Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN PERSALIAN DAN BBL

ASUHAN KEBIDANAN PADA BBL

DI SUSUN OLEH :

NAMA : Sukaina Samual

NMP : 1540119123

PRODI : DIII KEBIDANAN

SEMESTER : III

DOSEN PENGAJARA : ERLIN KIRIWENNO, SST.,M.KES

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

MALUKU HUSADA

AMBON
TAHUN 2021/2022

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya,sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “asuhan kebidanan
pada BBL” ini tepat pada waktunya.

Dalam penulisan laporan kasus ini penulis banyak mendapatkan bimbingan maupun bantuan,
baik berupa informasi maupun bimbingan moral. Untuk itu,Pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan rasa Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada, semua pihak yang turut
membantu dalam penyusunan makalah ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan dalam rangka
penyempurnaannya. Akhirnya penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat
di bidang ilmu pengetahuan dan kebidanan.

Ambon, 21 Februari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMA ....................................................................................................................i

COVER........................................................................................................................ii

KATA PENGANTAR.................................................................................................1

DAFTAR ISI ...............................................................................................................2

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang...................................................................................................3
B. Tujuan...............................................................................................................4
1. Tujuan umum........................................................................................4
2. Tujuan khusus.......................................................................................4

BAB II. PEMBAHASAN

A. Kebutuhan dasar BBL...........................................................................


B. Perawatan BBL
1. Pemotongan tali pusat........................................................................
2. Pencegahan hipertensi........................................................................
3. Evaluasi apgar score..........................................................................
4. Bounding Attachment........................................................................
C. IMD...............................................................................................................

BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................................
B. Saran ...................................................................... ........................................

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Bayi baru lahir adalah bayi lahir yang melewati masa penyelesaian pada minggu pertama
kehidupannya. Sedangkan waktu di dalam uterus Ibu bayi aman, hangat dan makanan dengan
baik, setelah lahir bayi harus menyesuaikan pada pola untuk makan, bernafas dan tetap
hangat (asuhan bayi baru lahir, 2000). Menurut survei demografi dan kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2002, angka kematian bayi baru lahir sebesar 45/1000 kelahiran hidup dan
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : infeksi, asfiksia neonatorum, trauma kelahiran,
cacat bawaan (seperti labio palato skisis) penyakit yang berhubungan dengan prematuritas
dan dismaturitas, imaturitas dan lain-lain.Ditinjau dari pertumbuhan dan perkembangan bayi,
periode neonatal merupakan periode yang paling kritis. Kasus labio palato skisis merupakan
salah satu bentuk kelainan kongenital pada bayi baru lahir. Labioplate skisis sering dijumpai
pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan (Randeick, 2002). Kelainan ini merupakan
kelainan yang disebabkan faktor herediter, lingkungan, trauma, dan virus (Sjamsul Hidayat,
1997), tetapi dapat diperbaiki dengan perbedahan. Secara umum,perawatan bayi baru lahir
berpusat pada ibu dan keluarga agar pemberian asuhan keperawatan aman dan berkualitas
dalam mengenali fokus dan adaptasi yang berorientasi terhadap kebutuhan fisik dan psikologi
sosial bayi baru lahir. Riset menunjukkan bahwa kontak dini yang diperpanjang antara orang
tua bayi baru lebih besar secara signifikan dibandingkan dengan risiko infeksi (Stright, 2005).

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan secara continuity of care dan


komprehensif pada BBL

2. Tujuan umum

Melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin meliputi:

pengkajian, merumuskan diagnosa kebidanan, merencanakan asuhan kebidanan,


penatalaksanaan asuhan kebidanan, melakukan evaluasi dan melakukan pendokumentasian
asuhan kebidanan secara continuity of care
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kebutuhan dasar pada bayi


1. Bayi baru lahir terhadap kehidupan luar uterus
Saat lahir bayi baru lahir harus adaptasi dari keadaan yang sangat tergantung menjadi
mandiri.banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam
lingkungan external saat ini Baik tersebut harus dapat oksigen melalui sistem sirkulasi
pernafasannya sendiri mendapatkan nutrisi oral untuk mempertahankan kadar gula yang
cukup. Mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit.
2. Pencegahan infeksi
Sebagian besar infeksi neonatal dini dapat dicegah dengan:
1. Higiene dan kebersihan baik selama persalinan
2. Perhatian khusus pada perawatan tali pusat
3. Perawatan mata
Sebagai besar infeksi neonatal lanjut didapat di rumah sakit hal ini. Dapat dicegah dengan:
1) ASI eksklusif
2) Prosedur cuci tangan yang ketat bagi semua staf dan keluarga sebelum dan sesudah
memegang baik
3) Tidak menggunakan air untuk pelembab dalam inkubator ( pseudomonas akan mudah
berkenal isasi) hindari kegunaan inkubator menggunakan perawatan metode kangguru
4) Sterilisasi yang ketat untuk semua prosedur
5) Tindakan menyuntik yang bersih
6) Hentikan pemberian cairan intravena (IV) jika tidak diperlukan lagi
7) Hindari transfusi darah yang tidak perlu.

