orde baru hingga saat ini, menggantungkan
memproduksi bahan pangan pokok secara ketahanan pangan terhadap beras.
mencukupi. Lebih dari itu, iklim tropis dan Kemampuan untuk meningkatkan produksi
tanah yang subur adalah tempat dimana proses beras dihadapkan pada berbagai
fotosintesa yang terbanyak, terlama dan terjadi permasalahan, antara lain: (a) pembukaan
sepanjang tahun. sawah yang mahal dan lahan semakin terbatas;
Fotosintesa adalah proses pemanfaatan (b) konsumsi air yang tinggi membutuhkan
sinar matahari oleh tanaman berhijau daun investasi besar untuk membangun irigasi; (c)
(chlorophyll) untuk mentransformasikan perubahan iklim yang menyebabkan
karbondioksida dan air menjadi gula. Glukosa penurunan produksi dan semakin sering gagal
adalah produk gula pertama yang dihasilkan panen; (d) serangan hama yang semakin sulit
dari fotosintesa dan menjadi cikal bakal dari diberantas; dan (e) padi bukanlah tanaman
semua bentuk karbohidrat. Artinya, tempat lokal. Akibatnya, laju peningkatan produksi

Vol. 19 No. 1 Maret 2010 PANGAN 3


beras tidak secepat bertambahnya permintaan. ganyong, sagu, ubi jalar, dan jagung. Pada
Keberhasilan swasembada selama orde baru prakteknya, semua tanaman ini telah dikenal
dan akhir-akhir ini diperkirakan tidak akan dan menjadi pangan pokok bagi masyarakat
berlangsung lama karena faktor tersebut. tertentu baik di Indonesia maupun negara lain.
Sumber utama energi (bahan bakar) tubuh Cassava satu diantaranya yang paling potensial
adalah karbohidrat. Energi yang berada dalam dan telah menjadi bahan pangan pokok dari
karbohidrat dapat dengan mudah dilepas untuk jutaan penduduk Afrika.
memenuhi kebutuhan mendesak sel-sel dalam
tubuh. Senyawa ini tidak memerlukan oksigen II. CASSAVA SEBAGAI BAHAN PANGAN
untuk membakar sehingga dapat POKOK
menggerakkan kontraksi otot. Artinya, asupan
Tanaman cassava memiliki banyak
karbohidrat (carbohydrate intake) sangat
kelebihan yakni (a) dapat tumbuh pada kondisi
penting bagi manusia untuk melakukan
yang kurang baik dan iklim yang ekstrim,
kegiatan. Jika karbohidrat tidak tersedia, maka
seperti tanah masam; (b) mampu berproduksi
gerakan menjadi sangat lemah.
pada tanah yang subur, tetapi tetap
Semua karbohidrat dibentuk dari gula. menghasilkan pada tanah yang kurang atau
Banyak jenis dan bentuk gula, tetapi di dalam tidak subur; (c) rentang panen yang panjang
tubuh semua karbohidrat akan dikonversi yakni antara 10 hingga 30 bulan; (d)
kembali menjadi glokosa yang merupakan merupakan makanan pokok terbesar dunia
bentuk yang sesuai dengan kebutuhan tubuh. setelah gandum, beras dan jagung; (d) sumber
Gula lain yang banyak dijumpai di dalam bahan terbesar karbohidrat; (e) sekitar 500 juta orang
makanan adalah fruktosa dalam buahan, bergantung padanya; dan (f) memiliki umbi
laktosa dalam susu, dan galaktosa. Sebagian manis dan pahit (Laswai, dkk., 2006; Vessia,
besar gula akan dicerna, diserap, dan 2008). Tanaman ini dikenal sebagai produsen
dikonversi menjadi glukosa. Beberapa jenis karbohidrat paling efisien di antara tanaman
karbohidrat tidak dapat dicerna dan disebut penghasil karbohidrat (ARC, 2009).
serat.
Cassava dapat dikembangkan menjadi
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan tanaman pangan yang sangat potensial, selain
bahwa sumber energi tubuh (pangan pokok) produktivitasnya sangat tinggi juga kandungan
adalah karbohidrat sehingga semua bahan kalori dan gizinya memadai. Kandungan kalori
(hasil pertanian) yang kandungan utamanya umbi segar (kadar air 60 persen) adalah 153
karbohidrat dapat digunakan sebagai bahan kalori sangat memadai untuk konsumsi
pangan pokok. Banyak hasil pertanian yang langsung sebagai bahan pangan pokok. Nisbah
kandungan utamanya karbohidrat seperti kandungan ini semakin tinggi dengan
beras, cassava, kentang, gadung, talas, pisang, menurunnya kandungan air (kering) sehingga

Tabel 1. Kandungan kalori dan gizi beberapa produk cassava setiap 100 g

Bahan Energi Protein Besi Vitamin A Thiamin Niacin Vitamin C Air (% ) Serat
(kcal) (g) (mg) (mg) (mg) (mg) (mg) (g)

Umbi segar 153 0.7 1.0 - 0.07 0.7 30 60 1.0


Tepung
(umbi kering) 342 1.5 2.0 - 0.04 0.8 0 12 1.5

Daun segar 91 7.0 7.6 2000 0.25 2.4 311 70 4.0


Daun kering 194 32.5 8.0 - - - - 27 -
Sumber: ARC (2009)

