Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA PADA IBU HAMIL

STASE MATERNITAS DI PMB HALIMATUZ

OLEH :

TINA LESTARI

2014901110090

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TAHAP PROFESI NERS


TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN
ANEMIA PADA IBU HAMIL

1. Konsep Penyakit Anemia


1.1 Definisi Penyakit Anemia
Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin
(Hb) atau sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan penurunan
kapasitas sel darah merah dalam membawa oksigen (Badan POM, 2011)

Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar


hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan
normal. Jika kadar hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan eritrosit kurang dari
41% pada pria, maka pria tersebut dikatakan anemia. Demikian pula pada
wanita, wanita yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan
eritrosit kurang dari 37%, maka wanita itu dikatakan anemia. Anemia bukan
merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu
penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh.  Secara fisiologis anemia terjadi
apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen
ke jaringan.

Anemia pranatal adalah komplikasi yang paling sering terjadi di amerika


serikat yang memengaruhi 20-50% ibu hamil. Anemia ditandai dengan
penurunan jumlah sel darah merah dan konsentrasi Hb di bawah normal.
Kondisi ini menyebabkan penurunan kapasitas darah untuk mengangkut
oksigen ke organ vital ibu dan janin. Selama kehamilan, anemia
meningkatkan resiko kehamilan kurang bulan. Anemia dapat meningkatkan
mortalitas ibu dengan menurunkan toleransi ibu terhadap hemoragi. Penyakit
ini juga meningkatkan komplikasi puerperal (mis., menghambat
penyembuhan episiotomi atau insisi), serta mengurangi persediaan zat besi
untuk cadangan janin. (Wilkinson, 2008)

Anemia yang paling sering dijumpai dalam kehamilan adalah anemia akibat
kekurangan zat besi karena kurangnya asupan unsur besi dalam maanan.
Gangguan penyerapan, peningkatan ebutuhan zat besi atau karena terlampau
banyaknya zat besi yang keluar dari tubuh, misalnya pada perdarahan. Wanita
hamil butuh zatbesi sekitar 40 mg perhari atau 2 kali lipat kebutuhan kondisi
tidak hamil. Jarak kehamilan sangat berpengaruh terhadap kejadian anemia
saat kehamilan. Kehamilan yang berulang dalam waktu singkat akan
menguras cadangan zat besi ibu. Pengaturan jarak kehamilan yang bai
minimal dua tahun menjadi penting untuk diperhatikan sehingga badan ibu
siap untuk menerima janin kembali tanpa harus menghabiskan cadangan zat
besinya (Mardliyanti, 2006)

Anemia dalam kehamilan ialah kondisi ibu dengan kadar Hb < 11,00 gr %
pada trimester 1 dan III, atau kadar Hb < 10,50 gr % pada trimester II
(Sarwono, 2008)

1.2 Etiologi
1.2.1 Penyebab anemia pada kehamilan :
a. Meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin
b. Kurangnya asupan zat besi pada makanan yang dikonsumsi ibu
hamil
c. Pola makan ibu terganggu akibat mual selama kehamilan
d. Adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi (Fe)
e. Pada wanita akibat persalinan sebelumnya dan menstruasi.

1.2.2 Menurut Badan POM (2011), Penyebab anemia yaitu:


a. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin
B12, asam folat, vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk
pembentukan sel darah merah.
b. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi
rawan terkena anemia karena kekurangan zat besi bila darah
menstruasinya banyak dan dia tidak memiliki cukup persediaan zat
besi.
c. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin
menyerap zat besi dan vitamin untuk pertumbuhannya.
d. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-
menerus di saluran pencernaan seperti gastritis dan radang usus
buntu dapat menyebabkan anemia.
e. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan
perdarahan lambung (aspirin, anti infl amasi, dll). Obat lainnya dapat
menyebabkan masalah dalam penyerapan zat besi dan vitamin
(antasid, pil KB, antiarthritis, dll).
f. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi).
Ini dapat menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat
besi dan vitamin B12.
g. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit
ginjal, masalah pada kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan
penyakit lainnya dapat menyebabkan anemia karena mempengaruhi
proses pembentukan sel darah merah.
h. Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang,
malaria, atau disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang
parah.

1.3 Tanda dan gejala


1.3.1 Tanda dan gejala secara umum :
a. Lemah, letih, lesu dan lelah.
b. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang.
c. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak
tangan menjadi pucat.Pucat oleh karena kekurangan volume darah
dan Hb, vasokontriksi.
d. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah)
Angina (sakit dada).
e. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2
berkurang).
f. Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung)
menggambarkan berkurangnya oksigenasi pada SSP.
g. Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi
atau diare).

