TINJAUAN TEORI
B. Etiologi
Faktor dasar yang merupakan faktor predisposisi prolaps tali pusat adalah tidak
terisi secara penuh pintu atas panggul dan serviks oleh bagian terendah janin.
Faktor-faktor etiologi prolaps tali pusat meliputi beberapa faktoryang sering
berhubungan dengan ibu, janin,plasenta, tali pusat, dan iatrogenik.
Sering ditemukan pada kasus-kasus :
- Prematuritas
- Presentasi yang abnormal seperti letak lintang atau letak sungsang terutama
presentasi kaki
- Polihidramnion sering dihubungkan dengan bagian terendah janin yang tidak
engage
- Tumor dipanggul yang mengganggu masuknya bagian terendah janin
- Tali pusat abnormal panjang>75
- Plasenta letak rendah
- Solusia plasenta
- Ketuban pecah dini
- Amniotomi
- Posisi melintang
- Letak sungsang
- Kehamilan premature
- Hidramnion
- Janin kembar
- Janin terlalu kecil
C. Klasifikasi
Prolaps Tali pusat dapat dibedakan menjadi 5 derajat yaitu :
1) Tali pusat terkemuka, bila tali pusat berada dibawah bagian terendah janin dan
ketuban masih intak
2) Tali pusat menumbung, bila tali pusat keluar melalui ketuban yang sudah pecah, ke
serviks dan turun ke vagina.
3) Prolaps Occult
Keadaan dimana tali pusat terletak diatas di dekat pelvis tetapi tidak dalam
jangkauan jari pada pemeriksaan vagina.
4) Tali Pusat mungkin fore lying
Adalah keadaan dimana tali pusat dapat diraba melalui arteum uteri, tetapi berada
didalam kantong ketuban yang utuh.
5) Tali pusat mungkin prolaps kedalam vagina atau bahkan diluar vagina setelah
ketuban pecah.
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis atau gejala klinis yang dapat timbul dari prolaps tali pusat
adalah :
1) Tali pusat kelihatan menonjol keluar dari vagiana.
2) Tali pusat dapat dirasakan/ diraba dengan tangan didalam bagian yang lebih sempit
dari vagina.
3) Keadaan jalan lahir yang berbahaya mungkin terjadi sebagai mana tali pusat
ditekan antara bagian presentase dan tulang panggul.
4) Bradikardia janin ( DJJ <100x/menit)
5) Hipoksia Janin
E. Patofisiologi
Tekanan pada tali pusat oleh bagian terendah janin dan jalan lahir akan
mengurangi atau menghilangkan sirkulasi plasenta. Bila tidak dikoreksi, komplikasi
ini dapat mengakibatkan kematian janin.
Obstruksi yang lengkap dari tali pusat menyebabkan dengan segera
berkurangnya detak jantung janin(deselerasi variabel). Bila obstruksinya hilang
dengan cepat, detak jantung janin akan kembali normal. Akan tetapi, bila
obstruksinya menetap terjadilah deselerasi yang dilanjutkan dengan hipoksia langsung
terhadap miokard sehingga mengakibatkan deselerasi yang lama. Bila dibiarkan,
terjadi kematian janin.
Seandainya obstruksinya sebagian, akan menyebabkan akselerasi detak jantung.
Penutupan vena umbilikalis mendahului penutupan arteri yang menghasilkan
hipovolemi janin dan mengakibatkan akselerasi jantung janin. Gangguan aliran darah
yang lama melalui tali pusat menghasilkan aksidosis respirator dan metabolik yang
berat, berkurangnya oksigenanasi janin, bradikardia yang menetap, dan akhirnya
kematian janin. Prolaps tali pusat tidak berpengaruh lagsung pada kehamilan atau
jalannya persalinan
F. Komplikasi
Pada presentasi kepala, prolapsus funikuli sangat berbahaya bagi janin, karena
setiap saat tali pusat dapat terjepit antara bagian terendah janin dengan jalan lahir
dengan akibat gangguan oksigensi janin. Pada tali pusat terdepan, sebelum ketuban
pecah, ancaman terhadap janin tidak seberapa besar, tetapi setelah ketuban pecah
bahaya kematian janin sangat besar. Myles melaporkan hasil penelitiannya dalam
perpustakaan dunia, bahwa angka kejadian berkisar antara 9,3-0,6% persalinan.