PANGAN 4 Vol. 19 No. 1 Maret 2010


memudahkan penanganan sekaligus atau berbeda dengan kelompok dari sistem
memperpanjang masa simpan. Kandungan yang lain. Hal ini dapat diketahui dari pola
lainnya yang bermanfaat adalah protein dan makan dan menu berbagai kelompok
vitamin (A, B dan C). Daun cassava adalah masyarakat dunia. Orang Barat sebagian besar
sumber vitamin C yang sangat baik yakni tidak (pernah) makan nasi dengan porsi orang
mengandung 311 mg dalam setiap 100 g Asia tetapi mereka hidup dan berkembang
(Tabel 1). sama atau lebih baik. Penduduk Afrika
umumnya mengkonsumsi umbi-umbian dan
Dilihat dari nilai kalorinya, maka satu kg
biji-bijian (terutama cassava dan jagung) dan
cassava segar setara dengan 0,41 kg beras.
tidak pernah makan nasi tetapi mereka
Dalam bentuk kering nisbah ini menjadi lebih
berkembang biak dengan baik. Orang Arab
baik yakni setiap satu kg tepung cassava
dapat hidup hanya dengan makan kurma.
setara dengan 0,95 kg beras. Dengan
Artinya, tidak harus makan nasi untuk dapat
demikian, potensi pemenuhan kalori
(bertahan) hidup, tumbuh dan berkembang.
berdasarkan nilai kesetaraan tersebut sangat
memadai sehingga dapat dikatakan cassava Sejarah panjang makanan pokok terjadi
setara dengan beras. Nilai ini dapat digunakan sepanjang keberadaan manusia yang secara
untuk menghitung efisiensi produksi cassava terus menerus mengeksploitasi sumberdaya
dibandingkan dengan beras dalam alam. Masyarakat Indonesia, sebelum terjadi
penggunaan lahan dan air. pertukaran kearifan, mempunyai bahan pokok
yang berbeda-beda. Masyarakat pantai
Dari sudut pandang pemenuhan kalori,
mengkonsumsi sagu, sementara orang di
bahan pangan pokok adalah karbohidrat dalam
pegunungan bergantung pada buah-buahan
semua bentuknya (mulai dari yang sederhana
atau umbi-umbian yang kemudian bergeser
sampai yang berantai panjang, kecuali
ke biji-bijian. Perjalanan panjang tersebut
beberapa jenis yang tidak dapat dicerna seperti
akhirnya bermuara pada tanaman sumber
serat). Karbohidrat banyak terdapat pada hasil
karbohidrat utama padi, jagung, ubi kayu, ubi
tanaman seperti beras, gandum, cassava,
jalar, sagu dan kentang. Sumber lain yang
jagung, sukun, ganyong, talas dan sagu.
juga sudah dikenal tetapi pemanfaatannya
Kandungan gizi lainnya juga penting seperti
belum berkembang antara lain adalah sorgum,
vitamin, protein dan mineral tetapi tidak mutlak
juwawut, jali, uwi, suweg, kimpul, gadung,
karena dipenuhi dari sayuran, buahan, daging,
garut, ganyong, sukun, pisang muda, talas,
ikan dan lauknya. Karbohidarat merupakan
dan masih banyak lagi. Potensi komoditas ini
salah satu dari empat molekul utama yang
untuk menggantikan atau substitusi beras
terbanyak dalam kelompok biomolekul. Peran
dapat diketahui dari kesetaraan kandungan
molekul ini sangat banyak dalam kehidupan
karbohidratnya atau kalorinya. Beberapa
yakni sebagai penyimpan dan pengalih energi
perbandingan dapat dilihat pada Tabel 2.
(pati dan glikogen). Dalam mahluk hidup,
karbohidrat merupakan komponen struktural Ilustrasi yang baik disampaikan oleh
(selulosa dalam tanaman dan khitin dalam Suryana (2009) tentang kehidupan masyarakat
hewan). Karbohidrat dan turunannya berperan kampung Cirendeu, Cimahi, Jawa Barat.
dalam proses kerja sistem kekebalan, Sekitar 500 keluarga mengkonsumsi ampas
pemupukan, fatogenesis, penggumpalan darah cassava. Tingkat kesehatan mereka sangat
dan pertumbuhan. baik yakni para tetua sehat dan berumur
panjang. Sulit menemukan anak balita yang
Jauh sebelum manusia berkomunikasi
bergizi buruk. Pemudanya tampan dan
dan bertukar kearifan, maka secara tradisional,
gadisnya gareulis (cantik dalam Bahasa
setiap kelompok masyarakat mendapatkan
Sunda). Mereka mengolah onggok dicampur
sumber makanan dari tumbuhan dan hewan
dengan beragam bahan pangan lain seperti
yang berada di sekitarnya. Oleh karena itu,
kacang-kacangan, daun singkong dan sumber
pangan pokok setiap kelompok masyarakat
pangan lain yang terdapat di sekitar mereka.
dalam ekosistem tertentu dapat sama, mirip

