Anda di halaman 1dari 52

ASUHAN KEPERAWATAN KISTA OVARI

ASUHAN KEPERAWATAN
Untuk memenuhi tugas mata kuliah
Maternitas
Yang dibina oleh Dosen Tim :
Ibu Sumirah, SKp, M.Kep

Oleh:
KELOMPOK 8 – 2B
SONIA NABILA P17220194050
RISKA FITRIANI P17220194052
ICA CRES DIANA P17220194062
ALIFIA NANDA P.S P17220194066

POLTEKKES KEMENKES MALANG


D-III KEPERAWATAN LAWANG
November, 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
inayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan
Keperawatan Dengan Kista Ovarium dengan tepat waktu.

Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
mendukung baik secara langsung maupun tidak langsung.

Makalah ini berisi mengenai konsep dasar penyakit kista ovarium dan
menjelaskan kondisi pasien pada asuhan keperawatan maternitas.

Penulis tentu menyadari masih ada banyak kesalahan dalam penulisan makalh ini
untuk itu penulis sangat mengharapkan kritikan serta saran yang membangun dari
pembaca sehingga makalah ini dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kemudian apalagi ada kesalahan pada makalah ini penulis memohon maaf yang
sebesar- besarnya penulis berharap makalah ini dpat bermanfaat bagi
pembacanya.

Demikian, penulis mengucapkan terima kasih atas waktu dan kesempatanya.

Malang, 11 November 2020

i
Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAUR................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan.....................................................................................1
1.3 Manfaat Penulisan...................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Kista Ovari..............................................................................2
2.2 Etiologi.....................................................................................................2
2.3 Manifestasi Klinik....................................................................................3
2.4 Patofisiologi..............................................................................................5
2.5 Komplikasi................................................................................................6
2.6 Pemeriksaan penunjang............................................................................6
2.7 Penatalaksanaan........................................................................................7
2.8 Pencegahan...............................................................................................9
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian..............................................................................................34
3.2 Diagnosa Keperawatan..........................................................................39
3.3 Rencana Tindakan.................................................................................40
3.4 Tindakan Keperawatan..........................................................................42
3.5 Evaluasi Tindakan..................................................................................43
BAB IV PEMBAHASAN...........................................................................45
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan............................................................................................47
5.2 Saran.......................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................48

iii
i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit ryang menyerang
reproduksi wanita. Kista atau tumor merupakan bentuk gangguan yang bisa
dikatakan adanya pertumbuhan sel-sel otot polos pada ovarium yang bersifat
jinak. Walaupun demikian tidak menutup kemungkinan untuk menjadi tumor
ganas atau kanker. Perjalanan penyakit ini sering disebut sillent killer atau
secara diam diam menyebabkan banyak wanita yang tidak menyadari bahwa
dirinya sudah terserang kista ovarium dan hanya mengetahui pada saat kista
sudah dapat teraba dari luar atau membesar ( Depkes RI, 2011 dalam jurnal
(SUSIANTI, 2017)
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk Folikel de Graff atau kista
kecil. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari
2.8 cm akan melepaskan Oosit mature. Folikel yang rupture berubah menjadi
korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan
kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum
akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Tetapi jika terjadi
fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar, kemudian secara
gradual akan mengecil selama kehamilan.

1.2 TUJUAN PENULISAN


Tujuan penulisan makalah ini adalah memberikan informasi mengenai
pengertian, penyebab, tanda dan gejala serta komplikasi pada pasien dengan
Kista Ovari pada pembaca dengan memberi contoh kasus nyata pada asuhan
keperawatan, serta tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas mata
kuliah Keperawatan Anak.

1.3 MANFAAT PENULISAN


Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah :
1. Sebagai sarana informasi bagi pembaca.
2. Sebagai bentuk sumber dan sebagai bahan masukan kepada para penulis
lain untuk ikut menggali mengenai Kista Ovari.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP MEDIS


A. PENGERTIAN
Kista merupakan kantong yang berisi cairan, kista berbentuk seperti balon
berisi air, yang dapat tumbuh di mana saja dan bermacam-macam jenisnya.
Kista yang berada di dalam maupun permukaan ovarium (indung telur)
disebut kista ovarium atau tumor ovanium (Rusidanto, 2010). (Banowati &
Rahmawati, n.d.)
Kista yaitu suatu bentukan kurang lebih bulat dengan dinding tipis, yang
berisi cairan atau bahan setengah cair (Soemadi, 2006).
Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit ryang menyerang
reproduksi wanita. Kista atau tumor merupakan bentuk gangguan yang bisa
dikatakan adanya pertumbuhan sel-sel otot polos pada ovarium yang bersifat
jinak. Walaupun demikian tidak menutup kemungkinan untuk menjadi tumor
ganas atau kanker. Perjalanan penyakit ini sering disebut sillent killer atau
secara diam diam menyebabkan banyak wanita yang tidak menyadari bahwa
dirinya sudah terserang kista ovarium dan hanya mengetahui pada saat kista
sudah dapat teraba dari luar atau membesar ( Depkes RI, 2011 dalam jurnal
(SUSIANTI, 2017)
Kista Ovarium adalah suatu kantong abnormal yang berisi cairan atau
setengah cair yang tumbuh dalam indung telur. Kista termasuk tumor jinak
yang terbungkus oleh selaput semacam jaringan. Berbentuk kistik dan ada
yang berbentuk seperti anggur. Kista dapat berisi udara, cairan kental,
maupun nanah. 2 Kumpulan sel-sel tumor itu terpisah dengan jaringan normal
di sekitarnya dan tidak dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya. (Asri, 2008
dalam jurnal (Endrayati, 2015)

B. Etiologi
Kista ovarium terb entuk ole h bermaca m sebab. Penyebab inil ah
yang nantinya akan menentukan tipe dari kista. Diantara beberapa tipe kista
ovarium,tipe folikuler merupakan tipe kista yang paling banyak ditemukan.
Kista jenis ini terbentuk oleh karena pertumbuhan folikel ovarium yang tidak terkontrol.

