Anda di halaman 1dari 68

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

PBB adalah sebuah organisasi negara-negara merdeka yang telah

menerima kewajiban-kewajiban yang dimuat dalam Piagam Perserikatan Bangsa-

Bangsa yang ditandatangani di San Fransisco tanggal 26 Juni 1945. 1 PBB yang

sering disebut dengan United Nations mempunyai alat perlengkapan atau organ

utama. Berdasarkan pasal 7 (1) Piagam, organ utamanya adalah Majelis Umum,

Dewan Keamanan, Dewan Ekonomi dan sosial, Dewan Perwalian, Mahkamah

Internasional dan Sekretariat.

Menurut Piagam PBB dalam Pasal 1 tujuan utama PBB adalah

menciptakan perdamaian dan keamanan internasional, PBB juga mendorong agar

sengketa-sengketa diselesaikan melalui cara-cara penyelesaian secara damai. 2

Dalam kaitannya dengan usaha-usaha pemeliharaan perdamaian dan

keamanan internasional, PBB telah meletakkan 5 prinsip dalam piagamnya ,

antara lain Pertama menyelesaikan perselisihan internasional secara damai ( pasal

2 ayat 3 jo Bab VI dan Bab VIII ) yaitu negara yang merupakan anggota maupun

bukan anggota PBB apabila terlibat di dalam perselisihan, negara tersebut

mempunyai kewajiban untuk menyelesaikan setiap perselisihan yang timbul di

antara negara tersebut secara damai baik melalui negosiasi, mediasi, pertanyaan,

1
J.G Starke, 1988, Pengantar Hukum Internasional, Sinar Grafika, Jakarta, hlm 828
2
Huala Adolf, 2004, Hukum penyelesaian sengketa internasional, Sinar Grafika, Jakarta, hlm 95
konsiliasi, arbitrasi atau jalan damai lainnya menurut pilihan mereka sebelum

mengajukannya ke PBB khususnya Dewan Keamanan PBB 3.

Kedua Tidak menggunakan ancaman atau kekerasan ( Pasal 2 ayat 4

Piagam ) yaitu pasal 2 ayat 4 yang meletakkan salah satu prinsip dasar PBB yang

intinya melarang seluruh anggota PBB, dan menghimbau agar menjauhkan diri

dari tindakan mengancam atau menggunakan kekerasan dalam integritas wilayah

atau kemerdekaan suatu negara, karena keberhasilan PBB sangat tergantung dari

sejauh para anggotanya menjunjung tinggi prinsip dasar tersebut4.

Ketiga Tanggungjawab untuk menentukan adanya ancaman ( Pasal 39

Piagam ) adalah sebelum Dewan Keamanan PBB menentukan ada atau tidaknya

ancaman terhadap perdamaian dan keamanan dunia, Dewan Keamanan PBB dapat

menentukan langkah-langkah yang dapat diambilnya. Kebebasan Dewan

Keamanan PBB untuk mengambil keputusan itu pada hakikatnya hanya dibatasi

oleh pasal 24 Piagam PBB, dimana tindakan yang harus diambil haruslah sesuai

dengan prinsip dan tujuan PBB.

Keempat Prinsip pengaturan persenjataan ( Pasal 26 Piagam ) yaitu

untuk meningkatkan usaha-usaha, guna memajukan perdamaian dan keamanan

internasional dengan sesedikit mungkin mengalihkan penggunaan sumber daya

manusia dan ekonomi dunia untuk persenjataan. Dewan Keamanan PBB dengan

bantuan Komite Staf Militer sebagaimana yang dimaksud pasal 47, diberi

tanggungjawab untuk merumuskan rencana yang akan disampaikan anggota PBB

untuk pembentukan suatu sistem pengaturan persenjataan.

3
Sumaryo Suryokusumo, 1987 , Organisasi Internasional, Universitas Indonesia, Jakarta, hlm 9
4
Ibid, hlm 13
Kelima Kerja sama di bidang pemeliharaan perdamaian dan keamanan

internasional (Pasal 11 ayat 1 Piagam) yaitu kegiatan keseluruhan PBB dibidang

perdamaian dan keamanan telah menimbulkan pengembangan terhadap prinsip

umum, aturan dan tatat cara. Kegiatan tersebut merupakan tanggungjawab dan

sumbangan Majelis Umum PBB, yang menurut ketentuan Piagam merupakan

badan yang diberikan tanggung jawab untuk menangani prinsip-prinsip umum

mengenai kerjasama di bidang pemeliharaan perdamaian dan keamanan

internasional, meningkatkan kerjasama dibidang politik dan mendorong kemajuan

hukum internasional beserta kodifikasinya5.

Dilihat dari permasalahan yang tengah dihadapi dunia khususnya

kawasan timur tengah, Dewan Keamanan PBB tidak boleh ikut campur dalam

proses penyelesaian sengketa antar negara ataupun konflik internal negara, kecuali

sudah diluar dari konteks prinsip PBB, yaitu dengan melakukan tindakan

kekerasan, sehingga dapat mengancam perdamaian suatu Negara yang juga

merupakan anggota PBB.

Dewan keamanan PBB merupakan bagian atau organ eksekutif dengan

anggota terbatas, berfungsi secara bertahap dan dapat mengambil keputusan

secara cepat dan efektif, agar dapat melaksanakan perangkat pemaksaan jika

perdamaian dan keamanan interasional terancam 6. Dewan Keamanan PBB

memiliki tiga tugas dan fungsi utama yaitu membuat rekomendasi untuk

penyelesaian sengketa secara damai, mengambil tindakan terhadap kegiatan yang

5
Ibid, hlm 19
6
Bowett, 1992 , Hukum Organisasi Internasional, a.b.Bambang Iriana Djajaatmaja, Sinar Grafika,
Jakarta, hlm 34
mengancam perdamaian, dan tindakan agresi serta memerankan peranan yang

sangat penting dalam pengembangan operasi penjaga perdamaian7.

Dewan Keamanan PBB beranggotakan lima belas negara yang terdiri

dari, lima anggota tetap yaitu : Cina, Prancis, Rusia, Inggris dan Amerika Serikat,

dan sepuluh anggota tidak tetap yang dipilih dua tahun sekali dalam Sidang

Majelis Umum. Masing-masing anggota tetap Dewan Keamanan mempunyai hak

veto, yaitu keabsahan untuk membatalkan suatu resolusi yang telah diputuskan

oleh suara terbanyak anggota Dewan Keamanan (berdasarkan Pasal 27 ayat 3

Piagam PBB)8.

Menurut isi Piagam PBB, Dewan Keamanan memiliki dua cara yang

dapat dilakukan sebagai salah satu upaya untuk menyelesaikan konflik yang

terjadi di dunia khususnya kawasan timur tengah, dua cara tersebut antara lain,

Pertama penyelesaian konflik secara damai yaitu mencari penyelesaian konflik

dengan jalan perundingan dan penyelidikan terlebih dahulu ( terdapat dalam pasal

33 Bab VI Piagam PBB ), Kedua jika cara pertama dianggap gagal atau tidak

efektif maka dilakukan penyelesaian konflik dengan cara kekuatan yaitu dengan

melakukan tindakan kekerasan dan ancaman-ancaman yang dapat merusak

perdamaian dan keamanan dunia (terdapat dalam pasal 39 Bab VII Piagam PBB).

Berbagai konflik dengan kekerasan yang terjadi di timur tengah adalah

merupakan bagian dari tanggungjawab Dewan Keamanan PBB, karena telah

mengancam perdamaian dan keamanan dunia. Terkait dengan tanggungjawabnya,

Dewan Keamanan berupaya agar konflik yang terjadi dapat terselesaikan dan

7
Ade Maman Suherman, 2003 , Organisasi Internasional & itegrasi ekonomi regional dalam
perspektif hukum dan globalisasi,Ghalia Indonesia, Yogyakarta, hlm 107
8
T. May Rudy, 2006, Hukum Internasional 2, PT. Refika Aditama, Bandung, Hlm 102
tidak sampai pecah kembali, dan berupaya menciptakan perdamaian dan

keamanan internasional, untuk menciptakan hal tersebut PBB memiliki empat

kelompok tindakan, dan tindakan tersebut masing-masing saling berkaitan. Dalam

pelaksanaannya memerlukan dukungan dari Negara-negara anggota PBB untuk

dapat terwujud. Keempat kelompok tindakan tersebut adalah sebagai berikut,

Preventic Diplomacy, Peace Making, Peace Keeping, Peace Building dan Peace

Enforcement9.

Dewan Keamanan dalam menyelesaikan konflik di kawasan timur

tengah, telah banyak melakukan upaya agar dapat menemukan penyelesaian

konflik, yaitu untuk mengusahakan agar jalan damai dapat dilakukan, dari proses

penyelesaian secara damai hingga proses penyelesaian dengan cara kekuatan, ini

bertujuan agar dapat terlaksana dengan baik dan efektif serta cepat. Jika

penyelesaian secara damai gagal dan belum efektif untuk menyelesaikan konflik

yang terjadi, maka Dewan Keamanan dapat melakukan tindakan kekuatan dengan

menggunakan cara kekerasan dalam proses menyelesaikan konflik yang terjadi di

kawasan timur tengah.

Kawasan timur tengah dapat diartikan sebagai Negara-negara yang

tergabung dalam liga arab. Ditambah Iran, Pakistan, dan Turki. Dengan demikian

Negara-negara yang termasuk di dalam nya adalah Aljazair, Arab Saudi, Bahrain,

Irak, Iran, Israel, Kuwait, Libanon, Palestina, Qatar, Somalia, Sudan, Suriah,

Tunisia, Libya, Marutania, Mesir, Oman, Turki, Uni Emirat Arab, Yaman, dan

Yordania10.

9
Huala, Adolf, op.cit, hlm 95
10
Liza Sihbuli, 1995, et al, Profil Negara-negara Timur Tengah, Pustaka Jaya, Jakarta, hlm vi
Kondisi perang yang terjadi di dunia khususnya di kawasan timur

tengah akan merugikan serta menghancurkan kedua pihak yang bersengketa

maupun yang dipersengketakan. Tetapi kadang perang juga dibutuhkan untuk

menyelesaikan konflik yang sedang terjadi dengan menguasai pertahanan lawan

sehingga dapat membangun kondisi perdamaian seperti yang diinginkan oleh

pihak yang memenangkan konflik.

Berdasarkan data dari negara yang pernah terjadi konflik ada banyak

hasil perjanjian damai antar Negara, dimana persetujuan damai perang saudara

dan perjanjian perdamaian konflik, terdapat formasi antar Negara dan 25

diantaranya adalah inisiatif PBB melalui Dewan Keamanan, Majelis Umum dan

Sekretaris Jendral. Hal ini membuktikan bahwa perhatian dan kontribusi PBB

terhadap resolusi konflik sangat besar11. Resolusi konflik disini adalah sebuah proses

untuk mencapai solusi konflik, biasanya menggunakan jalan damai (negosiasi)

dalam menyelesaikan konflik tersebut12.

Tindakan Peacebuilding disini terkait dengan penyelesaian konflik

dengan cara kekuatan adalah dengan menggunakan fungsinya untuk menggalang

perdamaian yang maksudnya adalah tindakan untuk mengidentifikasi dan

mendukung struktur-struktur yang ada, guna memperkuat perdamaian dan

mencegah suatu konflik yang telah didamaikan berubah kembali menjadi konflik.

Serta menumbuhkan kembali kepercayaan Negara yang sedang mengalami

konflik sebagai syarat fundamental suatu perdamaian.

11
I Nyoman,Sudira, 2010, Kontribusi PBB terhadap Resolusi Konflik sangat besar,
http://www.tabloiddiplomasi.org/previous-isuue/91-april-2010/778-kontribusi-pbb-terhadap-resolusi-konflik-
sangat-besar.html, Last Updated on Friday, 16 April 2010 18:16
12
Menotimika, 2007, Resolusi Konflik, http://menotimika.wordpress.com/2007/07/20/resolusi-
konflik/
Pada prinsipnya peacebuilding lahir setelah berlangsungnya konflik,

namun konsep ini lebih mengarah ke arah sosialnya karena lebih kepada

pemulihan kondisi psikilogi warga sipil, serta untuk menahan terjadi ancaman

konflik kembali dari Negara yang bersengketa, tetapi bukan berarti peacebuilding

tidak bisa ditinjau ke arah hukumnya. Karena setiap aturan yang dikeluarkan oleh

Dewan Keamanan dalam upaya menyelesaikan konflik yang terjadi dapat berupa

Resolusi, yang resolusi tersebut mengandung aturan hukum, walaupun hanya

mengandung unsur soft law yaitu perjanjian atau aturan hukum yang bersifat tidak

mengikat.

Prakteknya penyelesaian konflik pada suatu Negara pasti menggunakan

cara kekuatan terlebih dahulu untuk menghentikan konflik, jika cara kekuatan

dengan menggunakan tindakan kekerasan dapat memisahkan bahkan

menghentikan perang untuk sementara waktu antar kedua negara yang

bersengketa. Setelah itu baru cara damai dapat dilakukan dengan menggunakan

salah satu cara yaitu negosiasi atau mediasi dan dapat menentukan solusi yang

tepat guna menyelesaikan konflik, maka disinilah fungsi peacebuilding

digunakan.

Dewan Keamanan dapat menjatuhkan dan menentukan sanksi kepada

Negara anggota PBB menurut Bab VII Piagam dalam tiga hal, yaitu : jika Negara

tersebut mengadakan tindakan-tindakan yang mengancam perdamaian, jika


melanggar perdamaian dan jika Negara itu melancarkan suatu agresi ke Negara

lain13.

Konflik yang terjadi di Suriah jika dihubungkan dengan kewenangan

yang dilakukan Dewan Keamanan dan mengukur kadar keefektifannya, maka

dapat dinyatakan bahwa konflik tersebut telah banyak di upayakan cara damai

untuk menyelesaikan konflik tersebut. Namun, upaya tersebut menemukan jalan

buntu, bahkan intensitas kekerasan di Suriah menjadi meningkat.

Awal mula terjadinya konflik di Suriah ini adalah dengan pembakaran

diri seorang warga di suriah sebagai aksi protes terhadap pemerintah Suriah yang

terkesan otoriter dan mementingkan diri sendiri, ini dilakukan karena terinspirasi

oleh contoh kasus yang terjadi di tunisia. Banyak aksi protes terhadap pemerintah

suriah oleh demonstran membuat tentara suriah menghentikan aksi demonstrasi

tersebut dan menahan beberapa demonstran.

