PA04
KAJIAN KESELAMATAN DAN KEMANFAATAN TENORM PADA INDUSTRI MINYAK DAN GAS
BUMI DI INDONESIA
Veronica Tuka
Direktorat Perizinan Fasilitas Radiasi dan Zat Radioaktif
e-mail: t.veronika@bapeten.go.id
ABSTRACT. SAFETY AND USE TENORM STUDY ON OIL AND GAS INDUSTRY IN INDONESIA. A
studied has been carried out to see the development of more precise regulation in conducting surveillance of TE-
NORM produced by the oil and gas industry. This study uses descriptive methods, data and information obtained
from the analysis of samples, TENORM-producing responses to existing regulations and studies of library materials.
The review refers to existing legislation in Indonesia and IAEA standards. The results of the study indicate that a
more appropriate regulatory development is needed for TENORM produced by the oil and gas industry. Develop-
ment of regulation is not only done by one agency only but required good coordination between authorized institu-
tion to TENORM
kontribusi paparan radiasi baik secara eksterna tahap sebagai berikut: pengamatan penapisan
maupun interna kepada para pekerja dan masyarakat (Screening survey) untuk penentuan daerah
di sekitar daerah kerja serta lingkungan. Oleh karena terindikasi TENORM dan penentuan titik-titik
pengawasan TENORM perlu mendapat perhatian daerahnya (hot spot area); Pengambilan sampel
yang serius untuk mengurangi paparan radiasi TENORM; dan, Analisis laboratorium untuk
eksterna dan mencegah terjadinya paparan radiasi penentuan jenis dan konsentrasi radionuklida yang
interna akibat masuknya radionuklida melalui jalur terkandung di dalam TENORM.
pencernaan (makanan, minuman) dan jalur Untuk melengkapi analisis potensi bahaya,
pernafasan sehingga dampak radiologi dari pengamatan di lapangan dilakukan ke beberapa
TENORM terhadap pekerja, masyarakat dan perusahaan migas yang berlokasi di Duri (Pekanbaru
lingkungan dapat dikendalikan. Riau) dan Balikpapan (Kalimantan Timur). Hasil
Untuk mengendalikan risiko radiasi tersebut pengukuran akan ditampilkan pada BAB III.
maka dibutuhkan pengawasan. Telah tersedia
beberapa regulasi baik yang diterbitkan oleh 2.2 Kemanfaatan
BAPETEN sebagai badan pengawas maupun oleh Kemanfaatan yang dimaksud dalam tulisan
instansi berwenang lainnya, seperti SKK Migas, ini adalah mengenai manfaat ekonomi terhadap pipa-
KLHK untuk mengawasi dan mengatur TENORM. pipa bekas atau lahan yang mengandung TENORM
Peraturan BAPETEN berfokus pada aspek dengan caramengendalikan administrasi, yang men-
keselamatan radiasi untuk melindungi pekerja, cakupkeberlanjutan pendanaan, aspek penerimaan
masyarakat dan lingkungan hidup. limbah TENORM dan prosedurnya. Penghasil
Dari hasil pembahasan yang disajikan oleh TENORM tetap harus memperhitungkan dengan
para penulis di atas dan hasil kunjungan lapangan cermat pendanaan untuk mengelola TENORM
yang dilakukan oleh penulis, maka penulis menyusun tersebut, apakah pipa bekas lebih baik di buang
makalah ini yang akan mengkaji keseimbangan langsung atau dibersihkan terlebih dahulu untuk
antara risiko dalam pemanfaatan terhadap kerugian digunakan kembali. Informasi mengenai kemanfaatan
yang muncul dari TENORM yang dihasilkan oleh diperoleh dari pengamatan di lapangan dan diskusi
industri minyak dan gas. Karena TENORM memiliki dengan para pekerja dan manajemen perusahaan.