2
Folikel adalah suatu rongga cairan yang normal terdapat dalam
ovarium. Pada keadaan normal, folikel yang berisi sel telur ini akan terbuka
saat siklus menstruasi untuk melepaskan sel telur. Namun pada beberapa
kasus, folikel ini tidak terbuka sehingga menimbulkan bendungan carian yang
nantinya akan menjadi kista. Cairan yang mengisi kista sebagian besar berupa
darah yang keluar akibat dari perlukaan yang terjadi pada pembuluh darah
kecil ovarium. Pada beberapa kasus, kista dapat pula diisi oleh jaringan
abnormal tubuh seperti rambut dan gigi. Kista jenis ini disebut dengan Kista
Dermoid.

C. TANDA DAN GEJALA


Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau hanya sedikit
nyeri yang tidak berbahaya. Tetapi adapula kista yang berkembang besar dan
menimpulkan nyeri yang hebat. Penyakit ini tidak bisa dilihat dari gejala-gejala
saja karena kemungkinan gejalanya mirip dengan keadaan lain seperti
endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik (di luar rahim) atau kanker
ovarium.
Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau perubahan
ditubuh anda untuk mengetahui gejala mana yang serius. Gejala-gejala berikut
merupakan tanda seseorang mengalami kista ovarium :

1. Perut terasa penuh, berat, kembung


2. Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil)
3. Haid tidak teratur
4. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke
punggung bawah dan paha.
5. Nyeri sanggama
6. Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat
hamil.

Gejala-gejala berikut memberikan petunjuk diperlukan penanganan


kesehatan segera :

3
1. Nyeri perut yang tajam dan tiba-tiba
2. Nyeri bersamaan dengan demam
3. Rasa ingin muntah

D. Klasifikasi/ Stadium
1. Kista non neoplasma. Disebabkan karena ketidak seimbangan hormon
esterogen dan progresterone diantaranya adalah:
a. Kista non fungsional. Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan
epitelium yang berkurang di dalam korteks.
b. Kista fungsional
1) Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi
ruptur atau folikel yang tidak matang direabsorbsi cairan
folikuler di antara siklus menstruasi. Banyak terjadi pada
wanita yang menarche kurang dari 12 tahun.
2) Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi
progesterone setelah ovulasi.
3) Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG
terdapat pada mola hidatidosa.
4) Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH
yang menyebabkan hiperstimuli ovarium.

2. Kista neoplasma
a. Kistoma ovarii simpleks adalah suatu jenis kista deroma serosum
yang kehilangan epitel kelenjarnya karena tekanan cairan dalam
kista.
b. Kistodenoma ovarii musinoum. Asal kista ini belum pasti,
mungkin berasal dari suatu teratoma yang pertumbuhanya I
elemen mengalahkan elemen yang lain.
c. Kistadenoma ovarii serosum. Berasal dari epitel permukaan
ovarium (Germinal ovarium).

4
d. Kista Endrometreid. Belum diketahui penyebab dan tidak ada
hubungannya dengan endometroid.
e. Kista dermoid. Tumor berasal dari sel telur melalui proses
pathogenesis

E. PATOFISIOLOGI
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk Folikel de Graff atau kista
kecil. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari
2.8 cm akan melepaskan Oosit mature. Folikel yang rupture berubah menjadi
korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan
kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum
akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Tetapi jika terjadi
fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar, kemudian secara
gradual akan mengecil selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista
fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang
kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi
oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multiple dapat
terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap
gonadotropin yang berlebih.
Pada neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan
choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan
diabetes, HCg menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien
dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin
(FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate, dapat menyebabkan
sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan pemberian HCG.
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak
terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia
yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh
ini, keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan
sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan
5
keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas
yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel
granulosa dari sex cord sel dan germ sel tumor dari germ sel primordial.
Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan
germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal.
Endometrioma merupakan kista yang berisi darah endometrium ektopik. Pada
sindrom ovary pilokistik, ovarium biasanya terdiri dari folikel- foliket dengan
multiple kistik yang memiliki diamet 2-5 mm, seperti yang terlihat dalam
sonogram.

F. KOMPLIKASI
Menurut (Yatim 2008, dalam [ CITATION Lae17 \l 1033 ](Laelati
2017)) komplikasi – komplikasi yang dapat terjadi pada kista ovarium
adalah :
a. Perdarahan kedalam kista, biasanya terjadi secara terus-menerus dan
sedikit-sedikit yang dapat menyebabkan pembesaran kista dan
menimbulkan kondisi kurang darah (anemia).
b. Putaran tangkai, dapat terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm
atau lebih. Putaran tangkai menyebabkan gangguan sirkulasi akut sehingga
mengalami nekrosis.
c. Robek dinding kista, terjadi pada torsi tangkai akan tetapi dapat pula
sebagai akibat trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut, dan lebih
sering pada waktu persetubuhan.
d. Perubahan keganasan atau infeksi (merah, panas, bengkak, dan nyeri).
e. Gejala penekanan tumor fibroid bisa menimbulkan keluhan buang air besar
(konstipasi).

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Ultrasonografi

Dengan pemeriksaan mi dapat ditentukan letak batas tumor, apakah


tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah 28
6
tumor kistik atau solid, dan dapatkah dibedakan pula antara cairan dalam
rongga perut yang bebas dan yang tidak.

2. Laparoskopi

Dengan laparoskopi, alat teropong ringan dan tipis dimasukkan melalui


pembedahan kecil di bawah pusar untuk melihat ovarium, menghisap
cairan dari kista atau mengambil bahan percontohan untuk biopsi.

3. Foto Rontgen

Pemeriksaan mi berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.


Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanya gigi
dalam tumor.

4. Parasentesis

Telah disebut bahwa fungsi pada asites berguna untuk menentukan


sebab asites. Perlu diingat bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan
kavum peritonium dengan isi kista bila dinding kista tertusuk.

