BST Veruka Vulgaris
BST Veruka Vulgaris
Veruka Vulgaris
Oleh:
Preseptor:
2021
KATA PENGANTAR
Puji Syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas kehendak-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul veruka vulgaris.
Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas dalam Kepaniteraan Bagian Kulit
dan Kelamin periode 3 Februari sampai 6 Maret 2021. Selain itu, besar harapan
penulis dengan adanya makalah ini mampu menambah pengetahuan para pembaca
mengenai veruka vulgaris mulai dari definisi hingga penatalaksananya.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr.
dr. Qaira Anum, Sp.KK(K), FINSDV, FAADV selaku preseptor pada Kepaniteraan
Bagian Kulit dan Kelamin di RSUP M Jamil Padang, yang telah memberikan
masukan yang berguna dalam proses penyusunan makalah ini. Tidak lupa penulis
mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang juga turut membantu dalam
upaya penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari segi isi, susunan
bahasa maupun sistematika penulisan referat ini. Untuk itu kritik dan saran pembaca
sangat penulis harapkan. Akhir kata penulis berharap kiranya makalah ini dapat
menjadi masukan yang berguna dan bisa menjadi informasi bagi tenaga medis dan
profesi lain yang terkait dengan masalah kesehatan khususnya mengenai veruka
vulgaris.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Batasan Masalah...................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................1
1.4 Metode Penulisan..................................................................................1
1.5 Manfaat Penulisan................................................................................1
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi.................................................................................................2
2.2 Epidemiologi........................................................................................2
2.3. Etiologi................................................................................................3
2.4. Patofisiologi........................................................................................3
2.5. Klasifikasi...........................................................................................4
2.6 Gejala Klinis........................................................................................4
2.7 Diagnosis..............................................................................................6
2.8 Diagnosis Banding ..............................................................................7
2.9 Histopatologi........................................................................................7
2.10 Tatalaksana Umum............................................................................8
2.11 Tatalaksana Khusus............................................................................9
2.12 Prognosis............................................................................................9
BAB 3. LAPORAN KASUS..................................................................................10
BAB 4. DISKUSI...................................................................................................16
BAB 5. KESIMPULAN.........................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Veruka vulgaris (kutil) merupakan kasus yang banyak dijumpai di kalangan
masyarakat. Kutil ini terutama terdapat pada anak tetapi juga terdapat pada dewasa
dan orang tua. Tempat predileksi veruka terutama di ekstremitas bagian ekstensor
tetapi penyebarannya dapat ke bagian tubuh lain termasuk mukosa mulut dan hidung.
Kutil memiliki bentuk bulat, berwarna abu-abu, ukuran dapat lentikular atau plakat
jika lesi berkonfluensi dan permukaan kasar atau licin. Auto inokulasi dapat terjadi
setelah penggoresan (Fenomena Koebner).1 Veruka vulgaris juga merupakan penyakit
infeksi virus yang disebabkan oleh virus HPV sehingga bisa menular dan rekuren.
Sehingga diperlukan penatalaksanaan yang komprehensif terhadap veruka vulgaris.
Insiden veruka vulgaris tertinggi adalah pada anak-anak dan dewasa muda.
Studi pada populasi sekolah telah menunjukkan tingkat prevalensi sebesar 12% pada
anak usia 4-6 tahun dan 24% pada 16-18 tahun. Pria dan wanita memiliki rasio 1:1
2,3
dan dapat terjadi pada semua usia. Veruka vulgaris merupakan penyakit infeksi
virus yang banyak disebabkan oleh Human Papilloma Virus tipe 2 dan 4. HPV sulit
untuk dipahami karena tidak dapat dibiakkan pada kultur jaringan. Infeksi HPV tidak
hanya umum ditemukan tetapi juga sulit untuk mengobati dan mencegahnya.4
Sehingga penting bagi tenaga kesehatan untuk memiliki kemampuan dalam
mendiagnosis dan melakukan tatalaksana veruka vulgaris secara komprehensif agar
dapat menurunkan insidensi veruka vulgaris ini.
1
1.3. Manfaat Penulisan
Penulisan bed side teaching ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan
informasi dan pengetahuan tentang veruka vulgaris.
