KEL.8 AskepKistaOavrium 2B
KEL.8 AskepKistaOavrium 2B
ASUHAN KEPERAWATAN
Untuk memenuhi tugas mata kuliah
Maternitas
Yang dibina oleh Dosen Tim :
Ibu Sumirah, SKp, M.Kep
Oleh:
KELOMPOK 8 – 2B
SONIA NABILA P17220194050
RISKA FITRIANI P17220194052
ICA CRES DIANA P17220194062
ALIFIA NANDA P.S P17220194066
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
inayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan
Keperawatan Dengan Kista Ovarium dengan tepat waktu.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
mendukung baik secara langsung maupun tidak langsung.
Makalah ini berisi mengenai konsep dasar penyakit kista ovarium dan
menjelaskan kondisi pasien pada asuhan keperawatan maternitas.
Penulis tentu menyadari masih ada banyak kesalahan dalam penulisan makalh ini
untuk itu penulis sangat mengharapkan kritikan serta saran yang membangun dari
pembaca sehingga makalah ini dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kemudian apalagi ada kesalahan pada makalah ini penulis memohon maaf yang
sebesar- besarnya penulis berharap makalah ini dpat bermanfaat bagi
pembacanya.
i
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAUR................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan.....................................................................................1
1.3 Manfaat Penulisan...................................................................................1
iii
i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit ryang menyerang
reproduksi wanita. Kista atau tumor merupakan bentuk gangguan yang bisa
dikatakan adanya pertumbuhan sel-sel otot polos pada ovarium yang bersifat
jinak. Walaupun demikian tidak menutup kemungkinan untuk menjadi tumor
ganas atau kanker. Perjalanan penyakit ini sering disebut sillent killer atau
secara diam diam menyebabkan banyak wanita yang tidak menyadari bahwa
dirinya sudah terserang kista ovarium dan hanya mengetahui pada saat kista
sudah dapat teraba dari luar atau membesar ( Depkes RI, 2011 dalam jurnal
(SUSIANTI, 2017)
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk Folikel de Graff atau kista
kecil. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari
2.8 cm akan melepaskan Oosit mature. Folikel yang rupture berubah menjadi
korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan
kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum
akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Tetapi jika terjadi
fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar, kemudian secara
gradual akan mengecil selama kehamilan.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Etiologi
Kista ovarium terb entuk ole h bermaca m sebab. Penyebab inil ah
yang nantinya akan menentukan tipe dari kista. Diantara beberapa tipe kista
ovarium,tipe folikuler merupakan tipe kista yang paling banyak ditemukan.
Kista jenis ini terbentuk oleh karena pertumbuhan folikel ovarium yang tidak terkontrol.
2
Folikel adalah suatu rongga cairan yang normal terdapat dalam
ovarium. Pada keadaan normal, folikel yang berisi sel telur ini akan terbuka
saat siklus menstruasi untuk melepaskan sel telur. Namun pada beberapa
kasus, folikel ini tidak terbuka sehingga menimbulkan bendungan carian yang
nantinya akan menjadi kista. Cairan yang mengisi kista sebagian besar berupa
darah yang keluar akibat dari perlukaan yang terjadi pada pembuluh darah
kecil ovarium. Pada beberapa kasus, kista dapat pula diisi oleh jaringan
abnormal tubuh seperti rambut dan gigi. Kista jenis ini disebut dengan Kista
Dermoid.
3
1. Nyeri perut yang tajam dan tiba-tiba
2. Nyeri bersamaan dengan demam
3. Rasa ingin muntah
D. Klasifikasi/ Stadium
1. Kista non neoplasma. Disebabkan karena ketidak seimbangan hormon
esterogen dan progresterone diantaranya adalah:
a. Kista non fungsional. Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan
epitelium yang berkurang di dalam korteks.
b. Kista fungsional
1) Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi
ruptur atau folikel yang tidak matang direabsorbsi cairan
folikuler di antara siklus menstruasi. Banyak terjadi pada
wanita yang menarche kurang dari 12 tahun.
2) Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi
progesterone setelah ovulasi.
3) Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG
terdapat pada mola hidatidosa.
4) Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH
yang menyebabkan hiperstimuli ovarium.
2. Kista neoplasma
a. Kistoma ovarii simpleks adalah suatu jenis kista deroma serosum
yang kehilangan epitel kelenjarnya karena tekanan cairan dalam
kista.
b. Kistodenoma ovarii musinoum. Asal kista ini belum pasti,
mungkin berasal dari suatu teratoma yang pertumbuhanya I
elemen mengalahkan elemen yang lain.
c. Kistadenoma ovarii serosum. Berasal dari epitel permukaan
ovarium (Germinal ovarium).
4
d. Kista Endrometreid. Belum diketahui penyebab dan tidak ada
hubungannya dengan endometroid.
e. Kista dermoid. Tumor berasal dari sel telur melalui proses
pathogenesis
E. PATOFISIOLOGI
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk Folikel de Graff atau kista
kecil. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari
2.8 cm akan melepaskan Oosit mature. Folikel yang rupture berubah menjadi
korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan
kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum
akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Tetapi jika terjadi
fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar, kemudian secara
gradual akan mengecil selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista
fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang
kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi
oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multiple dapat
terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap
gonadotropin yang berlebih.
Pada neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan
choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan
diabetes, HCg menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien
dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin
(FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate, dapat menyebabkan
sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan pemberian HCG.
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak
terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia
yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh
ini, keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan
sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan
5
keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas
yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel
granulosa dari sex cord sel dan germ sel tumor dari germ sel primordial.
Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan
germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal.
Endometrioma merupakan kista yang berisi darah endometrium ektopik. Pada
sindrom ovary pilokistik, ovarium biasanya terdiri dari folikel- foliket dengan
multiple kistik yang memiliki diamet 2-5 mm, seperti yang terlihat dalam
sonogram.
F. KOMPLIKASI
Menurut (Yatim 2008, dalam [ CITATION Lae17 \l 1033 ](Laelati
2017)) komplikasi – komplikasi yang dapat terjadi pada kista ovarium
adalah :
a. Perdarahan kedalam kista, biasanya terjadi secara terus-menerus dan
sedikit-sedikit yang dapat menyebabkan pembesaran kista dan
menimbulkan kondisi kurang darah (anemia).
b. Putaran tangkai, dapat terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm
atau lebih. Putaran tangkai menyebabkan gangguan sirkulasi akut sehingga
mengalami nekrosis.
c. Robek dinding kista, terjadi pada torsi tangkai akan tetapi dapat pula
sebagai akibat trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut, dan lebih
sering pada waktu persetubuhan.
d. Perubahan keganasan atau infeksi (merah, panas, bengkak, dan nyeri).
e. Gejala penekanan tumor fibroid bisa menimbulkan keluhan buang air besar
(konstipasi).
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Ultrasonografi
2. Laparoskopi
3. Foto Rontgen
4. Parasentesis
H. PENATALAKSANAAN
Beberapa pilihan pengobatan yang mungkin disarankan :
b. Pemberian obat anti inflamasi non steroid seperti ibu profen dapat
diberikan kepada pasien dengan penyakit kista untuk mengurangi rasa nyeri
(Manuaba, 2009, dalam(Laelati 2017))
7
segera mengangkatnya. Ada 2 tindakan pembedahan yang utama yaitu :
laparaskopi dan laparatomi (Yatim, 2008 dalam (Laelati 2017)
Ciri kista yang perlu dioperasi yang memiliki dengan indikasi sebagai
berikut :
1. Kista berdiameter lebih besar dari 5 cm, dan telah diobservasi 6-8
minggu tanpa ada pengecilan tumor
8
I. Cara Pencegahan Kista Ovarium
Menurut Nugroho (2014 dalam(Laelati 2017), adapaun cara pencegahan
penyakit kista yaitu:
a. Mengkonsumsi banyak sayuran dan buah karena sayuran dan buah
banyak mengandung vitamin dan mineral yang mampu meningkatkan
stamina tubuh.
b. Menjaga pola hidup sehat, khususnya menghindari rokok dan sering
olahraga.