H. PENATALAKSANAAN
Beberapa pilihan pengobatan yang mungkin disarankan :

a. Pendekatan pendekatan yang dilakukan pada klien tentang pemilihan


pengobatan nyeri dengan analgetik / tindakan kenyamanan seperti, kompres
hangat pada abdomen, dan teknik relaksasi napas dalam (Prawirohardjo,
2011dalam(Laelati 2017)).

b. Pemberian obat anti inflamasi non steroid seperti ibu profen dapat
diberikan kepada pasien dengan penyakit kista untuk mengurangi rasa nyeri
(Manuaba, 2009, dalam(Laelati 2017))

c. Pembedahan Jika kista tidak menghilang setelah beberapa episode


menstruasi semakin membesar, lakukan pemeriksaan ultrasound, dokter harus

7
segera mengangkatnya. Ada 2 tindakan pembedahan yang utama yaitu :
laparaskopi dan laparatomi (Yatim, 2008 dalam (Laelati 2017)

Pengobatan kista ovarium biasanya adalah pengangkatan melalui tindakan


bedah atau operasi bila ukurannya kurang dari 5 cm dan tampak terisi oleh
cairan fisiologis pada pasien muda yang sehat. Kontrasepsi oral dapat
digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kista.
Sekitar 80% lesi yang terjadi pada wanita berusia 29 tahun dan yang lebih
muda adalah jinak, setelah 50 tahun hanya 50% yang jinak. Perawatan paska
operatif setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium yaitu serupa
dengan perawatan setelah pembedahan abdomen dengan satu pengecualian.
Penurunan tekanan intra abdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista
yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat. Komplikasi
ini dapat dicegah sampai suatu tingkat dengan memberikan gurita abdomen
yang ketat. (Endrayati, 2015)

Ciri kista yang perlu dioperasi yang memiliki dengan indikasi sebagai

berikut :

1. Kista berdiameter lebih besar dari 5 cm, dan telah diobservasi 6-8
minggu tanpa ada pengecilan tumor

2. Ada bagian padat dari dinding tumor 18

3. Dinding tumor bagian dalam berjonjot

4. Kista Iebih besar dari 10 cm. ascites

5. Dugaan terpelintir atau pecah (Smeltzer, Suzanne, 2006 dalam


(Endrayati, 2015).

8
I. Cara Pencegahan Kista Ovarium
Menurut Nugroho (2014 dalam(Laelati 2017), adapaun cara pencegahan
penyakit kista yaitu:
a. Mengkonsumsi banyak sayuran dan buah karena sayuran dan buah
banyak mengandung vitamin dan mineral yang mampu meningkatkan
stamina tubuh.
b. Menjaga pola hidup sehat, khususnya menghindari rokok dan sering
olahraga.
c. Menjaga kebersihan area kewanitaan, hal tersebut untuk menghindari
infeksi mikroorganisme dan bakteri yang dapat berkembang disekitar
area kewanitaan.
d. Mengurangi makanan yang berkadar lemak tinggi. Apabila setiap
individu mengkonsumsi makanan yang berkadar lemak tinggi, hal
tersebut dapat menyebabkan gangguan hormon khususnya gangguan
hormon kortisol pemicu stress dan dapat pula terjadi obesitas.
e. Mengunakan pil KB secara oral yang mengandung hormon estrogen dan
progesteron guna untuk meminimalisir risiko terjadinya kista karena
mampu mencegah produksi sel telur (Laelati 2017)

9
II. Pathway

10
2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Pre Operasi

Merupakan tahap awal dari proses keperawatan semua informasi yang


akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien
yang telah dikumpulkan.

1. Pengkajian
Tahap pengkajian dari proses keperawatan merupakan proses dinamis
terorganisir dan meliputi unsur bio psiko social spriritual dalam proses
pengkajian ada 2 tahap yaitu pengumpulan data dan analisa data (Tarwoto, 2010
dalam (Endrayati, 2015).
2. Pengumpulan data pre test
Pada tahap ini merupakan kegiatan dalam menghimpun informasi (data-
data) dari klien yang meliputi unsur bio psiko social spriritual yang
komperhentif secara lengkap dan relevan untuk mengenal klien agar dapat
memberi arah kepada tindakan keperawatan (Endrayati, 2015)
a. Identitas
Nama klien, suku bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status
perkawinan, umur, dapat terjadi pada wanita usia kurang 30 tahun. Kista
fisiologis lazim di temukan pada usia subur sedangkan masalah lain lazim
terjadi setelah menopause. (Darta M, 2010 dalam (Endrayati, 2015).
b. Keluhan utama
Klien biasanya di tanya dengan keluhan nyeri perut bagian bawah dan
menstruasi yang tidak teratur dan disertai nyeri (dysmenorhoe).
c. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama yang dialami klien dari awal sakit kapan gejala tersebut
muncul pertama kali tindakan penyembuhan selam di rumah termasuk obat-
obatan yang didapat hingga saat pengkajian termasuk keluhan dan klinis klien
saat pengkajian.
d. Riwayat penyakit yang dialami
Kaji adanya penyakit yang dialami klien misalnya diabetes mellitus,
hipertensi, asma, tumor, maupun penyakit lainnya.
11
e. Riwayat kesehatan keluarga
Kaji adanya penyakit yang pernah dialami keluarga misalnya DM, HT,
Asma. Kaji apakah ada keluarga yang pernah menderita kista ovarium atau
penyakit kandungan lainnya. Dapat juga dikaji malalui genogram dan dari
denogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan.
f. Riwayat reproduksi
Kaji tentang menarche klien seperti siklus menstruasi lamanya, banyaknya,
adakah keluhan, saat menstruasi serta kapan terakhir menstruasi.
g. Aspek psikososial
Persepsi klien tentang dampak penyakit terhadap diri klien. Perasaan klien
dan tingkat pengetahuan klien tentang penyakitnya.
h. Pola aktivitas sehari-hari
Adakah gangguan eliminasi BAB dan BAK adakah maual dan muntah
karena adanya nyeri di perut.
i. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik umum berisi tentang keadaan umum klien kesadaran
umum klien, TB, BB, Postur tubuh, dan tanda-tanda fital (tekanan darah,
denyut nadi, pernafasan, suhu). Pemeriksaan fisik khusus meliputi :
1) Inspeksi
Muali dari kepala, wajah, mata, hidung, telinga, mulut, leher, ketiak,
payudarah, dada, abdomen, pelipatan paha, punggung, genetalia,
ekstremitas atas dan bawah.
2) Palpasi
Dengan cara meraba terutama bagian leher, payudara, perut dan kaki
3) Perkusi
Dengan cara ketuk pada daerah perut dan patella
4) Auskultasi
Untuk mendengarkan bunyi suara pada paru-paru dan jantung serta perut
klien
j. Data penunjang
1) USG
Hasil akan tampak massa dicavum pelviks
12
2) Foto rontgen
Untuk menentukan adanya hidrothorak
3) Pemeriksaan darah (tumor marker / pertanda tumor) dilakukan pada kista
dengan curiga keganasan.
4) Pemeriksaan laboraturium, untuk mengetahui kadar hemoglobin dan
masa pembekuan darah bila ada pendarahan.

