Anda di halaman 1dari 11

25

MENGKAJI PERAN OPERASI


PEMELmARAAN PERDAMAIAN PBB
SEBAGAI BAGIAN UPAYA
MENCIPTAKAN PERDAMAIAN DUNIA
Oleh : AdJi Samekto
Dalam rangka mel\iamin terciptanya ','
perdamaian dan keamanan internasional
PBB sebagai lembaga tertinggi diantara
bangsa-bangsa membentuk mekanisme
pengamanan kolektif, yang pembentukannya
didasarkan Piagam PBB pasa141-42, namun
usaba tersebut dirasakan "amat politis"
sifatnya, khususnya semel\iak pecahnya
Perang Korea. Untuk itu, alas prakarsa Dag
Hammerskolj dibentuklah "Operasi
Pemelibaraan Perdamaian PBB" untuk
mengurangi resiko secara Politis tadi. Dalam
tulisan ini, penulis mencoba mengungkapkan
beberapa aspek baik teoritis maupun praktis
mengenai Operasi Pemelibaraan Perdamaian
PBB itu sebingga dapat diperoleh pandangan
yang utuh tentang misi tersebut.

I. Pendahuluan
Piagam berdirinya Perserikatan Bangsa-bangsa '(PBB) di tandatangani
pada tanggal 24 Oktober 1945 di San Fr'ansisco Amerika Serikat, manakala
negara-negara di dunia sedang bangkit menyongsong suasana baru dalam
tata hubungan internasional setelah terjadi perang dunia II yang telah
menyadarkan umat manusia untuk selalu berupaya mewujudkan per-
damaian.
Salah satu tujuan didirikannya PBB adalah memelihara perdamaian dan
keamanan intemasional. Unluk melaksanakan lujuan ini PBB dapat mem-
bentuk mekanisme pengamanan secara koleklif yang dikenal dengan istilah:
"Collective Security", yang pembentukannya didasarkan pada pasal 41 serla
pasal 42 Piagam PBB.
Tindakan keamanan kolektif oleh PBB lersebul di alas, pertama kali
dilerapkan dalam mengalasi perang Korea pada tahun 1950-1953, yang
mengakibatkan lerbelahnya Korea menjadi Korea Utara dan Korea Selatan
sebagaimana kila lihat hingga kini. Di dalam perang ilU, Korea Ulara

Februari 1991
Hukul1I dan Pelllhllll§!,lIlIall

dinyatakan oleh PBB sebagai negara agresor, akan tetapi kalangan politisi,
internasional banyak yang berpandangan bahwa tindakan keamanan kolek-
tif oleh PBB di Kprea itu sebe'narnYl/·hanya sekedar istilah pengganti terhadap
bantuan militer Amerika Serikat kepada Korea Selatan.
Terlepas dari benar tidaknya pan dang an politik itu telah berakhirnya
perang Korea. tindakan Keamanan Kolekti f dipandang bukan lagi merupakan
pendekatan yang dominan dalam upaya memelihara dan menciptakan per-
damaian.
Atas prakarsa Dag Hammarskjold, Sekretaris Jenderal PBB yang kedua
(1953-1961). PBB menciptakan suatu pendek.a tan yang lebih mengurangi
res iko-r~siko secara politis. Pendckatan yang baru ini tidak didasarkan pada
pengidentifikasian pihak yang salah dan pihak yang benar dan tidak me-
nerapkan sanksi atau melakukan tindakan tertentu, terhadap pihak yang
dipandang salah. Pendekatan yang dimaksud ini kemudian diwujudkan
dalam mekanisme yang disebut "United Nations Peace-keeping Operations"
atau Operasi Pemeliharaan Perdamaian PBB.
Sejak terbentuknya Operasi Pemeliharaan Perdamaian pada tahun 1956,
maka sampai tahun 1990 misi itu telah melaksanakan tugasnya sebanyak 14
kali di berbagai wilayah dunia. Da.Iam pelaksanaannya sudah barang tentu
operasi itu tidak selalu mudah dilaksanakan karena adanya berbagai faktor
yang berpengaruh.
Berkaitan dengan hal itu, tulisan ini mencoba mengungkap beberapa
aspek, baik berdasarkan teori maupun praktek tentang Operasi Pemeliharaan
Perdamaian , agar diperoleh pandangan yang utuh tentang misi PBB tersebur,
sehingga kita dapat menilai peran misi PBB terse but dalarn menciptakan
perdamaian dunia.