potensi untuk menyebabkan paparan eksternal dan Kemanfaatan ini tentunya harus dievalusi dengan
internal terhadap pekerja. Hal ini penting guna Perka Nomor 16 Tahun 2013 [4], yang menyatakan
mengembangkan pengawasan yang lebih tepat lebih bahwa TENORM harus disimpan di tempat yang
jauh lagi mengembangkan regulasi yang lebih tepat. memenuhi persyaratan keselamatan; dan, masa izin
Kajian ini dibatasi pada aspek regulasi dan tidak penyimpanan TENORM diberikan untuk periode 5
mendiskusikan tugas dan fungsi berbagai instansi tahun dan dapat diperpanjang.
yang berwenang terkait TENORM.Dari kajian aspek
regulasi dilihat apakah regulasi yang ada saat ini 2.3 Kajian Regulasi
sudah dapat menjawab masalah yang dihadapi oleh Kajian regulasi dilakukan dengan
penghasil TENORM. menganalisis cakupan regulasi yang ada, serta
relevansinya dengan kemanfaatan dan risiko.
II. POKOK BAHASAN Regulasi keselamatan radiasi terkait TENORM
2.1. Identifikasi Potensi Bahaya dimuat dalam beberapa Peraturan Undang Undang
Potensi bahaya pada TENORM yang sebagai berikut:
dibicarakan dalam tulisan ini adalah potensi bahaya a. Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2014,
radiasi. Potensi tersebut dapat diterima manusia tentang Pengelolaan Limbah Berbahaya dan
secara ekternal maupun internal. Secara eksternal, Beracun (B3) [8];
radiasi gamma diterima oleh masyarakat atau pekerja b. Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 16 Tahun
2013 tentang Keselamatan Radiasi dalam
berasal dari radionuklida dalam TENORM yang
penyimpanan TENORM [9].
berada di luar tubuh manusia. Sedangkan, secara c. Peraturan Kepala BAPETEN No. 9 Tahun 2009
internal partikel TENORM yang mengandung tentang Intervensi Terhadap Paparan Yang
radionuklida tersuspensi dan terbawa masuk ke berasal dari TENORM [1].
dalam tubuh pada waktu bernafas (inhalasi), atau d. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2007
melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Kea-
TENORM melalui air tanah dan air permukaan. manan Sumber Radioaktif. Pada pasal 49
ayat(3) dan pasal 59 ayat (2) yang mengatur ten-
Dalam menentukan risiko radiasi yang
berasal dari TENORM ini, telah dilakukan beberapa
251
Scale
langsung atau dibersihkan terlebih dahulu untuk Penghasil TENORM, setelah melakukan
digunakan kembali analisis keselamatan radiasi untuk TENORM, hasil
analisisnya harus disampaikan ke BAPETEN.
3.3. Kajian Regulasi Berdasarkan Radiation Protection and Safe-
Dalam menangani TENORM terdapat beberapa ty of Radiation Sources: International Basic Safety
regulasi mengatur tentang TENORM diantaranya Standards, IAEA General Safety Requirements Part 3
adalah yang disebutkan pada point 2.3. Batas kontrol (lisensi) untuk kegiatan
Regulasi yang diterbitkan oleh Kementerian NORM/TENORM didasarkan pada konsentrasi
Lingkungan Hidup dan Kehutanan [8] mengatur aktivitas radionuklida yang terjadi secara alami
tentang limbah B3 yang mengandung TENORM, dalam bahan baku dan limbah yang dihasilkan.
yaitu Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 memberlakukan batas kontrol untuk K40 dan
dilarang melakukan Pemanfaatan Limbah B3 radionuklida yang terjadi secara alami dari peluruhan
terhadap Limbah B3 dari sumber tidak spesifik dan seri U238 dan Th232, konsentrasi aktivitas untuk K40
sumber spesifik yang memiliki tingkat kontaminasi adalah 10 Bq/g dan untuk deret uranium dan thorium
radioaktif lebih besar dari atau sama dengan 1 adalah 1 Bq/g.
