Anda di halaman 1dari 16

Bed Site Teaching

PEDIKULOSIS KAPITIS

Presentan :

Zara Fitria 2040312067

Preseptor :

dr. Rina Gustia, Sp.KK, FINSDV, FAADV

Dr. dr. Qaira Anum, Sp.KK(K), FINSDV, FAADV

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

RSUP DR M DJAMIL PADANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

2020
BAB 1

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Pendahuluan

Selain menyerang manusia, penyakit ini juga menyerang binatang, oleh karena itu
dibedakan Pediculus humanus dengan Pediculus animalis. Pediculus ini merupakan parasit
obligat artinya harus menghisap darah manusia untuk dapat mempertahankan hidup.1
Pedikulosis merupakan ektoparasitosis yang disebabkan serangga penghisap darah tidak
bersayap (lice) dari jenis Anoplura. Kutu pada manusia disebabkan oleh Pediculus humanus
capitis atau kutu kepala, Pediculus humanus humanus atau kutu badan, dan Phtirus pubis atau
kutu kemaluan.2
Klasifikasi
● Pediculus humanus var. capitis yang menyebabkan pedikulosis kapitis.
● Pediculus humanus var corporis yang menyebabkan pedikulosis korporis.
● Phthirus pubis (nama dahulu : Pediculus pubis yang menyebabkan pedikulosis pubis).1

1.2 Pedikulosis kapitis

A. Definisi
Infeksi kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh Pediculus humanus var. capitis.1
B. Epidemiologi
Infestasi kutu kepala terjadi di seluruh dunia dan yang paling sering terjadi pada anak
usia sekolah. Laporan sebelumnya telah diperkirakan 6 sampai 9 juta infestasi terjadi setiap
tahun di Amerika Serikat antara anak-anak umur 3 sampai 12 tahun.3 Penyakit ini terutama
menyerang anak-anak usia muda dan cepat meluas dalam lingkungan hidup yang padat, misalnya
di asrama dan panti asuhan.1 Tambahan pula dalam kondisi kebersihan yang tidak baik, misalnya
jarang membersihkan rambut atau rambut yang relative susah dibersihkan (rambut yang sangat
panjang pada wanita). Cara penularannya biasanya melalui perantara (benda), misalnya sisir,
bantal, kasur dan topi.1
C. Etiologi
Kutu ini mempunyai 2 mata dan 3 pasang kaki, berwarna abu-abu dan menjadi
kemerahan jika telah menghisap darah. Terdapat 2 jenis kelamin ialah jantan dan betina, yang

1
betina dengan ukuran panjang 1.2-3.2 mm dan lebar kurang ½ panjangnya, jantan lebih kecil dan
jumlahnya hanya sedikit.1
Siklus hidupnya melalui stadium telur, larva, nimfa, dan dewasa. Telur (nits) diletakkan
di sepanjang rambut dan mengikuti tumbuhnya rambut, yang berarti makin ke ujung terdapat
telur yang lebih matang.2

Gambar 1. Pediculus humanus var. capitis dewasa

Gambar 2. Tampak telur Pediculus humanus


var. capitis yang melekat erat pada rambut

D. Patogenesis
Kelainan kulit yang timbul disebabkan oleh garukan untuk menghilangkan rasa gatal.
Gatal tersebut timbul karena pengaruh liur dan ekskreta dari kutu yang dimasukkan ke dalam

2
kulit waktu menghisap darah. Garukan yang dilakukan untuk menghilangkan gatal akan
menyebabkan terjadinya erosi dan ekskoriasi sehingga memudahkan terjadinya infeksi
sekunder.1

E. Gejala klinis
Gejala mula yang dominan hanya rasa gatal, terutama pada daerah oksiput dan temporal
serta dapat meluas ke seluruh kepala. Kemudian karena garukan, terjadi erosi, ekskoriasi, dan
infeksi sekunder (pus, krusta). Bila infeksi sekunder berat, rambut akan bergumpal, disebabkan
oleh banyaknya pus dan krusta (plikapelonika) dan disertai dengan pembesaran kelenjar getah
bening regional (oksiput dan retroaurikular). Pada keadaan tersebut kepala memberikan bau
busuk.3

Gambar 2. Kulit kepala menjadi berdarah dan


terdapat krusta akibat garukan.