Vol. 19 No. 1 Maret 2010 PANGAN 5


Kebiasaan mereka melakukan rotasi tanaman berhasil karena rendahnya harga biji-bijian.
pangan lokal membentengi dari paceklik. Disini tampak bahwa pemerintah Afrika
Untuk melihat kemungkinan menjadikan cassava sebagai penguat
menggunakan cassava sebagai bahan pangan ketahanan pangan dan sekaligus pengganti
pokok tunggal dapat berpatok kepada Afrika biji-bijian dengan alasan biaya produksi.
sebagi acuan. Cassava adalah bahan pangan Afrika akan memberikan perhatian khusus
pokok di Afrika dan mendapat perhatian besar dalam pengembangan produk turunan cassava
dari pemerintah dalam pengembangannya, terutama gaplek dan pellet untuk pakan dan
khususnya sejak awal 1980an setelah terjadi produksi bietanol, pati dan tepung cassava,
paceklik akibat kekeringan. Program serta umbi, daun segar dan pangan tradisional.
Collaborative Study of Cassava in Africa Melalui pengembangan yang relatif terpadu
(COSCA) yang dimulai tahun 1989 ini, negara-negara Afrika berharap dapat
menguatkan bahwa Afrika harus secara serius menjadikan cassava sebagai basis ketahanan
mengembangkan cassava untuk pangan yang kuat dan basis ekonomi
mengamankan pangan. Tanaman ini juga perdesaan (petani) yang memadai.
menjadi andalan petani untuk memperoleh Industrialisasi cassava di masa mendatang
pendapatan bagi kebutuhan hidup secara akan dilaksanakan melalui berbagai strategi
keseluruhan (ESCB, 2000). (a) perbaikan mutu produk dan pengurangan
Permintaan cassava untuk konsumsi terus biaya produksi; (b) memformulasikan kebijakan
meningkat di Afrika mendorong perluasan yang khusus untuk mendukung aktor dalam rantai
berkelanjutan. Hal ini terutama disebabkan nilai; (c) memenuhi permintaan untuk produk
pengurangan bantuan pemerintah untuk industri tanpa membebani penggunaan secara
produksi biji-bijian serta liberalisasi tradisional; (d) menetapkan kerangka legal
perdagangan biji-bijian sejak pertengahan untuk penggunaan lahan dalam rangka
tahun 1980 dan 1990. Upaya lain dilakukan perluasan; (e) memperbaiki akses pelaku bisnis
secara bersamaan adalah pengembangan dan dan petani terhadap teknologi yang lebih baik
promosi cassava untuk pakan, tetapi kurang dan terbukti; (f) memperbaiki akses informasi

Tabel 2. Kandungan kalori dan karbohidrat bahan pangan pokok per 100 g

Nisbah Kalori
Jenis Bahan Pangan Energi (kkal) Karbohidrat (g)
Setara Beras
Beras 360 78.9 1.00
Ubi kayu 146 34.7 0.41
Ubi jalar 123 27.9 0.34
Kentang 83 19.1 0.24
Sukun tua 108 28.2 0.30
Tepung cassava 342 81.4 0.95
Tepung terigu 376 85.1 1.05
Tepung sagu 240 0.67
Tepung ubi jalar 367 94.1 1.02
Jagung kuning 361 74.3 1.00
Tepung sukun 302 78.9 0.84

Sumber : Kompilasi dari berbagai sumber

PANGAN 6 Vol. 19 No. 1 Maret 2010


infrastruktur yang modern; dan (g) mewaspadai tidak dapat membedakan rasa makanan
kerusakan lingkungan (Nang’ayo, dkk., 2005). olahan tepung ini (tambahan tepung cassava
Situasi di beberapa negara Afrika mirip 10 – 15 persen) dibandingkan dengan terigu
dengan Indonesia. Zambia mepunyai (PAM., 2005).
persoalan pangan. Bahan pokok utama adalah Adonan campuran: gorengan adalah
jagung dan cassava dengan preferensi utama makanan yang popular bagi penduduk
adalah jagung. Perubahan iklim dan kekeringan perkotaan di Zambia. Penambahan tepung
yang sering terjadi menyebabkan kemampuan cassava terhadap terigu hingga 20 persen
produksi jagung menurun secara signifikan. dapat diterima dengan baik dan mengurangi
Awalnya, produksi jagung mendapatkan konsumsi minyak. Pengurangan kandungan
dukungan yang besar dari pemerintah seperti minyak ini lebih disenangi oleh konsumen.
subsidi dan pembinaan. Hal ini menyebabkan Gari: Makanan lokal yang terbuat dari
kertegantungan yang tinggi terhadap jagung. tepung cassava diminati setelah dimodifikasi
Situasi perekonomian mengharuskan dan diperbaiki komposisi dan cara
pengurangan subsidi maka secara bertahap pembuatannya.
masyarakat bergeser ke cassava karena biaya
Pemanis industri: Keberhasilan
produksi lebih rendah, tahan terhadap
perusahaan lokal mengembangkan minuman
kekeringan dan produktivitasnya lebih tinggi
beralkohol dari cassava diikuti dengan upaya
(Chitundu, dkk., 2006).
pengembangan pemanis untuk digunakan di
Persoalan adaptasi dan kebiasaan industri minuman. Mereka berhasil
menjadi penghambat pemanfaatan cassava mengembangkan secara signifikan industri
sebagai bahan pangan pokok. Zambia pernah pemanis (sirup glukosa) untuk menggantikan
mengalami kegagalan dalam mengembangkan gula dalam industri minuman. Hal ini
bahan pangan pokok berbasis cassava karena mendorong petani untuk meningkatkan
alasan kebiasaan (familiarity) (Simwambana, produksi cassava.
2005). Kerjasama yang baik antara
masyarakat dengan industri pengolah cassava
berjalan dengan baik sehingga ditemukan III. POTENSI DAN PRODUKSI CASSAVA
formula menu yang dapat diterima masyarakat INDONESIA
luas. Berikut adalah beberapa jenis makan Produksi cassava Indonesia berkisar pada 22
pokok olahan berbasis cassava yang juta ton umbi segar/tahun dengan produktivitas
dikonsumsi dalam jumlah yang memadai rata-rata 18,24 ton umbi segar/ha (Tabel 3).
sebagai sumber kalori utama. Tingkat produksi ini masih relatif rendah
Nshima: makanan pokok orang Zambia dibandingkan dengan potensi yang dapat
di bagian utara, yakni campuran cassava mencapai rata-rata 40 ton umbi segar/ha.
dengan tepung jagung. Berbagai metoda pra- Beberapa jenis cassava bahkan mempunyai
pencampuran (preblending) dicoba hingga potensi genetik yang mencapai lebih dari 100
didapatkan satu metoda yang terbaik. ton umbi segar/ha umbi segar (Suwarto, 2009).
Penemuan ini ditidaklanjuti dengan Dengan potensi yang sangat besar ini, maka
mempertemukan pengolah (penggiling) dengan Indonesia dapat meningkatkan produksi hingga
pembuat makanan (restoran) sehingga 40 juta ton umbi segar/tahun pada luasan yang
makanan jenis tersebut dapat diperoleh dengan sama yakni sekitar 1,2 juta hektar. Budidaya
relatif mudah. intensif memerlukan upaya perbaikan varietas,
Tepung roti komposit (Composite Flour pengolahan lahan yang memadai, pemupukan,
Bread): campuran ini dibuat dari tepung pengendalian tanaman pengganggu, dan
cassava dan terigu sebagai langkah adaptasi pemanenan tepat waktu. Semua upaya ini
rasa dan pengurangan konsumsi terigu. sudah dilakukan untuk beras dan belum untuk
Masyarakat Zambia dapat menerima dan atau cassava.