Sedangkan pada ibu karena terjadi prolapsus maka dilakukan seksio atau
persalinan normal yang dapat menimbulkan terjadinya trauma jaringan dan leserasi
pada vagina servik.
G. Penatalaksanaan
1) Tali pusat berdenyut
a. Jika tali pusat berdenyut, berarti janin masih hidup.
b. Beri oksigen 4-6 liter/ menit melalui masker atau nasal kanul
c. Posisi ibu Trendelenberg
d. Diagnosis tahapan persalinan melalui pemeriksaan dalam segera.
e. Jika ibu pada persalinan kala I :
(1) Dengan sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi (DTT) masukan tangan
kedalam vagina dan bagian terendah janin segera didorong ke atas, sehingga
tahanan pada tali pusat dapat dikurangi.
(2)Tangan yanglain menahan bagian terendah di supra bubis dan evaluasi
keberhasilan reposisi.
(3)Jika bagian terbawah janin sudah terpegang dengan kuat diatas rongga
panggul, keluarkan tangan dari vagina, letakan tangan tetap diatas abdomen
sampai dilakukan sesio cesarea.
(4)Jika tersedia, berikan salbutamol 0,5 mg IV secara berlahan untuk mengurangi
kontraksi rahim.
(5)Segera lakukan seksio cesarea.
f. Jika ibu pada persalinan kala II :
(1) Pada persentasi kepala, lakukan persalinan segera dengan ekstraksi vakum atau
ekstraksi cunam/forseps.
(2) Jika persentase bokong/sungsang lakukan ekstraksi bokong atau kaki, dan
gunakan forseps pipa panjang untuk melahirkan kepala yang menyusul.
(3) Jika letak lintang, siapkan segera seksio caesarea.
(4) Siapkan segera resusitasi neonatus.
2. Tali pusat tidak berdenyut
Jika tali pusat tidak berdenyut berarti janin telah meninggal. Keadaan ini sudah
tidak merupakan tindakan darurat lagi, lahirkan bayi secara normal tanpa mencederai
ibu. Pergunakan waktu untuk memberikan konseling pada ibu dan keluarganya
tentang apa yang terjadi serta tindakan apa yang terjadi sera tindakan apa yang akan
dilakukan.Diharapkan persalinan dapat berlangsung spontan perva
H. Komplikasi
Komplikasi ibu seperti laserasi jalan lahir, ruptura uteri, atonia uteri akibat
anestesia, anemia dan infeksi dapat terjadi sebagai akibat usaha menyelamatkan bayi.
Kematian perinatal sekitar 20-30%. Prognosis janin membaik dengan seksio sesarea
secara liberal untuk terapi prolaps tali pusat.
Prognosis janin bergantung pada beberapa faktor berikut:
1. Angka kematian untuk bayi prematur dengan prolaps tali pusat hampir 4x
lebih tinggi daripada bayi aterm
2. Bila gawat jnin dibuktikan oleh detak jantung yang abnormal , adanya cairan
amnion yang terwarnai oleh mekonium, atau tali pusat pulsasinya lemah,
maka prognosis janin buruk
3. Jarak antara terjadinya prolaps dan persalinan merupakan faktor yang paling
kritis untuk janin hidup
4. Dikenalnya segera prolaps memperbaiki kemungkinan janin hidup
5. Angka kematian janin pada prolaps tali pusat yang letaknya sungsang atau
lintang sama tingginya dengan presentasi kepala. Hal ini menghapuskan
perkiraan bahwa pada kedua letak janin yang abnormal tekanan pada tali
pusatnya tidak kuat.
2.3 Konsep Ruptur Uteri
A. Pengertian
Ruptur uteri adalah robekan di dinding uterus, dapat terjadi selama periode ante natal
saat induksi, selama persalinan dan kelahiran bahkan selama stadium ke tiga
persalinan(Chapman, 2006;h.288).