4. Rawat gabung
Rawat gabung adalah suatu cara perawatan Ibu beserta bayi yang baru dilahirkan tidak
dipisahkan melainkan ditempatkan dalam sebuah ruangan, kamar atau tempat bersama-sama
selama 24 jam penuh dalam seharinya.
Tujuan rawat gabung:
1) Membina hubungan emosional antara Ibu dan bayi
2) Meningkatkan penggunaan ASI
3) Mencegah infeksi dan pendidikan kesehatan bagi ibu
4) Ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin, kapan saja dan dimana saja bayi
membutuhkannya.
5) ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi yang benar seperti yang
dilakukan oleh petugas.
Manfaat rawat gabung
Manfaat rawat gabung dapat dilihat dari segi :
1) Fisik
2) Fisiologis
3) Psikologi
4) Edukatif
5) Ekonomi
6) Medis
Minum
Bayi baru lahir membutuhkan 5-7 ml atau satu sendok makan nasi sekali minum, dan
diberikan dengan jarak sekitar 2 jam. Kebutuhan ASI memang baru sedikit, karena ukuran
lambung bayi pada usia ini hanya sebesar biji kemiri.
BAB
BAB hari 1-3 disebut mekonium yaitu fases berwarna kehitaman hari 3-6 fase transisi yaitu
warna coklat sampai kehijauan karena masih bercampur mekonium,selanjutnya fase akan
berwarna kekuningan.segera bersihkan bayi setiap selesai bab agar tidak terjadi di taksi di
daerah genetalia
BAK
Bayi baru lahir akan berkemih paling lambat 12-24 jam pertama kelahirannya,Mbak lebih
dari 8 kali sehari salah satu tanda bayi cukup nutrisi.setiap habis Mbak segera ganti popok
supaya tidak terjadi iritasi di daerah genetalia.
Tidur
Dalam 2 minggu pertama bayi sering tidur rata-rata 16 jam sehari.Pada umumnya bayi
mengenal malam setelah usia 3 bulan. Jaga kesehatan bayi dengan suhu kamar yang hangat
dan selimut bayi.
Kebersihan kulit
Bayi sebaiknya mandi minimal 6 jam setelah kelahiran, Sebelum mandi sebaiknya periksa
suhu tubuh bayi.jika terjadi hipotermi lakukan skin-to-skin dan tutup kepala bayi dengan ibu
minimal 1 jam. Sebaiknya Bayi mandi minimal dua kali sehari, mandikan dengan air hangat
dan di tempat yang hangat
Keamanan
Hindari pemberian makanan selain ASI, jangan tinggalkan bayi sendirian, jangan
menggunakan alat penghangat buatan.
Penyuluhan bayi sebelum pulang
1) Perawatan tali pusat
2) Pemberian ASI
3) Refleks laktasi
4) Memulai pemberian ASI
5) Posisi menyusui
6) Jaga kehangatan bayi
7) Mencegah kehilangan panas
8) Tempatkan di lingkungan yang hangat
9) Tanda-tanda bahaya
10) Imunisasi
11) Perawatan harian

B. Perawatan bayi baru lahir


1. Pemotongan Tali Pusat

Menurut standart Asuhan Persalinan Normal (APN) pada saat segera bayi lahir akan
dilakukan pemotongan tali pusat, sesuai JNPKR, Depkes RI, 2008, bahwa segera bayi lahir
harus dikeringkan dan membungkus kepala serta badan kecuali tali pusat. Menjepit tali pusat
harus menggunakan klem disinfeksi tingkat tinggi atau steril dengan jarak kira-kira 3cm dari
umbilicus bayi. Setelah jepitan pertama dilakukan pengurutan tali pusat bayi kearah ibu
dengan memasang klem kedua dengan jarak 2cm dari klem pertama. Dengan menggunakan
tangan kiri di antara sela jari tengah tali pusat dipotong diantara kedua klem (Depkes RI,
2008, p. 126).

Sisa potongan tali pusat pada bayi inilah yang harus dirawat, karena jika tidak dirawat maka
dapat menyebabkan terjadinya infeksi. Pengenalan dan pengobatan secara dini infeksi tali
pusat sangat penting untuk mencegah sepsis. Tali pusat yang terinfeksi umumnya merah dan
bengkak mengeluarkan nanah, atau berbau busuk. Jika pembengkakan terbatas pada daerah
<1 cm disekitar pangkal tali pusat, obati sebagai infeksi tali pusat lokal atau terbatas. Bila
disekitar tali pusat merah dan mengeras atau bayi mengalami distensi abdomen, obati sebagai
infeksi tali pusat berat atau meluas (Meiliya & Karyuni, 2007, p.165).

2. Pencegahan hipotermia

Pengertian Hipotermia

Hipotermia merupakan kondisi saat temperatur tubuh menurun drastis di bawah suhu normal
yang dibutuhkan oleh metabolisme dan fungsi tubuh, yaitu di bawah 35 derajat Celsius.
Kondisi ini harus mendapatkan penanganan segera, karena dapat menyebabkan gangguan
pada sistem saraf dan fungsi organ lain dalam tubuh. Selain itu, kondisi ini juga dapat
berujung pada kegagalan sistem pernapasan, sistem sirkulasi (jantung), dan kematian.
 Faktor Risiko Hipotermia

Beberapa faktor risiko hipotermia, antara lain:

1) Beraktivitas terlalu lama di tempat yang dingin, seperti mendaki gunung atau
berenang.
2) Mengonsumsi minuman keras dan obat-obatan terlarang. Kedua kebiasaan tersebut
bisa menyebabkan pembuluh darah melebar, sehingga tubuh akan melepaskan panas
yang tinggi dari permukaan kulit.
3) Konsumsi obat-obatan tertentu, seperti antidepresan.
4) Pengaruh penyakit tertentu yang memengaruhi pengendali suhu tubuh, seperti
anoreksia nervosa, stroke, dan hipotiroidisme.
5) Penyakit yang memengaruhi memori, misalnya penyakit Alzheimer, karena tidak
sadar sedang kedinginan atau tidak paham apa yang harus dilakukan.
6) Usia bayi dan manula, akibat kemampuan mengendalikan temperatur tubuh yang
belum sempurna pada bayi dan menurun pada manula. 

Penyebab Hipotermia

Penyebab umum hipotermia adalah paparan suhu dingin atau air dingin dalam waktu yang
lama tanpa perlindungan yang cukup, misalnya akibat:

1) Berada terlalu lama di tempat dingin.


2) Jatuh ke kolam air dingin dalam waktu lama.
3) Mengenakan pakaian yang basah untuk waktu cukup lama.
4) Suhu pendingin ruangan yang terlalu rendah, terutama pada bayi dan lansia.
5) Tidak mengenakan pakaian yang tepat saat mendaki gunung.

Gejala Hipotermia

Beberapa gejala hipotermia, antara lain:

1) Berbicara cadel, bergumam, dan gagap.


2) Bibir berwarna kebiruan.
3) Denyut jantung lemah dan tidak teratur.
4) Kulit bayi dapat berwarna merah terang, dingin, dan tampak sangat tidak bertenaga.
5) Mengantuk atau lemas.
6) Menggigil terus-menerus.
7) Merasa kedinginan.
8) Napas pelan dan pendek.
9) Penurunan kesadaran, seperti kebingungan.
10) Pupil mata yang melebar.
11) Tidak dapat menghangatkan diri.
12) Tubuh menjadi kaku dan sulit bergerak.
13) Komplikasi Hipotermia

Beberapa komplikasi hipotermia, antara lain radang beku atau frostbite, jaringan tubuh
membusuk akibat terhambatnya aliran darah, bahkan kematian.