3. Analisa Data
Dari hasil pengakjian kemudian data tersebut dikelompokkan lalu dianalisa
sehingga dapat ditarik kesimpulan masalah yang akan timbul dan untuk
selanjutnya dapat dirumuskan diagnose keperawatan.

B. Diaknosa Keperawatan

1. Preoperasi

a. Nyeri kronis b/d agen injuri biologi

b. Cemas b/d diagnosis dan rencana pembedahan

c. PK: perdarahan

2. Post operasi

a. Nyeri akut b/d agen injuri fisik

b. Resiko infeksi b/d tindakan invasif dan pembedahan

c. Defisit perawatan diri b.d imobilitas (nyeri paska


pembedaha

13
DIANGOSA
NO INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN TUJUAN (NOC)

1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan asuhan


injuri biologi keperawatan selama 3x24 jam Pain Management
diharapkan nyeri pasien berkurang Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
NOC :

Pain Level,
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Pain control,

Comfort level
Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
Kriteria Hasil : nyeri pasien

Mampu mengontrol nyeri (tahu


penyebab nyeri, mampu Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk mengurangi
Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
nyeri, mencari bantuan)

Melaporkan bahwa nyeri berkurang


Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan
dengan menggunakan manajemen
kontrol nyeri masa lampau
nyeri

Mampu mengenali nyeri (skala,


intensitas, frekuensi dan tanda
Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
nyeri)

Menyatakan rasa nyaman setelah 14


nyeri berkurang
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
Tanda vital dalam rentang normal pencahayaan dan kebisingan
15
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi

Ajarkan tentang teknik non farmakologi

Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

Evaluasi keefektifan kontrol nyeri Tingkatkan istirahat

Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri


tidak berhasil

16
2. Kecemasan bd Setelah dilakukan asuhan NIC :
diagnosis dan keperawatan selama 3x 24 jam
pembedahan diharapakan cemasi terkontrol Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)

NOC : Gunakan pendekatan yang menenangkan


Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
Anxiety control
Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama
Coping
prosedur
Kriteria Hasil :
Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
Klien mampu mengidentifikasi dan mengurangi takut
mengungkapkan gejala cemas
Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan
Mengidentifikasi, mengungkapkan prognosis
dan menunjukkan tehnik untuk
Dorong keluarga untuk menemani anak
mengontol cemas
Lakukan back / neck rub Dengarkan dengan penuh
Vital sign dalam batas normal
perhatian
Postur tubuh, ekspresi wajah,
bahasa tubuh dan tingkat aktivitas
menunjukkan berkurangnya
kecemasan

17
18
Identifikasi tingkat kecemasan

Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan

Dorong pasien untuk mengungkapkanperasaan, ketakutan,


persepsi

Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi

Barikan obat untuk mengurangi kecemasan

19
3. PK: Perdarahan Setelah dilakukan asuhan Monitor tanda-tanda perdarahan gastrointestinal
keperawatan selama 3x24 jam
diharapakan pasien menunjukkan Awasi petheciae, ekimosis, perdarahan dari suatu tempat
perdarahan dapat diminimalkan Monitor vital sign Catat perubahan mental Hindari

aspirin

Awasi HB dan factor pembekuan

Berikan vitamin tambahan dan pelunan feses

20
Post Operasi

DIANGOSA
NO INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN TUJUAN (NOC)

21
1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan asuhan
injuri fisik keperawatan selama 3x24 Pain Management
jam diharapkan nyeri Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
pasien berkurang karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

NOC : Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

Pain Level, Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui


pengalaman nyeri pasien
Pain control,
Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
Comfort level
Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
Kriteria Hasil :
Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
Mampu mengontrol nyeri ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
(tahu penyebab nyeri,
mampu menggunakan Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
tehnik nonfarmakologi
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
untuk mengurangi nyeri,
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
mencari bantuan)
Kurangi faktor presipitasi nyeri
Melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi
menggunakan manajemen dan inter personal)
nyeri

Mampu mengenali nyeri


(skala, intensitas, frekuensi
22
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi

Ajarkan tentang teknik non farmakologi

Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

Evaluasi keefektifan kontrol nyeri Tingkatkan istirahat

Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil

23
2. Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan asuhan Infection Control (Kontrol infeksi)
penurunan keperawatan selama 3x 24
Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
pertahanan primer jam diharapakan infeksi
terkontrol Pertahankan teknik isolasi
NOC : Batasi pengunjung bila perlu Instruksikan pada pengunjung
untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung
Immune Status
meninggalkan pasien
Knowledge : Infection
Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
control
Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan
Risk control
Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
Kriteria Hasil :
Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
Klien bebas dari tanda dan
gejala infeksi Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan
Mendeskripsikan proses petunjuk umum
penularan penyakit, factor
yang mempengaruhi
penularan serta
penatalaksanaannya,

Menunjukkan kemampuan
untuk mencegah timbulnya
infeksi

24
25
Jumlah leukosit dalam batas Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung
normal kencing

Menunjukkan perilaku Tingktkan intake nutrisi Berikan terapi antibiotik bila


hidup sehat perlu

Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)

Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal

Monitor hitung granulosit, WBC

Monitor kerentanan terhadap infeksi

Batasi pengunjung

Saring pengunjung terhadap penyakit menular

Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko

Pertahankan teknik isolasi k/p Berikan perawatan kuliat pada


area epidema

Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas,


drainase

Ispeksi kondisi luka / insisi bedah

Dorong masukkan nutrisi yang cukup


26
27
Dorong istirahat

Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep

Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi

Ajarkan cara menghindari infeksi

Laporkan kecurigaan infeksi Laporkan kultur positif

28
3. Defisit perawatan Setelah dilakukan asuhan Personal hyegene managemen
diri b.d imobilitas keperawatan selama 3x24
(nyeri pembedahan) jam diharapakan pasien Kaji keterbatasan pasien dalam perawatan diri
menunjukkan kebersihan Berikan kenyamanan pada pasien dengan membersihkan tubuh pasien
diri (oral,tubuh,genital)
NOC : Ajarkan kepada pasien pentingnya menjaga kebersihan diri
Kowlwdge : disease process Ajarkan kepada keluarga pasien dalam menjaga kebersihan pasien
Kowledge : health Behavior