Vol. 19 No. 1 Maret 2010 PANGAN 7


Tabel 3. Produksi cassava Indonesia

Tahun Luas Panen (ribu Ha) Produktivitas (ton/ha) Produksi (juta ton)
1999 1.350,01 12,2 16,46
2000 1.284,04 12,5 16,09
2001 1.317,91 12,9 17,05
2002 1.276,53 13,2 16,91
2003 1.244,54 14,9 18,52
2004 1.255,81 15,5 19,42
2005 1.213,46 15,9 19,32
2006 1.227,46 16,3 19,99
2007 1.201,48 16,6 19,99
2008 1.204,93 18,1 21,76
2009*) 1.205,44 18,2 21,99
*) Angka perkiraan
Sumber: BPS (2009)
Produksi cassava meningkat perlahan- penanaman bersifat tumpangsari. Produktivitas
lahan dari tahun ke tahun dalam kurun waktu masih dapat ditingkatkan jika ditanam secara
2005-2009. Daerah yang produksinya mono kultur pada tingkat pemeliharaan lebih
mengalami kenaikan secara konsisten adalah intensif saat ini. Potensi produktivitas yang
Lampung, sementara daerah lain berfluktuasi relatif tinggi (Tabel 4) dapat dicapai dengan
walaupun tidak signifikan. Kenaikan ini cara cocok tanam dan pemeliharaan yang
terutama disebabkan karena perbaikan baik. Dengan demikian, peningkatan produksi
produktivitas. Potensi peningkatan produksi mudah dilakukan jika petani memperoleh
masih sangat besar karena luasan panen lebih keuntungan yang memadai, melalui efisiensi
dari satu juta dengan produktivitas yang masih produk
rendah. Hal ini terjadi karena sebagian besar
Tabel 4. Produktivitas beberapa klon unggul cassava di Indonesia
Umur Panen Produktivitas
Klon Keterangan
(bulan) (ton/ha)
Adira 1 7 - 10 22 Warna daging umbi kuning dan rasa enak
Adira 2 8 - 12 22 Warna daging umbi putih dan rasa agak pahit
Adira 4 10 35 Warna daging umbi putih, kualitas rebus bagus
tetapi agak pahit
Malang 1 9 - 10 24 – 49
Malang 2 8 - 10 32 Kualitas baik dan rasa enak (manis)
Darul Hidayah 8 - 12 102 Kenyal seperti ketan
UJ-5 9 - 10 25 – 38
UJ-3 8 - 10 20 - 35 Warna umbi kuning keputihan
Malang-6 9 36 Putih
Malang-4 9 40 Putih
Rata-rata 8,5 – 10,2 24 - 31
Sumber: Suwarto (2009)