Pengobatan Hipotermia

Beberapa penanganan yang dapat dilakukan, antara lain:

1. Sebelum pertolongan medis tiba:Segera lepas dan ganti baju yang basah dengan yang
kering.
2. Gunakan beberapa lapis selimut atau jaket untuk menghangatkan tubuh.
3. Pindahkan ke area yang dekat dengan sumber panas dan dapat berbagi panas tubuh.
4. Hindari penggunaan panas secara langsung, seperti air panas atau alas penghangat.

2. Setelah pertolongan medis tiba:

1. Menghangatkan saluran pernapasan pengidap dengan memberikan oksigen yang


sudah dihangatkan melalui masker dan selang.
2. Memberikan infus berisi larutan salin yang sudah dihangatkan.
3. Mengalirkan larutan yang hangat untuk melewati dan menghangatkan beberapa organ
tubuh, misalnya sekitar paru-paru atau rongga perut.
4. Mengeluarkan dan menghangatkan darah pengidap, lalu kembali mengalirkannya ke
dalam tubuhnya, dengan menggunakan mesin pintas jantung dan paru (CPB) atau
mesin hemodialisis.

3. Pencegahan Hipotermia
1. Beberapa upaya pencegahan hipotermia, antara lain:
2. Berpakaian yang tepat saat musim dingin.
3. Ganti baju basah dengan baju kering sesegera mungkin.
4. Keluar dari air dingin secepatnya.
5. Konsumsi kalori dan cairan yang cukup.
6. Melakukan pengawasan lebih pada lansia dan anak kecil.

4. Apgar score

Apgar score atau penilaian skor Apgar dilakuan oleh dokter atau bidan pada setiap bayi yang
baru lahir. Pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan kondisi bayi sehat dan bugar untuk
dapat hidup dan beradaptasi dengan lingkungan baru di luar rahim ibu.

Tes Apgar score atau penilaian Apgar merupakan salah satu pemeriksaan fisik bayi yang
dilakukan pada menit pertama dan kelima setelah bayi lahir. Semakin tinggi nilai Apgarnya,
maka semakin baik. Nilai Apgar yang tinggi diangap dapat menjadi patokan bahwa
kondisi bayi baru lahir sehat dan bugar setelah dilahirkan.

Seperti Apa Nilai pada Apgar Score?

Kata ‘Apgar’ sendiri diambil dari beberapa aspek yang diperiksa, yaitu:

1. Activity (aktivitas otot).
2. Pulse (denyut jantung).
3. Grimace (respons dan refleks bayi).
4. Appearance (penampilan, terutama warna tubuh bayi).
5. Respiration (pernapasan).

Masing-masing aspek fisik pada bayi tersebut akan diperiksa oleh dokter atau bidan dengan
pemberian nilai dan hasil penilaian sebagai berikut:

1. Activity (aktivitas otot)

1) Skor 2 berarti bayi tampak bergerak aktif dan kuat.


2) Skor 1 berarti bayi bergerak, namun lemah dan tidak aktif.
3) Skor 0 berarti bayi tidak bergerak sama sekali.

2. Pulse (denyut jantung)
1) Skor 2 berarti jantung bayi berdetak lebih dari 100 denyut per menit.
2) Skor 1 berarti jantung bayi berdetak kurang dari 100 denyut per menit.
3) Skor 0 berarti detak jantung tidak terdeteksi.

3. Grimace (respons refleks)

1) Skor 2 berarti bayi meringis, batuk, atau menangis secara spontan dan dapat menarik
kaki atau tangan ketika diberi rangsang nyeri, seperti cubitan ringan atau sentilan di
kaki.
2) Skor 1 berarti bayi hanya meringis atau menangis hanya saat diberikan rangsangan.
3) Skor 0 berarti bayi tidak menunjukkan respons sama sekali terhadap rangsangan yang
diberikan.

4. Appearance (warna tubuh)

1) Skor 2 jika warna tubuh bayi kemerahan, ini merupakan warna tubuh bayi yang
normal.
2) Skor 1 jika warna tubuh normal, tetapi tangan atau kaki kebiruan.
3) Skor 0 bila seluruh tubuh bayi sepenuhnya berwarna keabu-abuan, kebiruan, atau
pucat.

5. Respiration (pernapasan)

1) Skor 2 jika bayi menangis kuat dan dapat bernapas secara normal.
2) Skor 1 jika bayi menangis lemah disertai rintihan dan pola napas yang tidak teratur.
3) Skor 0 jika bayi tidak bernapas sama sekali.
4) Setelah hal-hal di atas dinilai, maka nilai dari masing-masing aspek yang diperiksa
akan dijumlahkan dan diperoleh nilai total sebesar 0-10. Berikut ini adalah hasil
interpretasi Apgar score:
5) Skor di atas 7 menandakan bahwa bayi dalam kondisi baik atau sempurna.
6) Skor 5-6 menandakan Si Kecil kurang sehat atau bugar dan mungkin perlu bantuan
pernapasan.
7) Skor di bawah 5 merupakan keadaan gawat pada bayi yang mengindikasikan bahwa
bayi membutuhkan resusitasi segera.

Waspadai Nilai Apgar Score Rendah


Pada kasus tertentu, seperti ketika kondisi bayi kritis setelah dilahirkan, maka akan dilakukan
penilaian Apgar score kembali pada menit ke-10, menit ke-15, dan menit ke-20 untuk
memantau perkembangan kondisi bayi.

Kondisi kritis bayi bisa dilihat dari hasil total penilaian Apgar score yang rendah, yaitu 0-3.
Rendahnya nilai ini juga dikaitkan dengan meningkatnya risiko kematian bayi, cacat otak,
dan epilepsi pada bayi di kemudian hari, terutama jika Apgar score tidak mengalami
perbaikan pada 20 menit pertama sejak dilahirkan.

Jika Anda melahirkan di rumah sakit atau di tempat praktek bidan, maka tes Apgar biasanya
akan dilakukan oleh dokter atau bidan pada saat bayi lahir. Bila Anda merasa bingung, tidak
ada salahnya untuk menanyakan langsung pada dokter kandungan atau dokter anak agar
Anda mendapatkan penjelasan yang lebih lengkap terkait nilai Apgar Si Kecil yang baru
lahir.