II. Pengertian Dan Maksud Dibentuknya Operas; Pemeliharaan Perdamaian


PBB'
Operasi Pemeliharaan Perdamaian PBB . merupakan salah satll
mekanisme untuk meI'Qelihara perdamaian internasional yang diwujudkan
dalam Misi Pengamat (Observers) dan Pasukan Pemelihara Perdamaian
(United Nations Peace-keeping Force) dan keduanya menggunakan ke-
kuatan mil iter dari berbagai negara yang ditetapkan oleh Dewan Keamanan
PBB. Komando tertinggi Operasi Pemeliharaan Perdamaian ini dipegang oleh
Sekretaris Jenderal PBB sedangkan komando di lapangan dipilih oleh
Sekretaris Jenderal PBB setelah berkonsultasi dengan Dewan Keamanan
PBB.
l

I) Uraian tCIHang. pcngcnian dan mak.~ ud dibcntuknya Operasi Pemeliharaan Pcrdamaian PBB di atas
bcrsumber dari: United Nations Dcpartem~m of Public Information. The BIlle Helmets (A Review of
United Nation" Peace-keeping). New York, 1985, halaman 5-8; United Nations Dcpanement of Public
Information. Teaching AbO/if UlIiwd /Va/ions Peoce-ke(!,xng. New York. 1990. halaman 8-10; Fuad
Ha~~all. "l!paya Pcmdiharaan Pt'rd;l1naian Oalam Penyelesaia1 Sengketa internasional", jllrnal L/lur
.\'-'.~t'ri. Uad:1Il P ~ncli tia n Da n Pen£ ~1I'I ban gan Depanem~n LU;lT Negeri Rio Jakarta. 198], hal:19-22 .
Mengkaji 27

Misi Pengamat (Observers) merupakan satuan yang tidak dipersenjatai,


sedangkan Pasukan Pemelihara Perdamaian dipersenjatai tetapi penggunaan-
nya terbatas hanya untuk kepentingan untuk membela diri (Self-defence),
karena pasukan ini bukan pasukan yang memiliki kekuasaan memaksa, atau
menyerang. Operasi Pemeliharaan Perdamaian PBB tidak
beleh digunakan. untuk kepentingan atau keuntungan salah satu pihak
dalam sengketa.
Operasi Pemeliharaan Perdamaian PBB dimaksud untuk mencegah
timbulnya situasi yang semakin buruk dalam suatu sengketa. Untuk maksud
ini Pasukan Pemelihara Perdamaian dapat menghentikan di medan tempur,
sedangkan penyelesaian sengketa secara politis dibalik sengketa di medan
tempur itu bukan wewenang Pasukan Pemelihara Perdamaian. Penyelesaian
secara politis dan menyeluruh dari adanya sengketa itu memerlukan partisi-
pasi dari unsur-unsur lain seperti Dewan Keamanan PBB, Sekretaris
lenderal PBB, dan yang lebih penting adalah usaha-usaha para pihak yang
terlibat dalam sengketa yang bersangkutan.
Pemeliharaan Perdamaian (peace-keeping) didefmisikan oleh PBB
sebagai:
" .... a technique of using troops under UN command to keep disputing
countries or communities from fighting while peace making efforts are
pursued. It helps create an atmosphere in which fruitful negotiations for
peace can be held." (United Nations, 19'Xl, halaman 8).
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk menempatkan satuan-
satuan Operasi Pemeliharaan Perdamaian di suatu wilayah negara yang
tengah terjadi sengketa dengan negara atau pihak lain.
Pertama, Pasukan yang dipilih untuk Operasi Pemeliharaan Perdamaian
merupakan satuan militer dari negara-negara yang netral dalam sengketa yang
bersangkutan;
Kedua, Pemerintah negara yang wilayahnya dimasuki satuan operasi
tersebut berhak melarang kehadiran satuan-satuan tertentu dari negara yang
dianggap tidak netral dalam sengketa bersangkutan;
Ketiga, Negara yang wilayahnya dimasuki kekuatan untuk Operasi
Pemeliharaan Perdarnaian dapat menolak kehadiran kekuatan tersebut di
negaranya.
Operasi Pemeliharaan Perdamaian PBB bukanlah suatu metode yang
dimaksud untuk menggantikan mekanisme tindakan Keamanan Bersama
(Collective Security). Operasi Pemeliharaan Perdamaian PBB merupakan
inovasi yang munculnya dapat didasarkan pada pasal 40 Piagam PBB yang
menentukan, sebelum dilakukan tindakan-tindakan menu rut pasal 41 dan
pasal42 Piagarn PBB, Dewan Kearnanan dapat mengamQi! tindakl!n-tinctakan
tertentu untuk mencegah memburuknya situasi konflik" dengan tanpa mel)g-
abaikan hak-hak, tuntutan atau kedudukan pihak-pihak yang bersangkutan.
Hal penting yang harus disadari adalah bahwa Operasi Pemeliharaan
Perdamaian hanya merupakan bagian dari upaya mewujudkan perdamaian
secara menyeluruh. Secara ideal, upaya mewujudkan perdamaian secara