Aksi protes semakin meningkat, Dewan Kemanan juga mulai menyoroti

janji pemerintah suriah untuk menghormati prinsip-prinsip HAM untuk rakyatnya

dan presiden suriah juga berjanji akan melaksanakan pemilu pada Suriah,

memang hal ini bukan hal yang baru, namun Dewan Keamanan kembali

menyoroti hal ini. Dewan Keamanan memperingatkan presiden untuk memegang

janjinya. Amerika Serikat adalah salah satu negara yang tidak percaya pada janji Al-

Assad, justru memikirkan bagaimana memberikan bantuan, mengalokasikan dana

untuk bantuan kemanusiaan dan akses bagi warga Suriah yang membutuhkan.

Setengah dari dana akan diberikan kepada UNHCR, Komite

13
Ibrahim Sagio, Fungsi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Rule of law :
Suatu Tinjauan Normatif, ( Makalah yang disampaikan pada Penelitian Fakultas Hukum Universitas
Tanjungpura, Pontianak,2012), hlm 1
Palang Merah Internasional (ICRC), dan juga Program Pangan Dunia (WFP),

serta melalui organisasi non-pemerintah pada kubu oposisi14, dan sebagai bentuk

protes terhadap Suriah Amerika Serikat menutup Kedutaan besarnya.

Kekerasan yang terjadi di negara Suriah telah menimbulkan banyak

korban yang jatuh akibat hal tersebut, ini terkesan membuat kinerja Dewan

Keamanan lamban atau tidak efektif dalam menjalankan tugas dan fungsi nya

sebagai badan yang memelihara perdamaian dan keamanan internasional.

Ketidakefektifan Dewan Keamanan PBB terlihat juga dengan adanya

konflik lain, yaitu antara Israel dan Palestina, dimana konflik ini terjadi sudah

sejak jaman dahulu hingga sekarang, dan telah banyak Resolusi PBB dibuat untuk

menciptakan perdamaian sesuai dengan Tujuan PBB. Namun tetap saja konflik

tidak menemukan solusi yang tepat. Permasalahan pokok yang terjadi antara

Israel dan Palestina adalah pembagian wilayah yang dilakukan dengan

menggunakan perjanjian bilateral antara kedua kubu yang membuat kedua pihak

yang merasa sama-sama dirugikan, namun pada saat dibuatnya perjanjian tersebut

Palestina statusnya belum menjadi Negara, sehingga posisi nya menjadi sulit

untuk mempertahankan wilayahnya.

Konflik berkepanjangan yang terjadi membuat hampir di sebagian

wilayah yang diduduki tentara Israel menyebabkan kehancuran, baik sarana

maupun prasarana serta banyaknya korban jiwa baik yang tewas ataupun luka-

luka, laki-laki maupun perempuan dan anak-anak15.

14
Wibisana, 21 maret 2012, Penggunaan hak veto oleh rusia dan cina terhadap kasus Rusia,
http://mirfana.wordpress.com/2012/03/21/penggunaan-hak-veto-oleh-rusia-dan-cina-terhadap-kasus-suriah/
15
Ibnu Burdah, 2008, , Konflik Timur Tengah,Tiara Wacana, Jakarta, hlm 6
Dewan Keamanan PBB berusaha menciptakan jalur perdamaian antara

kedua negara dengan membuat Resolusi-resolusi. Namun semua Resolusi itu tetap

saja dilanggar oleh Israel sehingga penyelesaian konflik Arab-Israel sampai

sekarang belum pernah menemukan solusi yang tepat. Apalagi konflik masalah

internal bangsa Arab dan adanya intervensi asing yang memanfaatkan dan

mengambil keuntungan dari konflik tersebut lebih-lebih intervensi PBB tidak

memiliki pengaruh yang signifikan bagi Resolusi konflik Arab-Israel yang hingga

sekarang masih berkecamuk16.

Menghindari cara penyelesaian dengan cara kekuatan membuat Dewan

Keamanan terlihat lemah dan tidak memiliki fungsi. Akibatnya, membuka

ketegangan dan tindakan agresif yang dapat mengancam keamanan dan

perdamaian dunia secara luas.

Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk mengadakan

penelitian ke dalam tulisan skripsi yang berjudul : “ PENERAPAN

KEWENANGAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA-

BANGSA DALAM UPAYA MENCIPTAKAN PEACE-BUILDING DUNIA

INTERNASIONAL DENGAN CARA KEKUATAN ( USE OF FORCE ) DI

KAWASAN TIMUR TENGAH “

B. Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka penulis

merumuskan permasalahan sebagai berikut :

16
Ibid
“ Bagaimanakah efektifitas kewenangan Dewan Keamanan PBB untuk

menyelesaikan konflik dengan cara kekuatan yang terjadi di Kawasan Timur

Tengah ? ”

C. Tujuan Penelitian

Dalam melakukan penelitian berdasarkan masalah yang disebutkan

diatas terdapat beberapa tujuan yang penulis hendak capai baik yang tujuan

bersifat umum yaitu untuk pengembangan keilmuan hukum maupun tujuan yang

bersifat khusus yaitu untuk mengembangkan konsep-konsep hukum internasional

terkait dengan fungsi Dewan Keamanan PBB. Oleh karena itu tujuan penelitian

ini sebagaimana dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Untuk memberikan gambaran dan mengungkapkan tentang efektifitas

kewenangan Dewan Keamanan PBB dalam menyelesaikan konflik dengan

cara kekuatan dikawasan Timur Tengah.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis cara Dewan Keamanan PBB

menyelesaikan konflik dikawasan Timur Tengah.

D. Kerangka Pemikiran

1. Tinjauan Pustaka

Sebagai salah satu Organisasi Internasional, PBB adalah lembaga yang

sangat penting bagi dunia dan yang terpenting dari semua lembaga yang ada di

dunia internasional17. Dewan Keamanan yang merupakan Organ Eksekutif PBB

bertugas membantu PBB dalam menjalankan tanggungjawab nya sesuai dengan

17
J.G Starke, 1988, Pengantar Hukum Internasional, Sinar Grafika, Jakarta, hlm 828
tujuan dan prinsipnya yaitu menjaga, menciptakan serta memulihkan perdamaian

dan keamanan internasional termasuk juga perdamaian di kawasan timur tengah.

Didalam teorinya Dewan Keamanan adalah berfungsi secara terus

menerus yang terdiri dari lima belas anggota nya yang diantaranya 5 anggota

tetap, yaitu : cina, rusia, inggris, prancis, dan amerika serikat serta 10 anggota

tetap yang pemilihan nya dua tahun sekali oleh Majelis Umum 18. Selain itu,

Dewan Keamanan merupakan bagian dari sebuah organ eksekutif kecil berfungsi

secara kontinu dan dapat mengambil keputusan secara cepat dan efektif agar dapat

melaksanakan perangkat pemaksaan ( enforcement machinery ) manakala

perdamaian dan keamanan terancam19.

Adapun menurut Piagam PBB, fungsi dan wewenang Dewan

Keamanan PBB antara lain :

to maintain international peace and security in accordance with the principles


and purposes of the United Nations; to investigate any dispute or situation which
mightlead to international friction; to recommend methods of adjusting such
disputes or the terms of settlement; to formulate plans for the establishment of a
system to regulate armaments; to determine the existence of a threat to the peace
or act of aggression and to recommend what action should be taken; to call on
Members to apply economic sanctions and other measures not involving the use of
force to prevent or stop aggression; to take military action against an aggressor;
to recommend the admission of new Members; to exercise the trusteeship
functions of the United Nations in "strategic areas"; to recommend to the General
Assembly the appointment of the Secretary-General and, together with the
Assembly, to elect the Judges of the International Court of Justice20.
Dalam Bahasa Indonesia yaitu :

“ untuk memelihara perdamaian dan keamanan internasional sesuai dengan prinsip-


prinsip dan tujuan Perserikatan Bangsa-Bangsa; untuk menyelidiki setiap sengketa
atau situasi konflik yang terjadi di dunia; untuk merekomendasikan metode
menyesuaikan perselisihan atau ketentuan penyelesaian; untuk merumuskan
rencana untuk pembentukan suatu sistem untuk mengatur
18
Ibid, hlm 842
19
Ibrahim Sagio, op.cit, hlm 1
20
Function and power Security Counsil, http://www.un.org/en/sc/about/functions.shtml
persenjataan; untuk menentukan adanya ancaman terhadap perdamaian atau
tindakan agresi dan merekomendasikan tindakan apa yang harus diambil;
memanggil Anggota untuk menerapkan sanksi ekonomi dan tindakan lain yang
tidak melibatkan penggunaan kekuatan untuk mencegah atau menghentikan
agresi; untuk mengambil tindakan militer terhadap agresor; untuk
merekomendasikan penerimaan Anggota baru; untuk melaksanakan fungsi
amanah tersebut Perserikatan Bangsa-Bangsa di "daerah strategis"; untuk
merekomendasikan kepada Majelis Umum pengangkatan Sekretaris Jenderal dan,
bersama-sama dengan Majelis, untuk memilih Hakim Mahkamah Internasional “.
Dewan Keamanan memiliki dua cara dalam menyelesaikan

konflik,yaitu :

a. menyelesaikan konflik dengan cara damai, yaitu dengan cara yang

berdasarkan atas persetujuan sukarela atau paksaan hukum dalam

menjalankan persetujuan

b. mengambil tindakan terhadap yang mengancam perdamaian dan keamanan

internasional.

Sri Setianingsih Suwardi21 menegaskan bahwa Pemberian hak veto

merupakan imbalan dari tanggungjawab mereka terhadap perdamaian dan

keamanan internasional (Primary Responsibilities). Didalam piagam juga hanya

menentukan bahwa tanggungjawab utama untuk perdamaian dan keamanan

internasional hanya ada pada Dewan Keamanan ( pasal 24 ayat 1 Piagam PBB )

dan bukan pada anggota tetap Dewan Keamanan. Namun, kesan yang muncul

adalah hak veto sebetulnya sudah tidak sesuai dengan perkembangan jaman dan

tidak mampu mencegah Negara-negara besar melakukan invasi kecil ke Negara

kecil yang lemah, karena ini sangat berpengaruh dalam usaha menciptakan Peace

Building di dunia.

21
Sri Setianingsih Suwardi, Pengantar Hukum Organisasi Internasional, Universitas Indonesia (
UI-Press ), Jakarta, 2004, hlm 291
Peran Dewan Keamanan lebih luas dari Majelis Umum. Berdasarkan

pasal 6 Piagam, Dewan Keamanan memiliki beberapa kekuasaan dan

tanggungjawab dalam menyelesaikan sengketa internasional, antara lain :

1. Jika semua upaya penyelesaian gagal dan sengketa yang bersangkutan

tampaknya akan membahayakan perdamaian dan keamanan internasional

maka para pihak yang bersengketa wajib menyerahkan sengketa tersebut

kepada Dewan Keamanan

2. Setiap anggota bahkan nonanggota PBB, dengan kesepekatan negaranya,

dapat menyerahkan sengketanya kepada Dewan Keamanan untuk

menentukan apakah suatu sengketa akan membahayakan perdamaian dan

keamanan internasional

3. Manakala Dewan Keamanan menerima dari para pihak suatu sengketa untuk

diselesaikan maka Dewan Keamanan dapat mengusulkan suatu prosedur atau

metode penyelesaian sengketanya berikut persyaratan-persyaratan

perdamaian. Dalam praktiknya prosedur seperti ini sering kali ditempuh22.

Berkaitan dengan penyelesaian konflik secara damai PBB khususnya

Dewan Keamanan memiliki 4 ( Empat ) kelompok tindakan dalam membantu

menyelesaikan konflik, yaitu :

1. Preventive Diplomacy

Tindakan untuk mencegah timbulnya suatu sengketa diantara dua pihak,

mencegah meluasnya sengketa atau membatasi perluasan sengketa

22
Huala, Adolf, op.cit, hlm 106
2. Peace Making

Tindakan untuk membawa para pihak yang bersengketa untuk saling sepakat,

khususnya melalui cara-cara damai

3. Peace Keeping

Tindakan untuk mengerahkan kehadiran PBB dalam pemeliharan perdamaian

dan keamanan dengan kesepakatan para pihak

4. Peace building

Tindakan untuk mengidentifikasi dan mendukung struktur yang ada guna

memperkuat perdamaian untuk mencegah suatu konflik yang telah

didamaikan berubah menjadi konflik kembali

5. Peace enforcement

Wewenang untuk menentukan adanya suatu tindakan yang dapat mengancam

perdamaian dan memberikan sanksi kepada negara anggota ataupun bukan 23.

Untuk mencegah penggunaan kekuatan oleh Negara dalam suatu

persengketaan dengan Negara lain perlu ditempuh suatu penyelesaian secara

damai. Usaha ini mutlak diperlukan sebelum perkara itu mengarah pada suatu

pelanggaran terhadap perdamaian. Piagam PBB memberikan kewajiban kepada

Negara anggotanya bahkan kepada Negara-negara lainnya yang bukan anggota

PBB untuk menyelesaikan setiap Konflik Internasional yang terjadi secara damai

sehingga tidak membahayakan perdamaian, keamanan serta keadilan

internasional, adapun bentuk-bentuk penyelesaian konflik secara damai adalah :

23
Ibid, hlm 97
1. Negosiasi adalah cara yang paling umum untuk menyelesaikan perbedaan-

perbedaan melibatkan pembicaraan secara langsung diantara pihak-pihak

yang bersengketa dengan tujuan mencapai kesepakatan damai.

2. Jasa-jasa baik adalah satu-satunya upaya untuk penyelesaian perselisihan

yang tidak termuat dalam pasal 33 piagam tetapi sering digunakan oleh

Dewan Keamanan

3. Penyelidikan adalah proses pembentukan misi perdamaian yang terdiri dari

satu kelompok penyelidik yang netral, seringkali fakta-fakta yang mendasari

suatu pertentangan dapat menimbulkan ketidaksepahaman

4. Mediasi adalah cara menyangkut saran-saran mengenai cara penyelesaian

dengan pihak ketiga, penengah ikut dalam negosiasi yang dilangsungkan oleh

pihak yang berselisih

5. Konsiliasi adalah hamper sama dengan mediasi kecuali ada perbedaan hukum

dimana pihak ketiga adalah satu komisi atau badan internasional yang

bantuannya telah dicari untuk mencapai penyelesaian perdamaian.

6. Arbitrasi adalah meneraokan prinsip-prinsip hukum terhadap hal-hal

kontrobersial dalam batas-batas yang telah disetujui sebelumnya oleh para

pesengketa

7. Penyelesaian hukum adalah menyampaikan perselisihan kepada mahkamah

internasional untuk memperoleh keputusan24.

Sedangkan apabila negara-negara tidak mencapai kesepakatan untuk

menyelesaikan sengketa-sengketa mereka secara damai maka solusi nya adalah

24
Sumaryo Suryokusumo,Organisasi Internasional,Univerrsitas Indonesia,Jakarta , 1987, hlm 10
dengan cara pemecahan yang mungkin adalah dengan melalui cara penyelesaian

melalui kekuatan antara lain :

1. Perang dan tindakan bersenjata non perang

Keseluruhan tujuan dari perang yaitu adalah untuk menaklukan negara lawan

dan untuk membebankan syarat-syarat penyelesaian dimana negara yang

ditaklukan itu tidak memiliki alternatif lain selain mematuhinya. Tindakan

bersenjata, yang tidak dapat disebut perang, juga banyak diupayakan dalam

tahun-tahun terakhir ini.