5. Bounding Attachment

Secara harfiah kata bounding dapat diartikan sebagai ikatan dan attachment adalah


sentuhan. Attachment adalah proses penggabungan berdasarkan cinta dan penerimaan yang
tulus dari orang tua terhadap anaknya dan memberikan dukungan asuhan dalam
perawatannya. Bounding adalah masa sensitif pada menit pertama dan beberapa jam setalah
kelahiran dimana kontak ibu dan ayah ini akan menentukan tumbuh kembang anak menjadi
optimal (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

Bounding Attachment adalah hubungan yang unik antara dua orang yang sifatnya spesifik
dan bertahan seiring berjalannya waktu. Mereka juga menambahkan bahwa ikatan orang tua
terhadap anaknya dapat terus berlanjut bahkan selamanya walau dipisah oleh jarak dan waktu
dan tanda-tanda keberadaan secara fisik tidak terlihat (Kennel dan Klaus dalam Rochmawati,
2012). Bounding Attachment yaitu sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan
keterikatan batin antara orang tua dan bayi (Lestari, 2007). Menurut Ambarwati dan
Wulandari (2010), proses pembentukan ikatan kasih sayang dilakukan dengan beberapa cara,
yaitu:

1. Pemberian ASI (Air Susu Ibu) eksklusif


Dengan pemberian ASI secara ekslusif segera setelah lahir, secara langsung akan mengalamai
kontak kulit dengan ibunya yang menjadikan ibu merasa bangga dan diperlakukan rasa yang
dibutuhkan oleh semua manusia.

2. Rawat Gabung

Rawat gabung merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan agar antara ibu dan bayi
terjalin proses lekat (early infant mother bounding) akibat sentuhan badan antara ibu dan
bayinya. Hal ini sangat mempengaruhi perkembangan psikologi bayi selanjutnya, karena
kehangatan tubuh ibu merupakan stimulus mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi. Bayi
yang merasa aman dan terlindung, merupakan dasar terbentuknya rasa percaya diri di
kemudian hari. Dengam memberikan ASI eksklusif, ibu merasakan kepuasan dapat
memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya, dan tidak dapat digantikan oleh orang lain. Keadaan ini
juga memperlancar produksi ASI, karena refleks let-down bersifat psikosomatis. Ibu akan
merasa bangga karena dapat menyusui dan merawat bayinya sendiri dan bila ayah bayi
berkunjung akan terasa adanya suatu kesatuan keluarga.

3. Kontak Mata

Beberapa ibu berkata begitu bayinya bisa memandang mereka, mereka merasa lebih dekat
dengan bayinya. Orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling
memandang. Seringkali dalam posisi bertatapan. Bayi baru lahir dapat diletakan lebih dekat
untuk melihat pada orang tuanya.

Keadaan untuk membuat kontak mata dilakukan kemudian dengan segera. Kontak mata
mempunyai efek yang erat terhadap perkembangan dimulainya hubungan dan rasa percaya
sebagai faktor yang penting dalam hubungan manusia pada umumnya. Bayi baru lahir dapat
memusatkan perhatian kepada suatu obyek, satu jam setelah kelahiran pada jarak sekitar 20-
25 cm, dan dapat memusatkan pandangan sebaik orang dewasa pada usia kira-kira 4 bulan.

4. Suara

Mendengar dan merespon suara antara orang tua dan bayinya sangat penting. Orang tua
menunggu tangisan pertama bayi mereka dengan tegang. Suara tersebut membuat mereka
yakin bahwa bayinya dalam keadaan sehat. Tangis tersebut membuat mereka melakukan
tindakan menghibur. Sewaktu orang tua berbicara dengan suara tinggi, bayi akan menjadi
tenang dan berpaling ke arah mereka.
Bayi dapat mendengar sejak dalam rahim, jadi tidak mengherankan jika ia dapat
mendengarkan suara-suara dan membedakan nada dan kekuatan sejak lahir, meskipun suara-
suara itu terhalang selama beberapa hari oleh cairan amniotik dari rahim yang melekat pada
telinga. Banyak penelitian memperlihatkan bahwa bayi-bayi baru lahir bukan hanya
mendengar secara pasif melainkan mendengarkan dengan sengaja, dan mereka nampaknya
lebih dapat menyessuaikan diri dengan suara-suara tertentu daripada yang lain, contoh suara
detak jantung ibu.

5. Aroma (Bau Badan)

Setiap anak memiliki aroma yang unik dan bayi belajar dengan cepat untuk mengenali aroma
susu ibunya.

Indera penciuman pada bayi baru lahir sudah berkembang dengan baik dan masih memainkan
peran dalam nalurinya untuk mempertahankan hidup. Penelitian menunjukan bahwa kegiatan
seorang bayi, detak jantung dan pola bernafasnya berubah setiapkali hadir bau yang baru,
tetapi bersamaan dengan semakin dikenalnya bau itu, bayipun berhenti bereaksi. Pada
akhirnya minggu pertama, seorang bayi dapat mengenali ibunya dari bau tubuh dan air susu
ibunya. Indera penciuman bayi akan sangat kuat, jika seorang ibu dapat memberikan bayinya
ASI pada waktu tertentu.

6. Gaya Bahasa

Bayi mengembangkan irama akibat kebiasaan. Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan
struktur pembicaraan orang dewasa. Mereka menggoyangkan tangan, mengangkat kepala,
menendang-nendangkan kaki. Gaya bahasa terjadi pada saat anak mulai berbicara.

Bayi yang baru lahir menemukan perubahan struktur pembicaraan dari orang dewasa. Artinya
perkembangan bayi dalam bahasa dipengaruhi kultur, jauh sebelum ia menggunakan bahasa
dalam berkomuniksi. Dengan demikian terdapat salah satu yang akan lebih banyak
dibawanya dalam memulai berbicara. Selain itu juga mengisaratkan umpan balik positif bagi
orang tua dan membentuk komunikasi yang efektif.

7. Irama Kehidupan (Bioritme)

Salah satu tugas bayi baru lahir adalah membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua dapat
membantu proses ini dengan memberi kasih sayang yang konsisten dan dengan
memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan perilaku yang responsif.
Janin dapat dikatakan menyesuaikan diri dengan irama alamiah ibunya seperti halnya denyut
jantung. Salah satu tugas bayi setelah lahir adalah menyesuaikan irama dirinya sendiri. Orang
tua dapat membantu proses ini dengan memberikan perawatan penuh kasih sayang secara
konsisten dan dengan menggunakan tanda keadaan bahaya bayi untuk mengembangkan
respon bayi dan interaksi sosial serta kesempatan untuk belajar.

8. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Setelah bayi lahir, dengan segera bayi ditempatkan di atas ibu. Ia akan merangkak dan
mencari puting susu ibunya. Dengan demikian, bayi dapat melakukan refleck sucking dengan
segera. Inisiasi Menyusu Dini adalah proses membiarkan bayi menyusu sendiri segera setelah
kelahiran. Hal ini merupakan kodrat dan anugrah dari Tuhan yang sudah disusun untuk kita.
Melakukannya juga tidak sulit, hanya membutuhkan waktu sekitar satu hingga dua jam.

Inisiasi Menyusu Dini atau disingkat IMD merupakan program yang sedang gencar
dianjurkan pemerintah. Menyusu dan bukan menyusui merupakan gambaran bahwa IMD
bukan program ibu menyusui bayi tetapi bayi yang harus aktif menemukan sendiri puting
susu ibu. Program ini dilakukan dengan cara langsung meletakan bayi yang baru lahir di dada
ibunya dan mebiarkan bayi ini merayap untuk menemukan puting susu ibunya. IMD harus
dilakukan langsung saat lahir, tanpa boleh ditunda dengan kegiatan menimbang atau
mengukur bayi. Bayi juga tidak boleh dibersihkan, hanya dikeringkan kecuali tangannya.
Proses ini harus berlangsung skin to skin antara bayi dan ibu.

C. IMD

Inisiasi Menyusui Dini( IMD) adalah permulaan kegiatan menyusu dalam satu jam pertama
setelah bayi lahir. Inisiasi dini juga bisa diartikan sebagai cara bayi menyusu satu jam
pertama setelah lahir dengan usaha sendiri dengan kata lain menyusu bukan disusui. Cara
bayi melakukan inisiasi menyusui dini ini dinamakan The Breast Crawl atau merangkak
mencari payudara (Maryunani, 2012).

Inisiasi Menyusui Dini adalah proses membiarkan bayi dengan nalurinya sendiri dapat
menyusu segera dalam satu jam pertama setelah lahir, bersamaan dengan kontak kulit antara
bayi dengan kulit ibunya, bayi dibiarkan setidaknya selama satu jam di dada ibu, sampai bayi
menyusu sendiri (Depkes, 2008).
Inisiasi Menyusui Dini dalam istilah asing sering di sebut early inisiation breastfreeding
adalah memberi kesempatan pada bayi baru lahir untuk menyusu sendiri pada ibu dalam satu
jam pertama kelahirannya.

Ketika bayi sehat di letakkan di atas perut atau dada ibu segera setelah lahir dan terjadi
kontak kulit (skin to skin contac) merupakan pertunjukan yang menakjubkan, bayi akan
bereaksi oleh karena rangsangan sentuhan ibu, dia akan bergerak di atas perut ibu dan
menjangkau payudara. (Roesli, 2008)

Inisiasi Menyusui Dinidisebut sebagai tahap ke empat persalinan yaitu tepat setelah
persalinan sampai satu jam setelah persalinan, meletakkan bayi baru lahir dengan posisi
tengkurap setelah dikeringkan tubuhnya namun belum dibersihkan, tidak dibungkus di dada
ibunya segera setelah persalinan dan memastikan bayi mendapat kontak kulit dengan ibunya,
menemukan puting susu dan mendapatkan kolostrom atau ASI yang pertama kali keluar
(Roesli, 2008)

Inisiasi Menyusui Dini adalah proses menyusu bukan menyusui yang merupakan gambaran
bahwa inisiasi menyusu dini bukan program ibu menyusui bayi tetapi bayi yang harus aktif
sendiri menemukan putting susu ibu. Setelah lahir bayi belum menujukkan kesiapannya
untuk menyusu Reflek menghisap bayi timbul setelah 20-30 menit setelah lahir.Bayi
menunjukan kesiapan untuk menyusu 30-40 menit setelah lahir (Roesli, 2008).

Kesimpulan dari berbagai pengertian di atas, IMD adalah suatu rangkaian kegiatan dimana
bayi segera setelah lahir yang sudah terpotong tali pusatnya secara naluri melakukan
aktivitas-aktivitas yang diakhiri dengan menemukan puting susu ibu kemudian menyusu pada
satu jam pertama kelahiran.

2. Prinsip inisiasi menyusu dini (IMD)

Inisiasi Menyusui Dini adalah proses membiarkan bayi dengan nalurinya sendiri dapat
menyusu segera dalam satu jam pertama setelah lahir, bersamaan dengan kontak kulit antara
bayi dengan kulit ibu bayi dibiarkan setidaknya selama satu jam di dada ibu, sampai dia
menyusu sendiri. (Depkes, 2014)

Prinsip dasar IMD adalah tanpa harus dibersihkan dulu, bayi diletakkan di dada ibunya
dengan posisi tengkurap dimana telinga dan tangan bayi berada dalam satu garis sehingga
terjadi kontak kulit dan secara alami bayi mencari payudara ibu dan mulai menyusu.(Rosita,
2008)
Kesimpulan dari pendapat di atas, prinsip IMD adalah cukup mengeringkan tubuh bayi yang
baru lahir dengan kain atau handuk tanpa harus memandikan, tidak membungkus (bedong)
kemudian meletakkannya ke dada ibu dalam keadaan tengkurap sehingga ada kontak kulit
dengan ibu, selanjutnya beri kesempatan bayi untuk menyusu sendiri pada ibu pada satu jam
pertama kelahiran.