Februari /99/
HlIkllm dOli Pell/bangulIGIl

menye1uruh harus dilakukan melalui tahap-tahap yang meliputi tiga tahap


sebagaimana disebut dibawah ini:
Upaya yang diarahkan untuk membuat terwujudnya perdamaian melalui
tindakan menghentikan situasi konflik yang sedang berlangsung (Peace-
making). Upaya ini tentu memerlukan kesadaran dan kemauan politik dari
pihak-pihak yang terlibat didaJam sengketa untuk mulai melakukan usaha
menuju proses perdamaian;
Berikutnya, upaya yang diarahkan untuk melerai pihak-pihak yang
bermusuhan dan menciptakan kondisi-kondisi yang dapat mendorong niat
untuk mengakhiri sengketa melalui cara-cara damai (peace-keeping). Oalam
kasus inilah Operasi Pemeliharaan Perdamaian PBB dapat berperan;
Selanjutnya, upaya yang diharapkan untuk menciptakan kondisi yang
lebih menjamin makin terbinanya suasana damai antara pihak-pihak yang
telah mengakhiri sengketa (peace-building).
Pembedaan ketiga tahap tersebut sebenarnya hanya dilatarbelakangi
alasan bahwa ketiga tahap tersebut berbeda dalam modus operandinya
masing-masing, sekalipun demikian antara satu tahap dengan tahap yang
lain saling tergantung satu dengan yang lain. Guna memperjelas implemen-
tasi tahap-tahap tersebut diambil sebagai contoh nyata kasus perang Mesir-
Israel yang dipaparkan secara kronologis sebagai berikut:
Pada tahun 1967 terjadi perang antara Mesir dengan Israel yang dikenal
dengan nama "Perang Enam Hari". Di dalam perang ini Israel berhasil
merebut lazirah Sinai dan laJur Gaza. Pada tahun 1968 kedua negara ter-
libat lagi dalam pertempuran lagi sepanjang Terusan Suez.
Pada tahun 1978 terjadi peru bah an pandangan kedua negara. Mesir dan
Israel sepakat untuk melakukan gencatan senjata dan menunjuk Amerika
Serikat sebagai penengahnya. Upaya secara politis dilakukan oleh Presiden
Anwar Sadat dari Mesir denga melakukan kunjungan ke Israel dalam rang-
ka perwujudan perdamaian kedua negara.
Pada tahun 1979 dilakukan perjanjian perdamaian diantara kedua
negara itu dengan menggunakan Amerika · Serikat sebagai mediator.
Perjanjian ini dikenal dengan nama Perjanjian Perdamaian Camp David.
Melalui perjanjian ini Israel setuju untuk menarik mundur pasukannya dari
wilayah Sinai dan menyerahkan kembali kota EI-Arish kepada Mesir dan
sebaliknya kapaJ-kapal Israel diijinkan kembaJi berlayar melewati Terusan
Suez.
Rangkaian tindakan-tindakan yang dilakukan kedua negara sejak
tahun 1978 mencerminkan adanya usaha-usaha kearah "peace-making".
Usaha-usaha tersebut selanjutnya diikuti dengan penempatan Pasukan
Pemelihara Perdamaian PBB, "United Nations Emergency Force II (UNEF
II)" , yang bertugas mengawasi pelaksanaan gencatan senjata dar> penarikan
mundur pasukan-pasukan Mesir serta Israel dari wilayah konflik. Pasukan
Pemelihara Perdamaian ini dalam kadar tertentu turut membantu men-
ciptakan silUasi yang lebih mendorong upaya menciptakan perdamaian.
Mengkaji 29

