Abstrak : Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan data dan gambaran
tentang: 1) Gambaran perilaku masyarakat dalam membuang sampah rumah tangga di
Kelurahan Wali Kecamatan Watopute:; 2) Untuk mengetahui upaya yang dapat
meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah tangga di Kelurahan
Wali Kecamatan Watopute. Jenis penelitian ini adalah penelitian survei dengan
menggunakan metode deskriptif kualitatif. Informan dalam penelitian ini ditentukan
berdasarkan teknik random sampling.Berdasarkan analisis data diperoleh kesimpulan bahwa
: 1) Sebagian besar responden dalam hal ini masyarakat Kelurahan Wali mempunyai
pengetahuan baik tentang membuang sampah yang terdiri dari 41,67% dan pengetahuan
sedang 58,33%. Sedagkan pengetahuan dalam kategori kurang tidak ada. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan responden adalah pada kategori baik. Sikap
responde secara umum adalah kategori sikap baik yaitu sebanyak 30 responden (50%).
Sebagian besar responden mempunyai tindakan kurang dalam pengelolaan atau membuang
sampah terdiri dari 47%. Tindakan sedang di Kelurahan Wali 41,67% dan tindakan dalam
kategori baik sebanyak 13,33%. Dapat disimpulkan bahwa tindakan responden di Kelurahan
Wali dalam kategori tindakan kurang. Sehingga dapat dikatakan bahawa pengetahuan dan
sikap yang baik tidak diikuti tindakan yang baik juga. Secara umum masyarakat mengelola
sampah rumah tangga dengan cara membakar, menimbun dan membuang sampah di
kawasan hutan; 2) Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
dalam pengelolaan sampah rumah tangga adalah salah satunya dengan pelaksanaan kegiatan
bakti sosial.
Abstract : The purpose of this study was to obtain data and descriptions about: 1) A
description of the behavior of the community in disposing of household trash in the Wali
Village, Watopute Sub-district ; 2) To find out the efforts that can increase public
awareness in household waste management in Wali Village, Watopute Su-district. This type
of research is survey research using qualitative descriptive methods. The informants in this
study were determined based on random sampling technique.Based on the data analysis, it
can be concluded that: 1)Based on the results of the research, most of the respondents in
this case the community of sub-district wali have good knowledge about disposing of
garbage consisting of 41.67% and moderate knowledge 58.33%. Whereas knowledge in the
less category does not exist. The attitude of respondents in general is a good attitude
category that is as many as 30 respondents (50%). The majority of respondents have less
action in managing or disposing of waste consisting of 47%. Moderate actions in the
guardian's area 41.67% and actions in good category as much as 13.33%. To further
increase management awareness in this case to dispose of good garbage, it is hoped that
there will be a role for the city cleaning service to provide garbage disposal facilities that
meet the requirements. Increasing community participation in the implementation of
hygiene programs in each neighborhood. 2) A good and correct way of disposing of
garbage is disseminated to each region, both the village, the village and in the city by the
relevant agencies
kebersihan dan membuang sampah pada kawasan hutan. Apabila dibiarkan terus
tempatnya (Slamet, 2002). menerus maka akan membawa dampak
Sampah adalah sesuatu yang tidak yang lebih besar kedepannya. Oleh karena
dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang itu, diperlukan sebuah upaya mengkaji
harus dibuang yang umumnya berasal dari tentang kondisi atau prilaku masyarakat
kegiatan yang dilakukan oleh manusia tetapi dalam pengelolaan sampah. Itulah alasan
bukan biologis karena kotoran peneliti mengangkat sebuah penelitian yang
manusiadidalamnya bersifat padat (air berjudul “Perilaku Masyarakat Dalam
bekas tidak termasuk didalamnya) (Azwar, Membuang Sampah Rumah Tangga Di
2008). Kelurahan Wali Kecamatan Watopute”.
Produksi sampah perseorangan Perilaku merupakan semua kegiatan
maupun rumah tangga setiap harinya tidak atau aktivitas diamati langsung maupun
dapat dipisahkan dari setiap kegiatan tidak diamati oleh pihak luar. Meurut
kehidupan manusia itu sendiri. Khususnya Skinner (1938) yang dikutip Notoatmojo
sampah rumah tangga, berkaitan juga (2003) menegakan perilaku itu merupakan
dengan tingkat pendapatan, tingkat respon atau reaksi orang terhadap
pendidikan dan besarnya keluarga. rangsangan atau stimulus dari luar.