c. Menjaga kebersihan area kewanitaan, hal tersebut untuk menghindari
infeksi mikroorganisme dan bakteri yang dapat berkembang disekitar
area kewanitaan.
d. Mengurangi makanan yang berkadar lemak tinggi. Apabila setiap
individu mengkonsumsi makanan yang berkadar lemak tinggi, hal
tersebut dapat menyebabkan gangguan hormon khususnya gangguan
hormon kortisol pemicu stress dan dapat pula terjadi obesitas.
e. Mengunakan pil KB secara oral yang mengandung hormon estrogen dan
progesteron guna untuk meminimalisir risiko terjadinya kista karena
mampu mencegah produksi sel telur (Laelati 2017)
9
II. Pathway
10
2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Pre Operasi
1. Pengkajian
Tahap pengkajian dari proses keperawatan merupakan proses dinamis
terorganisir dan meliputi unsur bio psiko social spriritual dalam proses
pengkajian ada 2 tahap yaitu pengumpulan data dan analisa data (Tarwoto, 2010
dalam (Endrayati, 2015).
2. Pengumpulan data pre test
Pada tahap ini merupakan kegiatan dalam menghimpun informasi (data-
data) dari klien yang meliputi unsur bio psiko social spriritual yang
komperhentif secara lengkap dan relevan untuk mengenal klien agar dapat
memberi arah kepada tindakan keperawatan (Endrayati, 2015)
a. Identitas
Nama klien, suku bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status
perkawinan, umur, dapat terjadi pada wanita usia kurang 30 tahun. Kista
fisiologis lazim di temukan pada usia subur sedangkan masalah lain lazim
terjadi setelah menopause. (Darta M, 2010 dalam (Endrayati, 2015).
b. Keluhan utama
Klien biasanya di tanya dengan keluhan nyeri perut bagian bawah dan
menstruasi yang tidak teratur dan disertai nyeri (dysmenorhoe).
c. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama yang dialami klien dari awal sakit kapan gejala tersebut
muncul pertama kali tindakan penyembuhan selam di rumah termasuk obat-
obatan yang didapat hingga saat pengkajian termasuk keluhan dan klinis klien
saat pengkajian.
d. Riwayat penyakit yang dialami
Kaji adanya penyakit yang dialami klien misalnya diabetes mellitus,
hipertensi, asma, tumor, maupun penyakit lainnya.
11
e. Riwayat kesehatan keluarga
Kaji adanya penyakit yang pernah dialami keluarga misalnya DM, HT,
Asma. Kaji apakah ada keluarga yang pernah menderita kista ovarium atau
penyakit kandungan lainnya. Dapat juga dikaji malalui genogram dan dari
denogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan.
f. Riwayat reproduksi
Kaji tentang menarche klien seperti siklus menstruasi lamanya, banyaknya,
adakah keluhan, saat menstruasi serta kapan terakhir menstruasi.
g. Aspek psikososial
Persepsi klien tentang dampak penyakit terhadap diri klien. Perasaan klien
dan tingkat pengetahuan klien tentang penyakitnya.
h. Pola aktivitas sehari-hari
Adakah gangguan eliminasi BAB dan BAK adakah maual dan muntah
karena adanya nyeri di perut.
i. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik umum berisi tentang keadaan umum klien kesadaran
umum klien, TB, BB, Postur tubuh, dan tanda-tanda fital (tekanan darah,
denyut nadi, pernafasan, suhu). Pemeriksaan fisik khusus meliputi :
1) Inspeksi
Muali dari kepala, wajah, mata, hidung, telinga, mulut, leher, ketiak,
payudarah, dada, abdomen, pelipatan paha, punggung, genetalia,
ekstremitas atas dan bawah.
2) Palpasi
Dengan cara meraba terutama bagian leher, payudara, perut dan kaki
3) Perkusi
Dengan cara ketuk pada daerah perut dan patella
4) Auskultasi
Untuk mendengarkan bunyi suara pada paru-paru dan jantung serta perut
klien
j. Data penunjang
1) USG
Hasil akan tampak massa dicavum pelviks
12
2) Foto rontgen
Untuk menentukan adanya hidrothorak
3) Pemeriksaan darah (tumor marker / pertanda tumor) dilakukan pada kista
dengan curiga keganasan.