2. Retorsi

Istilah teknik untuk pembalasan dendam oleh suatu negara terhadap tindakan-

tindakan tidak pantas atau tidak patut dari negara lain, balas dendam tersebut

dilakukan dalam bentuk tindakan-tindakan sah yang tidak bersahabat di

dalam konferensi negara yang kehormatannya dihina, misalnya

merenggangnya hubungan diplomatik, pencabutan previlege-previlege

diplomatik atau penarikan diri dari konsesi-konsesi fiskal dan bea.

3. Tindakan-tindakan pembalasan ( Repraisals )

Metode yang digunakan oleh negara-negara untuk mengupayakan

diperolehnya ganti rugi dari negara-negara lain dengan melakukan tindakan-

tindakan yang sifatnya pembalasan

4. Blokade secara damai ( Pacific Blockade )

Pada waktu perang blokade terhadap pelabuhan suatu negara yang terlibat

perang sangat lazim dilakukan oleh angkatan laut. Namun, blokade secara
damai adalah suatu tindakan yang dilakukan pada waktu damai, terkadang

digolongkan secara damai

5. Intervensi ( Intervention )

Campur tangan secara diktator oleh suatu negara terhadap urusan dalam

negeri lainnya dengan maksud baik untuk memelihara atau mengubah

keadaan, situasi atau barang di negara tersebut. Adapun Negara yang sering

melakukan intervensi adalah Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan Belanda.

Biasaya Negara yang melakukan tindakan intervensi dengan mengirim

pasukan ke Negara yang bersengketa, melakukan embargo pada suatu Negara

atau bahkan melakukan peperangan dengan cara blockade ke Negara lain25.

Kata intervensi terdapat dalam pasal 2 (7) dan pasal 2 (4) Piagam PBB.

Pasal ini mensyaratkan bahwa organisasi (PBB) dilarang untuk ikut campur

tangan dalam urusan domestik suatu negara, kecuali dalam rangka memelihara

perdamaian menurut Bab VII Piagam.

Menurut PBB, Dewan Keamanan memiliki kewenangan berdasarkan

pasal 39 untuk menentukan atas nama PBB secara keseluruhan apa ada suatu

ancaman perdamaian, pelanggaran perdamaian, tindakan agresi atau tidak dan

keputusan-keputusannya secara teoritis mengikat atas Negara-negara anggota

(pasal 25). Jika terbukti terdapat ancaman perdamaian dan upaya damai pun gagal

dan belum efektif dalam menyelesaikan konflik maka Dewan Keamanan memiliki

dua jenis tindakan kekerasan, yang dimuat dalam pasal 41 Piagam PBB yakni

Pertama, tidak melibatkan kekuatan senjata maksudnya dengan memutuskan

25
J.G Starke, op.cit, hlm 679
hubungan perekonomian, hubungan komunikasi ( darat, udara, laut, radio ) serta

hubungan diplomatik dengan Negara tersebut. Kedua, melibatkan tindakan agresi

angkatan udara, darat, atau laut ( Blokade Damai, Petikaian senjata, Reprisal,

Retorsi, Perang, Tindakan bersenjata bukan perang ) dimuat dalam pasal 42

Piagam PBB tetapi sebelumnya perlu bagi Dewan Keamanan untuk menentukan

terlebih dahulu adanya suatu ancaman terhadap perdamaian, pelanggaran

perdamaian, dan tindakan agresi.

Efektifitas dilihat dari segi hukum pada umumnya adalah proses yang

dilakukan agar upaya hukum berlaku efektif. Jika dihubungkan dengan

kewenangan Dewan Keamanan, yakni dengan melihat segala tindakan atau

perilaku yang dilakukan Dewan Keamanan sebagai badan khusus PBB yang

berfungsi untuk memelihara perdamaian dan kemanan internasional apakah sudah

sesuai dengan aturan, prinsip dan tujuan PBB serta sesuai dengan rule of law atau

tidak. Karena segala tindakan Dewan Keamanan itu harus benar-benar diterapkan

dan dipatuhi.

2. Kerangka Konsep

Sebagai kawasan geopolitik yang keras, dan sudah sejak lama menjadi

pusat pertikaian politik dan ekonomi membuat konflik yang terjadi di Kawasan

Timur Tengah, termasuk konflik yang sulit untuk dicari upaya penyelesaiannya,

karena konflik tersebut telah melibatkan negara-negara besar diluar yang

mempunyai kepentingan di kawasan itu dan memanfaatkan kondisi tersebut.

Hal ini makin dipersulit dengan timbulnya konflik-konflik dengan

situasi yang membuat Dewan Keamanan mulai tidak mampu mengatasinya.


Berbagai cara telah dilakukan Dewan Keamanan mulai dengan menggunakan cara

damai terlebih dahulu sesuai dengan prinsip dan tujuan awal PBB, apabila cara

damai tidak berhasil dilakukan, maka Dewan Keamanan terpaksa melakukan cara

kekuatan dengan melakukan pemaksaan kepada Negara yang mengalami konflik

agar menghentikan segala sesuatu yang dapat mengancam perdamaian dan

keamanan internasional.

Penyelesaian yang dilakukan dengan cara damai pada prakteknya belum

efektif untuk dilakukan dan dapat menyelesaikan konflik, dan salah satu Negara

tetap melakukan tindakan yang keluar dari konteks prinsip PBB dengan

melancarkan agresi, maka sesuai pasal 41 Piagam PBB, Dewan Keamanan dapat

menentukan langkah-langkah tanpa menggunakan kekuatan militer terlebih

dahulu, agar dapat ditaati keputusan yang telah ditetapkan Dewan Keamanan.

Cara yang dilakukan Dewan Keamanan PBB tanpa menggunakan

kekuatan militer yaitu dengan melakukan tindakan embargo yakni menyerukan

seluruh anggota PBB agar memutuskan hubungan ekonomi, komunikasi, politik,

dll baik sebagian maupun seluruhnya serta memutuskan hubungan diplomatik.

Jika dengan cara tersebut mungkin masih kurang efektif dan tetap belum

ditaatinya keputusan Dewan Keamanan maka Dewan Keamanan pun dapat

mengambil tindakan kekuatan, jika ini dianggap perlu dalam menciptakan

perdamaian dan keamanan di dunia internasional.

Konflik yang terjadi teorinya sesuai dengan pasal 39 Piagam, mula-

mula Dewan Keamanan akan menentukan apakah memang ada ancaman atau

pelanggaran perdamaian atau tindakan agresi. Selanjutnya terhadap suatu keadaan


yang mengancam perdamaian dan keamanan dunia terdapat tahap-tahap yang

harus ditempuh sebelum PBB mengambil tindakan dalam bentuk kekuatan.

Namun, prakteknya konflik yang terjadi pasti menggunakan cara kekuatan dengan

melakukan tindakan kekerasan untuk memisahkan kedua negara yang melakukan

konflik, baru setelah Negara yang bersengketa dapat dipisahkan, maka dapat

digunakan cara damai misalnya dengan mediasi atau negosiasi.

Pasukan pemelihara perdamaian biasanya ditempatkan oleh Dewan

Keamanan hanya apabila gencatan sejata telah disepakati oleh pihak yang

bersengketa, sehingga penjaga keamanan yang diturunkan hanyalah pasukan biasa

dan bukan pasukan yang biasa diterjunkan dalam peperangan. Dewan Keamanan

juga dapat mengambil tindakan yang lebih besar dari sekedar pengiriman pasukan

penjaga keamanan.

Pasukan pemelihara perdamaian bertugas memantau dan mengawasi

proses perdamaian di wilayah pasca-konflik, dan menolong para bekas tentara

yang terlibat dalam memberlakukan perjanjian perdamaian yang mungkin telah

mereka tandatangani. Bantuan ini dapat mengambil berbagai bentuk, termasuk

langkah-langkah membangun rasa percaya diri, pengaturan pembagian kekuasaan,

dukungan untuk proses pemilihan umum, memperkuat penegakan hukum, dan

pembangunan sosial-ekonomi.

Pada intinya penggelaran operasi pemelihara perdamaian ini berprinsip

bahwa tidak boleh menggunakan kekuatan militer kecuali hanya untuk membela

diri dan Negara yang menjadi pasukan pemelihara perdamaian bersifat netral dan

tidak memihak salah satu dari Negara yang berkonflik. Dalam upaya memastikan
agar konflik tidak kembali terjadi dan bertugas berdasarkan perintah dan tugas

dari Dewan Keamanan PBB, mengamati dan melaporkan adanya pelanggaran

terhadap kesepakatan penghentian peperangan.

Peacebuilding pada dasarnya lebih mengarah pada ilmu sosial namun

kebijakan yang dibuat Dewan Keamanan PBB dengan mengeluarkan Resolusi nya

itu merupakan wujud dari aturan hukum walaupun unsur kekuatan hukumnya

hanya konsep softlaw yang merupakan aturan hukum yang tidak mengikat namun

dapat dilaksanakan wewenangnya.

Pada kenyataannya konflik yang tengah berlangsung di Kawasan Timur

Tengah telah terjadi pada kurun waktu yang lama, dan hingga saat ini belum

dapat diselesaikan dan belum mendapatkan solusi terbaik, bahkan Dewan

Keamanan belum mampu menyelesaikan dan mengatasi konflik yang terjadi di

Kawasan tersebut. Sehingga, Fungsi dan Wewenang yang dilaksanakan Dewan

Keamanan PBB belum efektif sesuai Isi Piagam PBB.

Menurut hemat penulis, jika konsep peacebuilding dihubungkan dengan

cara kekuatan dan diaplikasikan terhadap tindakan dan kewenangan PBB pasti

fungsi Dewan Keamanan PBB akan sedikit diapresiasikan, namun jika cara damai

harus segera ditindak lanjuti, apabila cara tersebut telah gagal untuk dilakukan,

agar tidak jatuh banyak korban. Belum lagi, dengan adanya hak veto pada tubuh

anggota tetap Dewan Keamanan, sehingga langkah tepat yang dapat diambil

adalah anggota tetap Dewan Keamanan sebaiknya memanfaatkan fungsi hak veto

sesuai dengan hak dan fungsinya, anggota tetap Dewan Keamanan yang bahkan

terkadang membuat Resolusi Dewan Keamanan menjadi tidak berfungsi dengan


cara memveto Resolusi tersebut. Ini membuat fungsi Dewan Keamanan menjadi

tidak efektif dan lemah dalam menyelesaikan krisis yang terjadi di Kawasan

Timur Tengah.

E. Metode Penelitian

1. Bentuk Penelitian

Sebagaimana terlihat dalam judul penelitian ini, obyek penelitiannya

adalah Kewenangan Dewan Keamanan PBB dalam upaya menciptakan

perdamaian di timur tengah. Bahan-bahan yang akan diteliti adalah resolusi-

resolusi Dewan Keamanan PBB yang akan dikeluarkan terkait dengan konflik di

timur tengah, Piagam PBB, Asas-Asas Hukum Internasional serta keputusan-

keputusan Dewan Keamanan lainnya sebagai respon terhadap adanya konflik di

timur tengah.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, peneliti berpendapat, metode

penelitian yang tepat untuk maksud tersebut adalah metode penelitian hukum

Yuridis Normatif yakni penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti

bahan pustaka atau data sekunder belaka. Penelitian hukum normatif mencakup

asas-asas hukum, penelitian terhadap taraf sinkronisasi vertikal dan horizontal,

perbandingan hukum dan sejarah hukum26.

2. Sumber Data

Data Sekunder

Yaitu data yang diperoleh peneliti dari penelitian kepustakaan dan

dokumentasi, yang merupakan hasil penelitian dan pengolahan orang lain, yang

26
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 1985, Penelitian Hukum Normatif, Rajawali, Jakarta, hlm
22
sudah tersedia dalam bentuk buku atau dokumentasi yang biasanya disediakan

diperpustakaan atau milik pribadi peneliti. Data sekunder itu berasal dari :

- Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang mengikat, yakni : Piagam PBB

dan Resolusi Dewan Keamanan PBB.

- Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang erat hubungannya dengan hukum

primer dan dapat memberikan kepada peneliti semacam petunjuk kearah

mana peneliti melangkah serta sebagai panduan berpikir dalam menyusun

argumentasi yang akan diajukan dalam persidangan atau memberikan

pendapat hukum dan dapat memperkuat bahan hukum primer, contohnya

Skripsi ilmiah sarjana, buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang

diteliti, hasil-hasil penelitian ( Karya Tulis ), Jurnal Hukum, serta Internet27.

- Bahan hukum tersier yaitu bahan-bahan yang memberi petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, contohnya Kamus

Besar Bahasa Indonesia, dan Kamus Hukum.

3. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan teknik dan alat

pengumpulan data menggunakan Teknik penelitian kepustakaan ( Literature

Research ), untuk penelitian kepustakaan ini, data-data berupa buku-buku, artikel,

peraturan, media internet, jurnal, dan skripsi dikumpulkan terlebih dahulu. Setelah

itu teori-teori yang ada dalam bahan-bahan kepustakaan tersebut disesuaikan

dengan permasalahan yang akan diteliti. Apabila teori-teori yang sesuai telah

ditemukan, baru untuk selanjutnya dimasukan ke dalam penelitian tersebut.

27
Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, hlm
25
4. Cara Menganalisis Data

Setelah semua data terakomodasi, dari penelitian kepustakaan tersebut,

penulis melakukan abstraksi data, yaitu proses mencari data yang khusus

berkaitan dengan objek penelitian.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menganalisis data dengan

menggunakan Teknik Deskripsi, yaitu dengan cara memaparkan data-data tersebut

kemudian menganalisisnya untuk melihat keterkaitan yang satu dengan yang

lainnya, menguraikan apa adanya kondisi atau posisi dari proposisi hukum atau

non hukum.
BAB II

KONSEP PEACEBUILDING DALAM HUBUNGANNYA DENGAN

KEWENANGAN DEWAN KEAMANAN PBB DALAM

MENYELESAIKAN KONFLIK DI KAWASAN TIMUR TENGAH

DENGAN CARA KEKUATAN ( USE OF FORCE )

A. Sejarah Pembentukan Dewan Keamanan PBB dan Status Keanggotaan

Dewan Keamanan PBB

Organisasi internasional, secara sederhana dapat didefinisikan sebagai

pengaturan bentuk kerjasama internasional yang melembaga antara Negara-

negara, umumnya berlandaskan suatu persetujuan dasar, untuk melaksanakan

fungsi-fungsi yag memberi manfaat timbal balik melalui pertemuan-pertemuan

serta kegiatan-kegiatan secara berkala. Jadi, organisasi internasional menurut

pengertian sederhana tersebut diatas mencakup adanya tiga unsur, yaitu,

keterlibatan Negara dalam suatu pola kerja sama, adanya pertemuan-pertemuan

secara berkala, adanya staf yang bekerja sebagai pegawai sipil internasional28.