Bq/cm2 dan/atau konsentrasi aktivitas sebesar: Hasil pembahasan tentang regulasi terkait
a. 1 Bq/gr ; atau TENORM, kemanfaatan dan risiko bahaya radiasi
b. 10 Bq/gr untuk kalium. dari TENORM yang dihasilkan, diperoleh bahwa
Pelarangan dimaksudkan untuk melindungi
regulasi yang ada belum mengatur berapa lama
manusia dan makhluk hidup lainnya dari paparan
penghasil TENORM harus menyimpannya, selain
Limbah B3 yang berasal dari TENORM yang
dengan jangka waktu penyimpanan selama 5 tahun
mengandung radioaktivitas tertentu.
dan dapat diperpanjang, mereka harus berulang-ulang
Berdasarkan peraturan Kepala BAPETEN
memperpanjang izin penyimpanan TENORM
Nomor 16 Tahun 2013 [9] menyatakan bahwa untuk
tersebut. Tempat penyimpanan TENORM yang
mengatasi potensi bahaya TENORM berupa bahaya
terdapat di perusahaan adalah tempat penyimpanan
radiasi dan kontaminasi, maka penghasil TENORM
sementara, Sampai saat ini, mereka menunggu
harus melakukan:
tempat penyimpanan akhir (landfill). Penetapan
a. membangun fasilitas penyimpanan TENORM
tempat penyimpanan akhir tidak dapar diatur hanya
pada lokasi yang tidak mudah dijangkau oleh
publik; oleh satu lembaga saja tetapi harus saling
b. mengendalikan akses ke fasilitas penyimpanan berkoordinasi antara penghasil TENORM,
TENORM; dan BAPETEN, instansi berwenang yang menangani
c. memasang tanda radiasi pada fasilitas TENORM dan Pemerintah Daerah. Regulasi untuk
penyimpanan TENORM. menetapkan tempat penyimpanan akhir tidak hanya
d. menghindari atau meminimalisasi potensi diatur dalam bentuk Peraturan Kepala tetapi harus
penyebaran TENORM ke lingkungan melalui
dalam bentuk Peraturan Pemerintah dan masing-
air, angin atau udara;
e. membangun sistem untuk mencegah masing instansi yang berwenang terhadap TENORM
kontaminasi air permukaan dan air tanah; dan harus berkoordinasi, sehingga keputusan yang
f. membangun fasilitas penyimpanan TENORM diambil merupakan keputusan bersama. Hal ini
pada lokasi jauh dari jangkauan air pasang sangat membantu penghasil TENORM untuk
(gelombang) dan bebas banjir. menyimpan TENORM di tempat penyimpanan akhir.
Sedangkan berdasarkan Peraturan Kepala Jika masalah penyimpanan akhir tidak
BAPETEN Nomor 9 Tahun 2009 [1]: diselesaikan secara terpadu, maka TENORM yang
(1) Penghasil TENORM harus melakukan analisis dihasilkan akan menjadi beban negara, yaitu jika
keselamatan radiasi untuk TENORM untuk
perusahaan penghasil TENORM tersebut bubar atau
setiap lokasi TENORM yang dimiliki atau
berada di dalam penguasaannya. masa kontraknya habis, dan mereka belum
(2) Analisis keselamatan radiasi untuk TENORM menangani TENORMnya secara tepat, maka
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling TENORM tersebut dapat menjadi beban bagi negara.
sedikit meliputi: Di Malaysia, TENORM ditemukan dalam
a. jenis dan proses kegiatan yang dilaksanakan; lumpur dari industri minyak dan gas. TENORM
b. jumlah atau kuantitas TENORM;
lainnya adalah slag timah yang dihasilkan dari
c. jenis dan tingkat konsentrasi radionuklida;
dan peleburan timah, dan ilmenit, zirkon, dan monazit
d. paparan radiasi dan/atau kontaminasi yang dihasilkan dari pengolahan tailing timah
tertinggi di permukaan TENORM. (disebut amang secara umum). diatur oleh Undang-
Undang Lisensi Energi Atom, 1984 (Act 304).
254