Ruptur uteri adalah robekan yang dapat langsung terhubung dengan rongga
peritonium (komplet) atau mungkin di pisahkan darinya oleh peritoneum viseralis
yang menutupi uterus oleh ligamentum latum (inkomplit) (Cunningham,2005;h.217)
Ruptur uteri adalah terjadinya diskontinuitas pada dinding uterus. Perdarahan yang
terjadi dapat keluar melalui vagina atau ke intraabdomen. (Buku Saku Pelayanan
Kesehatan di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. 2013)
Ruptur uteri adalah pelepasan insisi yang lama disepanjang uterus dengan robeknya
selaput ketuban sehingga kavum uteri berhubung langsung dengan kavum peritoneum
(Cunningham, 1995, P: 470 ).
B. Klasifikasi
C. ETIOLOGI
Kematian anak mendekati 100% dan kematian ibu sekitar 30%. Secara teori robekan
rahim dapat dibagi sebagai berikut:
a. Spontan
1) Karena dinding rahim lemah seperti pada luka seksio sesarea, luka
enukleasi mioma, dan hipoplasia uteri. Mungkin juga karena kuretase,
pelepasan plasenta secara manual dan sepsis pascapersalinan atau pasca
abortus
2) Dinding rahim baik tetapi robekan terjadi karena bagian depan tidak
maju,misalnya pada panggul sempit atau kelainan letak.
3) campuran
b. Violent (rudapaksa): karena trauma (kecelakaan) dan pertolongan versi dan
ekstrasi (ekspresi Kristeller)
Jika keadaan ini berlanjut terjadilah rupture uteri. Gejala-gejala rupture uteri
adalah:
Sewaktu kontraksi yang kuat pasien tiba-tiba merasa nyeri yang
menyayat dibagian bawah
Segmen bawah rahim nyeri sekali pada saat dilakukan palpasi
HIS berhenti/ hilang
Ada perdarahan pervaginam walaupun biasanya tidak banyak
Bagian-bagian anak mudah diraba jika anak masuk ke dalam rongga
perut
Kadang-kadang disamping anak teraba tumor yaitu rahim yang telah
mengecil
Pada pemeriksaan dalam ternyata bagian depan mudah ditolak ke atas
bahkan terkadang tidak teraba lagi karena masuk ke rongga perut
Bunyi jantung anak tidak ada/tidak didengar
Biasanya pasien jatuh dalam syok
Jika sudah lama terjadi seluruh perut nyeri dan kembung
Adanya kencing berdarah
Adapun diagnose banding dari rupture uteri adalah solusio plasenta dan
kehamilan abdominal
a) Robekan violent
Dapat terjadi karena kecelakaan akan tetapi lebih sering disebabkan versi dan
ekstrasi. Kadang-kadang disebabkan oleh dekapitasi versi secara baxton hicks,
ektrasi bokong atau forcep yang sulit. Oleh karena itu sebaiknya setiap versi
dan ekstrasi dan operasi kebidanan lainnya yang sulit dilakukan eksplorasi
kavum uteri.
D. Faktor Predisposisi
1. Multiparitas / grandemultipara
2. Pemakaian oksitosin untuk induksi/stimulasi persalinan yang tidak tepat
3. Kelainan letak dan implantasi plasenta contoh pada plasenta akreta, plasenta
inkreta/plasenta perkreta.
