Anda di halaman 1dari 18

DPM UB 2021

Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Mengikuti Pemilihan Dewan


Perwakilan Mahasiswa

Terciptanya DPM UB yang Profesional, aktif, aspiratif, dan inaktif dengan


mengedepankan kekeluargaan

Disusun oleh:
Muhammad sahal
184140314111024

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
RINGKASAN
.
Di lingkungan pendidikan perguruan tinggi, mahasiswa merupakan suatu
elemen penting untuk mendukung jalanya proses pemerintahan kampus, tetapi
kesadaran akan berpartisipasi dalam menyampaikan aspirasi mulai terkikis sedikit
demi sedikit.
Bukan hanya itu, komunikasi dan relasi yang terikat dengan mahasiswa
UB masih sangan minim, padahal kebutuhan relasi dan komunikasi antar
mahasiswa sangan diperlukan adanya, untuk memperoleh informasi inrormasi
yang dibutuhkan sekarang atau masa yang akan datang. Perlu langkah ynag besar
untuk membangun sebuah relasi yang kuat antar mahasiswa UB, dan tentunya
membutuhkan kolaborasi antar mahasiswa dan lembaga untuk mewujudkan hal
tersebut.
Karena hal itulah penulis dengan penuh semangat dan motivasi tinggi
ingin menjadi salah satu pengemban perubahan dan melaksanakan tugas mulia ini.
Dengan Visi “Terciptanya DPM UB yang professional, aktif, aspiratif dan inovatif
dengan mengedepankan kekeluargaan”, penulis akan berusaha semaksimal dan
seoptimal mungkin untuk menjadikan Universitas Brawijaya menjadi lebih baik
melalui kontribusi dalam DPM UB.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mahasiswa merupakan insan intelektual yang akan menjadi generasi penerus
bangsa di masa depan. Dalam mengembangkan dirinya, mahasiswa tidak hanya
bisa memanfaatkan ruang kuliah sebagai tempat belajar, berhimpun dalam
organisasi kemahasiswaan juga merupakan sarana belajar bagi setiap mahasiswa
untuk bisa mengembangkan kemampuan intelektual, kemampuan sosial dan
kemampuan religiusnya.
Di lingkungan Pendidikan Tinggi, mahasiswa menjadi komponen utama.
Kehidupan kampus (pemerintahan mahasiswa) merupakan representasi dari
miniatur Negara Indonesia. Pemerintahan mahasiswa merupakan sarana penting
untuk mahasiswa mengaplikasikan diri sebagai future leader. Bahwa sejatinya
mahasiswa adalah jantung demokrasi. Pernyataan ini hampir sepenuhnya benar
mengingat kedudukan mahasiswa yang berdiri sebagai poros tengah, yakni oposisi
demokratis. Organ-organ pemerintahan tingkat universitas maupun fakultas
terbagi menjadi 2 kekuasaan, yakni eksekutif (dijalankan oleh BEM) dan
legislatif (dijalankan oleh DPM).
Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) menjadi wadah legislatif dari seluruh
mahasiswa untuk menampung aspirasi yang dimiliki sehingga terjadi perbaikan
secara berkala untuk kemajuan yang lebih baik bagi mahasiswa dan universitas.
Selain itu DPM bersama dengan BEM juga menjadi jembatan penghubung antara
mahasiswa dan rektorat/dekanat untuk mewujudkan kesejahteraan di lingkungan
kampus. 
Hal ini menjadi semangat penulis untuk bergerak menanamkan rasa
kebersamaan dalam memulai lembaga legislatif yang menjunjung tinggi nilai-nilai
aspiratif serta nilai norma dan akhlak yang baik sebagai mahasiswa.

1.2 Rumusan Masalah


Dalam karya tulis ini rumusan masalah yang dikaji adalah bagaimana
dengan penuh rasa bersatu untuk menjadikan Terciptanya DPM UB yang
professional, aktif, aspiratif dan inovatif dengan mengedepankan kekeluargaan
sebagai poros utama untuk melahirkan lembaga legislatif yang progesif :
1. Mengoptimalkan fungsi DPM sebagai media untuk menampung dan
menyalurkan aspirasi mahasiswa.
2. Meningkatkan komunikasi dan relasi ke antar fakultas.
3. Memaksimalkan penyelenggaraan pengawasan dan pengawalan maksimal
kepada EM UB.
4. Memeperjuangkan aspirasi mahasiswa yang terbaik agar terjadinya
perubahan lebih baik lagi di bidang akademik atau non akademik.