3. Manfaat Inisiasi Menyusui Dini

Menurut Roesli (2008), menyampaikan bahwa IMD bermanfaat bagi ibu dan bayi baik secara
fisiologis maupun psikologis, yaitu sebagai berikut:

a. Ibu

Sentuhan dan hisapan payudara ibu mendorong keluarnya oksitoksin.Oksitoksin


menyebabkan kontraksi pada uterus sehingga membantu keluarnya plasenta dan mencegah
perdarahan.Oksitoksin juga menstimulasi hormon-hormon lain yang menyebabkan ibu
merasa aman dan nyaman, sehingga ASI keluar dengan lancar.

b. Bayi

Bersentuhan dengan ibu memberikan kehangatan, ketenangan sehingga napas dan denyut
jantung bayi menjadi teratur.Bayi memperoleh kolostrom yang mengandung antibodi dan
merupakan imunisasi pertama. Di samping itu, kolostrom juga mengandung faktor
pertumbuhan yang membantu usus bayi berfungsi secara efektif, sehingga mikroorganisme
dan penyebab alergi lain lebih sulit masuk ke dalam tubuh bayi.

c. Manfaat secara Psikologis :

1) Adanya Ikatan Emosi (Emotional Bonding) :

a) Hubungan ibu-bayi lebih erat dan penuh kasih sayang.


b) Ibu merasa lebih bahagia.
c) Bayi lebih jarang menangis.
d) Ibu berperilaku lebih peka (affectionately).
e) Lebih jarang menyiksa bayi (child abused).

2) Perkembangan : anak menunjukkan uji kepintaran yang lebih baik di kemudian hari.

4. Persiapan Melakukan Inisiasi Menyusui DiniRoesli( 2008) menjabarkan, berikut ini


persiapan yang harus dilakukan sebelumpelaksanakanIMD di RS :
a. Pertemuan pimpinan Rumah Sakit, dokter kebidanan, dokter anak, dokter anastesi,
bidan, tenaga kesehatan yang bertugas di kamar bersalin, kamar operasi, kamar
perawatan ibu melahirkan untuk mensosialisasikan Rumah Sakit Sayang Bayi.
b. Melatih tenaga kesehatan terkait yang menolong, mendukung ibu menyusui, termasuk
menolong IMD yang benar.
c. Setidaknya antenatal (ibu hamil), dua kali pertemuan tenaga kesehatan bersama orang
tua, membahas keuntungan ASI dan menyusui, tatalaksana menyusui yang benar,
IMD termasuk inisiasi dini pada kelahiran dengan obat –obatan atau tindakan.
d. Di Rumah Sakit Sayang Ibu, IMD termasuk langkah ke-4 dari 10 langkah
keberhasilan menyusui.

5. Tatalaksana Inisiasi Menyusui Dini

Secara umum menurut Maryunani(2012), tatalaksana IMD adalah sebagai berikut:

a. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan.


b. Disarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat kimiawi saat persalinan.
Dapat diganti dengan cara non kimiawi misalnya, pijat,aroma terapi,gerakan atau
hypnobirthing.
c. Biarkan ibu menentukan cara melahirkan yang diinginkan misalnya melahirkan tidak
normal di dalam air atau dengan jongkok.
d. Seluruh badan dan kepala bayi dikeringkan secepatnya,kecuali kedua tangannya.
Lemak putih (vernix) yang menyamankan kulit bayi sebaiknya dibiarkan.
e. Bayi ditengkurapkan didada atau perut ibu. Biarkan kulit bayi melekat dengan kulit
ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit ini dipertahankan minimum satu jam atau setelah
menyusuawal selesai. Keduanya diselimuti jika perlu gunakan topi bayi
f. Bayi dibiarkan mencari putting susu ibu, ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan
lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke puting susu
g. Ayah didukung agar membantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau perilaku bayi
sebelum menyusu. Hal ini dapat berlangsung beberapa menit atau satu jam, dukungan
ayah akan meningkatkan rasa percaya diri ibu. Jika bayi belum menemukan puting
payudara ibunya dalam waktu satu jam, biarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan
kulit ibunya sampai berhasil menyusu pertama.
h. Dianjurkan memberikan kesempatan kontak kulit dengan kulit pada ibu yang
melahirkan dengan tindakan
i. Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang,diukur dan dicap setelah satu jam

Rawat gabung ibu dan bayi dalam satu kamar selama 24 jam. Menurut Depkes (2009), dalam
buku pedoman pelaksanaan program rumah sakit sayang ibu dan anak, tatalaksana IMD
yaitu:

a. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan.


b. Disarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat kimiawi saat persalinan.
Dapat diganti dengan cara non kimiawi, misalnya pijat, aroma therapy atau gerakan.
c. Biarkan ibu menentukan cara melahirkan yang diinginkan, misalnya melahirkan
normal, didalam air atau dengan jongkok.
d. Keringkan bayi secepatnya, kecuali kedua tangannya. Pertahankan lemak putih alami
(vernix) yang melindungi kulit barru bayi.
e. Bayi di tengkurapkan didada atau perut ibu. Biarkan kulit bayi melekat dengan kulit
ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit ini dipertahankan minimum satu jam atau setelah
menyusu )awal selesai. Keduanya diselimuti, jika perlu gunakan topi bayi.
f. Biarkan bayi mencari puting susu ibu. Ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan
lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke puting susu.
g. Ayah didukung agar membantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau perilaku bayi
sebelum menyusu.
h. Dianjurkan untuk memberikan kesempatan kontak kulit pada ibu yang melahirkan
dengan tindakan, misalnya operasi sectio caesarea.
i. Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur dan dicap setelah satu jam atau
menyusu awal selesai. Prosedur yang invasif misalnya suntikan vitamin K dan tetesan
mata bayi dapat ditunda.
j. Rawat gabung-ibu dan bayi dirawat satu kamar selama 24 jam, bayi tetap tidak
dipisahkan dan bayi selalu dalam jangkauan ibu. Pemberian minuman prelaktal
(cairan yang diberikan sebelum ASI keluar) dihindarkan.

Depkes (2009) juga menjelaskan tatalaksana IMD pada persalinan sectiocaesarea, yaitu :

a. Tenaga dan pelayanan kesehatan yang suportif.


b. Jika mungkin, diusahakan suhu ruangan 20°-25° C. Disediakan selimut untuk
menutupi punggung bayi untuk mengurangi hilangnya panas dari kepala bayi.
c. Usahakan pembiusan ibu bukan pembiusan umum tetapi epidural.
d. Tatalaksana selanjutnya sama dengan tatalaksana umum diatas.
e. Jika inisiasi dini belum terjadi dikamar bersalin, kamar operasi, atau bayi harus
dipindah sebelum satu jam maka bayi tetap diletakan didada ibu ketika dipindahkan
ke kamar perawatan atau pemulihan. Menyusu dini dilanjutkan di kamar perawatan
ibu atau kamar pulih.