Bersamaan dengan kenaikan jumlah Bloom (1908), seorang psikologi
penduduk serta kebutuhan yang kompleks pendidikan membagi perilaku manusia itu
menuntut masyarakat untuk memenuhinya. kedalam 3 kawasan yakni Kognitif, Afektif,
Akibatnya pola hidup masyarakat lebih dan Psikomotor. Komponen kognitif terdiri
cenderung meningkat dan konsumtif. dari seluruh kognisi yang dimiliki seorang
Limbah yang dihasilkan perorang makin yang mengenai objek tertentu seperti
besar padahal jumlah penduduk semakin pengetahuan dan keyakinan tentang objek.
bertambah. Logikanya adalah semakin Komponen afektif terdiri dari penilaian dan
banyak jumlah penduduk semakin banyak komponen psikomotor terdiri dari kesiapan
pula sampah yang dihasilkan. Semantara seseorang untuk bereaksi atau
pendapatan kita untuk menangani sampah kecenderungan untuk bertindak terhadap
masih terbatas. Akibatnya, didaerah objek (Notoatmojo, 2003).
perdesaan banyak sampah yang tertumpuk Dalam perkembangannya, teori
atau berserakan. bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran
Pengolahan sampah diperdesaan hasil pendidikan kesehatan yakni:
umumnya dilakukan dengan cara
membakar, menanam dalam lubang, dan a. Pengetahuam (Knowledge)
tidak jarang dibuang kedalam selokan dan Pengetahuan merupakan hasil dari
ditumpuk dipekarangan belakang rumah tahu, dan ini terjadi setelah orang
dan kebun. Berbagai carapun telah dijalani melakukan pengindraan. Pengetahuan atau
termasuk para ahli untuk menanggulangi kognitif merupakan domain yang sangat
sampah, termasuk cara mendaur ulang, penting dalam membentuk tindakan
namun cara-cara tersebut masih belum seseorang.
memecahkan masalah sampah yang
semakin meningkat jumlah dan jenisnya, b. Sikap
baik diperdesaan maupun daerah kumuh Sikap merupakan reaksi atau respon
diperkotaan (Dainur, 1993). yang masih tertutup dari seseorang
Dari survei awal yang dilakukan terhadapsuatu stimulus atau objek. Sikap
oleh peneliti di Kelurahan Wali Kecamatan secara nyata menunjukan konotasi adanya
Watopute sebagian besar masyarakat kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu
mengelolah sampah dengan membakar, yang dalam kehidupan sehari-hari
membuang ke lahan kosong bahkan dalam merupakan reaksi yang bersifat emosional
Jenis penelitian ini adalah penelitian sedangkan data sekunder merupakan data
Survei yaitu suatu metode penelitian yang primer yang telah diolah lebih lanjut. Data
dilakukan dengan tujuan utama untuk primer diperoleh dengan cara wawancara
membuat gambaran atau deskripsi tentang dengan menggunakan kuisioner kepada
suatu keadaan secara obyektif. responden.
Warga. Luas Kelurahan Wali adalah 6,82 kemudian peneliti analisis. Analisis ini
km dengan batas wilayah sebagai berikut : sendiri terfokus pada masyarakat Kelurahan
- Sebelah Utara : Desa Wawesa Wali berkaitan dengan perilaku dalam
- Sebelah Barat : Desa Bangkali membuang sampah rumah tangga yang
- Sebelah Selatan : Desa Labaha diklasifikasi dalam tiga aspek yaitu
- Sebelah Timur :Kelurahan pengetahuan, sikap dan tindakan
ManggKuning masyarakat.
Jumlah penduduk Kelurahan Wali
secara keseluruhan pada tahu 2016 1. Aspek Pengetahuan Masyarakat
mencapai 2.433 jiwa yang terdiri dari 1191 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah
jiwa laki-laki dan 1242 jiwa perempuan, Tangga
dengan jumlah Kepala Keluarga 581 yang Pengetahuan responden tentang
tersebar di masing-masing RW. Persebaran membuang sampah adalah sejauh mana
penduduk sebesar 19,03%. responden tahu akan manfaat
mengelolasampah dan dampak yang
HASIL PENELITIAN ditimbulkan oleh sampah terhadap diri
serta lingkungan.
Hasil penelitian ini diperoleh Dari hasil penelitian diketahui
dengan teknik wawancara tertulis tingkat pengetahuan responden tentang
mengguakan kuisioner kepada informan membuang sampah dengan kategori seperti
sebagai bentuk pecarian data dan pada tabel dibawah ini:
dokumentasi langsung dilapagan yang
Dari tabel 4.1 dapat diketahui tingkatan tahu (Know). Kata kerja untuk
tingkat pengetahuan responden tentang mengukur bahwa orang tahu tentang sesuatu
membuang sampah pada kategori baik di adalah menyebutkan,
Kelurahan wali sebanyak 25 respoden menguraikan,mendefenisikan dan
(41,67%) dan pada kategori sedang menyatakan. (Notoatmodjo, 2003).