4) Pemeriksaan laboraturium, untuk mengetahui kadar hemoglobin dan
masa pembekuan darah bila ada pendarahan.
3. Analisa Data
Dari hasil pengakjian kemudian data tersebut dikelompokkan lalu dianalisa
sehingga dapat ditarik kesimpulan masalah yang akan timbul dan untuk
selanjutnya dapat dirumuskan diagnose keperawatan.
B. Diaknosa Keperawatan
1. Preoperasi
c. PK: perdarahan
2. Post operasi
13
DIANGOSA
NO INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN TUJUAN (NOC)
Pain Level,
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Pain control,
Comfort level
Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
Kriteria Hasil : nyeri pasien
16
2. Kecemasan bd Setelah dilakukan asuhan NIC :
diagnosis dan keperawatan selama 3x 24 jam
pembedahan diharapakan cemasi terkontrol Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
17
18
Identifikasi tingkat kecemasan
19
3. PK: Perdarahan Setelah dilakukan asuhan Monitor tanda-tanda perdarahan gastrointestinal
keperawatan selama 3x24 jam
diharapakan pasien menunjukkan Awasi petheciae, ekimosis, perdarahan dari suatu tempat
perdarahan dapat diminimalkan Monitor vital sign Catat perubahan mental Hindari
aspirin
20
Post Operasi
DIANGOSA
NO INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN TUJUAN (NOC)
21
1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan asuhan
injuri fisik keperawatan selama 3x24 Pain Management
jam diharapkan nyeri Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
pasien berkurang karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
23
2. Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan asuhan Infection Control (Kontrol infeksi)
penurunan keperawatan selama 3x 24
Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
pertahanan primer jam diharapakan infeksi
terkontrol Pertahankan teknik isolasi
NOC : Batasi pengunjung bila perlu Instruksikan pada pengunjung
untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung
Immune Status
meninggalkan pasien
Knowledge : Infection
Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
control
Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan
Risk control
Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
Kriteria Hasil :
Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
Klien bebas dari tanda dan
gejala infeksi Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan
Mendeskripsikan proses petunjuk umum
penularan penyakit, factor
yang mempengaruhi
penularan serta
penatalaksanaannya,
Menunjukkan kemampuan
untuk mencegah timbulnya
infeksi
24
25
Jumlah leukosit dalam batas Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung
normal kencing
Batasi pengunjung
28
3. Defisit perawatan Setelah dilakukan asuhan Personal hyegene managemen
diri b.d imobilitas keperawatan selama 3x24
(nyeri pembedahan) jam diharapakan pasien Kaji keterbatasan pasien dalam perawatan diri
menunjukkan kebersihan Berikan kenyamanan pada pasien dengan membersihkan tubuh pasien
diri (oral,tubuh,genital)
NOC : Ajarkan kepada pasien pentingnya menjaga kebersihan diri
Kowlwdge : disease process Ajarkan kepada keluarga pasien dalam menjaga kebersihan pasien
Kowledge : health Behavior
Kriteria Hasil :
Pasien tampak
menunjukkan kebersihan
Pasien nyaman
29
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN FIKTIF
A. PENGKAJIAN
Tanggal masuk : 9 November 2020
Tanggal pengkajian : 10 November 2020
Jam masuk : 06.00 WIB
Ruang RS : R. Melati
No. RM : 25120899
1. IDENTITAS
Nama Pasien : Ny. M Nama Suami : Tn. A
Umur : 28 Tahun Umur : 31 Tahun
Suku / Bangsa : Jawa Suku/ Bangsa : Madura
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : Diploma 3
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : PNS
Alamat : Jl. Supriyadi, Malang Alamat : Jl. Supriyadi
Status : Kawin Status : Kawin
Diagnosa : Kista Ovarium
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Alasan Masuk Rumah Sakit
Pasien mengeluh perutnya bertambah besar sudah 2 bulan. BAB susah,
muntah, mual disertai pusing. Kemudian pasien memeriksakan diri ke
dokter spesialis kandungan. Pasien kemudian dibawa ke RSUD
Malang dan dirujuk kembali ke RSSA untuk dilakukan tindakan medis
dan perawatan lebih lanjut.