4. Kelainan bentuk uterus umpamanya uterus bikornis
5. Hidramnion
F. Patofisiologi
Pada saat his korpus uteri berkontraksi dan mengalami retraksi, dinding
korpus uteri atau SAR menjadi lebih tebal dan volume korpus uteri menjadi lebih
kecil. Akibatnya tubuh janin yang menempati korpus uteri terdorong ke bawah dan ke
dalam SBR. SBR menjadi lebih lebar karena dindingnya menjadi lebih tipis karena
tertarik ke atas oleh kontraksi SAR yang kuat, berulang dan sering sehingga lingkaran
retraksi yang membatasi kedua segmen semakin bertambah tinggi. Apabila bagian
terbawah janin tidak dapat terdorong karena sesuatu sebab yang menahannya
(misalnya panggul sempit atau kepala janin besar) maka volume korpus yang tambah
mengecil pada saat his harus diimbangi oleh perluasan SBR ke atas. Dengan
demikian, lingkaran retraksi fisiologi (physiologic retraction ring) semakin meninggi
ke arah pusat melewati batas fisiologi menjadi patologi (pathologic retraction ring)
lingkaran patologik ini di sebut lingkaran Bandl (ring van Bandl). SBR terus menerus
tertarik ke arah proksimal, tetapi tertahan oleh serviks dan his berlangsung kuat terus
menerus tetapi bagin terbawah janin tidak kunjung turun ke bawah melalui jalan lahir,
lingkaran retraksi makin lama semakin meninggi dan SBR semakin tertarik ke atas
sembari dindingnya sangat tipis hanya beberapa milimeter saja lagi. Ini menandakan
telah terjadi ruptur imminens dan rahim yang terancam robek pada saat his berikut
berlangsung dinding SBR akan robek spontan pada tempat yang tertipis dan terjadilah
perdarahan. Jumlah perdarahan tergantung pada luas robekan yang terjadi dan
pembuluh darah yang terputus.
Ketika terjadi robekan, pasien merasa amat nyeri seperti teriris sembilu dalam
perutnya, dan his yang terakhir itu sekaligus mendorong tubuh janin. Apabila
robekannya cukup luas, tubuh janin sebagian atau seluruhnya terdorong ke luar
rongga rahim dan masuk ke rongga peritoneum. Melalui robekan tersebut, usus dan
omentum terkadang masuk ke dalamnya sehingga bisa mencapai vagina dan bisa
diraba pada waktu periksa dalam.
Ruptura uteri yang tidak sampai ikut merobek perimetrium terjadi pada bagian
rahim yang longgar hubungannya dengan peritoneum yaitu pada bagian samping dan
dekat kandung kemih. Di sini dinding serviks yang meregang karena ikut tertarik
kadang-kadang bisa ikut robek. Robekan pada bagian samping bisa sampai melukai
pembuluh-pembuluh darah besar yang terdapat di dalam ligamentum latum. Jika
robekan terjadi pada bagian dasar ligamnetum latum, arteria rahim atau cabang-
cabangnya bisa terluka disertai perdarahan yang banyak dan di dalam parametrium di
pihak yang robek, akan terbentuk hematoma yang besar dan menimbulkan syok yang
sering kali fatal. Batas antara korpus yang kontraktil dan SBR yang pasif disebut
lingkaran Bandl. Lingkaran Bandl ini dianggap fisiologik bila terdapat 2-3 jari di atas
simphysis, Bila meninggi maka kita harus waspada terhadap kemungkinan adanya
rahim uteri mengancam.
Ruptur uteri terutama disebabkan oleh peregangan yang luar biasa dari uterus.
Sedangkan kalau uterus telah cacat, mudah dimengerti karena adanya lokus minoris
resistans.
G. Manifestasi klinis
1. Gejala mengancam
a. Lingkaran retraksi patologis/lingkaran Bandl yang tinggi, mendekati pusat dan
naik uterus.
b. Kontraksi rahim kuat dan terus-menerus.
c. Penderita gelisah, nyeri di perut bagian bawah, juga di luar his.
d. Pada palpasi segmen bawah rahim terasa nyeri (di atas simpisis).
e. Ligamentum rotundum tegang, juga di luar his.
f. Bunyi jantung anak biasanya tidak ada atau tidak baik karena anak mengalami
hipoksia, yang disebabkan kontraksi dan retraksi rahim yang berlebihan.
g. Air kencing mengandung darah (karena kandung kencing teregang atau
tertekan).
2. Tenang
a. Kemungkinan menjadi muntah.
b. Nyeri tekan meningkat di seluruh abdomen.
c. Nyeri berat pada suprapubis.
d. Kontraksi uterus hipotonik.
e. Perkembangan persalinan menurun.
f. Perasaan ingin pingsan.
g. Hematuri (kadang-kadang)
h. Perdarahan pervagina (kadang-kadang)
i. Tanda-tanda syok progresif di temukan dalam hilangnya darah disertai denyut
nadi yang cepat dan pucat.
j. Kontraksi dapat berlanjut tanpa menimbulkan efek pada servik;atau kontraksi
tidak dapat dirasakan.
k. DJJ mungkin akan hilang.