3
Gambar 3. Kutu kepala (Pediculosis kapitis)

F. Pembantu diagnosis
Cara yang paling diagnostik adalah menemukan kutu atau telur, terutama dicari di daerah
oksiput dan temporal. Telur berwarna abu-abu dan mengkilat.3

G. Diagnosis banding
● Tinea kapitis
Tinea kapitis adalah dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala dimana terdapat
kelainan berupa lesi bersisik, kemerahan, kerion, dan gatal. Pada pemeriksaan dengan
KOH, akan didapatkan spora dan hifa yang merupakan elemen jamur yang
merupakan penyebab tinea kapitis.
● Pioderma (impetigo krustosa)
Impetigo krustosa disebabkan oleh Staphylococcus B hemolyticus ditandai dengan
eritema dan vesikel yang cepat memecah sehingga jika penderita datang berobat yang
terlihat adalah krusta tebal berwarna kuning seperti madu.2
● Dermatitis seboroika
Dermatitis seboroik memberikan gambaran klinis berupa daerah eritema dan skuama
pada daerah kepala dan terasa gatal oleh penderita. Dapat dibedakan dengan
pedikulosis kapitis dengan tidak ditemukannya telur atau kutu pada daerah kepala
yang gatal.

4
H. Pengobatan
a. Permethrin(1%)
Permethrin 1% cream rinse diberikan ke kulit kepala dan rambut. Awalnya rambut dicuci
dengan shampoo nonconditioner kemudian dikeringkan dengan handuk. Lalu diberikan
Permethrin 1% cream rinse selama 10 menit kemudian dibilas. Hal ini diperkirakan dapat
membasmi sekitar 20%-30% dari telur. Tetapi, disarankan agar pemakaiannya diulang
apabila kutu masih terlihat pada 7-10 hari setelahnya. Permethrin mempunyai keuntungan
efek toksin yang rendah dan pengobatannya cepat.
b. Pyrethrin
Pyrethrin diperoleh dari suatu sari alami bunga chrysanthemum. Pyrethrin yang
dikombinasi dengan piperonyl butoxide adalah neurotoksik untuk kutu tetapi kurang
toksik terhadap manusia. Produk ini seperti shampoo dimana diberikan pada rambut yang
kering dan didiamkan selama 10 menit sebelum dibilas. Penggunaan dapat diulang 7-10
hari kemudian untuk membasmi kutu kepala yang baru.

c. Malathion
Obat malathion organophosphate adalah suatu penghambat cholinesterase dan telah
digunakan selama 20 tahun untuk pengobatan kutu kepala. Malathion 0,5% atau 1% yang
digunakan dalam bentuk losio atau spray. Caranya : malam sebelum tidur rambut dicuci
dengan sabun kemudian dipakai losio malathion, lalu kepala ditutup dengan kain.
Keesokan harinya rambut dicuci lagi dengan sabun lalu disisir dengan sisir yang halus
dan rapat (serit). Pengobatan ini dapat diulang lagi seminggu kemudian, jika masih
terdapat kutu atau telur.1
d. Lindane(1%)
Lindane adalah organochloride yang mempunyai efek toksik terhadap CNS (Central
Nervous System) apabila penggunaannya tidak benar. Penggunaannya seperti shampoo
dan dapat didiamkan kurang lebih selama 10 menit dengan pemakaian yang berulang
dalam 7-10 hari. Dalam beberapa tahun kasus resisten pernah dilaporkan diseluruh dunia.
Oleh karena adanya efek toksik terhadap CNS yang dapat menyebabkan serangan dan
kematian,sehingga penggunaan lindane terhadap pasien harus dibatasi.