Kriteria Hasil :

Pasien bebas dari bau

Pasien tampak
menunjukkan kebersihan

Pasien nyaman

29
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN FIKTIF

A. PENGKAJIAN
Tanggal masuk : 9 November 2020
Tanggal pengkajian : 10 November 2020
Jam masuk : 06.00 WIB
Ruang RS : R. Melati
No. RM : 25120899

1. IDENTITAS
Nama Pasien : Ny. M Nama Suami : Tn. A
Umur : 28 Tahun Umur : 31 Tahun
Suku / Bangsa : Jawa Suku/ Bangsa : Madura
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : Diploma 3
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : PNS
Alamat : Jl. Supriyadi, Malang Alamat : Jl. Supriyadi
Status : Kawin Status : Kawin
Diagnosa : Kista Ovarium

2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Alasan Masuk Rumah Sakit
Pasien mengeluh perutnya bertambah besar sudah 2 bulan. BAB susah,
muntah, mual disertai pusing. Kemudian pasien memeriksakan diri ke
dokter spesialis kandungan. Pasien kemudian dibawa ke RSUD
Malang dan dirujuk kembali ke RSSA untuk dilakukan tindakan medis
dan perawatan lebih lanjut.
b. Keluhan Utama
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 10 November 2020 pukul
11.00 WIB, klien sudah dilakukan tindakan operasi atas indikasi kista
ovarium. Klien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi. Luka terasa
panas dan terasa mendadak, jika ditanya pasien mengatakan skala
nyeri 8, Pasien nampak meringis dan merintih TD : 110/70 mmHg,
Suhu : 38°C, Nadi : 82x/menit, RR: 24x/menit
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan sebelumnya tidak pernah menderita penyakit kista
ovarium.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan keluarga pasien tidak ada yang menderita kista
ovarium seperti klien.
e. Riwayat Haid

30
Menarche : 12 Tahun
Siklus : Tidak teratur (terkadang 28 hari / 30 hari)
Lamanya : 5 – 7 hari
Banyak : 2 – 3 ganti pembalut
Warna : Merah segar
Dismenorea : Tidak ada
Keluhan lain : Payudara membesar dan nyeri
f. Riwayat Obsteri
Riwayat kehamilan : Hamil 1 kali
Riwayat persalinan : 1 kali, Normal, BB : 2800 gram, PB : 49 cm
Nifas dan menyusui : menyusui anak hingga usia 6 bulan
g. Riwayat Keluarga Berencana
Pernah KB : Pernah
Metode : Suntik 3 bulan sekali
Keluhan : BB bertambah

3. ASPEK PSIKOSOSIAL
a. Persepsi tentang penyakit : Klien berpendapat bahwa penyakit yang
diderita pasien saat ini merupakan ujian dari Tuhan dna yakin akan ada
sembuh. Dan pasien berkata tidak tahu mengenai penyakitnya.
b. Perubahan dalam kehidupan : Klien tidak mampu beraktifitas seperti
ibu rumah tangga biasanya.
c. Dukungan keluarga : Keluarga dan kerabat terdekat selalu memberikan
dukungan kepada klien saat menjalani perawatan

4. POLA NUTRISI
a. Makan
Frekuensi : 3 kali sehari
Jenis : Nasi dan Lauk pauk
Porsi : setengah piring
Keluhan : Pasien mengatakan nafsu makan menurun dan merasa
mual
Sebelum sakit pasien suka makan makanan cepat saji dan gorengan
b. Minum
Frekuensi : Sering
Jenis : Air putih dan Susu hangat
Banyak : 6 – 7 gelas sehari / 1800 ml

5. POLA ELIMINASI
a. Fekal
Frekuensi : 1 kali dalam sehari
Warna : kunig kecoklatan
Konsistensi: lunak
Keluhan : susah BAB
b. Alvi

31
Frekuensi : 5 kali sehari
Warna : Kuning jernih
Banyak : 200cc, terpasang kateter
Keluhan : tidak ada

6. PERSONAL HYGIENE
a. Mandi : 2 kali dalam sehari
b. Oral hygiene : 2 kali dalam sehari
c. Cuci rambut : 1 kali dalam seminggu

7. POLA ISTIRAHAT TIDUR


Siang hari : 2 jam
Malam hari : 6 jam, dimulai pukul 20.30
Keluhan : Mengatakan sering terbangun karena nyeri

8. POLA AKTIVITAS
No Aktivitas 0 1 2 3 4
1. Makan minum √
2. Mandi √
3. Toiletting √
4. Berpakaian √
5. Mobilitas di tempat tidur √
6. ROM √
Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Alat bantu
2 : Dibantu orang lain
3 : Dibantu orang lain dan alat
4 : Tergantung total

9. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum : Lemah
1. Kesadaran : Composmentis
2. Status Gizi
TB : 152 cm
BB : 43 kg
IMT : 18,6 kg (Normal)
3. Tanda – Tanda Vital
Tekanan darah: 110 / 70 mmHg
Suhu : 38°C
Nadi : 82 x/ menit

32
RR : 24 x/ menit
b. Pemeriksaan secara sistematik
1. Kepala dan Rambut
Bentuk kepala mesocephal, tidak ada lesi, bersih, persebaran
merata dan tidak ada benjolan
2. Muka
a. Mata :
Bentuk : simetris
Konjungtiva : anemis
Sklera : tidak ikterik
Keluhan : tampak mata menghitam dan terdapat kantung mata
b. Hidung :
Bentuk : simetris
Sekret : tidak ada
Pembauan : baik
Pernafasan cuping hidung : tidak ada
c. Mulut dan Gigi
Bibir : kering, tidak sianosis
Gigi : bersih
3. Leher
Kelenjar getah bening : tidak ada pembesaran
Vena jugularis : tidak teraba
4. Thoraks
Paru – Paru
I : bentuk dada simetris kanan – kiri, espansi dada simetris,
tidak ada lesi
P : tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada nyeri tekan
P : suara resonan
A : bunyi vesikuler