b. Keluhan Utama
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 10 November 2020 pukul
11.00 WIB, klien sudah dilakukan tindakan operasi atas indikasi kista
ovarium. Klien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi. Luka terasa
panas dan terasa mendadak, jika ditanya pasien mengatakan skala
nyeri 8, Pasien nampak meringis dan merintih TD : 110/70 mmHg,
Suhu : 38°C, Nadi : 82x/menit, RR: 24x/menit
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan sebelumnya tidak pernah menderita penyakit kista
ovarium.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan keluarga pasien tidak ada yang menderita kista
ovarium seperti klien.
e. Riwayat Haid
30
Menarche : 12 Tahun
Siklus : Tidak teratur (terkadang 28 hari / 30 hari)
Lamanya : 5 – 7 hari
Banyak : 2 – 3 ganti pembalut
Warna : Merah segar
Dismenorea : Tidak ada
Keluhan lain : Payudara membesar dan nyeri
f. Riwayat Obsteri
Riwayat kehamilan : Hamil 1 kali
Riwayat persalinan : 1 kali, Normal, BB : 2800 gram, PB : 49 cm
Nifas dan menyusui : menyusui anak hingga usia 6 bulan
g. Riwayat Keluarga Berencana
Pernah KB : Pernah
Metode : Suntik 3 bulan sekali
Keluhan : BB bertambah
3. ASPEK PSIKOSOSIAL
a. Persepsi tentang penyakit : Klien berpendapat bahwa penyakit yang
diderita pasien saat ini merupakan ujian dari Tuhan dna yakin akan ada
sembuh. Dan pasien berkata tidak tahu mengenai penyakitnya.
b. Perubahan dalam kehidupan : Klien tidak mampu beraktifitas seperti
ibu rumah tangga biasanya.
c. Dukungan keluarga : Keluarga dan kerabat terdekat selalu memberikan
dukungan kepada klien saat menjalani perawatan
4. POLA NUTRISI
a. Makan
Frekuensi : 3 kali sehari
Jenis : Nasi dan Lauk pauk
Porsi : setengah piring
Keluhan : Pasien mengatakan nafsu makan menurun dan merasa
mual
Sebelum sakit pasien suka makan makanan cepat saji dan gorengan
b. Minum
Frekuensi : Sering
Jenis : Air putih dan Susu hangat
Banyak : 6 – 7 gelas sehari / 1800 ml
5. POLA ELIMINASI
a. Fekal
Frekuensi : 1 kali dalam sehari
Warna : kunig kecoklatan
Konsistensi: lunak
Keluhan : susah BAB
b. Alvi
31
Frekuensi : 5 kali sehari
Warna : Kuning jernih
Banyak : 200cc, terpasang kateter
Keluhan : tidak ada
6. PERSONAL HYGIENE
a. Mandi : 2 kali dalam sehari
b. Oral hygiene : 2 kali dalam sehari
c. Cuci rambut : 1 kali dalam seminggu
8. POLA AKTIVITAS
No Aktivitas 0 1 2 3 4
1. Makan minum √
2. Mandi √
3. Toiletting √
4. Berpakaian √
5. Mobilitas di tempat tidur √
6. ROM √
Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Alat bantu
2 : Dibantu orang lain
3 : Dibantu orang lain dan alat
4 : Tergantung total
9. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum : Lemah
1. Kesadaran : Composmentis
2. Status Gizi
TB : 152 cm
BB : 43 kg
IMT : 18,6 kg (Normal)
3. Tanda – Tanda Vital
Tekanan darah: 110 / 70 mmHg
Suhu : 38°C
Nadi : 82 x/ menit
32
RR : 24 x/ menit
b. Pemeriksaan secara sistematik
1. Kepala dan Rambut
Bentuk kepala mesocephal, tidak ada lesi, bersih, persebaran
merata dan tidak ada benjolan
2. Muka