Penulisan bed side teaching ini disusun berdasarkan laporan kasus dan studi
kepustakaan yang merujuk kepada berbagai literatur.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Veruka ialah hiperplasia epidermis disebabkan oleh human papiloma virus
tipe tertentu. Virus ini bereplikasi pada sel-sel epidermis dan ditularkan dari orang
yang terinfeksi. Penyakit ini juga menular dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh
pasien yang sama dengan cara autoinokulasi.1
Virus ini akan menular pada orang tertentu yang tidak memiliki imunitas
spesifik terhadap virus ini pada kulitnya. Pada veruka vulgaris, pemeriksaan
histopatologi menunjukkan adanya hiperplasia dari semua lapisan epidermis.
Perubahan seluler yang disebut koilocytosis merupakan karakteristik infeksi HPV.1
2.2 Epidemiologi
Kutil tersebar luas pada populasi di seluruh dunia. Penurunan fungsi
penghalang epitel, oleh trauma (termasuk lecet ringan), maserasi atau keduanya,
sebagai predisposisi untuk inokulasi virus, dan umumnya diasumsikan sebagai cara
masuknya infeksi paling tidak pada lapisan keratin kulit. Veruka Vulgaris
diperkirakan mempengaruhi sekitar 7-12% dari populasi meskipun frekuensinya tidak
diketahui. Pada anak usia sekolah, prevalensinya 10-20%. Frekuensi meningkat juga
terlihat di antara pasien imunosupresi. Meskipun kutil dapat mempengaruhi ras
apapun, kutil umumnya muncul sekitar dua kali lebih sering pada orang kulit putih
daripada orang kulit hitam atau Asia. Pria dan wanita memiliki rasio 1:1 dan dapat
terjadi pada semua usia. Peningkatan kejadian di antara anak usia sekolah, dan
puncak pada 12-16 tahun.9,11
Umumnya prevalensi sangat bervariasi antara kelompok umur, populasi dan
periode waktu. Dua studi besar mengenai populasi menemukan tingkat prevalensi
masing-masing 0-84% dan 12-9%. Tingkat prevalensi tertinggi adalah pada anak-
anak dan dewasa muda. Studi pada populasi sekolah telah menunjukkan tingkat
prevalensi 12% pada anak usia 4-6 tahun dan 24% pada 16-18 tahun. Insiden usia
spesifik kutil non-genital berbeda dari kutil genital yang jarang terjadi pada anak.3, 12
3
2.3 Etiologi
Virus HPV tergolong dalam virus papiloma (grup papova), virus DNA,
dengan karakteristik replikasi terjadi intranuklear. Ada 120 jenis tipe papilomavirus
yang dapat menginfeksi manusia.1, 3
Veruka vulgaris adalah jenis kutil yang banyak ditemukan dan disebabkan
terbanyak oleh HPV tipe 2 dan 4. HPV sulit untuk dipahami karena tidak dapat
dibiakkan pada kultur jaringan. Infeksi HPV tidak hanya umum ditemukan tetapi juga
sulit untuk mengobati dan mencegahnya. Adanya periode laten yang panjang dan
infeksi subklinis dan HPV DNA dapat ditemukan pada jaringan normal orang
dewasa.4
Virus hanya dapat bereplikasi di keratinosit. Hal itu menyebabkan proliferasi
epitel. Setelah itu infeksi dapat menjadi laten dan kemudian menjadi reaktif. Masa
inkubasi bervariasi mulai dari berminggu-minggu sampai satu tahun. Jenis-jenis kutil
dapat bervariasi tergantung daripada kulit dan mukosa serta lokasi predileksinya.
Virus ditransmisikan secara langsung (orang ke orang) maupun secara tidak langsung.
Pertahanan tubuh terhadap resiko HPV bergantung pada imunitas seluler, karena jika
imunitas seluler menurun, kejadian kutil lebih besar, penyebaran lebih luas dan ada
risiko yang lebih tinggi menjadi ganas.10
2.4 Patofisiologi
Infeksi HPV melalui inokulasi virus pada epidermis yang viabel masuk
melalui defek pada epitel. Setelah terjadi inokulasi HPV, veruka biasanya muncul
dalam 2 sampai 9 bulan. Observasi ini mengimplikasikan bahwa periode infeksi
subklinis yang relatif panjang dan dapat merupakan sumber yang tidak terlihat dari
virus infeksius. Permukaan kasar dari kutil dapat merusak kulit yang berdekatan dan
memungkinkan inokulasi virus ke lokasi yang berdekatan, dengan perkembangan
kutil yang baru dalam periode minggu sampai bulan. Tiap lesi yang baru diakibatkan
paparan atau penyebaran dari kutil yang lain. Tidak ada bukti yang menyakinkan
untuk diseminasi melalui darah. Autoinokulasi virus pada kulit yang berlawanan
sering kali terlihat pada jari- jari yang berdekatan dan di region anogenital.5
4
HPV tidak bertunas dari nukleus atau membran plasma, seperti halnya banyak
virus seperti virus herpes simpleks. Oleh karena itu, virus tidak memiliki selubung
lipoprotein yang menyebabkan kerentanan terhadap inaktivasi yang cepat oleh
kondisi lingkungan seperti pembekuan, pemanasan, atau dehidrasi dengan alkohol.