Penempatan UNEF II di kawasan konflik Mesir-Israel ini merupakan upaya


Internasional yang mencerminkan usaha "peace-keeping", untuk melancar-
kan usaha-usaha II peace-making" .
Pada tanggal 26 Februari 1980, Israel dan Mesir secara reSmi memulih-
kan hubungan diplomatik' dengan saling menukar Duta Besar sebagai
langkah normalisasi hubungan kedua negara. Tindakari-tindakan serupa ini
mencerminkan upaya I'peace-building". '!;"j'
Berdasarkan i1ustrasi kasus perang Mesir-Israel di atas, jelas bahwa
"peace-building" tidak akan dicapai tanpa didahului upaya "peace-making"
dan "peace-keeping". Bila ditarik dalam skala pembahasan yang lebih luas
penyelesaian sengketa Mesir-Israel tersebut diatas, dapat rnemberi makna
bahwa perwujudan perdamaian dalam arti~ seQenarnya hams sampai pada
tingkat-tingkat upaya membina kondisi damai.
Selama "peace-building" belum terwujud sebagai upaya nyata maka
perdamaian tidak lebih artinya daripada dihentikannya situasi sengketa
sedangkan sumber-sumber konflik secara laten masih membayangi situasi.
Sasaran dari "peace-building" adalah dihilangkannya secara bernngsur-angsur
sumber-sumber penyebab konJik. (Fuad Hassan, 1983, halaman 20).

III. Perbedaan Antara Peace Keeping Operations Dengan Collective


Security ,
Pada awal pembahasan dalam bab kedua diatas dinyatakan bahwa
Operasi Pemeliharaan Perdamaian tidak dirnaksudkan untuk menggantikan
Keamanan Kolektif, tetapi bukan berarti tidak berbeda .
. Keamanan kolektif (Collective Security) merupakan 'penggunaan ke-
kuatan militer dari berbagai negara atas prakarsa Dewan Kearnanan PBB yang
bertujuan_untuk memerangi tindakan negara atau pihak yang telah meng-
ancam, perdamaian atau melakukan agresi.
Di dalam Keamanan Kolektif, PBB akan menetapkan bahwa ~u.atu
negara atau pibak telah melakukan ancaman terhadap perdamaian atau
melakukan. agresL Berdasarkan hal itu kemudian dewan Keaqlanan' me-
netaIJkan sanksi terhadap pihak tersebut yang , dapat beruP." ])emutusan
hUQuI)gan diplomatik, ·pemu,t\jSan komunikasi, plokade dan beotuk sanksi
lainnya .. Daljlm artian lain, Keamanan Kolektif l)1erupakan' pndakaJ!>,yang
rv-emijlak sl\lah satu regara atau pihak dalam suatu sen~et~, dan me-
merangi pihak lajn sebagai langkah mencip!<lk<tn. perdamaian. , ;..(
'. Ole.h -kareqa Keamanan Kolektif inLmencerminkan semua lawan·.satu
maka tinfla\<:an ini secara jelas akan mengurap.gi . k~mungkim;tn beJhasiJnya .
tindakaI;\,agresi atau tindakan yang mengancam perdamaian, -dllPia} ~at\l­
satunya. kas)ls yang diatas! melalui mekanisme, K~ama!1ap.)(pl~.ktif ajlaJah
sengketa di Korea yang terjadi pada tahun 1950-1953. Kenyataan bahwa
Operasi p'emeliharaan Perdarnaian bukan dilakukiln untuk mengatasi'seIfg-:
an
2) 1Urai 1 secara Jengkap lihat: Theodore A. Couloumbis, jame:; Wolfe, Introduction to International
Relolion; Power and 'Jus/ice,- aiih' bahasa: Marcedes Marbun, A\:)ardin, Bandung', 1990,hal. 291 "298.