Jantung
I : tidak ada jaringan parut,
P : tidak ada nyeri tekan, teraba ictus cordiss
P : bunyi redup
A : vesikuler
5. Abdomen
I : tampak luka bekas operasi
P : terdapat nyeri tekan
P : bunyi timpani
A : bising usus normal
6.Integumen Kulit
Sianosis : tidak ada

33
Warna : sawo matang
Turgor : elastis
7. Ekstremitas
Akral : teraba hangat
CRT : < 2 detik
Edema : tidak ada
8. Genetalia
Kebersihan : bersih
Persebaran rambut kemaluan : merata
Pengeluaran pervaginam : tidak ada
10. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Lengkap
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Hb 11,2 g/dL P (12 – 14)
L (13 – 16)
Leukosit 15,9 103/uL 5 - 10
Trombosit 139 103/uL 150 – 400
Eritrosit 4,62 103/uL P(4–5)
L ( 4,5 – 5,5 )
Hematokrit 31,5 % P (40 – 50)
L (45 – 55)
MCV 75,4 fL 80 – 96
MCH 24,6 pg 27 – 31
MCHC 32,6 g/dL 32 - 36
Klinis Darah Lengkap
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
GDP 80 mg/dL 70 – 100
GD2PP 105 mg/dL 70 - 100
SGOT 20 U/L P (< 21)
L (< 25)
SGPT 17 U/L P (< 23)
L (< 30)
LDL 196 mg/dL 120 - 190
HDL 80 mg/dL P (45 – 65)
L ( 35 – 55)
Kolesterol 301 mg/dL 150 – 200

USG : Tanggal 9//11/2020


Adanya kista ovarium dextra ukuran 22,7 x 17,6 cm

34
35
ANALISA DATA
Tanggal : 10 November 2020
N Data Etiologi Masalah
O
1. DS : Pasien mengatakan nyeri
P : tindakan invasif (Laparatomi) Agen Pencedera Fisik Nyeri Akut
Q : Terasa panas
R : Bekas operasi
S : Skala 8
T : Mendadak

DO : Wajah nampak meringis dan


merintih

2. DS : -
Efek Prosedur Invasif Risiko Infeksi
DO :
Suhu : 38°C
RR : 24x / menit
Leukosit : 15,9 g/dL

3. DS : Pasien mengatakan suka


memakan makanan cepat saji dan Ketidakmampuan Pemeliharaan
tidak mengetahui tentang membuat penilaian Kesehatan Tidak
penyakitnya yang tepat Efektif

DO :
LDL : 196 mg/dL
Kolesterol : 301 mg/dL

36
39

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

N NAMA & TANDA


TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN
O TANGAN
1 10 – 11 – 2020 Nyeri akut b.d Agen pencedera fisik d.d pasien
mengeluh nyeri, wajah nampak meringis dan pola
nafas berubah

2. 10 – 11 – 2020 Risiko infeksi b.d Efek prosedur invasif

3. 10 – 11- 2020 Pemeliharaan kesehatan tidak efektif b.d


ketidakmampuan membuat penilaian yang tepat d.d
pasien mengatakan suka makanan cepat saji dan
tidak mengetahui tentang penyakitnya, LDL = 196
mg/ dL, Koleterol : 301 mg/dL

39
40

C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA NAMA & TANDA


NO INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN HASIL TANGAN
1. Nyeri akut b.d Agen Setelah dilakukan 1. Identifikasi skala, lokasi, 5. Untuk mengetahui
pencedera fisik d.d tindakan keperawatan karakteristik, durasi, frekuensi dan karakteristik nyeri pada
pasien mengeluh nyeri, selama 2 x 24 jam intensitas nyeri. pasien dan untuk
wajah nampak meringis diharapkan nyeri akut 2. Identifikasi respon nyeri non verbal menentukan tindakan yang
berkurang dengan 3. Berikan teknik nonfarmakologis akan diberikan.
dan pola nafas berubah
kriteria hasil : untuk mengurangi rasa nyeri 6. Untuk mengetahui respon
- Keluhan nyeri 4. Fasilitasi istirahat dan tidur pasien terhadap nyeri.
menurun (5) 5. Ajarkan teknik nonfarmakologis 7. Mengurangi nyeri pasien
- Meringis menurun (5) untuk mengurangi rasa nyeri tanpa obat.
- Mual menurun (5) 6. Kolaborasi pemberian analgesik 8. Meningkatkan daya tahan
- Nafsu makan tubuh pasien.
membaik (5) 9. Agar pasien dan keluarga
mampu melakukan teknik
nonfarmakologis secara
mandiri
10. Mengurangi rasa nyeri
pada pasien

Setelah dilakukan
Risiko Infeksi b.d Efek
2. tindakan keperawatan 1. Monitor tanda gejala infeksi lokal 1. Mengetahui tanda gejala
prosedur invasif
selama 2 x 24 jam dan sistemik yang akan menyebabkan
diharapkan risiko 2. Pertahankan teknik aseptik pada infeksi pada luka.
terhadap infeksi pasien beresiko tinggi 2. Mengurangi penyebaran
berkurang dengan 3. Ganti balutan sesuai jumlah mikroorganisme pada luka.
kriteria hasil : eksudat dan drainase 3. Mempercepat penyembuhan
- Nafsu makan 4. Jelaskan tanda dan gejala infeksi dan mencegah infeksi.
meningkat (5) 5. Kolaborasi pemberian antibiotik 4. Agar pasien dan keluarga
- Demam menurun (5) tahu tanda gejala yang
- Nyeri menurun (5) mungkin akan muncul saat
- Kadar sel darah putih terjadi infeksi.
membaik (5) 5. Mencegah infeksi dengan
mematikan mikroorganisme
di dalam tubuh.
40
41