Organisasi internasional akan lebih lengkap dan menyeluruh jika

didefinisikan sebagai berikut :

“ Pola kerjasama yang melintasi batas-batas Negara, denga didasari struktur

organisasi internasional jelas dan lengkap serta diharapkan atau diproyeksikan

untuk berlangsung serta melaksanakan fungsinya secara berkesinambungan dan

melembaga guna mengusahakan tercapainya tujuan-tujuan yang diperlukan serta

28
T. May Rudy, op.cit, hlm 93
disepakati bersama, baik antara pemeritah dengan pemerintah maupun sesama

kelompok non pemeritah pada Negara berbeda. Oleh karena itu suatu organisasi

internasional terdiri dari unsur-unsur yaitu kerjasama yang ruang lingkupnya

melintasi batas Negara, mencapai tujuan-tujuan yang disepakati bersama, baik

antara pemerintah maupun non pemerintah, serta struktur organisasi yang jelas

dan lengkap29.

Kegagalan Liga Bangsa-Bangsa mencegah Perang Dunia ke-2 tidak

melenyapkan keyakinan, seperti yang sering dikemukakan, bahwa hanya oleh

suatu bentuk organisasi publik Negara-negara dapat tercapai suatu sistem

keamanan kolektif yang dapat melindungi masyarakat internasional dari bencana

perang. Negara-negara sekutu pada tahun 1941 menamakannya United Nations30.

Masyarakat internasional mulai menyadari akan pentingnya badan

dunia yang menangani persoalan mengenai perdamaian dan keamanan

internasional, dan perlu untuk segera melakukan pembentukan badan dunia yang

khusus menangani masalah yang berhubungan dengan terganggunya perdamaian

dan keamanan dunia internasional.

Kesadaran masyarakat internasional kemudian didengar dan

diwujudkan ke dalam bentuk yang nyata, ketika masyarakat internasional

kemudian membentuk kembali badan dunia untuk kedua kalinya yaitu

Perserikatan Bangsa-Bangsa, PBB sendiri adalah sebuah organisasi internasional

yang anggotanya hampir seluruh negara yang ada di dunia. Lembaga ini dibuat

untuk memfasilitasi dalam hukum internasional, Piagam Internasional, Lembaga

29
Ibid, hlm 94
30
Bowett, 1992 , Hukum Organisasi Internasional, a.b.Bambang Iriana Djajaatmaja, Sinar Grafika,
Jakarta, hlm 31
ekonomi dan perlindungan sosial. PBB didirikan di san fransisco pada tanggal 24

oktober 1945 setelah Konferensi Dumbarton oaks di Wanshington Dc, namun

sidang umum yang pertama dihadiri wakil dari 51 negara dan baru berlangsung

pada 10 januari 1946.

PBB sebagai organisasi yang global Pertama berfugsi eksekutif atau

politik, misalnya melalui badan-badan prinsipalnya seperti Majelis Umum dan

Dewan Keamanan dalam arti memelihara perdamaian dan keamanan

internasional, melalui badan-badan khusus seperti Interational Atomic Energy

Agency ( IAEA ), bahkan selanjutya melalui Pasukan Darurat PBB yang pernah

bertugas misalnya di Korea, Congo, Cyprus, Timur Tengah dan sebagainya.

Kedua Berfungsi legislatif atau administratif, melalui resolusi-resolusi

dan keputusan-keputusan yang diambil dalam Sidang Majelis Umum, demikian

juga melalui keputusan dan peraturan yang dibuat oleh Dewan Ekonomi dan

Sosial melalui beraneka ragam konvensi, regulations, dan procedures yang

dihasilkan oleh Interational Labour Organization ( ILO ), World Health

Organization ( WHO ), The International Civil Aviation Organization ( ICAO ),

The International Telecomunication Union ( ITU ) dan The Intergovernmental

Maritime Consultative Organization ( IMCO ).

Ketiga Berfungsi Yudisial melalui badan prinsipalnya yang terkenal

yaitu The International Court of Justice ( ICJ ), demikian pula melalui The

Administrative Tribunal of The Uited Ntios dan melalui Tribunal of The ILO yang

dibentuk berdasarkan pasal 37 Konstitusi ILO serta melalui suatu badan kuasi-
yudisial seperti The Committee on Freedom of Association yang bertindak sewaktu-

waktu atas nama ILO31

Fungsi-fungsi yang dikemukakan di atas menunjukkan betapa luas dan

pelik permasalahan yang ditangani PBB sebagai organisasi internasional.

Mengingat fungsi dan wewenangnya (competence) yang beraneka ragam itu,

maka, PBB tidak dapat di pandang hanya sebagai “subyek hukum internasional”

atau “lembaga hukum” (legal institution) belaka, tetapi harus dilihat sebagai suatu

“lembaga politik” (political institution) yang sangat dinamis dan berpengaruh

dalam tata kehidupan hubungan internasional.

Dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa membentuk 6 ( Enam )

struktur utama yaitu :

a. Majelis Umum

b. Dewan Keamanan

c. Dewan Ekonomi dan Sosial

d. Dewan Kerja Sama

e. Mahkamah Internasional

f. Sekretariat

1. Pembentukan Dewan Keamanan PBB

Pembentukan badan ini untuk memenuhi harapan masyarakat

internasional yang berfungsi secara terus menerus namun bertahap, tugas

utamanya memelihara perdamaian dan keamanan internasional dimana Dewan

Keamanan dituntut mampu secara efektif dan efisien mengambil keputusan

31
T. May Rudy, op.cit, hlm 114
dengan cepat untuk mewujudkan dalam suatu tindakan yang konkret bilamana

terjadi tindakan yang dapat mengancam perdamaian dan keamanan internasional.

Seiring dengan perkembangan zaman Dewan Keamanan mengalami

perkembangan baik dari segi peranan maupun kewenangan dari Dewan

Keamanan.

Dewan Keamanan PBB merupakan badan khusus terkuat di PBB.

Tugas utamanya adalah untuk memelihara dan menjaga perdamaian dan

keamanan internasional. Sedangkan badan PBB lainnya hanya bisa memberikan

rekomendasi kepada para anggota, Dewan Keamanan mempunyai kekuatan

mengambil keputusan yang harus dilakukan para anggota dibawah Piagam PBB.

Dewan Keamanan mengadakan pertemuan pertamanya pada 17 januari 1946 di

Chruch House London, dan keputusan yang mereka tetapkan disebut Resolusi

Dewan Keamanan PBB. Dewan ini mempunyai lima anggota tetap yang

mempunyai kekuatan karena menjadi pemenang Perang Dunia ke II:

a. Republik Cina

b. Perancis

c. Uni Soviet

d. Inggris

e. Amerika Serikat

Namun Republik Cina dikeluarkan pada 1971 dan digantikan oleh Republik

Rakyat Cina. Setelah Uni Soviet pecah pada 1991, Rusia masuk

menggantikannya. Dengan ini, anggota tetap Dewan Keamanan PBB sekarang

adalah :
a. Republik Rakyat Cina

b. Perancis

c. Rusia

d. Inggris

e. Amerika Serikat

Kelima anggota tersebut adalah negara-negara yang boleh mempunyai

senjata nuklir di bawah Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir. Sepuluh anggota

lainnya dipilih oleh Sidang Majelis Umum PBB untuk masa bakti 2 tahun yang

dimulai 1 Januari, dengan lima dari mereka diganti setiap tahunnya.

2. Status Keanggotaan Dewan Keamanan PBB

Dalam pasal 23 Piagam PBB dijelaskan bahwa Dewan Keamanan

memiliki lima belas anggota, diantaranya 5 anggota tetap yaitu Republik Cina,

Perancis, Uni Republik Soviet, Inggris, dan Amerika serikat. Namun, sekarang

berubah menjadi Cina, Perancis, Inggris, Rusia, dan Amerika Serikat.

Dalam pasal 23 Piagam juga disebutkan bahwa majelis umum yang

memilih sepuluh anggota PBB untuk dipilih menjadi anggota tidak tetap Dewan

Keamanan PBB yakni, dengan memberikan sumbangan pemikiran untuk

pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional dan untuk keperluan-

keperluan lainnya bagi organisasi kepada asas pembagian geografis yang adil.

Lima negara anggota yang memiliki keanggotaan tetap karena

merupakan warisan kemenangan Perang Dunia ke-2, dan salah satu akomodasi

yang menjanjikan yang mereka miliki adalah hak prerogatif yang dinamakan Hak

Veto. Hak ini adalah hak khusus yang diberikan untuk menolak maupun
menerima suatu rancangan kebijakan tertentu. Dan negara-negara yang menjadi

anggota tetap Dewan Keamanan PBB adalah, Republik Rakyat Cina, Prancis,

Russia (menggantikan Uni Soviet), Inggris, dan Amerika Serikat32.

Anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB dipilih untuk jangka waktu

dua tahun. Pada pemilihan anggota tidak tetap yang pertama setelah penambahan

anggota Dewan keamanan dari sebelas menjadi lima belas. Dua dari empat

anggota tambahan dipilih untuk jangka waktu satu tahun, anggota yang telah

selesai masa keanggotaanya tidak dapat langsung dipilih kembali.

Sejak tahun 1983 sudah ada proposal untuk memperbesar keanggotaan

Dewan Keamanan dengan alasan untuk menjamin tuntutan pembagian geografis

yang lebih adil dari kursi di Dewan Keamanan. Hal ini juga dapat mencakup

peningkatan jumlah anggota tetap33.

Sejarah keanggotaan Dewan Keamanan PBB dari negara Republik Cina

menjadi Republik Rakyat Cina karena, setelah perang dunia ke-2 wilayah cina

berhasil dikuasai oleh bangsa komunis dan merdeka tanggal 1 oktober 1949. Sejak

saat itu partai komunis Cina menjadi partai pemegang mandat pemerintah, dari

sudut pandang militer Cina dibantu Uni Soviet membangun kekuatan militer

dengan mulai membangun teknologi persenjataan nuklirnya tahun 1957 unuk

menangkal serangan Negara lain.

Setelah melewati masa-masa krisis ekonomi dan politik Cina mulai

mengalami perkembangan baik dari segi perekonomian maupun kekuatan militer.

32
Nimrot, Hutagalung, 2006, Peran PBB dalam Memelihara Perdamaian dan Keamanan
Internasional, http://nimrothutagalung.wordpress.com/peran-pbb-dalam-memelihara-perdamaian-dan-
keamanan-internasional/
33
Ibid, hlm 843
Disisi lain hubungan diplomatik RRC dengan negara lain dan mempunyai

pengaruh besar mulai membaik seperti Amerika Serikat, Unisoviet , Jepang, dll.

Hubungan RRC dengan Amerika Serikat membaik ditandai dengan kunjungan

presiden Richard Nixon ke RRC pada 1972 serta pengakuan keanggotaan RRC di

PBB pada 1971. RRC juga menggantikan Republik Cina sebagai wakil untuk

"Cina" di PBB dan sebagai salah satu dari lima anggota tetap Dewan Keamanan

PBB.

RRC mengalami kemajuan pesat setelah menjadi lima anggota tetap

Dewan Keamanan PBB. Lambat laun RRC pun menjadi negara yang kuat hal ini

terbukti dengan kemiliteran RRC, setelah itu Cina juga mempunyai pasukan

tentara terbesar di Dunia. Mengetahui hal tersebut banyak negara-negara Barat

menjalin hubungan diplomatik dengan RRC.

Ini merupakan salah satu penjelasan tentang status keanggotaan Dewan

keamanan PBB khususnya anggota tetap dapat diberikan kepada lima negara

tersebut, karena kelima negara tersebut merupakan negara-negara besar yang

banyak mempunyai pengaruhnya terhadap organisasi PBB ini. Dari segi

pendanaan kepada PBB, dari segi kekuatan militer serta kemenangan atas perang

dunia ke-2 dan dianggap sebagai negara yang mempunyai kekuatan besar (Great

Power) dan kelima negara ini dianggap memiliki kapabilitas untuk mengendalikan

situasi keamanan dunia34.

34
Diah, Ayu Intan Sari, 16 Januari 2013, Peran Dewan Keamanan PBB (United Nations Security
Council) Dalam Menjaga Perdamaian dan Keamanan Dunia: Studi Kasus Resolusi Konflik Libya,
http://djangka.com/2013/01/16/peran-dewan-keamanan-pbb-united-nations-security-council-studi-kasus-
resolusi-konflik-libya/
3. Tugas dan Kewajiban Dewan Keamanan PBB

Berdasarkan Piagam Pembentukannya Perserikatan Bangsa-Bangsa

mempunyai 4 ( Empat ) Tujuan Utama, yaitu : memelihara perdamaian dan

keamanan dunia, membangun hubungan damai dan kerja sama antar negara-

negara anggotanya dalam pemecahan masalah-masalah internasional, dan

mendorong penghormatan hak asasi manusia.

Berdasarkan hal tersebut diatas keanggotaan Dewan Keamanan PBB,

baik anggota tetap maupun anggota tidak tetap memiliki tugas dan kewajiban

didalam badan khusus yang menangani Pemeliharaan Perdamaian dan keamanan

internasional. Karena Dewan Keamanan PBB sendiri fungsinya sangat penting

diantara badan khusus PBB lainnya.

Dalam hal mempertahankan perdamaian dan keamanan internasional,

PBB menyerahkan seluruhnya kepada dewan keamanan. Dengan syarat semua

tindakan Dewan Keamanan tersebut harus selaras dengan tujuan dan azas-azas

PBB, serta tugas dan kewajiban dewan keamanan. Adapun tugas Dewan

Keamanan PBB, yaitu :

1. Memelihara perdamaian dan keamanan dunia internasional

2. Menyelidiki setiap persengketaan atau keadaan yang dapat membawa

pertikaian dunia

3. Mengusulkan cara-cara penyelesaian sengketa dengan cara damai

4. Mengirim pasukan perdamaian untuk mengurangi ketegangan di daerah

sengketa
Sedangkan kewajiban-kewajiban Dewan Keamanan PBB dapat dibagi

menjadi 2 yaitu :

a. Menyelesaikan perselisihan dengan cara-cara damai ( pasal 33 ) yaitu dengan

cara persetujuan sukarela ataupun dengan cara paksaan dalam menjalankan

persetujuan

b. Mengambil tindakan-tindakan terhadap ancaman perdamaian dan perbuatan

yang berarti penyerangan ( pasal 39 )35.