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan ini adalah untuk menjadikan AKSI sebagai poros
utama melahirkan lembaga legislatif yang progesif:
1. Mengoptimalkan fungsi DPM sebagai media untuk menampung dan
menyalurkan aspirasi mahasiswa.
2. Meningkatkan komunikasi dan relasi ke antar fakultas.
3. Memaksimalkan penyelenggaraan pengawasan dan pengawalan maksimal
kepada EM UB.
4. Memeperjuangkan aspirasi mahasiswa yang terbaik agar terjadinya
perubahan lebih baik lagi di bidang akademik atau non akademik.
.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Universitas Brawijaya


Universitas Brawijaya berkedudukan di Kota Malang, Jawa Timur,
didirikan pada tanggal 5 Januari 1963 dengan Surat Keputusan Menteri Perguruan
Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (PTIP) Nomor 1 Tahun 1963, dan kemudian
dikukuhkan dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 196 Tahun
1963 tertanggal 23 September 1963.

Universitas ini semula berstatus swasta, dengan embrio sejak tahun 1957,
yaitu berupa Fakultas Hukum dan Fakultas Ekonomi yang merupakan cabang
Universitas Swasta Sawerigading, Makasar. Kedua fakultas itu perkembangannya
nampak kurang menggembirakan, sehingga di kalangan mahasiswa timbul
keresahan.

Beberapa orang dan tokoh mahasiswa yang menyadari hal ini kemudian
mengadakan pendekatan-pendekatan kepada para pemuka masyarakat. Akhirnya,
pada suatu pertemuan yang mereka lakukan di Balai Kota Malang pada tanggal 10
Mei 1957, tercetus gagasan untuk mendirikan sebuah Universitas
kotapraja (Gemeentelijke Universiteit) yang diharapkan lebih dapat menjamin
masa depan para mahasiswa.

Sebagai langkah pertama ke arah itu, dibentuklah Yayasan Perguruan


Tinggi Malang pada tanggal 28 Mei 1957, yayasan ini kemudian membuka
Perguruan Tinggi Hukum dan Pengetahuan Masyarakat (PTHPM) pada tanggal 1
Juli 1957. Mahasiswa dan dosen PTHPM terdiri dari bekas mahasiswa dan dosen
Fakultas Hukum Universitas Sawerigading. Hampir bersamaan dengan itu, pada
tanggal 15 Agustus 1957 sebuah yayasan lain, yakni Yayasan Tinggi Ekonomi
Malang mendirikan Perguruan Tinggi Ekonomi Malang (PTEM).

Pada perkembangan berikutnya, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah


Kotapraja Malang dengan sebuah keputusan tertanggal 19 Juli 1958 mengakui
PTHPM sebagai milik Kotapraja Malang. Pada peringatan Dies Natalis III
PTHPM tanggal 1 Juli 1960, diresmikan pemakaian nama Universitas Kotapraja
Malang. Universitas itu kemudian mendirikan Fakultas Administrasi Niaga (FAN)
pada tanggal 10 Nopember 1960.

Pada acara Peringatan Dies Natalis IV Universitas Kotapraja Malang,


nama universitas ini diganti menjadi Universitas Brawijaya. Nama ini diberikan
oleh Presiden Republik Indonesia melalui kawat nomor : 258/K/1961 tanggal 11
Juli 1961. Selanjutnya pada tanggal 3 Oktober 1961 diadakan penggabungan
antara Yayasan Perguruan Tinggi Ekonomi Malang yang mengasuh PTEM ke
dalam sebuah yayasan baru yang bernama Yayasan Universitas Malang.

Atas dasar penggabungan ini Universitas Brawijaya memiliki 4 fakultas,


yakni Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat (FHPM) yang semula
PTHPM, Fakultas Ekonomi (FE) yang semula bernama PTEM, Fakultas
Administrasi Niaga (FAN) dan Fakultas Pertanian (FP). Penggabungan tersebut
adalah salah satu usaha yang harus ditempuh untuk memperoleh status negeri bagi
Universitas Brawijaya, karena sebelum itu walaupun diakui sebagai milik
Kotapraja Malang, semua pembiayaan universitas masih menjadi tanggung jawab
yayasan. Guna memenuhi syarat penegerian, maka pada tanggal26 Oktober 1961
Universitas Brawijaya mendirikan sebuah fakultas baru yakni Fakultas
Kedokteran Hewan dan Peternakan (FKHP).