1.3.2 Gejala anemia pada kehamilan yaitu :


a. Ibu mengeluh cepat lelah, sering pusing
b. Mata berkunang-kunang
c. Malaise
d. Lidah luka
e. Nafsu makan turun( anoreksia)
f. Konsentrasi hilang
g. Nafas pendek ( pada anemia parah)
h. Keluhan mual muntah pada hamil muda
i. Palpitasi

1.4 Patofisiologi
Anemia dalam kehamilan disebabkan karena dalam kehamilan keperluan
akan zat-zat makanan bertambah dari terjadi pula perubahan-perubahan dalam
darah dan sumsum tulang. Dalam kehamilan terjadi peningkatan jumlah darah
dimana jumlah sel-sel darah lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah
plasma (hidremia), yaitu plasma bertambah sebesar 25-30% sedangkan sel
darah bertambah sekitar 20%. Hal itu bisa menyebabkan terjadinya
pengenceran darah (hemodelusi) yang disertai anemia fisiologi.

Semakin meningkatnya umur kehamilan, kebutuhan akan zat besi dan asam
folat untuk ibu dan janin juga akan meningkat. Terlebih pada trimester akhir
yang jika tidak dipenuhi dari tambahan dari luar akan meningkatkan resiko
tinggi terjadinya anemia pada ibu.

1.5 Pemeriksaan penunjang


Pada pemeriksaan laboratorium ditemui :
1.5.1 Pemeriksaan Hb Sahli, kadar Hb < 10 mg/%
1.5.2 Kadar Ht menurun ( normal 37% - 41% )
1.5.3 Peningkatan bilirubin total ( pada anemia hemolitik )
1.5.4 Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi 
1.5.5 Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak

1.6 Komplikasi
1.6.1 Anemia dapat terjadi pada setiap ibu hamil, karena itulah kejadian ini
harus selalu diwaspadai.
1.6.2 Anemia yang terjadi saat ibu hamil Trimester I akan dapat
mengakibatkan : abortus, missed abortus dan kelainan kongenital.
1.6.3 Anemia pada kehamilan trimester II dapat menyebabkan : persalinan
prematur, perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam
rahim, asfiksia intrauterin sampai kematian, BBLR, gestosis dan
mudah terkena infeksi, IQ rendah dan bahkan bisa mengakibatkan
kematian.
1.6.4 Saat inpartu, anemia dapat menimbulkan gangguan his baik primer
maupun sekunder, janin akan lahir dengan anemia, dan persalinan
dengan tindakan yang disebabkan karena ibu cepat lelah.
1.6.5 Saat post partum anemia dapat menyebabkan: tonia uteri, rtensio
placenta, pelukaan sukar sembuh, mudah terjadi febris puerpuralis dan
gangguan involusio uteri

1.7 Penatalaksanaan
Terapi pengobatan
1.7.1 Terapi oral
Pengobatan anemia biasanya dengan pemberian tambahan zat besi.
Sebagian besar tablet zat besi mengandung ferosulfat, besi glukonat
atau suatu   polisakarida. Tablet besi akan diserap dengan maksimal jika
diminum 30 menit sebelum makan. Biasanya cukup diberikan 1
tablet/hari, kadang diperlukan 2 tablet. Kemampuan usus untuk
menyerap zat besi adalah terbatas, karena itu pemberian zat besi dalam
dosis yang lebih besar adalah sia-sia dan kemungkinan akan
menyebabkan gangguan pencernaan dan sembelit. Zat besi hampir
selalu menyebabkan tinja menjadi berwarna hitam, dan ini adalah efek
samping yang normal dan tidak berbahaya. Dan biasanya asupan nutrisi
yang mengandung zat besi cenderung lebih tinggi pada ibu hamil
daripada wanita normal. Umumnya asupan nutrisi meningkat 2 kali
lipat daripada wanita normal. Pengobatan yang lain:
a. Asam folik 15 – 30 mg per hari
b. Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari
c. Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari
d. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga
dapat diberikan transfusi darah.
1.7.2 Terapi parenteral
Diberikan jika penderita tidak tahan akan obat besi peroral ada
gangguan penyerapan penyakit saluran pencernaan atau apabila
kehamilannya sudah tua. Terapi parenteral ini diberikan dalam bentuk
ferri. Secara intramusculus dapat disuntikan dextran besi (imferon) atau
sorbitol besi (Jectofer)

1.8 Pathway

2. RENCANA ASUHAN KLIEN DENGAN GANGGUAN ANEMIA


2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat keperawatan
a. Aktivitas
1. Keletihan, kelemahan, malaise umum.
2. Kehilangan produktifitas, penurunan semangat untuk bekerja.
3. Toleransi terhadap latihan rendah.
4. Kebutuhan untuk istirahat dan tidur lebih banyak
b. Sirkulasi : Riwayat kehilangan darah kronis, palpitasi, CRT lebih
dari dua detik
c. Integritas Ego : Cemas, gelisah, ketakutan
d. Eliminasi : Konstipasi, sering kencing.
e. Makanan dan cairan : Nafsu makan menurun, mual muntah,
defisiensi besi dan asam folat
f. Nyeri atau kenyamanan : Lokasi nyeri  terutama di daerah abdomen
dan kepala.
g. Pernapasan  : Napas pendek pada saat istirahat maupun aktifitas
h. Seksual : Dapat terjadi pendarahan pervaginam, pendarahan akut
sebelumnya.