5
e. Krotamiton(10%)
Krotamiton 10% dalam bentuk losion digunakan untuk terapi skabies, dan beberapa
penelitian menunjukkan krotamiton 10% juga efektif untuk kutu kepala dimana diberikan
ke kulit kepala dan didiamkan selama 24 jam sebelum dibilas. Aman untuk anak, dewasa,
dan wanita hamil.
f. Ivermectin oral
Ivermectin adalah suatu agen antiparasitik yang efektif untuk kutu kepala. Ivermectin
diberikan dengan dosis tunggal secara oral 200 mikrogram/oral dengan dosis pemberian 2
kali setelah 7-10 hari. Ivermectin tidak boleh diberikan ke anak yang berat badannya
kurang dari 15 kg. Penggunaaan Ivermectine oral belum diakui oleh FDA ( Food and
Drug Administration ) sebagai pedikulosid.
g. Trimethoprim-sulfamethoxazole oral
Antibiotik ini biasa juga disebut cotrimoxazole digunakan dalam dosis otitis media, sama
efektif pemberiannya untuk kutu kepala. Antibiotik ini dapat membasmi simbiosis bakteri
dalam gerak kutu atau berhubungan langsung dengan efek toksik dari kutu. Penggunaan
Trimethoprim-sulfamethoxazole belum diakui sebagai pedikulosid oleh FDA (Food and
Drug Administration).

I. Komplikasi
Pada beberapa orang akan berkembang menjadi suatu infeksi sekunder akibat garukan.
Adanya infeksi sekunder yang berat menyebabkan terbentuknya pustul dan abses.3

J. Prognosis
Prognosis baik bila higine diperhatikan. Kegagalan terapi disebabkan oleh penggunaan
shampo yang tidak benar dan reinfestasi parasit.3

6
BAB 2
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. RH
Umur/ tanggal lahir : 15 tahun/ 9 Agustus 2006
Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pelajar
Tgl Pemeriksaan : 23 Februari 2021
No. MR : 01.09.97.48
Alamat : Jl. Jati V No. 13, Padang
Status Perkawinan : Belum Menikah
Negeri Asal : Indonesia
Agama : Islam
Suku : Melayu
Nomor HP : 089530xxxxxx

ANAMNESIS
Seorang perempuan berusia 15 tahun datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Dr. M.
Djamil Padang pada tanggal 23 Februari 2021 dengan :
a. Keluhan utama
Kutu pada rambut kepala yang terasa gatal sejak 4 bulan yang lalu.
b. Riwayat Penyakit Sekarang:
• Awalnya pasien rasa gatal di belakang kepala, kemudian rasa gatal dirasakan menjalar di
seluruh kepala sejak 4 bulan ini. Keluhan gatal di tempat lain tidak ada.
• Saat gatal tersebut pasien merasa ada yang bergerak-gerak di kepala, dan pasien pernah
menemukan kutu di rambut pasien ketika pasien menyisir rambut.
• Pasien sering menggaruk kepala karena gatal, garukan sampai menimbulkan luka dan
berdarah disangkal.
• Rambut berbau ada dan rambut bergumpal-gumpal tidak ada.

7
• Pasien tinggal dengan keluarganya. Pasien satu kamar dengan adik sepupu nya. Adik
sepupu pasien mempunyai keluhan yang sama.
• Penggunaan sisir, bantal, jilbab, dan handuk bersama-bersama dengan keluarga
disangkal.
• Rambut pasien sepanggul, keramas sekali dalam dua hari dengan sampoo.
• Setelah keramas, pasien jarang mengeringkan rambut dan dibiarkan basah.
• Pasien mempunyai kebiasaan tidur dalam keadaan rambut basah dan menutup rambut
saat rambut dalam keadaan setengah kering.
• Pakaian dicuci dan disetrika ada.
c. Riwayat Pengobatan
Pasien tidak pernah mengobati keluhan tersebut.
d. Riwayat Penyakit Dahulu :
● Riwayat menderita kutu pada rambut di kepala ada kurang lebih 4 tahun yang lalu.
Namun pasien mengaku sudah tidak berkutu lagi sejak 4 tahun yang lalu. Pasien
memiliki kebiasaan menyisir rambutnya dengan sisir serit.
e. Riwayat Penyakit Keluarga/ Riwayat Atopi/ Alergi :
Adik sepupu pasien memiliki kutu pada rambut di kepala. Riwayat atopi pada keluarga
disangkal.
f. Riwayat Sosial, Ekonomi, dan Pekerjaan
Pasien seorang pelajar.

PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Generalis
Keadaan umum : tidak tampak sakit
Kesadaran : komposmentis kooperatif
TD : diharapkan dalam batas normal
Suhu : Afebris
Frekuensi Nafas : diharapkan dalam batas normal
Frekuensi Nadi : diharapkan dalam batas normal
Tinggi Badan : 156 cm
Berat Badan : 60 kg

8
Status Gizi : Normoweight
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera Ikterik -/-
Hidung : Tidak ada kelainan
KGB : Tidak ada pembesaran KGB
Kelainan rambut : status dermatologikus
Kelainan kuku : Tidak ditemukan kelainan
Pemeriksaan Thorak : Tidak ada kelainan
Pemeriksaan Abdomen : Tidak ada kelainan
Pemeriksaan Ekstremitas : Tidak ada kelainan

b. Status Dermatologikus
Lokasi : rambut kepala
Efloresensi : Tidak ada effloresensi pada kulit kepala

Ditemukan telur kutu dan kutu pada batang rambut kepala pasien

9
RESUME

Seorang pasien wanita berumur 15 tahun dengan keluhan utama kutu pada rambut di
kepala yang terasa gatal sejak 4 bulan yang lalu. Awalnya pasien rasa gatal di belakang kepala,
kemudian rasa gatal dirasakan menjalar di sekitar kepala sejak 4 bulan ini. Saat gatal tersebut
pasien merasa ada yang bergerak-gerak di kepala, dan pasien pernah menemukan kutu di rambut
pasien. Rambut berbau ada. Pasien tinggal bersama dengan keluarga nya yang mempunyai
keluhan yang sama. Rambut pasien sepanggul, keramas sekali dalam 2 hari dengan sampo.
Setelah keramas, pasien jarang mengeringkan rambut dan biarkan rambut basah. Pasien
mempunyai kebiasaan tidur dalam keadaan rambut basah. Pakaian dicuci dan disetrika ada.
Sebelumnya pasien pernah menderita penyakit kutu kepala ini sekitar 4 tahun yang lalu. Pasien
mengaku keluhan kutu tidak dirasakan lagi sejak kelas 6 SD. Pasien tidak berobat namun rajin
menyisir rambut dengan sisir serit. Pemeriksaan pada rambut kepala pasien ditemukan adanya
telur kutu dan kutu dewasa.

DIAGNOSIS KERJA

Pedikulosis kapitis

10
DIAGNOSIS BANDING

Tidak Ada

PEMERIKSAAN RUTIN

● Pemeriksaan untuk menemukan kutu atau telur pedikulus humanus var. capitis.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM ANJURAN

● Pemeriksaan darah rutin

DIAGNOSIS
Pedikulosis kapitis

PENATALAKSANAAN
● Umum
- Penjelasan mengenai penyakitnya, bahwa penyakitnya disebabkan oleh infeksi
parasit, dan sangat mudah menular melalui kontak kepala.
- Menjelaskan pada pasien bahwa pengobatan juga harus dilakukan kepada adik
sepupu pasien.
- Menjaga kebersihan, terutama kebersihan kepala, keramas sekali dalam 2 hari
dengan menggunakan sampo.
- Tidak menggunakan barang pribadi seperti sisir, handuk, dan jilbab secara
bersama-sama.
- Membersihkan dan menjemur kasur secara rutin, mengganti alas kasur rutin,
mencuci dan menyetrika baju secara teratur, dan membersihkan sisir.
- Jika memungkinkan rambut yang terlalu panjang disarankan untuk digunting.
- Setelah pengobatan pedikulosis tidak dapat langsung hilang terutama telurnya,
sehingga membutuhkan sisir khusus atau serit, dan dibutuhkan kerjasama dengan
pasien dan orang serumah untuk bersama-sama melakukan pengobatan agar tidak
menjadi sumber infeksi.
- Menjelaskan cara pemakaian obat, pasien disuruh cuci rambut dulu dengan sampo
yang tidak mengandung kondisioner, kemudian keringkan rambut dengan handuk,
oleskan obat ke bagian rambut dan kulit kepala, dan didiamkan selama 10

11
menit, kemudian bilaslah rambut dan kulit kepala dengan air, keringkan rambut
dengan handuk dan disisir dengan serit, jika masih terdapat kutu, dapat diulangi
satu minggu lagi.
● Khusus

• Permetrin 1% lotio.