Februari 1991
30 Hliku111 dan Pembangunan

keta di Korea telah dinyatakan secara jelas dalam berbagai penerbitan PBB.
Diantaranya se)Jagai berikut:
Since the UN was founded, there has in fact been only one military
enforcement ,actiop-in 1950, when the Security Council recomended that
member states "furnish such assistance to the Republic of Korea as may be
necessary to repel the armed attack", against it, and that states providing
military forces and other assistance to make such forces available "to unified
command under the United States". That operation differed from peace
keeping operation, ... (United Nations , 1988).
The international force in Korea was also not a United peace-keeping
operation in current sense of the term since was not under the control of
United Nations, it was not based on the con~ent of the parties, and it 'used
force. (United Nations, 1985, halaman 8).
Selanjutnya bahwa tindakan PBB dalam sengketa di Korea merupakan
tindakan Keamanan Kolektif yang dinyatakan oleh Clark M. Eichelberger:
First, Korea presents a clear example of United Nations application of
collective security ..... United Nations resistance to aggresion at the 381h
Parallel in Korea, uflder taken on the initiative of the United States, was
history' s most nearly complete example of collective security. (Clark M.
Eichelberger, 1965, halaman 30-31).
Guna lebih memahami pernyataan bahwa keterlibatan PBB dalam
sengketa di Korea bukan merupakan operasi pemeliharaan perdamaian.
Dibawah ini dipaparkan kronologis perang Korea. 3
Pada tahun 1945 sebelum berakhirnya Perang Dunia kedua, Uni Soviet
memasuki Korea bagian utara dan disusul oleh Amerika Serikat yang
memasuki Korea bagian selatan. Selanjutnya sete'lah jepang dinyatakan kalah
perang dalam Perang Dunia kedua, Uni Soviet dan Amerika Serikat menetap-
kan garis lintang 38 derajat sebagai garis pembatas antara Korea bagian utara
dan Korea bagian selatan. Pada masa sebelumnya wilayah Korea dikuasai
oleh Jepang .
Masalah tentang Korea pertama kali dibahas pada tahun 1947 di dalam
Majelis Umum PBB , namun hasil pembicaraan itu tidak menghasilkan
untuk menyatukan Korea . Pada tahun 1948 Uni Soviet berhasil membentuk
pemerintahan separatis yang menguasai Korea Utara di bawah pimpinan
Presiden Kim Il Sung. Tindakan tersebut diimbangi oleh Amerika Serikat dan
beberapa negara Barat yang membentuk pemerintahan Republik Korea
Selatan dengan Presiden Syngman Rhee sebagai pimpinannya.
Pada tanggal25 Juni 1950 Pasukan Korea Utara melakukan penyerbu-
an ke wilayah Korea Selatan dengan melintasi garis lintang 38 derajat yang
menjadi pembatas. 'Menanggapi invasi tersebut, Dewan Keamanan PBB
menyatakan, serangan Korea Utara ke Korea Selatan merupakan tindakan

3) Uraian lemang sengkela Korea ini bersumber dari Clark M. Eichelberger, The United Notions The First
. 20 years, Macfadden-Banell. New York , 1965. hal. 30-33; United Nations Department of Public Infor-
mation, Bosic facts Abooul The United No/ions. New York. 1989. haL47-48,
Mengkaji 31

agresi. Korea Utara hams menarik mundur pasukannya dari wilayah Korea
Selatan.
Permintaan Dewan Kearnanan tersebut tidak ditanggapi oleh pemerin-
tah Korea Utara dan pertempuran terus berlangsung. Berdasarkan fakta ter-
sebut pada tanggal 7 Juli 1950, Dewan Keamanan PBB mengadakan
pemungutan suara untuk memungkinkan pengerahan kekuatan militer se-
bagai bantuan bagi Korea Selatan. Akhirnya Dewan Keamanan PBB
menyetujui elibentuknya kekuatan militer multinasional atas nama PBB
sebagai upaya "Collective Security".
Pada tahun 1951 pertempuran semakin meluas dengan rnasuknya RRC
ke Korea Utara untuk membantu, tetapi pesukan PBB yang mendapat
dukungan utarna dari Amerika Serikat itu berhasil memukul mundur pasukan
Korea Utara. Akhirnya pada tabun 1953 pertempuran tersebut diakhiri
dengan gencatan senjata dan penarikan mundur pasukan Korea Utara dari
wilayah Korea Selatan.
Uraian tentang sengketa eli Korea yang melibatkan PBB tersebut mem-
berikan gambaran yang cukup jelas bahwa terdapat perbedaan antara
"Collective Security' dengan ' Peace-keeping Operations". Beberapa
perbedaan antara keduanya ditunjukkan melalui paparan berikut :

Collective Security Peace-keeping Operation

Pasukan multinasional PBB dan Pasukan multinasional PBB tidak


memiliki kekuatan memaksa. memiliki kekuatan rnemaksa.