Dewan Keamanan dalam teorinya jika dilihat dari konteks tugas dan

kewajibannya lebih kepada memelihara perdamaian dan keamanan internasional,

tetapi prakteknya selain memelihara perdamaian dan keamanan internasional

Dewan Keamanan juga bertugas dan berkewajiban untuk menyelesaikan konflik

yang sedang terjadi di dunia internasional, seperti konflik yang saat ini terjadi di

kawasan timur tengah.

Cara-cara yang dilakukan Dewan Keamanan PBB dalam menyelesaikan

konflik yang terjadi di dunia khususnya konflik yang terjadi di kawasan timur

tengah harus berdasarkan prinsip serta tujuan dari PBB dan Dewan Keamanan.

Tugas Dewan Keamanan terkait dengan tanggungjawab Dewan

Keamanan dalam memelihara perdamaian dunia tercermin dalam tugasnya, untuk

menentukan apakah sesuatu keadaan merupakan ancaman bagi perdamaian,

pelanggaran terhadap perdamaian atau memang terdapat agresi didalam konflik

tersebut, dimana Dewan Keamanan akan menentukan langkah-langkah yang dapat

diambilnya36.

35
M. Hutauruk, 1989, Kenalilah PBB ( Perserikatan Bangsa-Bangsa ), Erlangga, Jakarta, hlm 32
36
Ibrahim, Sagio, op.cit, hlm 1
Tugas dan tanggungjawab yang begitu besar diberikan sudah sejak awal

kepada Dewan Keamanan PBB untuk memelihara perdamaian dan keamanan

internasional, tugas dan kewajiban ini diberikan oleh negara-negara anggota PBB

pada Dewan Keamanan untuk memastikan tindakan yang cepat dan efektif.

Namun sampai tahun 1990 tugas dan kewajiban Dewan Keamanan PBB

mengalami jalan buntu. Semua langkah-langkah yang diambil Dewan Keamanan

PBB terganjal oleh hak veto anggota tetap Dewan Keamanan itu sendiri. Hak veto

ini digunakan untuk melindungi diri mereka sendiri serta kepentingan politik

negara mereka sendiri.

4. Kewenangan Dewan Keamanan PBB

Dewan Keamanan memiliki wewenang untuk mengambil langkah

penting untuk menyelesaikan suatu konflik berskala internasional yang

berpotensi mengganggu perdamaian di dunia, menentukan sesuatu hal atau

masalah dianggap dapat mengganggu, megancam perdamaian atau tindakan

agresif, dengan memanggil para pihak yang terlibat sengketa untuk menyelesaikan

konflik dengan jalan negosiasi, mediasi, arbtrasi, konsiliasi, dll terdapat dalam

pasal 33 Piagam. Dewan Keamanan dapat menyelidiki bukan saja setiap macam

sengketa, namun setiap keadaan yang dapat membahayakan perdamaian dan

keamanan internasional terdapat dalam pasal 34 Piagam. Apabila pihak yang

bersengketa memintanya Dewan Keamanan dapat merekomendasikan syarat

untuk menyelesaikan sengketa terdapat dalam pasal 38 Piagam.

Selanjutnya, sebagai tambahan ada suatu komite staf militer dari

negara anggota tetap dan di maksudkan agar dapat mempersiapkan segera


tindakan, apabila terdapat ancaman perdamaian. Dewan Keamanan di berikan

wewenang untuk melakukan tindakan segera guna mejaga ketertiban dan

keamanan dunia.

B. Konsep PeaceBuilding

1. Pengertian Peacebuilding

Istilah yang digunakan dalam bahasa hukum internasional dengan kata

Peacebuilding dalam konteks pembahasan ini adalah tindakan untuk

mengidentifikasi dan mendukung struktur yang ada guna memperkuat perdamaian

untuk mencegah suatu konflik yang telah didamaikan berubah menjadi konflik

kembali. Sesungguhnya peacebuilding mencakup langkah-langkah Dewan

Keamanan PBB yang luas baik pada saat konflik maupun pasca konflik37.

Selama konflik berlangsung biasanya cara-cara perdamaian dilakukan

dengan menggunakan campur tangan Dewan Keamanan yaitu seperti

menggunakan cara mediasi atau rekonsiliasi. Hal ini bertujuan agar konflik dapat

dikelola dan dilokalisir agar tidak meluas kemana-mana dan sedapat mungkin

diredakan. Tetapi sebelum melakukan kegiatan tersebut kedua pihak harus

melakukan perundingan terlebih dahulu dalam menyelesaikan konflik yang

sedang terjadi.

Menurut Huala Adolf dalam bukunya yang berjudul Hukum

Penyelesaian Sengketa Internasional, Peacebuilding adalah Tindakan untuk

mengidentifikasi dan mendukung struktur yang ada guna memperkuat perdamaian

37
Administrator, Senin, 09 Januari 2012 - 15:00:41 WIB, Paradigma Peace-building Pasca Konflik
Kekerasan, http://www.csrc.or.id/berita-133-paradigma-peacebuilding-pasca-konflik-kekerasan.html
untuk mencegah suatu konflik yang telah didamaikan berubah menjadi konflik

kembali38.

Jika dilihat dari penjelasan tersebut, menurut penulis peacebuilding

adalah alat atau cara maupun metode yang digunakan PBB khususnya Dewan

Keamanan PBB dalam menyelesaikan konflik yang terjadi di dunia internasional,

serta memperkuat perdamaian dan mencegah terjadinya konflik kembali. Dengan

dikeluarkannya resolusi PBB, Majelis Umum serta Dewan Keamanan PBB yang

dapat memperkuat konsep peacebuilding tidak hanya dilihat dari segi sosialnya

saja namun dari segi hukum walaupun hanya bersifat softlaw.

Hal itu merupakan suatu konsep untuk mendukung Dewan Keamanan

PBB dalam menyelesaikan suatu konflik agar terciptanya perdamaian dan

keamanan dunia internasional yang telah dituangkan dalam Piagam PBB.

2. Hubungan Konsep Peacebuilding dengan Kewenangan Dewan Keamanan

PBB

Kewenangan Dewan Keamanan PBB yang utama adalah menyelesaikan

konflik internasional sehingga dapat menciptakan perdamaian dan keamanan

internasional. Pada teorinya Dewan Keamanan PBB harus menggunakan cara

damai terlebih dahulu, baru menggunakan cara kekuatan jika itu dianggap perlu

setelah melewati tahap-tahap damai tersebut.

Pada prakteknya cara damai belum efektif untuk menyelesaikan konflik

yang terjadi di dunia khususnya dikawasan timur tengah. Telah banyak upaya

damai dilakukan dalam menyelesaikan konflik tersebut namun menemui jalan

38
Huala, Adolf, op.cit, hlm 97
buntu. Faktanya dengan cara damai membuat Dewan Keamanan PBB terkesan

menunda-nunda penyelesaian konflik yang terjadi.

Hubungan konsep peacebuilding disini dengan kewenangan Dewan

Keamanan PBB adalah, karena Dewan Keamanan berkewajiban memelihara,

menjaga dan menciptakan perdamaian dan keamanan internasional, dengan

adanya konsep peacebuilding disini, konsep tersebut merupakan acuan dan tujuan

dari kewenangan Dewan Keamanan PBB.

Peacebuilding yang pada teorinya dilakukan pada saat pasca konflik

terjadi, namun prakteknya peacebuilding dapat digunakan di saat konflik tersebut

sedang terjadi. Karena hubungannya adalah peacebuilding merupakan tujuan dari

kewenangan Dewan Keamanan PBB itu dilakukan dan dilaksanakan.

Melalui kewenangannya Dewan Keamanan PBB melaksanakan Konsep

Peacebuilding tersebut gunanya agar mencegah adanya konflik kembali,

membangun kepercayaan masyarakat internasional, mencegah adanya kekerasan

yang dapat mengancam perdamaian dan keamanan internasional. Peacebuilding

juga merupakan solusi damai yang ditawarkan Dewan Keamanan PBB dalam

menyelesaikan konflik di dunia khususnya di kawasan timur tengah. Didalam

konsep peacebuilding Dewan Keamanan dapat melakukan upaya yang dianggap

perlu dilakukan untuk mencegah memburuknya keadaan39.

C. Cara Dewan Keamanan PBB Menyelesaikan Konflik di Kawasan Timur

Tengah

1. Penyelesaian Konflik Secara Damai

39
Boer, Mauna, 2003, Hukum Internasional Pengertian, Peranan dan Fungsi dalam Era Dinamika
Global, PT. Alumni, Bandung, hlm 546
Bab VI Piagam PBB memberikan tingkatan wewenang khusus sehingga

memungkinkan bagi Dewan Keamanan untuk melaksanakan dan menyelesaikan

setiap pertikaian atau situasi yang dapat menjurus kepada perselisihan

internasional yang dapat dimajukan kepadanya baik oleh Negara anggota maupun

bukan anggota PBB.

Dewan Keamanan dapat mengadakan suatu penyelidikan untuk

menentukan apakah pertikaian atau situasi semacam itu cukup serius dalam arti

membahayakan perdamaian dan keamanan internasional jika Dewan Keamanan

menganggap bahwa berlanjutnya pertikaian itu nampaknya dapat membahayakan

perdamaian dunia maka Dewan Keamanan dapat menyerukan ke pihak-pihak

yang bersangkutan untuk menyelesaikan dengan cara damai yang tercermin dalam

pasal 2 (3) dan pasal 33 piagam PBB.

Salah satu contoh konflik yang diselesaikan atas bantuan Dewan

Keamanan PBB yang menyarankan menggunakan jalan damai ( Negosiasi ), yaitu

konflik yang terjadi di Iran-Uni Soviet ( 1946 ), Pada bulan Januari 1946, Iran

mengadukan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa kehadiran tentara Uni Soviet

di wilayahnya telah mengancam perdamaian. Dalam sengketa ini Dewan

Keamanan PBB berhasil membujuk dan merudingkan konflik tersebut kepada

kedua pihak yang bersengketa untuk berunding, bertemu dan meminta agar para

pihak untuk melaporkan hasil perundingan mereka kepada Dewan Keamanan

PBB. Bulan Mei 1946, Iran melapor kepada Dewan Keamanan PBB bahwa Uni

Soviet telah menarik pasukannya dari Iran.


Konflik lain yang diselesaikan menggunakan jalan negosiasi yaitu

Konflik antara Yunani-Turki ( 1976 ), Sengketa kedua negara tersebut

menyangkut status laut Aegea. Dewan Keamanan dalam menangani konflik

tersebut mengeluarkan Resolusi Dewan Keamanan No 395 (1976). Resolusi ini

menyerukan kedua pihak untuk bernegosiasi ( to resume direct negotiations over

their difference). Dewan Keamanan PBB menyerukan pula kedua Negara tersebut

untuk berusaha sebisa mungkin untuk mencapai penyelesaian sengketa yang dapat

diterima oleh kedua belah pihak (to do everything within their power to ensure

that this result in mutually acceptable solutions.)

Cara yang disarankan Dewan Keamanan PBB disini dengan

bernegosiasi adalah dengan menyelesaikan konflik tanpa menggunakan peran

pihak ketiga, pada dasarnya lebih berpusat pada diskusi antara kedua pihak yang

mengalami konflik40.

Selain itu Dewan Keamanan PBB menyarankan penyelesaian sengketa

melalui mediasi yaitu sengketa timur tengah ( 1967 ), perwakilan Dewan

Keamanan PBB ini ditugaskan ke timur tengah guna menciptakan dan memelihara

hubungan dengan Negara-negara yang bersengketa, mencapai kesepakatan, dan

membantu upaya penyelesaian yang damai dan dapat diterima pihak atas dasar

prinsip yang tertuang dalam resolusi.

2. Penyelesaian Konflik Secara Kekuatan

Selain menggunakan cara damai, konflik juga dapat diselesaikan

dengan cara kekuatan. Dalam teorinya yang termuat didalam bab VII Piagam PBB

40
Jawahir Thontowi, Pranoto Iskandar, 2006, Hukum Internasional Kontemporer, PT. Refika
Aditama, Bandung, hlm 226
dijelaskan bahwa Konflik di selesaikan dengan cara kekuatan jika cara damai

dianggap belum efektif dan dianggap perlu dilakukan untuk menyelesaikan

konflik.

Cara kekuatan disini pada prakteknya banyak dilakukan oleh Negara-

negara yang mengalami konflik, khususnya di kawasan timur tengah. Cara

kekuatan disini dapat dengan perang atau mengirimkan agresi militernya ke

negara yang dipersengketakan.

Konflik dikawasan timur tengah yang menggunakan cara kekerasan

dalam penyelesaiannya yaitu konflik yang terjadi antara Palestina-Israel. konflik

ini merupakan konflik yang paling lama berlangsung di wilayah timur tengah,

yang menyebabkan kawasan tersebut menjadi perhatian utama masyarakat

internasional, karena konflik yang terjadi antara kedua negara tersebut menjadi

agenda pertama dalam sidang majelis umum PBB, ketika PBB baru saja di bentuk

dan sampai saat ini belum juga terselesaikan meski telah ada ratusan resolusi yang

telah dikeluarkan41.

Penyebab konflik ini terjadi karena pemecahan wilayah Palestina

menjadi dua negara, yaitu Arab dan Israel, sehingga melahirkan peperangan dan

pembantaian massal antara Israel dan Negara Arab ( palestina ) beserta negara

tetangganya. Konflik Israel-Palestina pada awalnya memang tentang Zionisme

keagamaan, namun dibelokkan kepada tujuan-tujuan politik keduniaan.

Konflik secara penuh menjadi tanggung jawab Dewan Keamanan PBB

untuk menjaga stabilitas keamanan dan perdamaian internasional. Dewan

41
Ahmad Ghazali a.b Amin Bukhari, 2009, Air Mata Palestina, Hi-Fest Publishing, Jakarta, hlm
137
Keamanan PBB berdasarkan Piagam PBB diharapkan mampu menyelesaikan

konflik berkepanjangan antara Israel dan Palestina tersebut, akan tetapi peran DK

PBB ternyata masih bergantung dengan Amerika Serikat (AS). Dominasi Amerika

Serikat membuat efektifitas Dewan Keamanan PBB tidak maksimal. Segala

bentuk resolusi yang berkaitan tentang Israel, Amerika Serikat lebih memilih

abstain atau mem-veto hasil perundingan Dewan Keamanan PBB dengan

beberapa anggota lainnya.

Resolusi yang dikeluarkan oleh Dewan Keamanan PBB tidak berarti

bagi Israel, sehingga perbuatan Israel yang sewenang-wenang terhadap Palestina

dengan menghancurkan wilayah jalur Gaza, menjadi tragedi paling menakutkan

sepanjang sejarah konflik antara Israel dan Palestina.