3. Pemeliharaan kesehatan Setelah dilakukan 1. Identifikasi kesiapan dan 1. Mengetahui kesiapan


tidak efektif b.d tindakan keperawatan kemampuan menerima informasi pasien menerima informasi
ketidakmampuan selama 2 x 24 jam 2. Identifikasi perilaku upaya 2. Mengetahui perilaku
membuat penilaian diharapkan pasien kesehatan yang dapat ditingkatkan kesehatan pada pasien
mampu memelihara 3. Berikan lingkungan yang yang dapat ditingkatkan
yang tepat d.d pasien
kesehatanya dengan mendukung kesehatan 3. Menunjang perilaku
mengatakan suka kriteria hasil : 4. Ajarkan hidup bersih dan sehat kesehatan pasien
makanan cepat saji dan - Menunjukkan 4. Meningkatkan kualitas dan
tidak mengetahui pemahaman perilaku perilaku kesehatan pasien
tentang penyakitnya, sehat meningkat (5)
LDL = 196 mg/dL, - Kemampuan
Koleterol : 301 mg/dL menjalankan perilaku
sehat meningkat (5)
- Perilaku mencari
bantuan meningkat (5)

41
42

D. IMPLEMENTASI RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

NAMA & TANDA


NO TANGGAL JAM TINDAKAN KEPERAWATAN
TANGAN
1. 10 –11-2020 11.10 1. mengidentifikasi skala, lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi dan intensitas nyeri.
2. mengidentifikasi respon nyeri non verbal
11.35 3. memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
12.00 4. memfasilitasi istirahat dan tidur
14.00 5. mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
15.00 6. mengkolaborasikan dengan pemberian analgesik

11-11-2020 08.00 1. Mengidentifikasi respon nyeri non verbal


2. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
11.30 3. Memfasilitasi istirahat dan tidur
14.00 4. Mengkolaborasikan dengan pemberian analgesik

12-11-2020 10.00 1. Mengidentifikasi respon nyeri non verbal


2. Memfasilitasi istirahat dan tidur

2. 10-11-2020 11.10 1. Memonitor tanda gejala infeksi lokal dan sistemik


11.45 2. Mempertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi
3. Mengganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase
12.00 4. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi
15.00 5. Mengkolaborasikan dengan pemberian antibiotik

11-11-2020 09.00 1. Mempertahanakan teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi


2. Mengganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase
14.00 3. Mengkolaborasikan dnegan pemberian antibiotik

12-11-2020 09.00 1. Mempertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi

3. 10-11-2020 11.10 1. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi


2. Mengidentifikasi perilaku upaya kesehatan yang dapat ditingkatkan
13.00 3. Memberikan lingkungan yang mendukung kesehatan
13.15 4. Mengajarkan hidup bersih dan sehat

11-11-2020 10.00 1. Memberikan lingkungan yang mendukung kesehatan


42
43

E. EVALUASI

DIAGNOSA TANGGAL
NO
KEPERAWATAN 10-11-2020 11-11-2020 12-11-2020
1. Nyeri akut b.d Agen
pencedera fisik d.d S: Pasien mengatakan nyeri S: Pasien mengatakan nyeri S: Pasien mengatakan sudah tidak
pasien mengeluh nyeri, P : tindakan invasif
wajah nampak meringis berkurang nyeri lagi
(Laparatomi)
dan pola nafas berubah Q : Terasa panas P : tindakan invasif (Laparatomi) P : tindakan invasif
R : Bekas operasi Q : Terasa panas (Laparatomi)
S : Skala 8 R : Bekas operasi Q : Terasa panas
T : Mendadak S : Skala 5 R : Bekas operasi
T : Mendadak S : Skala 2
T : Mendadak
O : Wajah nampak meringis dan
O : Pasien terkadang meringis namun
merintih
O : Pasien sudah tidak meringis
sudah tidak merintih
A : Masalah belum teratasi
dan merintih lagi
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi No. 1 – 6
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi No. 2,3,4 dan
P : Hentikan intervensi
6

2. Risiko Infeksi b.d Efek S:-


prosedur invasif S:- S:-
O:
O: O:
Suhu : 38°C
Suhu : 37,6°C Suhu : 36,8°C
RR : 24x / menit
RR : 22x / menit RR : 20x / menit
Leukosit : 15,9 g/dL
Leukosit : 14,6 g/dL Leukosit : 13,2 g/dL
A : Masalah belum teratasi
A : Masalah teratasi sebagian A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi No. 1 – 5
P : Lanjutkan intervensi No. 2,3 dan 5 P : Hentikan intervensi

43
44

3.
Pemeliharaan kesehatan S : Pasien mengatakan sudah
tidak efektif b.d
S : Pasien mengatakan suka mengetahui tentang penyakitnya dan
ketidakmampuan
memakan makanan cepat saji dan
membuat penilaian yang akan berperilaku hidup sehat
tidak mengetahui tentang
tepat d.d pasien
penyakitnya O:
mengatakan suka
makanan cepat saji dan LDL : 196 mg/dL
O:
tidak mengetahui Kolesterol : 301 mg/dL
tentang penyakitnya, LDL : 196 mg/dL
A : Masalah teratasi
LDL = 196 mg/dL, Kolesterol : 301 mg/dL
Koleterol : 301 mg/dL P : Hentikan intervesni
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi No. 1 - 4

..............................,.......................................

Mengetahui,
Pembimbing Klinik Mahasiswa

(.......................................................) (............................................................)
NIM.

44
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada BAB ini kami akan membandingkan beberapa kesenjangan antara Asuhan
Keperawatan Teoritis dengan Asuhan Keperawatan Kasus Fiktif yang penulis
temukan pada Ny. M di Rumah Sakit Saiful Anwar Malang.