2.1.2 Pemerikasaan fisik :


a. Inspeksi : konjungtiva, wajah pucat.
b. Palpasi  : turgor kulit, CRT, pembesaran kelenjar limfa, tinggi
fundus uteri, kontraksi uterus.
c. Auskultasi : DJJ dan denyut jantung ibu.

2.1.3 Pemeriksaan penunjang


a. Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah
putih, kadar Fe, pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin
B12, hitung trombosit, waktu perdarahan, waktu protrombin, dan
waktu tromboplastin parsial. 
b. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding
capacity serum
c. Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan
kronis serta sumber kehilangan darah kronis.

2.2 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa 1: Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d
kurang asupan makanan (Kode: 00002)
2.2.1 Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic

2.2.2 Batasan Karakteristik


a. Bising usu hiperaktif
b. Keram abdomen
c. Diare
d. Membran mukosa pucat
e. Tonus otot menurun

2.2.3 Faktor yang berhubungan:


a. Faktor biologis
b. Ketidakmampuan mencerna makanan
c. Kurang asupan makanan

Diagnosa 2: Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik:mandi (Kode: 00108)


2.2.4 Definisi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
mandiri secara mandiri

2.2.5 Batasan Karakteristik


a. Ketidakmampuan mengakses kamara mandi
b. Ketidakmampuan menjangkau sumber air
c. Ketidakmampuan mengambil perlengkapan mandi

2.2.6 Faktor yang berhubungan


a. Ansietas
b. Kelemahan
c. Kendala lingkungan
d. Ketidakmampuan merasakan bagian tubuh
e. Penurunan motivasi
2.3 Perencanaan
Diagnosa 1: Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d
kurang asupan makanan
2.2.4 Tujuan dan Kriteria hasil: berdasarkan NOC
a. Status nutrisi  klien adekuat
b. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama …. x 24 jam klien
menunjukkan:
1. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
2. Beratbadan ideal sesuai dengan tinggi badan
3. Mampumengidentifikasi kebutuhan nutrisi
4. Tidk ada tanda tanda malnutrisi
5. Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
6. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
7. Pemasukan yang adekuat
8. Tanda-tanda malnutri si
9. Membran konjungtiva dan mukos tidk pucat
10. Nilai Lab.:
a) Protein total: 6-8 gr%
b) Albumin: 3.5-5,3 gr %
c) Globulin 1,8-3,6 gr %
d) HB tidak kurang dari 10 gr %

2.2.5 Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC


a. Kaji adanya alergi makanan
R/ perawat dapat mengetahui dan memberikan informasi kepada tim
ahli gizi untuk menyesuaikan makanan yang akan diberikan pada klien
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan klien.
R/ menyesuaikan dengan diit yang telah dianjurkan
c. Anjurkan klien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat
R/ Mencegah terjadinya konstipasi

d. Ajarkan klien bagaimana membuat catatan makanan harian


R/klien dapat mengetahui dan mampu belajar untuk mengatur
makanan nya
e. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
R/Mengetahui perkembangan yang telah dicapai
f. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
R/klien mengetahui bagaimana hasil nutrisi yang telah dilakukan nya

Diagnosa 2: Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik:mandi


2.3.4 Tujuan dan kriteria hasil: berdasarkan NOC
a. Kebutuhan mandiri klien terpenuhi
b. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 24
c. jam klien menunjukkan:
1. Klien terbebas dari bau badan
2. Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan
3. untuk melakukan ADL
4. Dapat melakukan ADL tanpa bantuan

2.3.5 Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC


a. Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri
R/ Mengetahui apakah klien menggunakan alat bantu atau mampu
secara mandiri
b. Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan
self-care.
R/ Memudahkan klien melakukan aktivitas kebersihan diri
c. Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal
sesuai kemampuan yang dimiliki.
R/Mendorong klien agar terbiasa dengan kegiatan sehari-hari
d. Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan ketika
klien tidak mampu melakukannya.
R/memotivasi klien dalam melakukan aktivitas nya
e. Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya jika pasien tidak mampu untuk
melakukannya.
R/ Melatih klien untuk melakukan dengan sendiri
DAFTAR PUSTAKA
Bobak dkk. 2005. Buku Ajar Keperawtan Maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC

Herdman, T.Heather (2015). NANDA International Inc nursing diagnoses:


definitions & classification. Jakarta

Marlyn E. Doenges, 2002. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC

Prawirahardjo,Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka.


http://www.satujam.com/askep-anemia/

Wilkinson Judith M & Green Carol J : Rencana Asuhan Keperawatan Maternal &
Bayi Baru Lahir. Jakarta : EGC ; 2012

Banjarmasin, Desember 2020


Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,

(…………………................) (…………………................)

Anda mungkin juga menyukai