PANGAN 8 Vol. 19 No. 1 Maret 2010


Berdasarkan data dan potensi cassava bergantung pada banyak faktor antara tingkat
sebagai bahan pangan, maka dapat pendidikan, pendapatan dan akses terhadap
diperkirakan kemampuan dan kebutuhan bahan pangan. Oleh karena itu, angka
cassava sebagai penguat ketahananan perbandingan di atas dapat digunakan sebagai
pangan. Kemampuan tersebut dapat dilihat acuan.
dari berbagai sisi seperti produksi dan Perbandingan kedua komoditas (beras
produktivitas serta kandungan dan kemampuan dan cassava) tersebut sangat mengesankan.
penyediaan energi dalam sistem metabolisme Kebutuhan konsumsi per kapita umbi segar
manusia. Dengan asumsi dan data di atas adalah 320 kg/kapita/tahun diperoleh dari
dapat dibuat perbandingan antara cassava kesetaraan kandungan kalori cassava yakni
dengan beras dalam membangun kecukupan 153 k kalori/kg, sedangkan beras adalah 360
dan ketahanan pangan (Tabel 5). k kalori/kg atau satu kg cassava setara dengan
Berdasarkan kecukupan kalori maka 0,41 kg beras. Berbasis pada kandungan kalori
konsumsi tidak hanya berbanding lurus dengan dan produktivitas maka diperoleh perbandingan
jumlah bahan pangan pokok. Kalori juga luas panen yang diperlukan untuk setiap orang
diperoleh dari bahan pangan penunjang, dalam memenuhi kebutuhan kalori. Kebutuhan
pembangun dan penguat seperti protein, lemak luas sangat besar jika beras dijadikan satu-
dan vitamin. Konsumsi beras Indonesia satunya sumber bahan pokok, yakni satu
(sampai dengan 139,15 kg/kapita/tahun) lebih hektar panen padi hanya mampu memenuhi
tinggi dari Jepang (60 kg), Malaysia (80 kg), kebutuhan 25 orang. Dengan nilai kesetaraan
dan Thailand (90 kg) (Suryana, 2009). Artinya, ini, maka untuk penduduk 270 juta diperlukan
keragaman pangan masyarakat Indonesia sawah seluas enam juta hektar atau luas panen
masih sangat terbatas dan sebagian besar sekitar 12 juta hektar. Sebaliknya, setiap hektar
(kebutuhan kalori sebesar 2000/kapita/hari) cassava dapat menghidupi 125 orang,
dipenuhi dari beras. Perubahan pola makan sehingga total luas yang diperlukan adalah
ini memerlukan waktu yang lama karena sangat sekitar dua juta hektar. Dari asumsi ini, maka

Tabel 5. Perbandingan beras dan cassava dalam menopang pangan

Parameter Beras Cassava


Konsumsi (kg/kapita/tahun) 130 320
Produktivitas (ton/ha)a 3 40
Kebutuhan luas panen (ha/orang/tahun) 0.043 0,008
Penduduk Indonesia sekarang (juta orang) 230 230
Kebutuhan konsumsi Indonesia (juta ton) 29,90 73,60
Kebutuhan luas panen Indonesia (juta ha) 9,89 1,84
b
Kebutuhan luas (juta ha/tahun) 4,94 1,84
Penduduk tahun 2030 (juta orang) 270 270
Kebutuhan luas lahan 2030 (juta ha) 5,80 2,16
Persyaratan lahan Subur dan beririgasi Marjinal sampai subur
Jenis lahan Terutama sawah Sawah dan lahan kering
Konsumsi air Sangat tinggi Rendah

a
Denganbudidaya intensif
b
Asumsi padi panen dua kali/tahun dan cassava satu kali/tahun