Konflik ini diperparah dengan ikut campurnya Amerika Serikat yang

merupakan salah satu anggota tetap Dewan Keamanan yang seharusnya bersikap

netral dalam menyelesaikan konflik yang terjadi ternyata memihak kepada israel

dan memfasilitasi alat-alat perang Israel. Ini membuat terhambatnya dalam upaya

melaksanakan konsep Peacebuilding yang merupakan tujuan dari kewenangan

Dewan Keamanan PBB.

Konflik lain yang menggunakan cara kekuatan terlebih dahulu, yakni

konflik yang terjadi di Suriah. Konflik ini terjadi karena aksi protes masyarakat

yang tergabung dalam masyarakat oposisi yang merasa tidak puas terhadap

pemerintahan serta aksi bakar diri warga sipil, yang merasa aspirasi nya tidak

didengarkan ini terinspirasi oleh aksi protes yang dilakukan di Tunisia.


Aksi protes dari pihak oposisi yang semakin banyak membuat para

tentara Suriah merasa perlu untuk menghentikan aksi demonstrasi tersebut,

dengan menahan beberapa demonstran. Konflik yang terjadi di suriah membuat

Dewan Keamanan PBB merasa perlu ikut campur dalam masalah tersebut. Dewan

Keamanan PBB juga mulai menyoroti janji pemerintah suriah untuk menghormati

prinsip-prinsip HAM terhadap rakyatnya dan presiden suriah juga berjanji akan

melaksanakan pemilu, memang hal ini bukan hal yang baru, namun Dewan

Keamanan kembali menyoroti hal ini dengan memperingatkan presiden untuk

memegang janjinya.

Amerika Serikat adalah salah satu negara yang tidak percaya pada janji

Al-Assad, justru memikirkan bagaimana memberikan bantuan senjata pada kubu

oposisi, dan sebagai bentuk protes terhadap Suriah Amerika Serikat menutup

Kedutaan besarnya.

Banyaknya korban yang jatuh dengan adanya konflik yang terjadi di

suriah menimbulkan pro dan kontra pada tubuh Dewan Keamanan, didalam

Dewan Keamanan sendiri terjadi konflik internal, terutama pada anggota tetapnya.

Jalan buntu sering ditemui pada perundingan, dan bila resolusi akan dikeluarkan

(rencana resolusi terakhir soal dukungan penuh terhadap Liga Arab) selalu ada

bayangan veto.

Walaupun dibayang-bayangi oleh veto, dikeluarkannya resolusi Dewan

Keamanan PBB pada Februari 2012 merupakan salah satu bentuk dukungan dari

upaya penyelesaian konflik yang dicanangkan oleh Liga Arab mengenai

penggabungan pasukan pemelihara perdamaian Arab-PBB. Karena resolusi ini


diveto oleh 2 anggota tetap Dewan Kemanan yaitu Cina dan Rusia, mereka

merasa jika resolusi tersebut benar-benar dilaksanakan maka akan mempengaruhi

serta mengganggu kepentingan dari kedua negara besar tersebut. Rusia mungkin

akan kehilangan satu-satunya pangkalan militer di luar teritorinya, hubungan

perdagangan senjata antara mereka terhambat, dan mereka tidak lagi memiliki

kawan baik di kawasan Timur Tengah untuk melawan hegemoni Amerika Serikat,

sedangkan Cina hubungan perdagangan yang nilainya cukup besar.

Tidak heran jika Rusia dan Cina mengeluarkan hak vetonya untuk

membantu melawan Dewan Keamanan menyelesaikan konflik tersebut, ini

membuat kinerja Dewan Kemanan terhambat dan terkesan tidak efektif dalam

menjalankan tugas dan fungsi nya sebagai badan yang memelihara perdamaian

dan keamanan internasional.

3. Penyelesaian Konflik dengan Cara Kekuatan Hubungannya Dengan

Konsep Peacebuilding

Konflik yang terjadi saat ini jika dihubungkan dengan konsep

peacebuilding teorinya adalah dilakukan dan dipakai pada saat pasca konflik, dan

lebih mengarah kepada hal-hal yang membangun kepercayaan suatu negara yang

mengalami konflik dan menghilangkan trauma akibat konflik kepada warga sipil

negara tersebut, serta mendukung struktur yang telah ada guna memperkuat

perdamaian dan keamanan internasional.

Dari segi hukum peacebuilding dipandang pada saat Resolusi Dewan

Keamanan PBB dibuat dan dirancang untuk menciptakan perdamaian dan

keamanan internasional, jika cara kekuatan dianggap perlu untuk dilakukan,


karena tujuan akhir dari dilaksanakannya kewenangan Dewan Keamanan PBB

sesuai isi Piagam PBB adalah untuk melaksanakan pembangunan perdamaian

(Peacebuilding).

Penyelesaian konflik dengan cara kekuatan yang biasa dilakukan

dengan menggunakan cara perang ataupun tindakan agresi, namun sebelum cara

tersebut dilakukan Dewan Keamanan bisa menggunakan cara pemutusan

hubungan embargo ekonomi, komunikasi bahkan hubungan diplomatik kepada

negara yang bersengketa terlebih dahulu, baru menggunakan cara kekuatan

dengan mengirim agresi ke negara yang bersengketa atau dengan mengirim

pasukan perdamaian Dewan Keamanan PBB.


BAB III

ANALISIS TERHADAP PENERAPAN KEWENANGAN DEWAN

KEAMANAN PBB TERKAIT DENGAN PENGGUNAAN KEKUATAN

(USE OF FORCE) DALAM RANGKA PEACEBUILDING

A. Ketentuan dan Kebijakan Dewan Keamanan PBB untuk Menyelesaikan

Konflik Internasional di Kawasan Timur Tengah

Sejak awal berdiri pada tanggal 24 oktober 1945, PBB telah mengalami

banyak permasalahan. Berbagai kritik telah dilancarkan pada PBB khususnya

Dewan Keamanan PBB sehubungan dengan berbagai ketidakadilan yang

dirasakan oleh anggotanya. Sejumlah kritik mulai ditujukan negara anggota PBB

karena dalam setiap keputusan yang ditetapkan Dewan Keamanan terkesan

mendukung segala kepentingan negara barat.

Hal itu disebabkan karena berbagai tindakan PBB seakan lebih

mendahulukan kepentingan negara Barat. Sebenarnya tindakan PBB itu

dikarenakan kekuatan besar PBB terletak pada kekuasaan negara Barat selaku

negara mayoritas pemegang hak veto dalam Dewan Keamanan PBB, karena hampir

semua tindakan dan Resolusi kuat yang diambil PBB bersumber dari Dewan

Keamanan PBB, dan semua Resolusi itu membutuhkan persetujuan dari Dewan

Keamanan sebelum dapat di implementasikan. Permasalahan di sini adalah,

seringkali Dewan Keamanan tidak sepaham dengan pendapat dari seluruh negara

anggota PBB, yang diwakilkan dalam Majelis Umum, namun Dewan Keamanan

PBB memiliki otoritas tertinggi dalam menentukan suatu resolusi tersebut layak
atau tidak diimplementasikan oleh PBB sehingga persetujuan Dewan Keamanan

merupakan hal yang mutlak diperlukan dalam memutuskan layak atau tidaknya

sebuah resolusi42.

Banyak resolusi Dewan Keamanan yang kurang selaras dengan

pengembangan Rule Of Law, oleh karenanya perlu dilakukan prosedur-prosedur

khusus meliputi transparansi dan konsultasi bagi terbentuknya resolusi Dewan

Keamanan, itu telah terbukti bahwa peranan Dewan Keamanan dibawah Piagam

adalah untuk mengembangkan ketertiban dan perdamaian internasional bukan the

rule of law. Namun apapun yang telah dinyatakan diatas ini tidaklah absolut.

Apabila Dewan Keamanan tidak diakui sebagai yang legitimate (legitimasinya

lemah), maka hal itu kemudian akan berakibat lebih jauh pada keamanan dan

perdamaian dunia43.

Terdapat 3 (tiga) problem utama Dewan Keamanan dalam membuat

keputusan untuk menggunakan kekerasan sesuai dengan permasalahan legitimasi

dan the rule of law, yaitu : Pertama komposisi Dewan Keamanan sekarang harus

dinegosiasi ulang. Argumentasi tersebut didukung secara luas dikarenakan Dewan

Keamanan PBB sekarang ini menimbulkan menyusutnya legitimasi dan tidak

memenuhi syarat-syarat dari rule of law, dikarenakan tidak representative dan

tidak demokratis.

Kedua cara-cara kerja Dewan Keamanan PBB, dijelaskan disini bahwa

the rule of law menginginkan dikembangkan transparansi dan akses yang lebih

42
Erika, 2012, Dewan Keamanan PBB dan Permasalahannya BerbagaiOpsi Rekomendasi
Kebijakan Sehubungandengan Reformasi DewanKeamanan PBB, http://www.scribd.com/doc/24674527/Dewan-
Keamanan- PBB-Dan-Permasalahannya-Berbagai-Opsi-Rekomendasi-Kebijakan-Sehubungan-Dengan-
Reformasi- Dewan-Keamanan-PBB
43
Ibid, hlm 12
luas untuk non-anggota berdasarkan pasal 31 dan pasal 32 Piagam. Terdapat

tuntutan dari Negara pengamat, agar Dewan Keamanan tidak hanya membentuk

putusan yang memenuhi prosedur, tetapi juga lebih banyak melakukan pertemuan

, dan memperbaiki kualitas debat dengan alasan yang lengkap diberikannya veto-

veto.

Ketiga Dewan Keamanan harus mempunyai sikap selektif dalam

pembuatan keputusannya. Sedangkan dalam teorinya Dewan Keamanan PBB

adalah badan yang bertugas bertindak atas nama Negara-negara anggota yang

tentunya dijalankan sesuai dengan prinsip dan tujuan PBB seperti yang

diamanahkan dalam pasal 24 Piagam PBB.

Dalam responnya pada penggunaan kekuatan oleh Negara-negara,

Dewan Keamanan dikritik memakai standar ganda yang telah ditujukan pada

pertikaian-pertikaian tertentu, Dewan keamanan tidak memberikan resolusi yang

tepat pada waktu meminta gencatan senjata (dalam kasus Libanon, Gaza,

Rusia/Georgia). Memberikan resolusi dan statmen (dalam resolusi 1559 meminta

pasukan Syria meninggalkan Libanon) untuk pilihan Dewan Keamanan kapan dan

dimana mengirim pasukan penjaga perdamaian dan jumlah pasukan serta putusan

kewenangan dari pasukan Negara anggota yang utama44.

Mengenai masalah yang terjadi dikawasan timur tengah, sering terlihat

bahwa Dewan Keamanan belum menindak secara efektif dalam merespons

pendudukan secara illegal pada wilayah Palestina, seperti yang Libya ajukan

bahwa standar ganda, posisi ganda, kurang perhatian dan mengabaikan praktek-

44
Ibid, hlm 14
praktek Israel yang menggoyahkan kredibilitas Dewan Keamanan PBB, dan

membuat keraguan terhadap peranan utama menjaga atau memelihara perdamaian

dan keamanan internasional. Sehingga ini berakibat pada wibawa PBB itu sendiri

serta membuka peluag lebih banyak ketegangan dan tindakan agresif yang dapat

mengancam keamanan dan stabilitas regional serta dunia secara luas.

Banyaknya resolusi dan tindakan yang dilakukan Dewan Keamanan

PBB yang tidak sesuai dengan Rule of law maksudnya adalah banyak kebijakan

yang dikeluarkan Dewan Keamanan PBB yang bertentangan dengan Hukum

Internasional dan Prinsip-prinsip Internasional45.

Prosedur peyelesaian konflik yang telah diupayakan Dewan Keamanan

PBB dengan cara damai yaitu pada konflik menggunakan jalan negosiasi yaitu

Konflik antara Yunani-Turki (1976), Sengketa kedua negara tersebut menyangkut

status laut Aegea. Dewan Keamanan dalam menangani konflik tersebut

mengeluarkan Resolusi Dewan Keamanan No 395 (1976). Resolusi ini

menyerukan kedua pihak untuk bernegosiasi (to resume direct negotiations over

their difference). Dewan Keamanan PBB menyerukan pula kedua Negara tersebut

untuk berusaha sebisa mungkin untuk mencapai penyelesaian sengketa yang dapat

diterima oleh kedua belah pihak (to do everything within their power to ensure

that this result in mutually acceptable solutions).

Penyelesaian konflik yang terjadi antara Iran dan Turki membuktikan

bahwa kinerja Dewan Keamanan dapat berfungsi dengan dikeluarkannya resolusi

yang dapat menyelesaikan konflik tanpa jalan kekuatan.

45
Ibrahim Sagio, op.cit
Tindakan yang dilakukan Israel yang menentang secara terbuka resolusi

Majelis Umum dan Dewan Keamanan dan Aturan Internasional ini sudah

merupakan pelanggaran terbesar dan tidak sesuai dengan the rule of law serta

merupakan salah satu bentuk tindakan kekerasan. Sikap Israel yang demikian

dikarenakan tidak ada tindakan dari Dewan Keamanan PBB. Tindakan yang

dilakukan Dewan Keamanan diterapkan berbeda untuk Israel. Apa yang terjadi

apabila Dewan Keamanan PBB menjalankan hak prerogatifnya dengan sewenang-

wenang.

Dikaitkan tentang resolusi yang dikeluarkan baik Majelis Umum

maupun Dewan Keamanan PBB, untuk menyelesaikan konflik yang terjadi di

timur tengah belum semuanya dapat menyelesaikan konflik. resolusi pertama

yang dibuat dan dikeluarkan dalam menyelesaikan konflik Israel – Palestina

terjadi pada tahun 1967, ketika Israel menggunakan cara-cara militer untuk

merebut wilayah palestina. Resolusi yang dimaksud adalah Dewan Keamanan

kembali mengeluarkan Resolusi yang isinya memerintahkan Israel menarik diri

dari wilayah yang didudukinya yang diperoleh pada perang tahun 1967 (Resolusi

Dewan Keamanan 242 tahun 1967). Resolusi tersebut menekankan penolakan

terhadap pencaplokan wilayah dengan cara perang dan mendorong perlunya usaha

perdamaian yang adil dan langgeng, dimana setiap negara dapat hidup dengan

aman melalui penarikan pasukan bersenjata Israel dari wilayah-wilayah yang

diduduki dalam konflik pada saat itu sehingga menjadi akhir semua klaim atau

keadaan perang, dihormati dan diakuinya kekuasaan, integritas wilayah dan


politik setiap negara di Timur Tengah, serta hak-hak untuk hidup aman di wilayah

perbatasan yang diakui, yang bebas dari ancaman maupun pengerahan kekuasaan.

Sehingga menjadi akhir dari keadaan perang, dihormati dan diakuinya

kekuasaan, integritas wilayah dan politik setiap negara di Timur Tengah, serta hak-

hak untuk hidup aman di wilayah perbatasan yang diakui, yang bebas dari ancaman

maupun pengerahan kekuasaan.