HVP memiliki kebutuhan yang tinggi akan sel-sel epidermis manusia pada tingkat
diferensiasi tertentu. Hal ini menyebabkan proliferasi keratinosit yang sebagian
mengalami keratinisasi dan akhirnya melindungi virus ini dari eliminasi oleh sistem
imun. Lesi ini bisa sporadik, rekuren, atau persisten.5
2.5 Klasifikasi
Penyakit veruka mempunyai beberapa bentuk klinis yaitu:4
1. Veruka vulgaris
2. Veruka plana juvenilis
3. Veruka plantaris
4. Veruka akuminatum
2.6 Gejala klinis
Veruka bisa dibedakan berdasarkan lokasi dan bentuknya. Beberapa veruka
bisa tumbuh secara berkelompok (veruka mosaik), tetapi ada juga yang tunggal.
Sebagian besar kutil tidak terasa nyeri, tetapi beberapa bisa nyeri jika disentuh.
Veruka pada kaki bisa menyebabkan nyeri saat berdiri.5
2.6.1 Veruka vulgaris
Kutil ini terutama terdapat pada anak, tetapi juga terdapat pada dewasa dan
orang tua. Tempat predileksinya terutama di ekstremitas bagian ekstensor, walaupun
demikian penyebarannya dapat ke bagian tubuh lain termasuk mukosa mulut dan
hidung. Kutil ini bentuknya bulat berwarna abu-abu, besarnya lentikular atau kalau
berkonfluensi berbentuk plakat, permukaan kasar (verukosa), berwarna coklat,
kuning, abu-abu muda, atau abu-abu tua, dan biasanya berukuran kurang dari 1 cm.
Dengan goresan dapat timbul autoinokulasi sepanjang goresan ( fenomena kobner ).4
Dikenal pula induk kutil yang pada suatu saat akan menimbulkan anak-anak kutil
dalam jumlah yang banyak. Ada pendapat yang menggolongkan sebagai penyakit
yang sembuh sendiri tanpa pengobatan. Varian veruka vulgaris yang terdapat di
5
daerah muka dan kulit kepala berbentuk sebagai penonjolan yang tegak lurus pada
permukaan kulit dan permukaannya verukosa disebut sebagai verukosa filiformis.
Kutil tersebut tumbuh keras dan biasanya memiliki permukaan yang kasar. 5
2.6.2 Veruka plana juvenilis
Kutil ini besarnya miliar atau lentikular, berbentuk papul datar berdiameter 1-
3 mm, permukaan licin dan rata, berwarna sama dengan warna kulit atau agak
kecoklatan. Penyebarannya terutama di daerah muka dan leher, dorsum manus dan
pedis, pergelangan tangan, serta lutut. Juga terdapat fenomena kobner dan termasuk
penyakit yang dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan. Jumlah kutil dapat sangat
banyak. Terutama terdapat pada anak dan usia muda, walaupun juga dapat ditemukan
pada orang tua.8
2.6.3 Veruka plantaris
Kutil ini terdapat di telapak kaki terutama di daerah yang mengalami tekanan.
Bentuknya berupa cincin yang keras dengan di tengahnya agak lunak dan berwarna
kekuning-kuningan. Tidak seperti mata ikan atau kapalan, kutil cenderung berdarah
dengan adanya titik-titik perdarahan jika permukaannya dipotong. Permukaannya
licin karena gesekan dan menimbulkan rasa nyeri pada waktu berjalan atau pada saat
berdiri, yang disebabkan oleh penekanan oleh massa yang terdapat di daerah tengah
cincin. Kutil juga bisa terbentuk di punggung kaki atau di jari-jari kaki, dimana kutil
biasanya lebih menonjol. Kutil biasanya diliputi oleh kulit yang menebal dan
berbentuk datar akibat tekanan saat berjalan. Oleh karena itu, kutil pada telapak kaki
cenderung bersifat keras dan datar, dengan permukaan yang kasar dan berbatas
tegas.7
Beberapa veruka yang bersatu dapat menimbulkan gambaran seperti mosaik.