6. Inisiasi Menyusui Dini yang kurang tepat Pada umumnya praktik IMD yang kurang tepat
menurut Roesli (2008), adalah sebagai berikut :

a. Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain kering
b. Bayi segera dikeringkan dengan kain kering, tali pusat dipotong, lalu diikat
c. Karena takut kedinginan, bayi dibedong dengan selimut bayi
d. Dalam keadaan dibedong, bayi diletakkan didada ibu (tidak terjadi kontak dengan
kulit ibu). Bayi dibiarkan di dada ibu (bonding) untuk beberapa lama (10 – 15 menit)
atau sampai tenaga kesehatan selesai menjahit perineum.
e. Selanjutnya diangkat, dan disusukan pada ibu dengan cara memasukkan puting susu
ibu ke mulut bayi.
f. Setelah itu, bayi dibawa ke kamar transisi atau kamar pemulihan (recovery room)
untuk ditimbang, diukur, dicap, diazankan oleh ayah, diberi suntikan vitamin K, dan
kadang diberi tetes mata.

7. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan IMD

Roesli (2008) menjelaskan, ada beberapa faktor yang mendukung pelaksanaan IMD
diantaranya:

1. Kesiapan fisik dan psikologis ibu

Fisik dan psikologi ibu harus sudah dipersiapkan dari awal kehamilannya, konseling dalam
pemberian informasi mengenai IMD bisa diberikan selama pemeriksaan kehamilan.
Pemeliharaan puting payudara dan cara massase payudara juga perlu di ajarkan agar ibu lebih
siap menghadapi persalinan dan dapat langsung memberikan ASI pada bayinya, rasa cemas,
tidak nyaman dan nyeri selama proses persalinan sangat mempengaruhi ibu untuk menyusui
bayinya untuk itu perlu adanya konseling.

2. Tenaga atau pelayan kesehatan


Untuk keberhasilan pelaksanaan IMD, konsultasi dengan dokter ahli kandungan di perlukan
untuk membantu proses IMD. Memilih BPS/RS atau fasilitas pelayanan kesehatan yang
mendukung pemberian ASI.

3. Bayi akan kedinginan

Bayi berada dalam suhu yang aman jika melakukan kontak kulit dengan sang ibu. Suhu
payudara ibu akan meningkat 0,5 derajat dalam dua menit jika bayi diletakkan di dada ibu.
Berdasarkan hasil penelitian Dr. Niels Bergman (2005) ditemukan bahwa suhu dada ibu yang
melahirkan menjadi 1°C lebih panas dari suhu dada ibu yang tidak melahirkan. Jika bayi
yang diletakkan didada ibu ini kepanasan, suhu dada ibu akan turun 1°C. Jika bayi
kedinginan, suhu dada ibu akan meningkat 2°C untuk menghangatkan bayi. Jadi dada ibu
merupakan tempat yang terbaik bagi bayi yang baru lahir dibandingkan tempat tidur yang
canggih dan mahal.

4. Ibu kelelahan

Memeluk bayinya segera setelah lahir membuat ibu merasa senang dan keluarnya oksitosin
saat kontak kulit ke kulit serta saat bayi menyusu dini membantu menenangkan ibu.

5. Kurang dukungan suami dan keluarga

Penolongpersalinan dapat melanjutkan tugasnya.Bayi yang masih di dada ibu dapat


menemukan sendiri payudara ibu.Libatkan ayah atau keluarga terdekat untuk menjaga bayi
sambil memberi dukungan pada ibu.

6. Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk.

Ibu dapat dipindahkan ke ruang pulih atau kamar perawatan dengan bayi masih di dada ibu,
berikan kesempatan pada bayi untuk meneruskan usahanya mencapai payudara dan menyusu
dini.

7. Ibu harus di jahit.

Kegiatan merangkak mencari payudara terjadi di area payudara dan lokasi yang dijahit adalah
bagian bawah ibu.

8. Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang, dan diukur.

Menunda memandikan bayi berarti menghindarkan hilangnya panas badan bayi. Selain itu,
kesempatan vernix meresap, melunakkan, dan melindungi kulit bayi lebih besar. Bayi dapat
dikeringkan segera setelah lahir. Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai
menyusu awal selesai.

9. Bayi kurang siaga. Pada 1-2 jam pertama kelahirannya, bayi sangat siaga. Setelah itu, bayi
tidur dalam waktu yang lama. Jika bayimengantuk akibat obat yang diasup oleh ibu, kontak
kulit akan lebih penting lagi karena bayi memerlukan bantuan lebih untuk bonding.

10. Kolostrom tidak keluar atau jumlah kolostrom tidak memadai sehingga diperlukan cairan
lain. Kolostrom cukup dijadikan makanan pertama bayi baru lahir. Bayi dilahirkan .dengan
membawa bekal air dan gula yang dapat dipakai pada saat itu.

11. Kolostrom tidak baik, bahkan berbahaya untuk bayi. Kolostrom sangat

diperlukan untuk tumbuh-kembang bayi. Selain sebagai imunisasi pertama dan mengurangi
kuning pada bayi baru lahir, kolostrom melindungi dan mematangkan dinding usus yang
masih muda.

8. Faktor-faktor yang menghambat IMD

Maryunani (2012) menjelaskan, ada faktor-faktor yang dapat menghambat IMD baik pada
persalinan normal maupun pada persalinan sectio caesarea.

a. Faktor-faktor yang menghambat IMD pada persalinan normal, yaitu :

1) Pada persalinan normal, diharapkan agar setiap ibu dapat mencapai keberhasilan,
mampu melaksanakan program IMD tidak lebih dari satu jam.
2) Namun pada kenyataannya, ada beberapa ibu yang mengeluhkan beberapa hal yang
dapat menghambat keberhasilan IMD.
3) Beberapa hal yang dapat menghambat keberhasilan program IMD pada pasien dengan
persalinan normal tersebut, antara lain :
a) Kondisi ibu yang masih lemah (bagi ibu post-partum normal, dalam kondisi
kelemahan ini, ibu tidak mampu untuk melakukan program IMD).
b) Ibu lebih cenderung suka untuk beristirahat saja dari pada harus kesulitan
membantu membimbing anaknya untuk berhasil melakukan program IMD.

b. Faktor-faktor yang menghambat IMD pada persalinan sectio caesarea, yaitu :


1) Rooming-in (Rawat Gabung).
2) Kondisi sayatan di perut ibu. Pada pasien caesar, dimana terdapat sayatan di perut, ibu
cenderung masih mengeluhkan sakit pada daerah sayatan dan jahitan di perut,
sehingga ibu memilih untuk istirahat, dahulu, dan memulihkan kondisinya yang lemas
sebelum memberikan IMD pada bayinya. Oleh karena itu, maka pada pasien dengan
persalinan caesar, ibu baru bisa berhasil memberikan ASI pertamanya kepada bayi
setelah lebih dari satu jam pasca melahirkan.
3) Kondisi kelemahan akibat pengaruh anestesi yang diberikan sebelumnya.