Di dalamnya Dewan Keamanan me- Di dalarnnya Dewan Kearnanan tidak


lakukan identifikasi pihak yang '1lelakukan identifikasi pihak yang
telah melakukan agresi atau me- "salah", mengancam perdamaian
ngancam perdamaian. ; atau melakukan agresi.
'. ,
Melaksanakan tindakan pernaksaan Tidak mela,kukan pemaksaan dan
tertentu disertai dengan penerapan tidak menerapkan sanksi terhadap
sanksi ekonomi atau politis. pihak manapun dalam sengketa.
q.

Menggunakan kekuatan militer un- Menggl!nakan kekuatan militer te-


tuk. melakukan tindakan tertentu tapi tidak untuk memihak kekuatan
atau membela salah satu pihak manapun dan bertindak sebagai,pe-
dalam sengketa, untuk l)1emulihkan nengah antara pihak yang berseng-
p~rdamaian. keta, untuk memulihkan
'".,
per~arnaian . ,.
.. . ,
Kehadirannya eli dalam suatu seng- Kehadirannya dalam suatu sengketa
keta tidak ditentukan hams dengan, ar!lS dengan persetujuan pihak-
persetujuan pibak-pihll.k , yang ber- pihak yang bersc;ngketa.
sengketa.

Februari 1991
32 Hukul/1 dal/ PemballgulI(f1l

IV. Faktor Yang Berpengaruh Dalam Peace-keeping Operation


Operasi Pemeliharaan PBB bukanlah suatu kegiatan yang tidak pernah
memenuhi hambatan lebih-Iebih mengingat, bahwa kekuatan tersebut tidak
memiliki kekuatan memaksa dan kehadirannya dl sualU negara harus men-
dapat persetujuan dari pemerintah s~tempat atau pihak-pihak. yang ber-
,engketa. Ada dua faktor utama yang dipandang berpengaruh dalam menilai"
berhasil atau gagalnya operasi Pemeliharaan Perdamaian PBB, yaitu faktor
kedaulatan negara dan adanya perbedaan pcrsepsi tentang perdamaian.
a. Kedaulatan Negara
Kedaulatan negara merupakan atribut tertinggi yang dimiliki negara
untuk menjalankan segal a kekuasaannya sering digunakan oleh negara
sebagai perisai untuk menolak kehadiran kekuatan Pemelihara Perdamaian
PBB di negara setempa!.
Hal diatas terjadi manakala Presiden Gammal Abdul Nasser menuntut
penarikan munder UNEF II keluar wilayah Mesir pada tahun 1967. Bagi
Israel tindakan ini merupakan hal yang menggelisahkan sehingga mendorong
Israel untuk melakukan serangan yang kemudian meletus sebagai perang
pada bulan Juni 1967. Dalam hal ini PBB tidak dapat berbuat lain kecuali
memnuhi permintaan Presiden Nasser itu, karena merupakan permimaan yang
didasarkan atas kedaulatan Mesir di wilayahnya (Fuad Hassan, 1983,
halaman 27).
b. Perbedaan Persepsi Tentang Perdamaian
Sejak jaman Yunani Purba, "Damai" sud.ah sering dikaitkan dengan
"perang", sebagaimana Aristoteles menyatakan, tujuan satu-satunya dari
peperangan adalah perdamaian. Beberapa abad kemudian Saint Agustinus
merumuskan sebuah definisi tersendiri tan tang damai: "darnai adalah tata-
tertib dalam ketentraman" (Daoed Joesoef, 1989, halaman 6-7).
Pengertian damai yang disampaikan Saint Agustinus terkandung
maksud bahwa damai adalah kondisi yang memungkinkan dijalankannya
tat a tertib karena adanya ketentraman atau bebas dari rasa takut, gelisah
atau cemas.
Apabila pengertian diatas diangkat pada skala internasional, maka
perdamian intenasional dapat diartikan sebagai kondisi yang niemungkinan
dijalankannya tata-tertib internasional karena adanya ketentraman dalam
masyarakat interriasional.
Akan tetapi tata-tertib internasional yang dimaksud ternyata bukanlah
suatu mekanisme yang selalu disepakati oleh semua negara mengingat
bahwa kondisi, latar-belakang sejarah, dan persepsinya terhadap dinamika
internasional dapat berbedaobeda.
Perangkat dan mekanisme tata-tertib yang diasumsikan dapat diterima
oleh masyarakat internasional kadang-kadang dipandang tidak cocok untuk
diterapkan negara tertentu, sehingga negara tersebut lebih memilih mekanisme