A. PENGKAJIAN
Seperti yang diuraikan pada BAB sebelumnya penulis memaparkan Asuhan
Keperawatan Fiktif dengan menerapkan proses keperawatan dimana
pengkajian dilaksankan pada tanggal 10 November 2020 setelah dilakukan
tindakan operasi Laparatomi. Untuk mendapatkan data penunjang baik secara
objektif maupun subjektif, dilakukan wawancara dengan klien dan keluarga
serta pemeriksaan fisik secara Head to Toe. Selain itu, dilakukan pemeriksaan
penunjang seperti pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan diagnostik
USG. Pada pengkajian klien dengan kista ovarium yang kami kaji ditemukan
keluhan seperti pasien mengeluh nyeri pada bagian abdomen, merasa begah,
nyeri payudara dan mengalami ketidak teraturan siklus menstruasi dan mual.
Sedangkan menurut teori yang disebutkan tidak jauh beda dengan tanda gejala
yang timbul pada Ny.M. Perbedaanya hanya terdapat pada beberapa gejala
seperti nyeri panggul dan tekanan pada dubur yang tidak disebutkan dalam
Asuhan Keperawatan kasus fiktif.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa yang disebutkan dalam teori Asuhan Keperawatan pada kista
ovarium setelah dilakukan tindakan operasi :
d. Nyeri akut b/d agen injuri fisik
e. Resiko infeksi b/d tindakan invasif dan pembedahan
f. Defisit perawatan diri b.d imobilitas (nyeri paska pembedahan)

Sedangkan diagnosa keperawatan pada Asuhan Keperawatan fiktif yang


ditemukan pada Ny.M yaitu :
a. Nyeri akut b.d Agen pencedera fisik d.d pasien mengeluh nyeri, wajah
nampak meringis dan pola nafas berubah
b. Risiko Infeksi b.d Efek prosedur invasif
c. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif b.d ketidakmampuan membuat
penilaian yang tepat d.d pasien mengatakan suka makanan cepat saji dan
tidak mengetahui tentang penyakitnya, LDL = 196 mg/dL, Koleterol :
301 mg/dL
Perbedaan yang ditemukan pada Asuhan keperawatan teori yaitu pada
diagnosa ketiga menyebutkan defisit perawatan diri, sedangkan pada Asuhan
keperawatan kasus ditemukan pemeliharaan kesehatan tidak efektif. Selain itu,
pada Asuhan teori masih menggunakan panduan NANDA untuk membuat

45
diagnosa, sedangkan pada Asuhan keperawatan kasus telah menggunakan
panduan SDKI.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Pada rencana tindakan Asuhan keperawatan teoritis masih menggunakan
panduan NOC untuk outcome dan NIC untuk income, sedangkan pada
Asuhan keperawatan fiktif pada Ny.M sudah menggunakan panduan SLKI
untuk menentukan kriteria hasil dan SIKI untuk menentukan intervensi yang
akan diberikan kepada klien. Pada Asuhan keperawatan teoritis juga tidak
disebutkan rasional jika diberikan rencana tindakan.

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Dalam tahap implementasi memberikan tindakan keperawatan sesuai prioritas
masalah pada Ny.M
1. Pada diagnosa nyeri akut Ny. M yaitu : mengidentifikasi skala, lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi dan intensitas nyeri, mengidentifikasi
respon nyeri non verbal, memberikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri, memfasilitasi istirahat dan tidur, mengajarkan
teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri, mengkolaborasikan
dengan pemberian analgesik. Pada Asuhan keperawatan teori tindakan
yang dilakukan sama dengan kasus fiktif.
2. Pada diagnosa risiko infeksi diberikan tindakan memonitor tanda gejala
infeksi, mempertahankan teknik aseptik,mengganti balutan dan
mengkolaborasikan dengan pemberian analgesik.
3. Pada diagnosa pemeliharaan kesehatan tidak efektif diberikan tindakan
mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan klien dalam menerima
informasi, memberikan lingkungan yang mendukung kesehatan dan
memberikan pendidikan kesehatan.

E. EVALUASI KEPERAWATAN
Dalam melaksanakan evaluasi proses dan evaluasi hasil dilaksanakan pada
saat sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan. Keberhasilan tindakan
keperawatan dilakukan secara subjektif melalui ungkapan klien terhadap
masalah dan objektif dengan pengamatan dan pengukuran dari ketiga
diagnosa seluruhnya masalah teratasi.

46
BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Kista merupakan kantong yang berisi cairan, kista berbentuk seperti balon
berisi air, yang dapat tumbuh di mana saja dan bermacam-macam jenisnya.
Kista yang berada di dalam maupun permukaan ovarium (indung telur)
disebut kista ovarium atau tumor ovanium. Tanda gejala yang sering muncul
pada kista ovarium yaitu pasien mengeluh perut merasa begah dan kembung,
mual, muntah, nyeri pinggang dan keterlambatan menstruasi atau menstruasi
tidak teratur.
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan menggunakan teknik pendekatan
pada klien dan kelurga klien dimulai dari pengkajian, diagnosa masalah,
intervendi, implementasi dan evaluasi perkembangan kesehatan klien. Untuk
menentukan diagnosa penulis berfokus pada data – data masalah aktual dan
risiko tinggi berdasarkan prioritas kebutuhan dasar manusia menurut Abraham
Maslow.

5.2 SARAN
Sebagai mahasiswa keperawatan hendaknya kita memahami konsep dan
asuhan keperawatan yang tepat diberikan kepada pasien dengan kista ovarium
sesuai dengan masalah kesehatan yang dialami pasien agar kita mampu
memberikan pelayanan secara optimal. Untuk pasien hendaknya lebih terbuka
mengenai informasi dan mampu memelihara kesehatanya sendiri untuk
menghindari kesakitan.

47
DAFTAR PUSTAKA
Banowati, A., & Rahmawati, D. (n.d.). STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN.
Endrayati, Y. (2015). ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny S DENGAN
DIAGNOSIS MEDIS KISTA OVARIUM PRE & POST LAPARATOMI TAH+ BSO DI
RUANG E 2 RUMKITAL Dr. RAMELAN SURABAYA.
Lestari, C. E., & Rosyidah, R. (2011). Analisis Kepatuhan Perawat pada Standar
Asuhan Keperawatan di Unit Rawat Inap Kelas III RSU PKU Muhammadiyah Bantul
YOGYAKARTA Tahun 2010. Kes Mas: Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Ahmad Daulan, 5(1).
SUSIANTI, I. (2017). APLIKASI TEORI MODEL CALISTA ROY DALAM
PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN KISTA OVARIUM
DI SUKAMAJU KOTA BENGKULU APPLICATION OF THE THEORY OF
CALISTA ROY MODEL IN GIVING NURSING ASSISTANCE IN NY. S WITH
OVARIAN CYSTS IN SUKAMAJU BENGKULU CITY.
Laelati, S. (2017). "ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI PADA NY. S UMUR 29
TAHUN DENGAN KISTA OVARIUM DI RUANG GINEKOLOGI RSUD KRMT WONGSONEGORO
KOTA SEMARANG."

48

Anda mungkin juga menyukai