a. Mata :
Bentuk : simetris
Konjungtiva : anemis
Sklera : tidak ikterik
Keluhan : tampak mata menghitam dan terdapat kantung mata
b. Hidung :
Bentuk : simetris
Sekret : tidak ada
Pembauan : baik
Pernafasan cuping hidung : tidak ada
c. Mulut dan Gigi
Bibir : kering, tidak sianosis
Gigi : bersih
3. Leher
Kelenjar getah bening : tidak ada pembesaran
Vena jugularis : tidak teraba
4. Thoraks
Paru – Paru
I : bentuk dada simetris kanan – kiri, espansi dada simetris,
tidak ada lesi
P : tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada nyeri tekan
P : suara resonan
A : bunyi vesikuler
Jantung
I : tidak ada jaringan parut,
P : tidak ada nyeri tekan, teraba ictus cordiss
P : bunyi redup
A : vesikuler
5. Abdomen
I : tampak luka bekas operasi
P : terdapat nyeri tekan
P : bunyi timpani
A : bising usus normal
6.Integumen Kulit
Sianosis : tidak ada
33
Warna : sawo matang
Turgor : elastis
7. Ekstremitas
Akral : teraba hangat
CRT : < 2 detik
Edema : tidak ada
8. Genetalia
Kebersihan : bersih
Persebaran rambut kemaluan : merata
Pengeluaran pervaginam : tidak ada
10. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Lengkap
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Hb 11,2 g/dL P (12 – 14)
L (13 – 16)
Leukosit 15,9 103/uL 5 - 10
Trombosit 139 103/uL 150 – 400
Eritrosit 4,62 103/uL P(4–5)
L ( 4,5 – 5,5 )
Hematokrit 31,5 % P (40 – 50)
L (45 – 55)
MCV 75,4 fL 80 – 96
MCH 24,6 pg 27 – 31
MCHC 32,6 g/dL 32 - 36
Klinis Darah Lengkap
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
GDP 80 mg/dL 70 – 100
GD2PP 105 mg/dL 70 - 100
SGOT 20 U/L P (< 21)
L (< 25)
SGPT 17 U/L P (< 23)
L (< 30)
LDL 196 mg/dL 120 - 190
HDL 80 mg/dL P (45 – 65)
L ( 35 – 55)
Kolesterol 301 mg/dL 150 – 200
34
35
ANALISA DATA
Tanggal : 10 November 2020
N Data Etiologi Masalah
O
1. DS : Pasien mengatakan nyeri
P : tindakan invasif (Laparatomi) Agen Pencedera Fisik Nyeri Akut
Q : Terasa panas
R : Bekas operasi
S : Skala 8
T : Mendadak
2. DS : -
Efek Prosedur Invasif Risiko Infeksi
DO :
Suhu : 38°C
RR : 24x / menit
Leukosit : 15,9 g/dL
DO :
LDL : 196 mg/dL
Kolesterol : 301 mg/dL
36
39
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
39
40
Setelah dilakukan
Risiko Infeksi b.d Efek
2. tindakan keperawatan 1. Monitor tanda gejala infeksi lokal 1. Mengetahui tanda gejala
prosedur invasif
selama 2 x 24 jam dan sistemik yang akan menyebabkan
diharapkan risiko 2. Pertahankan teknik aseptik pada infeksi pada luka.
terhadap infeksi pasien beresiko tinggi 2. Mengurangi penyebaran
berkurang dengan 3. Ganti balutan sesuai jumlah mikroorganisme pada luka.
kriteria hasil : eksudat dan drainase 3. Mempercepat penyembuhan
- Nafsu makan 4. Jelaskan tanda dan gejala infeksi dan mencegah infeksi.
meningkat (5) 5. Kolaborasi pemberian antibiotik 4. Agar pasien dan keluarga
- Demam menurun (5) tahu tanda gejala yang
- Nyeri menurun (5) mungkin akan muncul saat
- Kadar sel darah putih terjadi infeksi.
membaik (5) 5. Mencegah infeksi dengan
mematikan mikroorganisme
di dalam tubuh.