Resolusi kedua yang dikeluarkan nya resolusi Dewan Keamanan nomor

250 tahun 1968. Resolusi tersebut diantaranya menegaskan kembali resolusi

sebelumnya dan mempertegas bahwa penambahan wilayah melalui tindakan

militer tidak dapat diterima. Resolusi tersebut dikeluarkan karena memperhatikan

bahwa sejak dikeluarkannya resolusi-resolusi tersebut baik oleh Majelis Umum

maupun Dewan Keamanan, Israel telah melakukan tindakan yang bertentangan

dengan resolusi-resolusi tersebut.

Selanjutnya pada tanggal 15 september 1969, Dewan Keamanan PBB

mengeluarkan Resolusi nomor 271 yang berisi tentang pernyataan bahaya yang

timbul akibat konflik itu terhadap perdamaian dan keamanan internasional,

menyusul kerusakan yang parah di masjid suci Al-Aqsa di Jerusalem wilayah

pendudukan Israel. Karena pada tanggal 21 agustus 1969 secara sengaja dibakar.

Resolusi selanjutnya yang ditetapkan adalah resolusi nomor 476 yang

diterbitkan pada tanggal 21 agustus 1980. Dalam resolusi ini membahas

penegasan kembali karakter geografis, demografis, sejarah dan status kota

Jerussalem. Tahun 2009 menyusul agresi militer Israel ke Jalur Gaza untuk

kesekian kalinya yaitu resolusi Dewan Keamanan nomor 1860 tahun 2009
tersebut menyerukan adanya genjatan senjata segera dan bertahan lama yang akan

mengarahkan pasukan Israel, dalam resolusi tersebut juga diserukan penyaluran

bantuan kemanusiaan secara aman, termasuk makanan dan peralatan medis.

Resolusi itu disetujui oleh 14 dari 15 negara anggota Dewan Keamanan PBB.

Amerika Serikat memilih abstain dalam voting tersebut.

Tanggungjawab Dewan Keamanan PBB terkait dengan perdamaian

dunia, tercermin dalam menentukan apakah sesuatu keadaan merupakan ancaman

bagi perdamaian, jika Dewan Keamanan merasa suatu keadaan berpengaruh dan

mengancam perdamaian dunia, maka Dewan Keamanan dapat menentukan

kebijakan apa yang bisa dilakukan PBB khususnya Dewan Keamanan PBB. Yang

terdapat dalam Isi Piagam PBB pasal

Kebebasan Dewan Keamanan PBB pada hakekatnya hanya dibatasi

oleh pasal 24 Piagam PBB, yang mana tindakan yang akan diambil itu haruslah

sesuai dengan prinsip dan tujuan PBB. Dalam proses menyelesaikan konflik yang

terjadi di dunia khususnya di kawasan timur tengah dan Dewan Keamanan merasa

konflik tersebut tidak dapat diselesaikan walaupun telah banyak upaya yang

dilakukan, bahkan dengan mengeluarkan banyak resolusi namun konflik belum

juga dapat diselesaikan, sehingga Dewan Keamanan dapat menentukan kebijakan

yang mana dapat membantu dalam menyelesaikan konflik dunia internasional

khususnya di kawasan timur tengah.

Di bawah piagam PBB, semua negara anggota PBB setuju untuk

menerima dan melaksanakan kebijakan Dewan Keamanan PBB, hal itu dijelaskan

dalam pasal 25 Piagam PBB. Sementara badan-badan lain dari PBB dapat
membuat sebuah rekomendasi kepada Pemerintah untuk dunia Internasional, dan

Dewan Keamanan PBB memiliki kewenangan untuk mengambil keputusan yang

wajib dilaksanakan oleh negara-negara anggota PBB berdasarkan Piagam PBB46.

Kebijakan yang diberikan Dewan Keamanan PBB adalah dengan

mengeluarkan Resolusi Dewan Keamanan PBB untuk mengatasi konflik yang

terjadi di dunia khususnya timur tengah, banyak resolusi yang dikeluarkan Dewan

Keamanan PBB untuk menyelesaikan konflik di timur tengah, namun resolusi

tersebut banyak diveto oleh sebagian anggota tetap Dewan Keamanan PBB, hal

ini dikarenakan rancangan resolusi Dewan Keamanan PBB tersebut dianggap

mengganggu dan menghambat kepentingan politik sebagian negara anggota tetap

Dewan Keamanan PBB. Hal tersebut dapat dilihat pada konflik yang terjadi di

Suriah dimana didalam penyelesaian konflik tersebut Dewan Keamanan PBB

telah dua kali mengeluarkan resolusi namun dua kali di veto oleh Cina dan Rusia.

Akibat dari adanya aksi veto terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB

tersebut menghambat kinerja Dewan Keamanan PBB untuk menyelesaikan

konflik yang terjadi di Suriah, hal ini membuat negara anggota PBB lain

beranggapan bahwa Dewan Keamanan PBB tidak efektif dalam menjalankan

fungsi, wewenang serta tanggungjawabnya sebagai badan yang bertugas

memelihara perdamaian dan keamanan internasional.

46
Diah Ayu Intan sari, 16 Januari 2013, Peran Dewan Keamanan PBB (United Nations Security
Council) Dalam Menjaga Perdamaian dan Keamanan Dunia: Studi Kasus Resolusi Konflik Libya,
http://djangka.com/2013/01/16/peran-dewan-keamanan-pbb-united-nations-security-council-studi-kasus-
resolusi-konflik-libya/
Dikaitkan dengan istilah Multipolarity adalah sistem dimana terdapat

lebih dari dua negara yang memiliki pengaruh yang kuat terhadap ekonomi,

militer maupun budaya di dunia internasional. Sistem Multipolar lebih stabil

dibandingkan dengan Bipolar ataupun Unipolar karena kekuatan-kekuatan dari

berbagai negara bisa mengadakan aliansi sehingga satu sama lain takkan saling

menyerang. Dalam istilah multipolarity disini dikaitkan dengan Dewan

Keamanan adalah kekuasaan tidak hanya dipegang 2 ( dua ) kubu saja, tetapi

dengan adanya Dewan Keamanan dan memiliki 5 anggota tetap maka 5 negara

tersebut yang mempunyai andil besar dalam membuat keputusan dari Dewan

Keamanan PBB dan wajib diikuti oleh seluruh anggota PBB dalam setiap

keputusannya.

Selain itu Dewan Keamanan dapat menjatuhkan sanksi kepada negara

anggota PBB menurut Bab VII piagam dalam tiga hal, yaitu : (1) jika negara itu

mengadakan tindakan-tindakan yang mengancam perdamaian, (2) jika melanggar

perdamaian, (3) jika negara itu melancarkan suatu agresi terhadap negara lain.

Pemberian sanksi dilakukan jika Dewan Keamanan telah melakukan cara damai

dan tidak ingin melakukan tindakan kekuatan. Maka dapat dikenakan sanksi yang

sesuai dengan pasal 41 Piagam PBB, Dewan Keamanan dapat menentukan langkah-

langkah tanpa menggunakan kekuatan militer terlebih dahulu agar ditaatinya

keputusan-keputusan yang telah ditetapkan Dewan Keamanan PBB47.

Dewan Keamanan dapat menyerukan kepada seluruh anggota PBB

untuk menaati keputusan yang telah ditetapkan Dewan Keamanan dan

47
Ibrahim, Sagio, op.cit, hlm 2
melaksanakan seluruh keputusan yang telah ditetapkan Dewan Keamanan, langkah-

langkah tersebut adalah dengan memutuskan hubungan ekonomi, komunikasi,

maupun diplomatik antar negara anggota PBB ke negara yang bersengketa ini

dimaksudkan untuk menimbulkan efek jera kepada negara yang bersengketa.

Jika dengan memberikan sanksi pemutusan hubungan ekonomi,

komunikasi dan diplomatik tersebut dirasa tidak memadai serta belum efektif dan

masih tetap tidak ditaatinya keputusan Dewan Keamanan PBB maka Dewann

Keamanan dapat mengambil tindakan militer baik melalui udara, air maupun darat

jika keputusan tersebut dianggap perlu demi terpeliharanya perdamaian dan

keamanan internasional. Tindakan militer tersebut berupa blokade, demonstrasi,

operasi militer dengan melakukan tindakan agresi, serta membuat dan mengirim

pasukan perdamaian ke negara yang bersengketa.

Walaupun Dewan Keamanan mempunyai kekuasaan yang luar biasa,

tidak berarti kekuasaanya tidak terbatas melainkan tetap mempunyai pembatasan-

pembatasan secara hukum. Oleh karenanya PBB hanya bertindak atas dasar

ketentuan yang ada didalam Piagamnya, yang tentunya prinsip-prinsip dalam

Piagam itu sendiri berkaitan dengan hukum internasional yang menjalankan Rule

Of Law.

B. Efektifitas Kewenangan Dewan Keamanan PBB untuk Menyelesaikan

Konflik Internasional Di Kawasan Timur Tengah

Dalam kaitannya dengan memelihara dan menciptakan perdamaian dan

keamanan internasional, kewenangan Dewan Keamanan menjadi tidak efektif


karena adanya negara anggota tetap yang memveto resolusi yang dikeluarkan

Dewan Keamanan untuk menyelesaikan konflik sehingga menghambat kinerja

Dewan Keamanan dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. Belum lagi

kekuasaan otoriter yang dilakukan negara yang bersengketa, menyebabkan Dewan

Keamanan merasa kesulitan dalam menyelesaikan konflik yang sedang terjadi.

Serta resolusi yang dikeluarkan Dewan Keamanan PBB bertentangan dengan rule

of law.

Seperti Konflik yang terjadi antara Israel-Palestina yang

berkepanjangan membuat sebagian negara mempertanyakan fungsi dan efektivitas

adanya Dewan Keamanan PBB. Begitu dekatnya Amerika dengan Israel dalam

berbagai hal menjadikan resolusi Dewan yang dijatuhkan terasa kurang efektif.

Israel memang punya hak untuk mempertahankan diri, namun tidak ada

yang punya hak “mempertahankan” wilayah pendudukan. Dan ketika Mahkamah

Internasional mengutuk pembangunan “dinding pemisah,” karena pendudukan itu

sendiri ilegal.” Namun kenyataannya, tembok besar telah berdiri kokoh dan

banyak penduduk sipil Palestina menjadi korban serta Israel seolah tidak

bersalah48.

Terakhir, resolusi 1860 yang baru saja dikeluarkan Dewan Keamanan

PBB menjadi tidak berarti untuk dilaksanakan kedua belah pihak yang berselisih.

Hanya Amerika Serikat saja yang abstain dalam pemungutan suara mengenai

pengesahan resolusi 1860 tersebut. Sedangkan ke-13 anggota Dewan Keamanan

PBB (baik anggota tetap maupun tidak tetap) lainya setuju untuk disahkannya

48
Dodik Setiawan nur heriyanto, 25 januari 2009, Efektifitas Peran Dewan Keamanan PBB dalam
Konflik Palestina Israel, http://dodiksetiawan.wordpress.com/2009/01/25/efektivitas-peran-dk-pbb-dalam-
konflik-palestina-israel/
resolusi tersebut guna menghindari banyaknya korban serta menghindari

serangkaian pelanggaran terhadap prinsip-prinsip Hukum Internasional.

Kedekatan Amerika Serikat dengan Israel dibuktikan dengan Amerika

Serikat mendanai Israel serta mengirimkan teknologi canggih kekuatan militer

menunjukkan peran Dewan Keamanan menjadi tidak efektif seperti yang tertuang

didalam isi Piagam PBB. Dalam kaitannya dengan konflik Israel-Palestina dapat

digambarkan bahwa anggota tetap Dewan Keamanan PBB tidak efektif dalam

memelihara perdamaian dan keamanan dunia. Bahkan sampai saat ini banyak

dipertentangkan akan lemahnya Dewan Keamanan PBB dalam memberikan

sanksi tegas kepada negara yang bersengketa dalam hal ini ditujukan kepada

Israel sebagai akibat pelanggaran terhadap resolusi yang telah ditetapkan.

konflik yang terjadi antara Israel dan Lebanon, Dewan Keamanan PBB

yang memegang tanggung jawab utama (primary responsibility), berdasarkan

Pasal 24 Piagam PBB mengeluarkan Resolusi nomor 1701, kendala yang dihadapi

yaitu: Resolusi yang dikeluarkan oleh Dewan Keamanan PBB menjadi bias

karena adanya kepentingan Amerika Serikat dan ketidaktegasan Dewan

Keamanan PBB terhadap pelanggaran dari Resolusi; Majelis Umum PBB

mempunyai tanggung jawab residu (residual responsibility) berdasarkan Pasal 11

Piagam PBB.

Kendalanya adalah Majelis Umum PBB tidak dapat berperan aktif

kecuali ada rekomendasi Dewan Keamanan PBB serta kurang kepercayaan untuk

menentukan sikap dan langkah-langkah sesuai Pasal 11 ayat (3) Piagam PBB, dan
Sekjen PBB mempunyai tanggung jawab ekstra (extra responsibility) berdasarkan

Pasal 99 Piagam PBB.

Sekjen PBB dapat meminta perhatian Dewan Keamanan PBB mengenai

sesuatu hal yang membahayakan perdamaian dan keamanan internasional (Pasal

99 Piagam PBB), dan kendala yang dihadapi adalah sedikitnya waktu untuk

melakukan preventif diplomacy dan buntunya jalur perundingan Israel-Lebanon

sehingga Sekjen tidak bisa memainkan perannya secara aktif sebagai penengah.

Dewan Keamanan PBB telah mengeluarkan resolusi nomor 1701 terhadap konflik

Israel-Lebanon. Amerika Serikat sebagai negara anggota tetap Dewan Keamanan

PBB, seharusnya dapat bersikap netral dan tidak memberikan dukungannya

kepada Israel.

Sehingga kebijakan yang dikeluarkan oleh Dewan Keamanan PBB tidak

menguntungkan salah satu pihak. Dengan demikian, para pihak dapat

menghormati isi Resolusi PBB dan dapat tercipta situasi yang kondusif pasca

konflik dan peperangan yang dapat meluas di kawasan Timur Tengah dapat

dihindari.

Untuk itu perlu dilakukan beberapa usaha agar citra PBB semakin baik

di mata internasional, yakni merubah atau merevisi Piagam PBB, menambah

jumlah anggota tetap Dewan Keamanan PBB dengan menghitung representative

setiap benua (seperti halnya anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB), serta

optimalisasi peran Dewan Keamanan PBB dalam menyikapi permasalahan yang

berkaitan dengan perdamaian dan keamanan49.