sebanyak 35 responden (58,33%) dan Dari hasil penelitian ini dapat dilihat
kategori pengetahuan kurang tidak ada. bahwa kategori pengetahuan responden di
Secara umum dapat diketahui bahwa Kelurahan Wali adalah dalam kategori baik.
pengetahuan responden dianggap baik Hal ini bisa rerjadi karena karakteristik
karena tidak adanya responden yang masuk responden seperti umur yang masi
dalam kategori pengetahuan kurang. produktif, pendidikan yang cukup tinggi
Tingkatan pengetahuan responden serta pekerjaan responden.
tentang pengelolaan sampah adalah pada
Dari tabel 4.2 dapat diketahui baik. Hal ini sesuai dengan menurut
bahwa sikap responden tentang membuang Notoadmodjo (2003) bahwa dalam
sampah secara umum pada kategori sikap penentuan sikap pengetahua, berpikir,
baik yaitu 30 responden (50%), sedang 26 keyakinan dan emosi memegang peran
responden (43,33%), dan kurang 4 penting sehingga dapat dikatakan dalam
responden (6,67%). Berdasarkan data penelitian ini pengetahuan responden
tersebut dapat dikatakan bahwa mayoritas berpengaruh dalam menentukan sikap
responden memiliki sikap baik tentang responden pada tingkat menerima dan
membuang sampah dan pengelolaannya. merespon. Menerima diartikan bahwa
Kalau dikaitkan dengan responden mau memperlihatkan stimulus
pengetahuan, umumnya pengerahuan yang diberikan dan merespon artinya
responden dalam kategori baik begitu juga memberi jawaban apabila ditanya
sikap responden menunjukan kategori yang (Notoatmodjo, 2003).
Ini terjadi karena perilaku yang baik tidak diharapkan dapat meningkatkan perilaku
hanya ditentukan oleh pengetahuan yang hidup bersih. Mengapa demikian, karena
baik saja tetapi ada faktor lain juga yang dapat memberikan kesadaran untuk terbiasa
berpengaruh terhadap perilaku seseorang melakukan perbuatan-perbuatan yang
seperti kebiasaan/tradisi, sikap dan perilaku menjaga kebersihan lingkugan. Perlaku
tokoh masyarakat. Hal ini sejalan degan hidup bersih dapat ditingkatkan dengan
teori yang di kemukakan oleh gree (1980) semakin baiknya penyelenggaraan kegiatan
yang menyatakan bahwa ada 3 (tiga) faktor bakti sosial. Maka dengan demikian
yang mempengaruhi perilaku yaitu Faktor diharapkan dengan melaksanakan kegiatan
Predisposisi seperti kebiasaan, tradisi, bakti sosial kemudian dapat menjadi salah
sikap, pengetahuan, Faktor yang satu upaya untuk meningkatkan perilaku
memudahkan (Enebling Factor) seperti hidup bersih.
ketersediaan fasilitas. Faktor yang
Berdasarkan uraian diatas maka
memerkuat (Reinfocing Factor) seperti
penelitian ini hendak difokuskan pada
sikap dan periaku petugas kesehatan
pembahasan mengenai bagaimana upaya
(Notoatmodjo, 2003).
meningkatkan perilaku masyarakat dalam
4. Upaya Meningkatkan Kesadaran membuang sampah melalui kegiatan kerja
Masyarakat Dalam Pengelolaan bakti di Kelurahan Wali Kecamatan
Sampah Rumah Tangga. Watopute.
Upaya untuk meingkatkan perilaku
Untuk menanamkan perilaku yang
dalam membuang sampah memalui bakti
baik dan kesadaran dalam pengelolaan
sosial antara lain adalah dapat dilakukan
sampah pada masyarakat yaitu dengan
dengan:
membiasakan hidup bersih. Perilaku hidup
a. Menyelenggarakan usaha penyuluhan-
bersih merupakan kebiasaan yang
penyuluhan kepada warga masyarakat
ditunjukan dengan menerapkan hidup sehat
yang dilakukan bekerja sama dengan
atau menjaga lingkungan agar tetap menjadi
instansi pemerintah daerah dibidang
tempat yang nyaman untuk ditinggali.
kebersihan lingkungan sehingga dapat
Perilaku hidup bersih antara lain adalah
menambah pemahaman dan kesadaran
salah satunya tindakan untuk tidak
yang lebih baik bagi masyarakat untuk
membuang sampah sembarangan. Dengan
berperilaku bersih.