Kutil mosaik merupakan kelompokan kutil-kutil kecil di telapak tangan atau telapak
kaki yang bergabung bersama.6
2.6.4 Veruka akuminatum
Kutil bisa terbentuk pada penis, anus, vulva, vagina, dan leher rahim. Kutil
bisa datar dan halus, atau bisa juga tidak teratur dan berbenjol-benjol, seringkali
seperti bunga kol kecil. Virusnya ditularkan melalui hubungan seksual.3
6
2.7 Diagnosis
Veruka vulgaris biasanya tidak langsung menimbulkan gejala klinis, terdapat
periode infeksi subklinik yang panjang. Benjolan biasa muncul 2-9 bulan setelah
inokulasi. Biasanya pasien mengeluhkan terdapat benjolan kecil yang padat di daerah
kaki dan tangan, terutama pada jari dan telapak. Veruka vulgaris biasanya tidak
disertai gejala prodromal. Gambaran klinis dan riwayat penyakit, papul yang lama
kelamaan membesar biasanya mengarahkan pada diagnosis kutil virus. Pemeriksaan
histologi dapat digunakan untuk mengkonfirmasikan diagnosis tersebut.3
Infeksi yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini terbatas pada
epitel dan tidak menyebabkan gangguan sistemik. Veruka vulgaris sering menyerang
anak usia sekolah, prevalensinya sekitar 10-20 %. Veruka vulgaris jarang terjadi pada
bayi dan anak usia dini, peningkatan kejadian diantara anak usia sekolah, dan
puncaknya pada usia 12-16 tahun.3
Pemeriksaan fisik
Dari hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien dengan veruka
vulgaris biasanya didapatkan papul berbentuk bulat berwarna abu-abu, besarnya
lentikular atau apabila berkonfluensi berbentuk plakat, permukaan kasar (verikurosa).
Veruka vulgaris dapat timbul di berbagai bagian tubuh terutama di kaki dan tangan.
Apabila dilakukan goresan, akan timbul inokulasi di sepanjang goresan atau disebut
juga dengan fenomena koebner.4
Dikenal pula induk kutil yang pada suatu saat akan menimbulkan anak kutil
dalam jumlah banyak. Ada pendapat yang menggolongkan sebagai penyakit yang
dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan. Varian veruka vulgaris yang terdapat di
daerah wajah dan kulit kepala berbentuk seperti penonjolan yang tegak lurus pada
permukaan kulit, dan permukaannya verukosa, disebut juga sebagai verukosa
filiformis.4
Menurut sifat progresinya, wujud kelainan kulit pada veruka vulgaris adalah
mula-mula papul kecil seukuran kepala jarum, warna kulit seperti biasa, jernih,
7
kemudian tumbuh menonjol, permukaan papilar berwarna lebih gelap dan
hiperkeratotik.4
8
Gambar :
(A) Veruka Vulgaris pada lengan, papul berbatas tegasdan hiperkeratotik.
(B) Epidermal hiperplasia berbentuk seperti jaridengan gambaran lapisan granular
yang jelas dan koilocytes.
(C) Epidermal hiperplasia berbentuk verrucous dan akantosis dengan proliferasi basaloid
dan keratinosit.
(D) Kista horn dengan keratinosit yang mild atypia dan gambaran inflamasi.
2.10 Tatalaksana Umum
Tatalaksana umum yang perlu diberitahukan pada pasien adalah
- Untuk mencegah penyebaran virus, jangan menyikat, menyisir, atau mencukur
daerah yang berkutil. Jika hendak menyentuh kutil, cucilah tangan dengan
baik segera setelahnya.
- Pisahkan alat-alat yang digunakan khusus untuk daerah kutil, sehingga kutil
tidak menyebar ke daerah lainnya.
- Jangan mencabut atau mencungkil kutil, karena bisa menyebarkan virus.
Tutupi kutil dengan plester untuk menghalangi keinginan untuk mencabutnya.
9
- Jagalah tangan tetap kering, karena kutil lebih sulit untuk dikendalikan pada
lingkungan yang lembab.