9. Kebijakan The World Alliance for Breastfeeding Action (WABA) tentang IMD.

Inisiasi Menyusui Dini dalam satu jam setelah kelahiran merupakan tahap penting untuk
mengurangi kematian bayi dan mengurangi banyak kematian neonatal. Menyelamatkan 1 juta
bayi dimulai dengan satu tindakan, satu pesan dan satu dukungan yaitu dimulai IMD dalam
satu jam pertama kelahiran. Word Health Organization (WHO) merekomendasikan bahwa,
IMD dalam satu jam pertama kelahiran, menyusu secara eksklusif selama 6 bulan diteruskan
dengan makanan pendamping ASI sampai usia 2 tahun.

Konferensi tentang hak anak mengakui bahwa setiap anak berhak untuk hidup dan bertahan
untuk melangsungkan hidup dan berkembang setelah persalinan.Wanita mempunyai hak
untuk mengetahui dan menerima dukungan yang diperlukan untuk melakukan IMD yang
sesuai.The World Alliance for Breastfeeding Action (WABA) mengeluarkan beberapa
kebijakan tentang IMD dalam Pekan ASI sedunia (World Breastfeeding Week) :

a. Menggerakan dunia untuk menyelamatkan 1 juta bayi dimulai dengan satu tindakan
sederhana yaitu beri kesempatan pada bayi untuk melakukan IMD dalam satu jam
pertama kehidupannya.
b. Menganjurkan segera terjadi kontak kulit antara ibu dan bayi dan berlanjut dengan
menyusui untuk 6 bulan secara eksklusif.
c. Mendorong Menteri Kesehatan atau orang yang mempunyai kebijakan untuk
menyatukan pendapat bahwa IMD dalam satu jam pertama adalah indikator penting
untuk pencegahan kesehatan.
d. Memastikan keluarga mengetahui pentingnya satu jam pertama untuk bayi dan
memastikan mereka melakukan pada bayi mereka kesempatan yang baik ini.
e. Memberikan dukungan perubahan baru dan peningkatan kembali Rumah Sakit
Sayang Bayi dengan memberi perhatian dalam penggabungan dan perluasan tentang
IMD.

10. Tahapan Perilaku Bayi Dalam IMD

Menurut Roeli (2008) menyampaikan, semua bayi dalam proses IMD akan melalui lima
tahapan perilaku (free- feeding behavior) sebelum ia berhasil menyusui. Tahapan tersebut
adalah sebagai berikut :

a. 30 menit pertama

Dalam 30 menit pertama merupakan stadium istirahat/diam dalam keadaan siaga (rest/quite
alert stage).Bayi diam tidak bergerak dan sesekali mata terbuka lebar melihatibunya.Masa
tenang yang istimewa ini merupakan penyesuaian peralihan dari keadaan dalam kandungan
ke keadaan di luar kandungan.Bounding( hubungan kasih sayang) merupakan dasar
pertumbuhan bayi dalam suasana aman.

b. 30 –40 menit

Pada masa ini, bayi mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti mau minum, mencium, dan
menjilat tangan.Bayi mencium dan merasakan cairan ketuban yang ada ditangannya. Bau ini
sama dengan bau yangdikeluarkan payudara ibu. Bau dan rasa ini akan membimbing bayi
untuk menemukan payudara dan putting susu ibu.

c. Mengeluarkan air liur

Saat menyadari bahwa ada makanan di sekitarnya, bayi mulai mengeluarkan air liurnya.

d. Bayi mulai bergerak ke arah payudara


e. Menemukan, menjilat, mengulum putting, membuka mulut lebar dan melekat dengan
baik
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bayi baru lahir adalah bayi lahir yang melewati masa penyelesaian pada minggu pertama
kehidupannya. Sedangkan waktu di dalam uterus Ibu bayi aman, hangat dan makanan dengan
baik, setelah lahir bayi harus menyesuaikan pada pola untuk makan, bernafas dan tetap
hangat (asuhan bayi baru lahir, 2000). Menurut survei demografi dan kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2002, angka kematian bayi baru lahir sebesar 45/1000 kelahiran hidup dan
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : infeksi, asfiksia neonatorum, trauma kelahiran,
cacat bawaan (seperti labio palato skisis) penyakit yang berhubungan dengan prematuritas
dan dismaturitas, imaturitas dan lain-lain.Ditinjau dari pertumbuhan dan perkembangan bayi,
periode neonatal merupakan periode yang paling kritis. Kasus labio palato skisis merupakan
salah satu bentuk kelainan kongenital pada bayi baru lahir.
B. Saran
Jika dalam penulisan makalah ini terdapat kekurangan dan kesalahan, kami mohon
maaf,untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar penulis
dapat membuat makalah yang lebih baik dari kemudian hari
DAFTAR PUSTAKA

https://www.alodokter.com/tes-apgar-score-untuk-cek-kondisi-bayi-baru-lahir#:~:text=Tes
%20Apgar%20score%20atau%20penilaian,sehat%20dan%20bugar%20setelah
%20dilahirkan.

Amabrwati, E.R., dan Wulandari, D. 2010. Asuhan kebidanan nifas, Yogyakarta, Nuha
Medika

http://bayidananak.com

http://www.lusa.web.id/bounding-attachment

https://www.teorieno.com/2016/10/pengertian-bounding-attachment-terhadap.html?m=1

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-windamaret-5859-2-babii.pdf

Mayo Clinic. Diakses pada 2019. Hypothermia - Symptoms and causes.

WebMD. Diakses pada 2019. Hypothermia: Signs, Symptoms, Causes, and Treatment.

https://www.halodoc.com/kesehatan/hipotermia

https://slideplayer.info/slide/12733233/

https://id.scribd.com/document/367056928/LP-BBL

Anda mungkin juga menyukai