Vol. 19 No. 1 Maret 2010 PANGAN 9


cassava jauh lebih unggul dibandingkan beras, melakukan fostosintesa terkait dengan
karena cassava lebih efisien dalam proses konsentrasi karbondioksida yang berlebih dan
produksi karbohidrat. bercampur dengan pencemar lainnya. Hujan
BPS (2009) mencatat bahwa luas panen asam akan merubah pH air yang berarti terjadi
tahun 2007 mencapai 12,15 juta hektar dengan perubahan daya larut air. Permukaan daun
produksi sebesar 57,16 juta ton atau setara yang terkena air hujan asam juga terganggu.
dengan 34,29 juta ton beras. Faktanya saat Dengan demikian, perubahan besar yang
itu produksi dalam negeri tidak dapat terjadi akan membawa dampak yang besar
memenuhi kebutuhan secara menyeluruh. pula dalam produksi bahan pangan khususnya
Oleh karena itu, penggunaan angka luas dan padi. Masa depan menjadi tidak lagi dapat
produktivitas harus sering dikoreksi. Dalam diperkirakan sehingga perlu kembali kepada
perkiraan, luas panen yang diperlukan untuk kaedah umum yakni semakin beragam bahan
tahun 2030 adalah berdasarkan produktivitas pangan semakin tinggi ketahanan pangan dari
3 ton beras/ha/panen. Apabila pilihan ini berbagai gangguan.
dijadikan upaya pemenuhan kebutuhan pangan Dengan pemahaman tersebut, maka
nasional, maka diperlukan berbagai program diversifikasi bahan pangan pokok menjadi
strategis dan pokok seperti rehabilitasi lahan, keharusan. Cassava adalah pilihan yang paling
pembangunan irigasi, pengembangan benih baik karena selain sudah dikenal juga mudah
unggul, pengelolaan lahan, pemeliharaan dan diperbaiki semua aspek produksinya
penanganan pasca panen yang memerlukan (produktivitas dan perluasan), penerimaan
upaya dan dana yang sangat besar. (modifikasi olahan) dan pembiayaan. Bahkan,
dari pengalaman di negara-negara Afrika,
Dari perbandingan tersebut dapat
cassava–dapat dijadikan pangan pokok
diketahui bahwa cassava memiliki banyak
tunggal sebagaimana bangsa Indonesia
kelebihan dalam bentuk kemudahan,
mengkonsumsi beras selama ini.
produktivitas dan biaya yang diperlukan untuk
mengembangkan dan meningkatkan produksi.
Tingkat produktivitas padi yang diasumsikan IV. PERMASALAHAN
(6 ton beras/ha/tahun) adalah target yang sulit Penganekaragaman bahan pangan pokok
dicapai. Perubahan iklim yang sangat tidak bukanlah sesuatu yang mudah (Bantacut,
menentu (global warming) menyulitkan 2009b; Laswai, dkk., 2006), apalagi
perencanaan produksi optimal sepanjang menggantinya dengan bahan pangan yang
tahun. Musim hujan yang menyediakan air lain. Sebagian rakyat Indonesia di Papua,
berlebih sudah tidak dapat lagi dikonservasi Maluku, dan Madura pernah mengalami proses
karena keterbatasan lahan untuk bendungan. pergantian bahan pangan pokok. Orang
Akibatnya, pada musim kemarau lahan tidak Madura mengganti jagung dengan beras.
dapat lagi ditanami padi karena kekurangan Demikian juga orang Maluku dan Papua
air. Perubahan iklim yang terus berlanjut mengganti bahan pokok mereka dari sagu
menuju tingkat ketidakteraturan yang semakin menjadi beras. Pada tahap awal banyak
tinggi mengisyaratkan bahwa air akan menjadi persoalan fisiologis dan psikologis yang
faktor pembatas produksi padi sawah. ditimbulkan. Pemerintah menempatkan beras
Menggantungkan pangan masa depan pada secara sosiologis lebih baik dari pada bahan
beras adalah menempatkan nasib rakyat pada pangan lainnya menjadi motivasi bagi
pondasi yang sangat rapuh. masyarakat untuk mengkonsumsi secara
Pemanasan global tidak hanya merubah normal dan permanen.
pola iklim dan mempengaruhi ketersediaan Kesulitan terbesar konversi bahan pangan
air, tetapi juga mempengaruhi produktivitas pokok dari beras ke cassava (deberasnisasi)
tanaman terutama padi-padian. Suhu yang adalah faktor sosiologis tersebut yang telah
meningkat merubah kapasitas tanaman dalam dibangun dalam kurun waktu yang sangat

PANGAN 10 Vol. 19 No. 1 Maret 2010


lama. Masyarakat telah menempatkan cassava kandungan yang tinggi (> 50 ppm) (CIAT,
sebagai bahan pangan inferior (tidak bergengsi 1987). Oleh karena itu, pengendalian
atau kampungan) sehingga adalah sesuatu kandungan senyawa ini dapat dimulai dari
kemunduran bila mengkonsumsi cassava pemilihan tanaman yang sesuai untuk
(Haryono, 2009). Upaya pengenalan kembali konsumsi. Metoda pengolahan dapat
harus dilakukan melalui perubahan pola dikembangkan untuk menghilangkan
pangan secara sinergis, komprehensif, kandungan HCN yang dihasilkan dari
kooperatif, dan bersifat edukatif. Proses penguraian linamarin. Persoalan ini juga dapat
perubahan budaya dapat dilakukan melalui dipandang sebagai masalah teknis yang selalu
pembelajaran berarti menjadikan cassava tersedia penyelesaiannya.
sebagai bahan pangan pokok dapat dilakukan Masalah teknis distribusi akan
melalui pendidikan formal maupun informal. menghambat penggunaan secara luas di
Masyarakat yang telah terbiasa dengan masyarakat pada semua jenjang dan kelompok
pangan pokok berbasis beras sudah ekonomi. Oleh karena itu, persediaan
mengembangkan komposisi dan rasa menu dalam bentuk yang mudah disimpan, diolah
(lauk pauk) yang sesuai. Oleh karena itu, dan dikonsumsi harus menjadi fokus
perubahan bahan pokok berarti merubah pengembangan pangan berbasis cassava.
komposisi pangan secara keseluruhan. Bentuk antara yang paling sesuai adalah
Perubahan ini juga mencakup rasa, cara masak tepung cassava atau tapioka, sedangkan
dan cara penyajian sehingga terjadi kombinasi bentuk pangan olahan antara lain pasta,
rasa, kalori dan kecukupan gizi yang sesuai. mutiara cassava, nasi cassava, kripik, dan
Indonesia memiliki sumberdaya manusia ahli, lain-lain. Lembaga persediaan harus
lembaga penelitian dan kelompok masyarakat ditumbuhkan untuk melakukan pengadaan,
yang berkompeten di bidang ini. Dengan penyimpanan dan distribusi sebelum produk
demikian, permasalahan ini dapat dipandang pangan turunan cassava ini menjadi mata
sebagai persoalan teknis yang dengan mudah dagangan normal. Hal ini diperlukan agar
dapat diselesaikan secara teknis pula. akses masyarakat terhadap bahan pangan
Cassava adalah tanaman yang selain berbasis cassava dan jaminan pasar bagi
mengandung karbohidrat juga terdapat produsen cassava dapat senantiasa terkendali
senyawa linamarin, yaitu glokusida sianogenat (Bantacut, 2009a).
(cyanogenic glucoside) yang segera dihidrolisa
oleh enzim linamarase (b-glucosidase) untuk V. PUSAT PENELITIAN CASSAVA
melepas hydrogen sianida (HCN). Asam Bantacut (2009c) mengusulkan perlunya
Sianida dapat dihilangkan selama pengolahan pendirian Pusat Penelitian Cassava atau
(Vetter, 2000), sementara residu linamarin dan Cassava Research Center (CRC) untuk
turunannya (acetone cyanohydrin) akan tersisa menyelesaian permasalahan di atas sebagai
dalam hasil akhir pengolahan. Senyawa ini agenda penelitian dan pengembangan
dapat mengganggu kesehatan karena strategis. Agenda harus meliputi aspek makro
sebagian besar pencernaan linamarin akan dan aspek mikro. Perencanaan makro
diserap oleh tubuh dan dikeluarkan melalui dimaksudkan untuk memahami situasi ekonomi
urin (TRS, 2004; Janagam, dkk., 2008). Peran nasional berkaitan dengan ketahanan pangan.
keracunannya masih spekulatif tetapi tubuh Kajian pasar dan perilaku pangan masyarakat,
manusia dapat menetralisasi sekitar 10 mg kompetisi cassava dengan komoditas lain dan
sianida (Yeoh and Egan, 1997). penggunaan untuk berbagai produk.
Kandungan HCN dalam cassava berbeda- Pendekatan ini mengarah pada perancangan
beda tergantung pada varitas dan budidayanya kegiatan yang sesuai target pasar.
(Soemarjo, 1992). Ubikayu yang rasanya Perencanaan mikro berkenaan dengan
manis mengidikasikan kandungan HCN yang pemanfaatan data untuk mendefinisikan
rendah, sebaliknya rasa pahit mengisyaratkan karakteristik produk pangan dasar yang

