Anda di halaman 1dari 2

Nama : Jasmine Gitarahmi

Kelas : XII IPS 2 – 15

Bandingkan masa pemerintahan Abdurahman Wahid, Megawati Soekarno Putri, dan Susilo
Bambang Yudhoyono!

 Pada Masa Gus Dur:

Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur merupakan Presiden RI ke-4 dengan gaya
kepemimpinan yang berusaha untuk menyatukan semua kepentingan yang beraneka ragam
dengan harapan dapat menjadi satu kesepakatan yang sah. Pemerintahan Gus Dur merupakan
pemerintahan yang menjunjung demokrasi dan toleransi. Gus Dur berhasil menanamkan
kesadaran pada generasi muda mengenai perlunya menjunjung tinggi dan menghargai pluralisme
(perbedaan) dan toleransi terhadap ras atau golongan manapun. Pada masa pemerintahannya
rakyat Indonesia mulai menyadari pentingnya untuk menghormati etnis lain terutama etnis
Tionghoa. Tetapi, Gus Dur juga mendapatkan kritikan karena sifatnya yang berubah-ubah,
ceplas-ceplos, dan dinilai agak menyimpang dari aturan salah satunya adalah kebijakan Gus Dur
untuk membekukan MPR.

1. Pada masa Abdurrahman Wahid terjadi perubahan drastis dalam bidang keterbukaan
media. Gus Dur melikuidasi departemen penerangan, sehingga media massa lebih leluasa
melakukan aktivitasnya.

2. Gus Dur terkenal dengan faham pluralismenya. Pada eranya lah kelompok minoritas
Tionghoa mendapatkan pengakuan lebih besar, seperti dalam pengurusan dokumen
kependuduka dan penetapan Imlek sebagai hari libur nasional.

3. Sayang, sistem dan pola pemerintahan Gus Dur tidak berjalan dengan baik. Terjadi
kegaduhan politik yang tidak perlu, sehingga stabilitas politik tidak terjaga.

4. Stabilitas politik yang buruk menyebabkan stabilitas ekonomi pun berjalan pincang.

 Pada Masa Megawati:

Presiden Megawati Soekarno Putri merupakan Presiden RI yang ke-5 dan merupakan
presiden wanita pertama di Indonesia. Megawati menerapkan kepemimpinan dan pemerintahan
yang anti terhadap kekerasan. Pada masa pemerintahannya tidak terjadi banyak kasus besar atau
konflik yang melibatkan massa dan berjasa dalam perbaikan fasilitas dan institusi kepolisian.
Megawati merupakan sosok pemimpin yang cukup demokratis tetapi juga merupakan pribadi
yang tertutup dan cepat emosional. Megawati sangat anti terhadap kritikan. Pemerintahan
Megawati tidak memiliki banyak prestasi karena komunikasinya didominasi oleh keluhan dan
nyaris tidak pernah menyentuh visi, misi, atau kebijakan publik yang diambil. Kritikan terhadap
pemerintahan Megawati terkait dengan penjualan saham beberapa BUMN serta aset-aset penting
negara.

1. Secara umum pemerintahan Megawati hanya melanjutkan kebijakan baik yang dilakukan
pada era Gus Dur.

2. Meninggalkan IMF.

3. Membubarkan BPPN.

4. Berani penjarakan kroni-kroni Soeharto termasuk Tommy Soeharto dan Probosutedjo.

5. Privatisasi perusahaan negara (Banyak BUMN lepas ke swasta dan pihak asing).

6. Sipadan dan Ligitan lepas dari Indonesia pada masa Megawati.

 Masa SBY:

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY merupakan Presiden RI ke-6 dengan gaya
kepemimpinan yang responsif, demokratis, dan proaktif. Pemerintahan SBY sangat menjunjung
kebebasan berpendapat sehingga kritikan terhadap pemerintah bukanlah suatu hal yang dilarang.
SBY berjasa dalam pendirian KPK serta perbaikan mutu pendidikan melalui sertifikasi guru,
kenaikan anggaran, dan program LPDP. Presiden SBY juga berperan besar terhadap recovery
(pemulihan) Aceh pasca bencana tsunami pada tahun 2004. Kebijakan fiskal dan perekonomian
pada masa kepemimpinan SBY, membuat ekonomi Indonesia tumbuh menjadi perekonomian
terkuat nomor dua di Asia. Tetapi, SBY juga dikritik sikapnya yang dinilai mudah ragu-ragu,
lambat, dan terlalu defensif (bersikap bertahan) terhadap kritikan.

1. Pembentukan KPK. Pemberantasan korupsi gencar dan semakin transparan.

2. Menjaga stabilitas ekonomi dan menjadi negara dengan kekuatan ekonomi yang diakui
negara lain. Pertumbuhan ekonomi hanya kalah dari China.

3. GDP tembus US 3000

4. Pelaksanaan anggaran pendidikan 20% dari APBN.

5. Investor asing meningkat dan mencetak rekor tertinggi.

6. Nama Indonesia makin berkibar di kancah internasional.

7. Banyak kasus yang masih terkatung-katung.

8. Lambat dalam merespon peristiwa berdampak besar kepada publik.

9. Dianggap terlalu banyak pencitraan.

Anda mungkin juga menyukai