3. Menurut (Chapman,2006;h.290)
I. Nyeri
1. Nyeri uterus atau jaringan parut mendadak
2. Perasaan “ingin melahirkan”
3. Nyeri abdomen bagian bawah bisa muncul bersama kontraksi, atau nyeri
konstan yang tidak hilang.
4. Ibu merasa bahwa uterusnya sangat nyeri saat di sentuh atau di raba.
II. Kontraksi uterus
1. Uterus solid atau tonik
2. Kontraksi dapat berkurang atau bahkan berhenti.
III. Denyut Jantung Janin
Perubahan Denyut Jantung Janin abnormal dapat terjadi seperti deselarasi
memanjang atau variable yang biasanya memburuk menjadi bradikardia
serius.
IV. Syok
Dapat terjadi perubahan tanda vital
1. Takikardia
2. Tekanan darah rendah
3. Sesak napas, respirasi, > 24x/menit
4. Kemungkinan ibu :
Tampak dingin dan lembap
Tampak gelisah,agitasi, atau menarik diri.
Berkata bahwa ia takut dan ada sesuatu yang tidak beres
Muntah.
Perdarahan
Perdarahan kadang keluar dari vagina sebagai cairan amnion
bercampur darah atau perdarahan segar.
Kadang seperti setelah bayi lahir, fundus uteri segera meninggi
karena terisi darah.
H. WOC
SPONTAN
VIOLENT
Dinding Rahim lemah, luka
Trauma, pertolongan versi dan
seksio, luka enoklean
ekstrasi
mioma, hypoplasia uteri,
kuretase, pelepasan plasenta
secara manual, sepsis pasca
persalinan / pasca abortus
Ruptur Uteri
B B B B B
1 2 3 4 5
Hipoksia
Kebutuhan O2 Kandung
Tubuh janin
kemih tertekan
Kehilangan terdorong ke
dan meregang
banyak cairan rongga rahim
Anemis
Sesak /
Takipnea
TD menurun Robekan kecil Kontraksi
pada kandung uterus
kemih meningkat
Pusing ,
lemas,
MK: Pola
MK: Syok
Nafas tidak
Hipovolemik
Efektif
MK : Nyeri Urine Nyeri
Akut mengandung Abdomen
darah
Masuk ke
MK: Nyeri rongga
Akut peritoneum
MK :
Ansietas
MK:
Usus dan
PK : Resiko omentum masuk
B Infeksi
Ulserasi ke dalam
6
kandung peritoneum
kemih
Kontraksi
Uterus
Mencapai
vagina
Nyeri
abdomen
Nyeri menjalar ke
ekstrimitas bawah
Ibu malas
MK : Defisit
mandi, dll
Perawatan Diri
I. PENATALAKSANAAN
Tindakan mana yang akan dipilih, tergantung pada beberapa faktro antar lain:
- Keadaan umum penderita (syok dan sangat anemis).
- Jenis ruptur, inkompleta, atau kompleta.
- Jenis luka robekan.
- Tempat luka apakah pada serviks, korpus atau segmen bawah rahim.
- Perdarahn dari luka sedikit atau banyak.
- Umur dan jumlah anak yang hidup.
- Kemampuan dan keterampilan penolong.
(Buku Saku Pelayanan Kesehatan di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. 2013)
J. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
K. KOMPLIKASI
1. Gawat janin
2. Syok hipovolemik
Terjadi kerena perdarahan yang hebat dan pasien tidak segera mendapat infus
cairan kristaloid yang banyak untuk selanjutnya dalam waktu cepat digantikan
dengan tranfusi darah.
3. Sepsis
Infeksi berat umumnya terjadi pada pasien kiriman dimana ruptur uteri telah
terjadi sebelum tiba di Rumah Sakit dan telah mengalami berbagai manipulasi
termasuk periksa dalam yang berulang. Jika dalam keadaan yang demikian pasien
tidak segera memperoleh terapi antibiotika yang sesuai, hampir pasti pasien akan
menderita peritonitis yang luas dan menjadi sepsis pasca bedah.