- Gunakan handuk bersih di sarana umum (misalnya di tempat olahraga), dan
selalu memakai alas kaki di kamar mandi atau kamar ganti umum.6
2.11 Tatalaksana Khusus
Sebenarnya sebagian veruka dapat mengalami involusi (sembuh) dalam masa
1 atau 2 tahun. Pengobatan berupa tindakan bedah atau non bedah. Tindakan bedah
antara lain bedah beku N2 cair (cryoteraphy), bedah skalpel, bedah listrik, dan bedah
laser. Cara non bedah adalah pemberian bahan kaustik misalnya AgNO 3 25%, asam
triklorasetat, dan bahan lain misalnya kantaridin dan fenol likuifaktum. Bahan
kaustik, misalnya larutan AgNO3 25%, asam triklorosetat 50% dan fenol
likuifaktum.14
Pemberian larutan AgNO3 25%, larutan dioleskan pada kutil satu kali sehari
dengan menggunakan stick dan didiamkan selama dua menit.2
2.12 Prognosis
Penyakit ini sering residif walaupun diberikan pengobatan yang adekuat.
Sekitar 23% dari kutil regresi spontan dalam waktu 2 bulan, 30% dalam waktu 3
bulan dan 65%-78% dalam 2 tahun. Pasien yang sebelumnya telah terinfeksi
memiliki risiko lebih tinggi untuk pengembangan kutil baru daripada mereka tidak
pernah terinfeksi. Tingkat kesembuhan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti jenis
virus, status kekebalan tubuh, tingkat dan durasi kutil.5
10
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. F
Umur : 30 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : PNS (IT Dinas Keuangan Balai Kota)
Pendidikan : S1 Komputer
Alamat : Gunung Pangilun
Status : Sudah menikah
Agama : Islam
Suku : Guci
Negeri Asal : Indonesia
No. Hp : 085263xxxxxx
ANAMNESIS
Seorang pasien laki-laki, berusia 30 tahun datang ke poliklinik kulit dan
kelamin RSUP. Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 25 Februari 2021, dengan:
Keluhan Utama
Benjolan berwarna ke abu-abuan yang bertambah banyak pada telapak kaki
kiri dan jari manis serta jari tengah kanan yang tidak gatal dan tidak nyeri sejak 1
tahun yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang
Awalnya muncul benjolan berwarna ke abu-abuan di telapak kaki kiri
berjumlah 1 buah sebesar ujung jarum pentul sejak 3 tahun yang lalu.
Kemudian benjolan pada telapak kaki kiri bertambah banyak dan juga muncul
di jari tengah tangan kanan sejak 1 tahun yang lalu, kemudian 6 bulan yang
lalu, muncul benjolan di jari manis tangan kanan.
Benjolan muncul tiba-tiba, tidak didahului oleh gejala lain seperti trauma.
11
Benjolan tidak terasa gatal dan tidak nyeri, serta tidak menggangu aktifitas.
Pasien sering memegang dan mencubit benjolan tersebut dan tidak mencuci
tangan setelahnya.
Riwayat benjolan di tempat lain tidak ada.
Riwayat kontak dengan orang yang menderita keluhan yang sama disangkal
Sehari-hari pasien lebih sering menggunakan sandal daripada sepatu.
Riwayat memakai handuk bersama dengan orang lain ada
Pasien rutin mandi 2x sehari dan mengganti pakaian dengan yang baru.
Riwayat penurunan berat badan dan penurunan nafsu makan tidak ada
Riwayat Pengobatan
Pasien sudah pernah mengobati keluhan ini 2-3 bulan yang lalu, menggunakan
obat dengan merk kutilos, digunakan 1 kali seminggu dengan cara diteteskan
dan dibiarkan sampai timbul reaksi warna putih, tapi tidak ada perbaikan.
Pasien memakai obat ini terakhir kali 1 bulan yang lalu.
Riwayat Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita benjolan seperti ini sebelumnya
Riwayat Atopi
12
Riwayat alergi obat dan makanan disangkal
Pasien seorang pegawai negeri sipil di dinas keuangan balai kota Padang.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum : Tidak tampak sakit.
Kesadaran umum : Komposmentis Kooperatif.
Tekanan darah : Diharapkan dalam batas normal.
Nadi : Diharapkan dalam batas normal.
Nafas : Diharapkan dalam batas normal.
Suhu : Diharapkan dalam batas normal.