49
Ibid
Peran Dewan Keamanan PBB yang seharusnya bertindak cepat dan

efektif dalam setiap tindakannya, menjadi lemah dan kurang efektif dalam

menjalankan kewenangan dan kewajibannya, dengan banyaknya kepentingan

politik negara anggota tetap Dewan Keamanan terhadap negara yang sedang

bersengketa dikawasan timur tengah, seperti Amerika Serikat, Cina dan Rusia yan

memiliki Kepentingan politik serta ekonomi kepada negara yang bersengketa

seperti israel dan suriah serta memiliki hak atas veto yang membayangi membuat

peran Dewan Keamanan PBB dimata negara anggota PBB dan masyarakat

internasional menjadi tidak efektif dalam menyelesaikan konflik di dunia

khususnya di kawasan timur tengah.

C. Faktor Penyebab Lemahnya Kewenangan Dewan Keamanan PBB untuk

Penyelesaian Konflik

Faktor penyebab lemahnya kewenangan Dewan Keamanan untuk

menyelesaikan konflik adalah Pertama konflik tersebut sudah berlangsung sejak

lama, seperti konflik yang terjadi antara israel dan palestina, banyak resolusi yang

telah dikeluarkan Dewan Keamanan namun belum berhasil untuk menyelesaikan

konflik tersebut dan dapat menciptakan perdamaian dan keamanan dunia

khususnya kawasan timur tengah.

Faktor penyebab Kedua adanya kekuasaan yang tirani maksudnya disini

adalah Jenis kekuasaan politik di mana pemegang kekuasaan hanya terkonsentrasi

pada satu tangan. Pemegang kekuasaan tidak mau membagi kekuasaan dengan

pihak lain. Tirani merupakan jenis kekuasaan negara yang buruk, dan seringkali
negara bersikap kejam terhadap rakyat dan lawan politik. Contoh Kekuasaan ini di

kawasan timur tengah ada pada, Mesir, Bahrain, Libya dan Tunisia.

Sistem pemerintahannya yang tidak demokratis, dimana sangat minim

partai politik ataupun lembaga kontrol sosial sebagai lambang adanya wadah

aspirasi masyarakat. Selain itu, hanya terdapat satu partai politik yang sangat

dominan, terlihat dari pemegang kekuasaan yang tidak pernah tergantikan hingga

masa pemerintahannya mencapai beberapa periode, yang tentu saja tidak mampu

mencerminkan adanya demokrasi yang seutuhnya di dalam negara.

Diantara negara dikawasan timur tengah yang menerapkan sistem

kekuasaan otoriter atau tirani. Libya yang paling mencolok, dibawah pimpinan

Moammar Khadafi, Libya menerapkan sistem pemerintahan tanpa adanya partai

politik. Libya menetapkan sistem pemerintahan yang dalam teorinya merupakan

tipe pemerintahan oleh rakyat melalui Dewan Lokal (local councils), tetapi pada

prakteknya merupakan pemerintahan otoriter.

Faktor penyebab Ketiga, adanya usaha untuk memperluas wilayah

dengan mengambil wilayah teriotorial negara lain yang dipersengketakan, dan

memperluas wilayah kekuasaan seperti yang dilakukan Israel terhadap wilayah

Palestina, karena wilayah yang diduduki Israel sekarang merupakan wilayah

Palestina yang dibagi dalam hasil perjanjian dan kesepakatan kedua negara,

namun Israel masih menginginkan perluasan wilayah dan memaksa menduduki

wilayah Palestina secara paksa. Contohnya rencana Israel ingin membangun 3000

pemukiman penduduk kendati ditentang sekutu dekatnya. Mereka bertekad untuk

tak tunduk terhadap tekanan tekanan internasional.


Australia bergabung dengan lima negara Eropa dan Amerika Serikat,

yang menyatakan keprihatinannya atas keputusan Israel untuk membangun 3.000

unit rumah baru. Menteri Luar Negeri, Bob Carr, memanggil duta besar Israel

untuk negaranya guna meminta penjelasan soal pembangunan konstruksi

perumahan di Jerusalem Timur, hal yang ditentang Palestina. Sebelumnya,

Inggris, Denmark, Prancis, Spanyol, dan Swedia, juga menyatakan hal yang sama

kepada duta besar Israel di negara masing-masing. Bahkan, beberapa mengancam

akan menarik duta besar masing-masing. Gedung Putih juga menyatakan

keberatan, namun belum memanggil duta besar Israel50.

Lokasi pembangunan di daerah Adumim Ma'ale menjadi ganjalan

dalam pembicaraan damai Israel-Palestina. Pembangunan permukiman Israel

secara luas dianggap ilegal berdasarkan hukum internasional, namun Israel

bersikeras mereka berhak untuk itu. Kegiatan permukiman Yahudi Israel yang

ditolak dan tidak sah oleh masyarakat internasional dan merupakan perbuatan

negatif dan memicu permusuhan oleh pemerintah Israel terhadap proses

perdamaian. Proses perdamaian antara Israel dan Palestina terhenti pada tahun

2010 atas kritik tumbuh ekspansi Israel di permukiman Tepi Barat51.

Faktor penyebab Keempat, adanya dukungan dari sebagian negara

anggota tetap Dewan Keamanan PBB seperti konflik yang terjadi di suriah dan

palestina-israel. Dimana karena mendapat dukungan dari cina, rusia, dan amerika

50
Tel Aviv, Selasa 4 Desember 2012 pukul 18:16 WIB, Abaikan Sekutunya Israel tetap Bangun
Pemukiman, http://www.tempo.co/read/news/2012/12/04/115445880/Abaikan-Sekutunya-Israel-Tetap-
Bangun-Permukiman
51
Wartanews, Amman, Minggu 2 Desember 2012 pukul 10:24 WIB, Yordania Kecam Rencana
Israel Bangun Kembali 3000 Pemukiman Yahudi di Tanah Palestina, http://www.wartanews.com/timur-
tengah/2f0fe748-46db-40f5-be1a-dbad42e1e80e/yordania-kecam-rencana-israel-bangun-kembali-3000-
pemukiman-yahudi-di-tanah-palestina
serikat resolusi yang telah dikeluarkan PBB dan Dewan Keamanan PBB tidak

dilaksanakan dan dijalankan negara yang bersengketa seperti Pemerintahan Suriah

serta Israel. Bahkan israel terkesan melawan dan meningkatkan serangan kepada

negara israel.

Selain itu penggunaan hak veto yang sewenang-wenang dan diluar

batas, hal ini berkaitan dengan kepentingan politik negara tersebut yang merasa

dirugikan jika Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi tersebut untuk

mengecam negara yang bersengketa karena mereka memiliki hubungan politik,

hubungan diplomatik maupun ekonomi sehingga dapat merugikan sebagian negara-

negara yang merupakan anggota tetap Dewan Keamanan PBB yang memiliki

hubungan kepada negara yang bersengketa.

Betapapun Piagam memberikan hak kepada anggota PBB untuk

memajukan setiap masalah atau keadaan apa pun, yang kiranya dapat

membahayakan perdamaian dan keamanan internasional kepada Dewan

Keamanan, apalagi jika masalahnya menyangkut kepentingan negara anggota

tetap seperti pada penjelasan di atas. Namun kadang-kadang pengajuan ke Dewan

Keamanan semacam itu sudah diperkirakan tidak akan memperoleh tanggapan

yang positif karena salah satu atau beberapa negara anggota tetap pasti akan

memvetonya52.

Pada kenyataannya kita harus mengakui keberadaan hak veto, karena

keberadaan hak veto faktanya banyak menyebabkan ketidakadilan yang timbul

terhadap penggunaan hak veto. Pemberian hak veto adalah imbalan dari

52
Sumaryo Suryokusumo, op.cit, hlm 20
tanggungjawab 5 (lima) negara tersebut terhadap perdamaian dan keamanan

internasional. Namun secara hukum mereka tidak mempunyai kewajiban dan

tanggung jawab yang berbeda dengan negara anggota PBB lainnya. Piagam hanya

menentukan bahwa tanggungjawab utama untuk perdamaian dan keamanan

internasional ada di pihak Dewan Keamanan ( pasal 24 ayat 1 Piagam PBB ) dan

bukan pada anggota tetap Dewan Keamanan PBB saja 53.

Berdasarkan statistik dari tahun 1946-2002, Negara yang paling banyak

menggunakan hak veto adalah Uni Soviet, yaitu sebanyak 122 kali. Kemudian

diikuti Amerika Serikat sebanyak 81 kali, Inggris sebanyak 32 kali dan Prancis

sebanyak18 kali. Sedangkan Cina baru menggunakan sebanyak 5 kali, dari data

tersebut terlihat bahwa hak veto didominasi oleh dua Negara yang pernah

berseteru dala perang dingin yaitu Uni Soviet dan Amerika Serikat54.

Selain penggunaan hak veto yang tanpa batas oleh anggota tetap Dewan

Keamanan sehingga membuat resolusi Dewan Keamanan tidak dipatuhi oleh

negara yang bersengketa, yaitu karena negara yang bersengketa memiliki bantuan

yang merupakan negara besar dan sangat berpengaruh pada kekuatan militer dan

pertahanan negara tersebut.

D. Sikap Dewan Keamanan PBB dalam Mengatasi Konflik di Kawasan Timur

Tengah

Akibat hukum yang timbul dalam mengatasi konflik di timur tengah,

Pertama sikap Dewan Keamanan PBB yang terkesan bersifat Diskriminasi, yaitu

dalam pemberian sanksi yang diberikan pada ketidakpatuhan negara yang

53
Ibid, hlm 3
54
Ibid
bersengketa kepada Dewan Keamanan, disatu sisi efektif dengan mempertegas

sanksi yang diberikan, di sisi lain Dewan Keamanan bersikap pasif dan tidak

efektif dalam menyelesaikan konflik di timur tengah. Seperti perbedaan sikap

Dewan Keamanan PBB dalam memberikan sanksi kepada Israel dan memberikan

sanksi kepada Negara-negara seperti Libanon, Gaza, dll.

Kedua PBB khususnya Dewan Keamanan yang memiliki kekuasaan

penuh dalam upaya memelihara dan menjaga perdamaian dan keamanan

dikawasan timur tengah, PBB atas nama Dewan Keamanan dapat memberikan

mandat kepada negara-negara anggota PBB yang ada diseluruh dunia, untuk

memutuskan hubungan diplomatik yang telah terjalin oleh negara yang

mengalami konflik, serta juga dapat memutuskan hubungan ekonomi yang sejak

lama sudah terjalin. Ini dilakukan untuk memberikan sanksi kepada negara yang

yang bersengketa sehingga menimbulkan efek jera kepada negara yang

mengalami konflik tersebut.


BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan dari uraian-uraian yang telah dikemukakan dari Bab I

sampai Bab III dapat diambil kesimpulan adalah sebagai berikut :

1. Bahwa efektifitas Dewan Keamanan PBB untuk menyelesaikan konflik

dengan cara kekuatan di kawasan timur tengah tidak berjalan dengan

semestinya, dikarenakan adanya sebagian dari negara-negara anggota tetap

Dewan Keamanan PBB yang memveto suatu resolusi yang akan dikeluarkan

untuk menyelesaikan suatu konflik.

2. Bahwa resolusi yang dibuat oleh Dewan Keamanan PBB bertentangan

dengan Rule of law

3. Bahwa faktor-faktor penyebab lemahnya kewenangan Dewan Keamanan

PBB, dikarenakan konflik yang terjadi sudah berlangsung cukup lama,

adanya kekuasaan tirani atau otoriter, dan adanya usaha dari negara yang

berkonflik untuk memperluas wilayah kekuasaan mereka serta dukungan dari

sebagian negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB sehingga salah satu

negara yang berkonflik tidak mau menyelesaikan konflik yang di anjurkan

oleh resolusi-resolusi Dewan Keamanan PBB.

4. Bahwa kebijakan dari Dewan Keamanan PBB dengan cara mengeluarkan

suatu resolusi, untuk mengatasi konflik khususnya di kawasan timur tengah

adalah dengan menyelesaikan konflik secara damai, namun resolusi tersebut


banyak di tentang oleh sebagian negara anggota Dewan Keamanan PBB

dengan cara mengeluarkan hak veto sebagai suatu hak yang istimewa bagi

anggota tetap Dewan Keamanan PBB.

5. Bahwa untuk menyelesaikan konflik dengan kekerasan di kawasan timur

tengah, Dewan Keamanan PBB melaksanakan konsep Peacebuilding sebagai

alat atau cara yang digunakan Dewan Keamanan PBB dalam menyelesaikan

konflik internasional, serta memperkuat perdamaian dan mencegah terjadinya

konflik dengan mengeluarkan resolusi-resolusi.

6. Bahwa Sikap Dewan Keamanan yang timbul dalam mengatasi konflik di

kawasan timur tengah adalah perbedaan sikap Dewan Keamanan PBB yang

bersifat Diskriminasi atau perbedaan perlakuan yang dilakukan Dewan

Keamanan PBB terhadap Israel dan Negara-negara dikawasan timur tengah

lainnya dalam hal pemberian sanksi oleh Dewan Keamanan PBB, Israel yang

menolak resolusi Dewan Keamanan terkesan pasif dan tidak mengeluarkan

resolusi baru untuk memberikan sanksi kepada Israel, berbeda dengan

perlakuan Dewan Keamanan PBB ke Negara Libanon, Gaza, dll yang secara

efektif dan cepat mengeluarkan resolusi baru. Apabila Negara tersebut

menolak atau melanggar resolusi tersebut. Serta Dewan Keamanan PBB juga

dapat memberikan mandat untuk memutuskan hubungan diplomatik dari

negara-negara anggota PBB

B. Saran

Adapun hal-hal yang dapat penulis sarankan sehubungan dengan

penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :


1. Adanya konflik yang tidak dapat diselesaikan oleh Dewan Keamanan PBB

dikarenakan hak veto yang dimiliki oleh anggota tetap Dewan Keamanan

PBB, maka kekuasaan atau kekuatan dari pada hak veto yang dimiliki

anggota tetap harus dibatasi kekuasaan dan kekuatannya sehingga tidak

mengganggu, menghalangi, serta digunakan sewenang-wenangnya oleh

Dewan Keamanan PBB dalam menyelesaikan konflik suatu negara khususnya

dikawasan timur tengah.

2. Adanya keputusan dalam Piagam PBB yang menetapkan 5 ( Lima ) negara

menjadi anggota tetap Dewan Keamanan PBB justru menimbulkan akibat

kekuasaan negara-negara tersebut menjadi tidak terbatas disamping memiliki

hak istimewa yaitu hak veto, untuk itu agar kekuasaan yang bersifat absolut

dari kelima negara tersebut menjadi tidak terkendali maka anggota tetap

Dewan Keamanan PBB hendaknya harus di tambah lebih banyak lagi

anggotanya agar kekuasaannya tidak menjadi absolut.

Anda mungkin juga menyukai