4. Kecacatan dan morbiditas.
a) Histerektomi merupakan cacat permanen, yang pada kasus belum punya
anak hidup akan meninggalkan sisa trauma psikologis yang berat dan
mendalam.
b) Kematian maternal /perinatal yang menimpa sebuah keluarga merupakan
komplikasi sosial yang sulit mengatasinya.
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Ruptur Uteri
A. PENGKAJIAN
1. Identitas : Sering terjadi pada ibu usia dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun
2. Keluhan utama : Perdarahan dari jalan lahir, badan lemah, limbung,
keluar keringat dingin, kesulitan nafas, pusing, pandangan berkunang-kunang.
3. Riwayat kehamilan dan persalinan : Riwayat hipertensi dalam kehamilan,
preeklamsi /eklamsia, bayi besar, gamelli, hidroamnion, grandmulti gravida,
primimuda, anemia, perdarahan saat hamil. Persalinan dengan tindakan, robekan
jalan lahir, partus precipitatus, partus lama/kasep, chorioamnionitis, induksi
persalinan, manipulasi kala II dan III.
4. Riwayat kesehatan : Kelainan darah dan hipertensi
5. Pengkajian fisik :
-Tanda-tanda vital :
• Tekanan darah : Normal/turun ( kurang dari 90-100 mmHg)
• Nadi : Normal/meningkat ( 100-120 x/menit)
• Pernafasan : Normal/ meningkat ( 28-34x/menit )
• Suhu : Normal/ meningkat
` -Kesadaran : Normal / turun
-Fundus uteri/abdomen : lembek/keras, subinvolusi
-Kulit : Dingin,v berkeringat, kering, hangat, pucat, capilary refill memanjan
-Pervaginam : Keluar darah, robekan, lochea ( jumlah dan jenis )
-Kandung kemih : distensi, produksi urin menurun/berkurang
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipovolemik b/d Kehilangan cairan aktif
2. Pola nafas tidak efektif b/d perdarahan
3. Risiko cidera pada janin b/d Disfungsi Uterus
4. Nyeri akut b/d agen pencidera biologis
5. Risiko infeksi b/d
6. Resiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan tbuh primer
C. Rencana tindakan keperawatan
No Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan
Hipovolemik b/d Setelah dilakukan -Manajemen Hipovolemia
Kehilangan cairan asuhan keperawatan
aktif 3x24 jan diharapkan 1. Periksa tanda dan gejala
hipovolemia teratasi hipovolemia
dengan criteria hasil: 2. Identifikasi penyebab
1 2 3 4 5 hipovolemia
3. Monitor status
-Status Cairan hemodinamika
1. kekuatan Nadi 4. Monitor intake dan
2. turgor kulit outpuc cairan
3. Output urin 5. Monitor tanda
4. Pengisian vena hemokonsentrasi
5. Ortopnea 6. Monitor cairan infuse
6. Edema perifer 7. Posisikan semifowler
7. Perasaan lemah 8. Kolaborasi pemberian
8. Frekuensi nadi diuretic
9. Tekanan darah
10. Tekanan nadi
11. Membrane mukosa
12. Intake cairan
13. Suhu tubuh
Daftar Pustaka
Cuningham , Gary et.all, 2005. Obstetri Williams Edisi 21. EGC. Jakarta.
Buku Saku Pelayanan Kesehatan di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Edisi 1.
WHO, 2013
Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 10.
Jakarta : ECG, 2006
Nugroho., Taufan. 2012. Patologi Kebidanan. Yogyakarta:Nuha Medika
Saifuddin., Bari., A. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Prawirohardjo., Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Wilkinson, Judith M. And R. Ahern, Nancy. 2013. Buku Saku Diagnosa
Keperawatan NANDA. Edisi 9. Jakarta : ECG, 2011
Varney, Helen dkk. 2001. Buku ajar asuhan kebidanan. Jakarta : EGC