Vol. 19 No. 1 Maret 2010 PANGAN 11


potensial dapat diterima masyarakat secara satunya bahan pokok utama bagi sebagian
luas. Pertimbangan ini menjadi dasar besar penduduk mempunyai resiko yang
penyusunan agenda penelitian (agronomi dan sangat besar. Perubahan iklim (global warming)
pengolahan) untuk menemukan praktek dan yang semakin tidak menentu diperkirakan akan
hambatan produksi, mencari dukungan semakin mengancam produksi padi.
k e l e m b a g a a n , s e r ta p e n e l i t i a n d a n Kertebatasan air akan menjadi faktor pembatas
pengembangan teknologi pengolahan. produksi padi. Lahan sawah semakin
berkurang, sementara pembukaan lahan baru
Percontohan pada skala bangsal
selain semakin terbatas juga semakin mahal.
dimaksudkan agar semua produk penelitian Kalau produksi sendiri tidak dapat memenuhi
dapat langsung diterapkan oleh petani, kebutuhan maka akan terjadi impor dan
diproduksi oleh perusahaan, dan dikonsumsi pengurasan devisa. Subsidi beras untuk orang
oleh masyarakat luas. Karakteristik produk miskin sangat besar dan jauh melampaui
diterjemahkan menjadi teknologi proses yang kebutuhan untuk mengembangkan cassava
merupakan jembatan untuk pengembangan sebagai pangan (alternatif) pengganti.
varietas (kultivar unggul) dan praktek Berbagai kendala menghalangi upaya
agronomis. Dengan demikian, hubungan hulu menjadikan cassava sebagai bahan pangan
hilir akan menjadi basis konvergensi pokok mulai dari fisiologis, psikologis, sosial
keterpaduan penelitian agronomis dan dan teknis. Semua persoalan ini memerlukan
pengolahan (pangan). penyelesaian yang komprehensif. Oleh karena
Lingkup kerja CRC mencakup hulu hilir itu, pendirian pusat penelitian cassava sudah
dalam keterpaduan menghilangkan faktor menjadi keharusan apabila penyelesaian
penghambat melalui pengembangan teknologi persoalan pangan menjadi cita-cita bangsa
dan dukungan kebijakan. Peran ini adalah ini.
penghubung dinamika yang terjadi di hilir Keberhasilan pengembangan cassava
dengan modernisasi di hulu. Artinya, semua untuk menunjang penggunaannya sebagai
perkembangan di hilir (permintaan produk bahan pokok pangan perlu ditopang oleh
baru, perbaikan mutu, keamanan produk) lembaga pengelola stock, penyimpan dan
direspon dengan cepat sehingga signalnya distribusi yang kuat. Akses masyarakat
sampai ke semua mata rantai yang terlibat terhadap bahan pangan pokok adalah bagian
(industri sampai petani). Dengan peran seperti penting dari ketahanan pangan secara
ini, CRC diharapkan mampu menjadi lokomotif keseluruhan. Keberadaan lembaga ini akan
pengembangan ekonomi cassava khususnya menjadi penjamin bahwa masyarakat setiap
serta agroindustri dan ketahanan pangan saat dapat membeli bahan pangan berbasis
secara umum. cassava dimana-pun mereka berada dalam
jumlah dan mutu yang memadai.
VI. PENUTUP
C a s s a v a a d a l a h ta n a m a n y a n g DAFTAR PUSTAKA
mempunyai potensi luar biasa untuk menjadi ARC. 2009. Cassava. Agriculture Research Council.
bahan pangan pokok. Perbandingan secara Bantacut, T. 2009a. Peran lembaga pengelola
teknis dari aspek kandungan kalori dan stok pangan nasional untuk mempercepat
kemudahan produksi, tanaman ini jauh proses industrialisasi tepung cassava. Paper
dipresentasikan pada Lokakarya Nasional
mengungguli padi, karena lebih mudah
Akselerasi Industrialisasi Tepung Cassava
diproduksi, produktivitas tinggi, dapat ditanam Untuk Memperkokoh Ketahanan Pangan
di lahan marjinal, serta sudah dikenal dan Nasional. Balai Kartini, 9 Mei 2009, Jakarta.
dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat Bantacut, T. 2009b. Kebijakan Pendorong
(walaupun bukan sebagai bahan pangan Agroindustri Tepung Dalam Perspektif
pokok). Secara teknis pula, cassava dapat Ketahanan Pangan. Majalah Pangan, March
dijadikan sebagai bahan pokok tunggal 2009.
(sebagaimana dilakukan oleh banyak Bantacut, T. 2009c. Review: Penelitian dan
penduduk di banyak negara Afrika). Pengembangan Untuk Industri Berbasis
Mempertahankan beras sebagai satu- C a s s a v a . J u r n a l Te k n o l o g i I n d u s t r i