,
Mengkaji 33

tersendiri yang diyakini dapat menjamin terwujudnya perdamaian sesuai


dengan persepsinya sendiri . Hal serupa ini terjadi dalam kasus invasi Israel
ke wilayah Lebanon pada bulan Juni 1982.
Bilamana suatu negara yang semula menerima kehadiran pas uk an atau
misi perdamaian PBB kemudian merubah pandangannya berdasarkan
analisa situasi dari perkembangan yang terjadi, maka atas dasar analisa itu
negara yang bersangkutan dapat mengambil prakarsa sendiri tanpa meng-
hiraukan Pasukan Pemelihara Perdamaian PBB.
Di satu sisi je1as bahwa, negara yang dimasuki Operasi Pemeliharaan
Perdamaian PBB tetap menghendaki kehadiran kekuatan PBB tersebut, akan
tetapi hal itu tidak diperhatikan pihak lain yang melakukan serangan terhadap
negara yang dimasuki Pasukan Pemeliharaan Perdamaian PBB. Hal ini dapat
dicontohkan dengan adanya invasi Israel terhadap Lebanon, dimana pasukan
PBB (UNIFIL) praktis tidak berbuat memaksa, ketika pasukan Israel jelas
melanggar perbatasannya dengan Lebanon dan melanjutkan sampai ke
Ibukota Lebanon, dengan dalih akan memusnahkan "sarang" gerilyawan
Palestina (PLO).
Pembenaran yang dipergunakan Israel ialah, bahwa dengan demikian
Israel akan dapal menjarnin ketentraman bagi penduduknya yang bermukim
di Israel bagian Utara. Perdana Menteri Menachen Begin, waktu itu, me-
ngatakan bahwa dengan operasi tersebut Israel menginginkan , "penduduk
Israel bagian Utara itu dapat menikmati ketentraman tanpa kuatir terhadap
serangan roket gerilyawan Palestina " (Fuad Hassan, 1983 , halaman:
27-30).
Kasus pengusiran Pasukan Pemeliharaan Perdamaian PBB yang terjadi
pada tahun 1967, atas permintaan Mesir dan invasi Israel ke wilayah
Lebanon pada bulan J uni 1982 dengan menerobos barisan penyekat Pasukan
Pemeliharaan Perdamaian UNIFIL, menunjukan bahwa faktor kedaulatan
negara dan perbedaan persepsi tentang perdamaian dapat mempengaruhi
berhasil-tidaknya pelaksanaan Operasi Pemeliharaan Perdamaian PBB.
Contoh-contoh kasus yang mencerminkan serupa diatas tentunya dapat
diperbanyak lagi.

V. KesimpuIan
Berdasarkan uraian di alas ada beberapa kesimpulan yang dapat
dikemukakan sebagai berikut:
OPerasi Perneliharaan Perdamaian PBB (United Nations Peace-keeping
Operation) merupakan bagian dari rangkaian usaha mewujudkan perdamaian
oleh ·PBB, yang di dalam pelaksanaannya menggunakan kekuatan militer atau
menggunakan kemampuan personil militer dari negara-negara anggota PBB
untuk melerai pihak-pihak yang bertikai.
Terdapat perbedaan fundamental antara pengertiall. "Collective
Security dengan "United Nations Peace-keeping Operation", sekalipun
kedua-duanya menggunakan kekuatan militer secara multinasional dan ber-

Februari 1991
34 ~
Hukum dan Pembangllllan

tujuan sarna, yaitu m~ngupayakan terwujudnya per~damaian.