40
41
41
42
E. EVALUASI
DIAGNOSA TANGGAL
NO
KEPERAWATAN 10-11-2020 11-11-2020 12-11-2020
1. Nyeri akut b.d Agen
pencedera fisik d.d S: Pasien mengatakan nyeri S: Pasien mengatakan nyeri S: Pasien mengatakan sudah tidak
pasien mengeluh nyeri, P : tindakan invasif
wajah nampak meringis berkurang nyeri lagi
(Laparatomi)
dan pola nafas berubah Q : Terasa panas P : tindakan invasif (Laparatomi) P : tindakan invasif
R : Bekas operasi Q : Terasa panas (Laparatomi)
S : Skala 8 R : Bekas operasi Q : Terasa panas
T : Mendadak S : Skala 5 R : Bekas operasi
T : Mendadak S : Skala 2
T : Mendadak
O : Wajah nampak meringis dan
O : Pasien terkadang meringis namun
merintih
O : Pasien sudah tidak meringis
sudah tidak merintih
A : Masalah belum teratasi
dan merintih lagi
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi No. 1 – 6
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi No. 2,3,4 dan
P : Hentikan intervensi
6
43
44
3.
Pemeliharaan kesehatan S : Pasien mengatakan sudah
tidak efektif b.d
S : Pasien mengatakan suka mengetahui tentang penyakitnya dan
ketidakmampuan
memakan makanan cepat saji dan
membuat penilaian yang akan berperilaku hidup sehat
tidak mengetahui tentang
tepat d.d pasien
penyakitnya O:
mengatakan suka
makanan cepat saji dan LDL : 196 mg/dL
O:
tidak mengetahui Kolesterol : 301 mg/dL
tentang penyakitnya, LDL : 196 mg/dL
A : Masalah teratasi
LDL = 196 mg/dL, Kolesterol : 301 mg/dL
Koleterol : 301 mg/dL P : Hentikan intervesni
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi No. 1 - 4
..............................,.......................................
Mengetahui,
Pembimbing Klinik Mahasiswa
(.......................................................) (............................................................)
NIM.
44
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada BAB ini kami akan membandingkan beberapa kesenjangan antara Asuhan
Keperawatan Teoritis dengan Asuhan Keperawatan Kasus Fiktif yang penulis
temukan pada Ny. M di Rumah Sakit Saiful Anwar Malang.
A. PENGKAJIAN
Seperti yang diuraikan pada BAB sebelumnya penulis memaparkan Asuhan
Keperawatan Fiktif dengan menerapkan proses keperawatan dimana
pengkajian dilaksankan pada tanggal 10 November 2020 setelah dilakukan
tindakan operasi Laparatomi. Untuk mendapatkan data penunjang baik secara
objektif maupun subjektif, dilakukan wawancara dengan klien dan keluarga
serta pemeriksaan fisik secara Head to Toe. Selain itu, dilakukan pemeriksaan
penunjang seperti pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan diagnostik
USG. Pada pengkajian klien dengan kista ovarium yang kami kaji ditemukan
keluhan seperti pasien mengeluh nyeri pada bagian abdomen, merasa begah,
nyeri payudara dan mengalami ketidak teraturan siklus menstruasi dan mual.
Sedangkan menurut teori yang disebutkan tidak jauh beda dengan tanda gejala
yang timbul pada Ny.M. Perbedaanya hanya terdapat pada beberapa gejala
seperti nyeri panggul dan tekanan pada dubur yang tidak disebutkan dalam
Asuhan Keperawatan kasus fiktif.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa yang disebutkan dalam teori Asuhan Keperawatan pada kista
ovarium setelah dilakukan tindakan operasi :
d. Nyeri akut b/d agen injuri fisik
e. Resiko infeksi b/d tindakan invasif dan pembedahan
f. Defisit perawatan diri b.d imobilitas (nyeri paska pembedahan)
45
diagnosa, sedangkan pada Asuhan keperawatan kasus telah menggunakan
panduan SDKI.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Pada rencana tindakan Asuhan keperawatan teoritis masih menggunakan
panduan NOC untuk outcome dan NIC untuk income, sedangkan pada
Asuhan keperawatan fiktif pada Ny.M sudah menggunakan panduan SLKI
untuk menentukan kriteria hasil dan SIKI untuk menentukan intervensi yang
akan diberikan kepada klien. Pada Asuhan keperawatan teoritis juga tidak
disebutkan rasional jika diberikan rencana tindakan.