PANGAN 12 Vol. 19 No. 1 Maret 2010


BPS. 2009. Data Strategis BPS. Badan Pusat Sensory Evaluation of Bread. Lusaka Zambia.
Statistik, Jakarta. Simwambana, Moses. 2005. Study on Cassava
Chitundu, M., K. Droppelmann dan S. Haggblade. Promotion in Zambia. Study prepared for the
2006. A Value Chain Task Force Approach for Task Force on Accelerated Cassava Utilization.
Managing Private-Public Partnerships: Lusaka: Agricultural Consultative Forum and
Zamiba’s Task Force on Acceleration of Agricultural Support Project.
Cassava Utilization. Working Paper No. 21 Soemarjo, P. 1992. Pemuliaan Ubikayu. Simposium
Food Security Research Project Lusaka, Pemuliaan Tanaman I Komda Jatim.
Zambia (Downloadable at: ). Suryana, A. 2009. Dukungan kebijakan
CIAT, 1987. Global cassava research and pengembangan industri tepung cassava. Paper
development. The cassava economy of Asia: dipresentasikan pada Lokakarya Nasional
Adapting to Economic Change. CIAT. Akselerasi Industrialisasi Tepung Cassava
ESCB. 2000. International Trade in Cassava Untuk Memperkokoh Ketahanan Pangan
Products: An African Perspective. Basic Nasional. Balai Kartini, 9 Mei 2009, Jakarta.
Foodstuffs Service (ESCB) of the FAO Suwarto. 2009. Peningkatan produktivitas cassava:
Commodities and Trade Division. Rome. analisis kesenjangan produksi potensial
Haryono, T. 2009. Pendekatan sosial budaya dalam dengan produksi riil. Paper dipresentasikan pada
percepatan program diversifikasi pangan untuk
mendukung ketahanan pangan nasional. Paper Lokakarya Nasional Akselerasi Industrialisasi
dipresentasikan pada Lokakarya Nasional Tepung Cassava Untuk Memperkokoh
Akselerasi Industrialisasi Tepung Cassava Ketahanan Pangan Nasional. Balai Kartini, 9
Untuk Memperkokoh Ketahanan Pangan Mei 2009, Jakarta.
Nasional. Balai Kartini, 9 Mei 2009, Jakarta. TRS. 2004. Cyanogenic Glycosides in Cassava
Janagam, D., P. Siddeswaran and M. R. Kumar. and Bamboo shoots. A Human Health Risk
2008. The biochemical effects on occupational Assessment. Technical Report Series No: 28,
exposure of workers to HCN in cassava Food Standards Australia.
processing industry. Indian Journal of Science Vessia, A. 2008. Cassava: the food of the poor for
a n d Te c h n o l o g y 1 ( 7 ) : 1 - 4 . future food security. CBN – Cassava
http://www.indjst.org Biotechnology Network. (20 Mei 2009).
Laswai, H.S., V.C.K. Silayo, J.J. Mpagalile, W.R. Vetter, J. 2000. Plant Cyanogenic Glycosides.
Balegu and J. John. 2006. Improvement and Toxicon. 38, 11-36.
Popularization of Diversified Cassava Products Yeoh, H. H. and S. V. Egan. 1997. An enzyme based
For Income Generation and Food Security: A dip-stick for the estimation of cyanogenic
Case Study of Kibabu. African Journal of Food potential of cassava flour. Food Chemistry 60,
Agriculture Nutrition and Development 119-122.
6(1):1-15.
Nang’ayo F, Omanya G, Bokanga M, Odera M,
Muchiri N, Ali Z and Werehire P. (eds). A BIODATA PENULIS :
strategy for industrialisation of cassava in
Tajuddin Bantacut, adalah dosen pada
Africa: Proceedings of a small group meeting,
Departemen Teknologi Industri Pertanian, Institut
14–18 November 2005, Ibadan, Nigeria.
Pertanian Bogor, memperoleh gelar Doctor of
Nairobi, Kenya: African Agricultural Technology
Philosophy (PhD) dalam Planning Science dari
Foundation
University of Quensland, Australia.
PAM. 2005. Food Security Pack Project. Report on

Vol. 19 No. 1 Maret 2010 PANGAN 13

Anda mungkin juga menyukai