"Collective Security" di dalam upaya mewujudkan suatu perdamaian
dapat menggunakan kekuatan yang bersifat memaks<, d.an memihak salah satu
pihak .dalam sengketa. Dalam pelaksanaannya, "Collective Security" ini
tentu mengandung resiko-resiko yang besat .bagi anggo.ta pasukan yang ter-
gabung dalam keamanan kolektif ini .
. Operasi Pemeliharaan Perdamaian PBB (United Nations Peace-keeping
Operation) tidak dimaksudkan untuk memihak salah satu pihak dalam
sengketa, atau menyerang pihak lain. Tugasnya adalah antara lain adalah
melerai pihak-pihak yang bersengketa di medan tern pur dan tidak menetap-
kan sanksi terhadap salah satu pihak yang bersengketa. Karakter seperti ini
tentunya akan mengurangi resiko-resiko sampai tingkat yang lebih kecil.dari
resiko yang dihadapi dari dalam Collective Security.
Oleh karena resikonya lebih kecil maka adalah wajar apabila secara
kuantitas pelaksanaan Operasi Pemeliharaan Perdamaian PBB lebih banyak
dilakukan daripada mekanisme Keamanan Kollektif, dalam upaya mewujud-
kan perdamaian internasional. Hal itu bukan kemudian berarti bahwa
dalam pelaksanaan tugasnya, Operasi Pemeliharaan Perdamaian tidak
pernah mendapat hambatan.
Ada dua faktor yang dapat menjadi penghambat kelancaran tugas
Operasi Pemeliharaan Perdamaian PBB, yaitu kedaulatan negara dan per-
bedaan persepsi tentang perdamaian.

VI. Penutup
Operasi Pemeliharaan Perdamaian PBB, suatau alternatif mekanisme
PBB dalam upaya mewujudkan perdamaian dunia telah menjalankan tugas-
nya berkali-kali di berbagai wilayah dunia. Sebagai "Non-Fighting Force "
dan ban yak dinilai hanya sebagai manefestasi kesepakatan politik belaka.
Maka penilaian terhadap operasi Pemeliharaan Perdamaian tentu dapat
berbeda-beda.
Operasi Pemeliharaan Perdamaian PBB bukan didirikan untuk meng-
hapus semua perbedaan pandangan antar negara-negara yang bersengketa.
Secara esensial pemeliharaan perdamaian bermaksud menjamin agar per-
bedaan antara friksi-friksi antar negara yang bersengketa tidak menghambat
usaha bersama untuk mencapai sasaran ya!1l> disepakai.
Ketegangan, konflik maupun perang memang suatu gejala yang selalu
terjadi dalam percaturan masyarakat internasional. Tidak ada satu negara-
pun yang dapat mengatasi semua dan sekaligus. Adanya kenyataan itulah,
maka didirikan PBB untuk menghindari makin meningkatnya ketegallgan
menjadi berbagai macam konflik dan berangsur-angsur mencapai upaya per-
wujudan.
Bila direnungkan kegagalan-kegagalan dalam pelaksanaan Operasi
Pemeliharaan perdamaian PBB membuktikaJ) bahwa tidak ada sengketa
manapun yang dapat diselesaikan, jika negara-negara yang bersengketa
Mengkaji 35

tidak bekerjasama untuk berupaya mewujudkan perdamaian, dengan


demikian kegagalan-kegagalan Operasi Pemeliharaan Perdamaian bukan
tanggungjawab PBB semata-mata.

DAITAR KEPUSTAKAAN
Couloumbis, Theodore A dan James H. Wolfe, Introduction to Inter-
national Relations: Power and Justice, alih bahasa: Marcedes Marburi,
(Abardin, Bandung, 1990)

Eichelberger, Clark M., Tbe United Nations: be First 20 Years, New York:
Macfadden-Bartell Coorperation, 1965.

Hassan, Fuad, "Upaya Pemeliharaan Perdamaian Dalam Penyelesaian


. Sengketa Intemasional", Jumal Luar Negeri, Badan Penelitian Dan
Pengembangan Departemen Luar Negeri RI , No.2, 1983.

Joesoef, Daoed, "Konsep Perdamaian dalam Sistem Intemasional Dan


Strategi Nasional", Analisa, CSIS, No .1, hal. 5-29,1989.

BUKU-BUKU PUBLIKASI
United Nations, The Blue Helmet, A Review ojUnited NationsPeace-keeping,
United Nations Department of Publik Information, New York, 1985.

-----, United Nations Peace-keeping, United Nations of Department Public


Information, New York, 1988.

-----, Basic Fact About United Nations Peace-keeping, United Nations


Department of Public Information, New York, 1989.

-----, Teaching About United Nations Peace-keeping, United Nations


Department of Public Information, New York, 1990.

Judges ought to remember that their office is jus dicere, and not jus dare; to
interpret law, and not to make law, or gilJe law.
Para hakim horus ingot bahwa tugas mereka odalah jus dicere, dan bukan jus
dare , yaitu mena/sirkon hukum , bukan membuat hukum atau memberi
hukum.
(Francis Bacon),

Februari 1991

Anda mungkin juga menyukai