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Dalam tahap implementasi memberikan tindakan keperawatan sesuai prioritas
masalah pada Ny.M
1. Pada diagnosa nyeri akut Ny. M yaitu : mengidentifikasi skala, lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi dan intensitas nyeri, mengidentifikasi
respon nyeri non verbal, memberikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri, memfasilitasi istirahat dan tidur, mengajarkan
teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri, mengkolaborasikan
dengan pemberian analgesik. Pada Asuhan keperawatan teori tindakan
yang dilakukan sama dengan kasus fiktif.
2. Pada diagnosa risiko infeksi diberikan tindakan memonitor tanda gejala
infeksi, mempertahankan teknik aseptik,mengganti balutan dan
mengkolaborasikan dengan pemberian analgesik.
3. Pada diagnosa pemeliharaan kesehatan tidak efektif diberikan tindakan
mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan klien dalam menerima
informasi, memberikan lingkungan yang mendukung kesehatan dan
memberikan pendidikan kesehatan.
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Dalam melaksanakan evaluasi proses dan evaluasi hasil dilaksanakan pada
saat sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan. Keberhasilan tindakan
keperawatan dilakukan secara subjektif melalui ungkapan klien terhadap
masalah dan objektif dengan pengamatan dan pengukuran dari ketiga
diagnosa seluruhnya masalah teratasi.
46
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Kista merupakan kantong yang berisi cairan, kista berbentuk seperti balon
berisi air, yang dapat tumbuh di mana saja dan bermacam-macam jenisnya.
Kista yang berada di dalam maupun permukaan ovarium (indung telur)
disebut kista ovarium atau tumor ovanium. Tanda gejala yang sering muncul
pada kista ovarium yaitu pasien mengeluh perut merasa begah dan kembung,
mual, muntah, nyeri pinggang dan keterlambatan menstruasi atau menstruasi
tidak teratur.
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan menggunakan teknik pendekatan
pada klien dan kelurga klien dimulai dari pengkajian, diagnosa masalah,
intervendi, implementasi dan evaluasi perkembangan kesehatan klien. Untuk
menentukan diagnosa penulis berfokus pada data – data masalah aktual dan
risiko tinggi berdasarkan prioritas kebutuhan dasar manusia menurut Abraham
Maslow.
5.2 SARAN
Sebagai mahasiswa keperawatan hendaknya kita memahami konsep dan
asuhan keperawatan yang tepat diberikan kepada pasien dengan kista ovarium
sesuai dengan masalah kesehatan yang dialami pasien agar kita mampu
memberikan pelayanan secara optimal. Untuk pasien hendaknya lebih terbuka
mengenai informasi dan mampu memelihara kesehatanya sendiri untuk
menghindari kesakitan.
47
DAFTAR PUSTAKA
Banowati, A., & Rahmawati, D. (n.d.). STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN.
Endrayati, Y. (2015). ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny S DENGAN
DIAGNOSIS MEDIS KISTA OVARIUM PRE & POST LAPARATOMI TAH+ BSO DI
RUANG E 2 RUMKITAL Dr. RAMELAN SURABAYA.
Lestari, C. E., & Rosyidah, R. (2011). Analisis Kepatuhan Perawat pada Standar
Asuhan Keperawatan di Unit Rawat Inap Kelas III RSU PKU Muhammadiyah Bantul
YOGYAKARTA Tahun 2010. Kes Mas: Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Ahmad Daulan, 5(1).
SUSIANTI, I. (2017). APLIKASI TEORI MODEL CALISTA ROY DALAM
PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN KISTA OVARIUM
DI SUKAMAJU KOTA BENGKULU APPLICATION OF THE THEORY OF
CALISTA ROY MODEL IN GIVING NURSING ASSISTANCE IN NY. S WITH
OVARIAN CYSTS IN SUKAMAJU BENGKULU CITY.
Laelati, S. (2017). "ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI PADA NY. S UMUR 29
TAHUN DENGAN KISTA OVARIUM DI RUANG GINEKOLOGI RSUD KRMT WONGSONEGORO
KOTA SEMARANG."
48