demikian hal tersebut, maka perilaku hidup
b. Melakukan kegiatan-kegiatan kerja
bersih sangat penting untuk selalu
bakti bersama yang dilakukan secara
terwujudkan dengan baik pada kebiasaan-
rutin minimum satu bulan sekali pada
kebiasaan warga masyarakat. Oleh karena
masing-masing wilayah lingkungan
itu, upaya untuk meningkatkan kesadaran
rukun warga (RW) dengan
perilaku hidup bersih sangat diperlukan agar
berkoordinasi antar pengurus rukun
selalu dilakukan pembinaan. Upaya yang
tetangga dalam memobilisasi partisipasi
dapat dilakukan adalah salah satunya
warga.
dengan pelaksanaan kegiatan bakti sosial.
c. Memberikan penghargaan dan apresiasi
Kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang
kepada warga Kelurahan Wali pada
mengupayakan untuk terbentuknya kerja
lingkungan Rukun Warga (RW) yang
sama diantara warga masyarakat agar secara
dilakukan berupa lomba kebersihan
bersama-sama menjaga lingkungan.
lingkunga kelurahan warga setiap
Kegiatan bakti sosial ini peringatan hari-hari besar nasional.
dilaksanakan secara berkala atau menurut d. Mengupayakan terbentuknya semacam
dari hasil kesepakatan diantara warga satuan tugas kebersihan di lingkungan
masyarakat. Kegiatan bakti sosial ini wilayah rukun warga yang mengawasi
dan mengarahkan perilaku hidup bersih adanya peran serta dinas kebersihan
warga masyarakat dengan memberikan kota untuk menyediakan sarana
sanksi-sanksi tertentu sesuai aturan dan pembuangan sampah yang memenuhi
ketentuan yang disepakati dalam syarat.
musyawarah. 2. Meningkatkan peran serta masyarakat
dalam pelaksanaan program kebersihan
KESIMPULAN ditiap lingkungan kelurahan.
3. Cara pembuangan sampah yang baik
Dari hasil penelitian tentang dan benar di sosialisasikan kepada
perilaku masyarakat dalam membuang masing-masing daerah, baik kelurahan,
sampah rumah tangga di Keluraha Wali desa maupun di kota oleh instansi
dapat disimpulkan sebagai berikut: terkait.
1. Sebagian besar responden dalam hal ini
masyarakat Kelurahan Wali mempunyai DAFTAR PUSTAKA
pengetahuan baik tentang membuang
sampah yang terdiri dari 41,67% dan Bloom, B, Psikologi Pendidikan. 1908.
pengetahuan sedang 58,33%. Sedagkan Jakarta.
pengetahuan dalam kategori kurang
tidak ada. Sehingga dapat disimpulkan Dianur, 1993, Materi-materi Pokok Ilmu
bahwa tingkat pengetahuan responden Masyarakat, Jakarta; Widya
adalah pada kategori baik. Sikap Medika.
responde secara umum adalah kategori
sikap baik yaitu sebanyak 30 responden Faisal S. 1990. Penelitian Kuatatis Dasar
(50%). Sebagian besar responden dan Aplikasi. Malang :YA3.
mempunyai tindakan kurang
dalampengelolaan atau membuang Hadiwiyoto, Soewedo, Ir, 1983.
sampah terdiri dari 47%. Tindakan Penanganan dan Pemanfaatan
sedang di Kelurahan Wali 41,67% dan Sampah. Jakarta: Yayasan dayu
tindakan dalam kategori baik sebanyak .
13,33%. Dapat disimpulkan bahwa Juli, Soemirat Slamet, 2002. Prinsip Dasar
tindakan responden di Kelurahan Wali Kesehatan Lingkungan.
dalam kategori tindakan kurang. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Sehingga dapat dikatakan bahawa
pengetahuan dan sikap yang baik tidak Marojahan, Ricky, 2015, Hubungan
diikuti tindakan yang baik juga. Secara Pengetahuan Masyarakat Tentang
umum masyarakat mengelola sampah Sampah Dengan Perilaku
rumah tangga dengan cara membakar, Mengelola Sampah Rumah Tangga
menimbun dan membuang sampah di Di Rt 02 Dan Rt 03 Kampung
kawasan hutan. Garapan Desa Tanjung Pasir
2. Upaya yang dapat dilakukan untuk Kecamatan Teluk Naga Kabupaten
meningkatkan kesadaran masyarakat Tangerang, Forum Ilmiah Volume
dalam pengelolaan sampah rumah 12 Nomor 1.
tangga adalah salah satunya dengan
pelaksanaan kegiatan bakti sosial. Rahman, Adi, 2013. Perilaku Masyarakat
Dalam Pengelolaan Sampah
SARAN Rumah Tangga (Studi Kasus Di
1. Untuk lebih meningkatkan perilaku Kelurahan Pasar Sarolangun),
pengelolaan dalam hal ini membuang Jurnal Bina Praja, Volume 5 Nomor
sampah yang baik maka diharapkan 4 Edisi Desember 2013: 215 – 220.