Berat badan : 69 kg
Tinggi badan : 164 cm
IMT : 25,6 kg/m2 (obesitas I)
Status Gizi : Obesitas.
Pemeriksaan thoraks : Diharapkan dalam batas normal
Pemeriksaan Abdomen: Diharapkan dalam batas normal
Status Dermatologikus
Lokasi : jari tengah dan jari manis tangan kanan, dan telapak kaki kiri
Distribusi : terlokalisir
Bentuk : bulat
Susunan : konfluens-tidak khas
Batas : tegas
Ukuran : Miliar sampai lentikular
Efloresensi : papul berwarna keabu-abuan dengan permukaan verukosa.
13
Status Venerologikus : tidak dilakukan pemeriksaan
Kelainan selaput : tidak ditemukan kelainan selaput
Kelainan kuku : tidak ditemukan kelainan kuku
Kelainan rambut : tidak ditemukan kelainan rambut
Kelainan kelenjar limfe : tidak teraba pembesaran KGB
RESUME
Seorang pasien laki-laki, berusia 30 tahun datang ke poliklinik kulit dan
kelamin RSUP. Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 25 Februari 2021, dengan
keluhan utama benjolan berwarna ke abu-abuan yang bertambah banyak pada telapak
kaki kiri dan jari manis serta jari tengah kanan yang tidak gatal dan tidak nyeri sejak
1 tahun yang lalu. Awalnya muncul benjolan berwarna ke abu-abuan di telapak kaki
kiri berjumlah 1 buah sebesar ujung jarum pentul sejak 3 tahun yang lalu. Kemudian
benjolan pada telapak kaki kiri bertambah banyak dan juga muncul di jari tengah
tangan kanan sejak 1 tahun yang lalu, kemudian 6 bulan yang lalu, muncul benjolan
di jari manis tangan kanan. Benjolan tidak terasa gatal dan tidak nyeri, serta tidak
menggangu aktifitas. Pasien sering memegang dan mencubit benjolan tersebut dan
tidak mencuci tangan setelahnya. Pasien pernah mengalami keluhan yang sama
14
sebelumnya, saat berumur 18 tahun di dekat pergelangan tangan berjumlah 1 buah,
tidak gatal dan tidak nyeri bersifat hilang timbul dan tempatnya berpindah-pindah.
Kutil hilang setelah pasien cubit-cubit dan dikasih urin. Pasien sudah pernah
mengobati keluhan ini 2-3 bulan yang lalu, menggunakan obat dengan merk kutilos,
digunakan 1 kali seminggu dengan cara diteteskan dan dibiarkan sampai timbul reaksi
warna putih, tapi tidak ada perbaikan. Pasien memakai obat ini terakhir kali 1 bulan
yang lalu
Status dermatologikus ditemukan lesi di jari tengah dan jari manis tangan
kanan, dan telapak kaki kiri dengan distribusi terlokalisir, bentuk bulat, susunan
konfluens-tidak khas, batas tegas, ukuran miliar sampai lentikular dengan efloresensi
papul berwarna keabu-abuan dengan permukaan verukosa.
DIAGNOSIS KERJA
Veruka Vulgaris
DIAGNOSIS BANDING
Keratosis Seboroik
Veruka Vulgaris
PENATALAKSANAAN
UMUM
15
- Untuk mencegah penyebaran virus, jangan menyikat, menyisir, atau mencukur
daerah yang berkutil. Jika hendak menyentuh kutil, cucilah tangan dengan
baik segera setelahnya.
- Pisahkan alat-alat yang digunakan khusus untuk daerah kutil, sehingga kutil
tidak menyebar ke daerah lainnya.
- Jangan mencabut atau mencungkil kutil, karena bisa menyebarkan virus.
Tutupi kutil dengan plester untuk menghalangi keinginan untuk mencabutnya.
- Jagalah tangan tetap kering, karena kutil lebih sulit untuk dikendalikan pada
lingkungan yang lembab.
- Gunakan handuk bersih di sarana umum (misalnya di tempat olahraga), dan
selalu memakai alas kaki di kamar mandi atau kamar ganti umum.
KHUSUS
Pemberian larutan AgNO3 25%, larutan dioleskan pada kutil satu kali sehari
dengan menggunakan stick dan didiamkan selama dua menit.