PROGNOSIS

Quo ad vitam : bonam


Quo ad sanam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad kosmetikum : bonam

12
BAB 3
DISKUSI

Telah dilakukan pemeriksaan seorang pasien perempuan berusia 15 tahun di Poliklinik


Kulit dan Kelamin RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 23 Februari 2021 dengan keluhan
kutu pada rambut di kepala yang terasa gatal sejak 4 bulan yang lalu. Pada pasien dilakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Hasil anamnesis pada pasien mengeluhkan kutu pada rambut di kepala yang terasa gatal
sejak 4 bulan yang lalu. Hal tersebut terjadi karena pengaruh liur dan ekskreta dari kutu yang
masuk ke dalam kulit ketika tungau menghisap darah.1,3,7 Pada pasien ini ditemukan berbagai
faktor risiko terjadinya pedikulosis capitis yaitu usia muda, jenis kelamin yaitu perempuan,
rambut pasien yang panjang, dan adanya riwayat kontak dengan penderita pedikulosis.1,3,4,5
Pada pemeriksaan ditemukan telur dan kutu yang menempel pada rambut di kepala
pasien. Tungau adalah ektoparasit obligat yang menghabiskan siklus hidupnya yaitu telur, larva,
nimfa, dan dewasa di rambut dan kulit kepala manusia. Telur juga diletakkan sepanjang rambut
dan mengikuti tumbuhnya rambut. Selain itu juga, ditemukannya telur dan kutu pada rambut di
kepala pasien berarti sudah dapat menegakkan diagnosis pada pasien ini.1,3,7
Penatalaksanaan pedikulosis kapitis pada pasien disarankan untuk terapi umum dan
khusus. Penatalaksanaan umum dengan pemberian edukasi pada pasien mengenai penyakitnya,
bahwa penyakitnya disebabkan oleh infeksi parasit, dan sangat mudah menular melalui kontak
kepala, menjelaskan bahwa pengobatan juga harus dilakukan kepada adik sepupu pasien,
menjaga kebersihan diri, terutama kebersihan kepala, keramas sekali dalam 2 hari dengan
menggunakan sampo, tidak menggunakan barang pribadi seperti sisir, handuk, dan jilbab secara
bersama-sama, membersihkan dan menjemur kasur secara rutin, mengganti alas kasur rutin,
mencuci dan menyetrika baju secara teratur, dan membersihkan sisir, jika memungkinkan rambut
yang terlalu panjang disarankan untuk digunting. Pada pasien diberikan permetrin 1% lotio
dengan cara pasien disuruh cuci rambut dulu dengan sampo yang tidak mengandung kondisioner,
kemudian keringkan rambut dengan handuk, oleskan obat ke bagian rambut dan kulit kepala, dan
didiamkan selama 10 menit, kemudian bilaslah rambut dan kulit kepala dengan air, keringkan
rambut dengan handuk dan disisir dengan serit, jika masih terdapat kutu, dapat diulangi satu
minggu lagi. Diharapkan penggunaan permetrin dapat membunuh kutu pada rambut pasien.2,6

13
Prognosis pada pasien ini adalah quo ad vitam bonam, quo ad functionam bonam, quo ad
sanationam bonam, dan quo ad kosmetikum bonam.1

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Menaldi SL, Bramono K,indriatmi W. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi ke Tujuh.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.2016.135

2. Trying SK, Lupi O, Hengge UR. Tropical dermatologi. 2nd ed. Elsevier;2017.

3. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 7th ed. New York: McGraw-


Hill;2018.p234.

4. Barbara L. Fronkowski, Leonard B. Weiner. Commitee on school health and committee


on infectious disease. Headlice. Pediatrics. 2002:110;638-40.

5. Saad. Pengaruh faktor higine perorangan terhadap angka kejadian skabies di pondok
pesantren An-najach Magelang. Semarang: Fakultas kedokteran Universitas
Diponegoro;2008.

6. Ohio departement of health. Pediculosis. Ohio: departement of health. 2014;1-15.

7. Hardiyanti NI, dkk. Penatalaksanaan Pedikulosis capitis. Fakultas kedokterran


Universitas Lampung. 2015:4(9);47-52.

15

Anda mungkin juga menyukai