Rujuk ke Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin untuk dilakukan eksisi
PROGNOSIS
16
G
17
N 1
D
A 02
PA ng i2
00 da ar
EP IL 0. P a b ru
ES M da -2 3, Fe
R DJA lan 567 6.00 o. 4 25
o 4
M . Y 123 at 1 n N 4 ng
,
R. dr : 2 um kaa 523 da
P
D P J e
SI nin- erd 2 76 Pa i t)
U en
RS Se em 075 m
tik s K lp a2
ak ti e m
Pr erin T I se
la
P o
la
n N kan
Ja fls am
% di
25 ol (
3
O cd
gN c lo
l A pli
So ap
R/ 1dd g
S n
da
n , Pa
hu aru
ta
.F 0 rB
Tn : 3 asa
o: r P
Pr mu at:
U lam
A
BAB IV
DISKUSI
18
Status dermatologikus ditemukan lesi di jari tengah dan jari manis tangan
kanan, dan telapak kaki kiri dengan distribusi terlokalisir, bentuk bulat, susunan
konfluens-tidak khas, batas tegas, ukuran, miliar sampai lentikular dengan efloresensi
papul berwarna keabu-abuan dengan permukaan verukosa.
Pasien diberikan tatalaksana umum dan khusus. Tatalaksana umum pada
pasien ini berupa edukasi kepada pasien untuk mengurangi kontak dengan kutil agar
kutil tidak menyebar ke daerah kulit yang sehat, jangan menyikat, menjepit,
mencukur, menggaruk atau menggunting kutil, perbaiki pola makan dan kebersihan
diri, hindari kontak langsung dengan orang yang memiliki keluhan yang sama.
Tatalaksana khusus yang diberikan berupa pemberian larutan AgNO 3 25 % larutan
dioleskan pada kutil satu kali sehari dengan menggunakan stick dan didiamkan
selama dua menit. Rujuk ke Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin untuk dilakukan
eksisi .
Prognosis pada pasien ini adalah quo ad sanam bonam. Quo ad vitam bonam,
quo ad kosmetikum bonam, quo ad functionam bonam. karena jika pengobatannya
berhasil maka tidak terjadi rekurensi dan dapat sembuh seperti semula.
19
20
BAB V
KESIMPULAN
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuandha Adni, Hamzah Mochtar, Aisah Siti, 2018. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Ed 6. Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2. http://www.nhs.uk/Medicine-Guides/Pages/MedicineOverview.aspx?
medicine=Silver%20nitrate//. Diakses, 5 September 2015
3. Androphy EJ, Lowy DR. 2008. Warts in Fitzpatrick’s Dermatology in
General Medicine. Ed 7th Ed Vol 2. USA:Mc Graw Hill Companies. Hal
1914-1922
4. Handoko RP, 2010. Penyakit Virus. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 6.
Jakarta:FKUI:110-118.
5. D, James G.Warts, 2013. Merck Manual Home Health Handbook.
6. L, Norman, 2012. Warts : 10 Answer to Frequently Asekd Questions. Web
MD.
7. Mayo Clinic. Common Warts. 2012. Diakses, 5 September 2015
8. Klaus Wolff, Richard Allen Johnson, Dick Suurmond, 2007. Fitzpatrick’s
Color Atlas & Synopsis of Clinical Dermatology: McGraw-Hill’s Access
Medicine.
9. Senefeit P.D. Non-genital warts (online), 2011. Available from
www.medscape.com
10. G. Fabbrocini, S. Cacciapuoti, G. Monfrecola, 2009.Human Papillomavirus
Infection in Child in The Open Dermatology Journal Vol. 3. Bentham Open.
p.111-116.
11. A.Alba, M.Cararach, C. Rodriguez, 2009.The Human Papilloma Virus (HPV)
in Human Pathology: Description, Pathogenesis, Oncogenic Role,
Epidemiology and Detection Techniques in The Open Dermatology Journal,
Vol. 3. Bentham Open. p. 90-102.
12. Sam Gibbs, 2003. Local Treatment for Cutaneous Warts in Evidence-based
Dermatology edited by Hywel Williams,Michael Bigby, Thomas Diepgen,
Andrew Herxheimer, Luigi Naldi, Berthold Rzany. BMJ Books: London
p.423-430.
13. Gayle S. Westhoven, 2001.Papillomatosis, Atrophy and Alterations of the
Granular Layer in Dermatopathology edited by Ramon L. Sanchez, Sharon S.
Raimer. Landes Bioscience: Georgetown, Texas. p. 20-28.
22