Usaha yang dirintis selama beberapa tahun tersebut akhimya menemui


titik terang. Dalam sebuah pertemuan antara Panglima Daerah Militer VIII
Brawijaya, Presiden Universitas Brawijaya, Presiden Universitas Tawangalun
(Jember) serta Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan pada tanggal 7
Juli 1962, ternyata Menteri PTIP menyanggupi untuk menegerikan Universitas
Brawijaya secara bertahap. Yang akan dinegerikan pertama adalah fakultas-
fakultas eksakta, sedangkan fakultas sosial masih dalam pertimbangan.

Dengan Surat keputusan Menteri PTIP Nomor 92 tertanggal 1 Agustus


1962 Fakultas Pertanian dan Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan diberi
status negeri, terhitung sejak tanggal 1 Juli 1962 dan berada di bawah naungan
Universitas Airlangga. Sambil menunggu proses selanjutnya, pada tanggal 30
September 1962, Fakultas Administrasi Niaga diubah namanya menjadi Fakultas
Ketatanegaraan dan Ketataniagaan (FKK), untuk menyesuaikan diri dengan
Undang-Undang Perguruan Tinggi Nomor 22 Tahun 1961.

Dalam perkembangan selanjutnya, sesuai dengan dinamika keilmuan dan


regulasi di bidang Pendidikan Tinggi, pada tahun 1982 FKK secara resmi berubah
menjadi Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) berdasarkan PP No. 27 Tahun 1982
tentang Penataan Fakultas pada Universitas/Institut Negeri.

Sementara itu di Probolinggo pada tanggal 28 Oktober 1961 dibuka


sebuah Perguruan Tinggi Jurusan Perikanan Laut oleh Yayasan Pendidikan Tinggi
Probolinggo. Jurusan ini kemudian menjadi salah satu jurusan dari Fakultas
Kedokteran Hewan dan Peternakan, yakni berdasarkan Surat Keputusan Menteri
PTIP No. 163 Tahun 1963 Tanggal 25 Mei 1963.

Pada tanggal 5 Januari 1963, Universitas Brawijaya dengan seluruh


fakultasnya dinegerikan dengan Keputusan Menteri PTIP Nomor 1 Tahun 1963.
Fakultas Pertanian serta Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan yang semula
berada di bawah naungan Universitas Airlangga dikembalikan ke Universitas
Brawijaya.

Selain itu diresmikan pula cabang-cabang Universitas Brawijaya di


Jember, yaitu Fakultas Pertanian, Fakultas Ilmu Pendidikan, dan Fakultas
Kedokteran. Cabang di Jember ini semula adalah fakultas-fakultas dari
Universitas Tawangalun.

Dengan Surat Keputusan Menteri PTIP Nomor 97 Tahun 1963 Fakultas


Ketatanegaraan dan Ketataniagaan di Kediri, terhitung sejak tanggal 15 Agustus
1963 ditetapkan sebagai cabang Fakultas Ketatanegaraan dan Ketataniagaan
Universitas Brawijaya.
Surat Keputusan Menteri PTIP tentang penegerian itu telah dikukuhkan dengan
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 196 Tahun 1963 yang berlaku
sejak tanggal 5 Januari 1963. Tanggal tersebut kemudian ditetapkan sebagai hari
lahir (Dies Natalis) Universitas Brawijaya.

2.2 Karakteristik Mahasiswa


Dalam kehidupan kampus terdapat berbagai karakter mahasiswa, yang
“menghiasi” perannya dalam pergerakan mahasiswa itu sendiri.
1. Cenderung oportunis
Jenis mahasiswa seperti ini cenderung menggambarkan bahwa organisasi
dan pergerakan mahasiswa merupakan sebuah ladang bagi dirinya untuk
meraih keuntungan. Entah itu keuntungan materi, kekuasaan, atau pun
status sosial.
2. Bertaktik
Jenis mahasiswa ini biasanya menggunakan taktik-taktik tertentu untuk
dapat membentuk opini orang lain, untuk kemudian mencoba membentuk
opini tersebut menjadi sebuah persepsi yang benar, ada kalanya
penggalangan kekuatan tidak hanya dilakukan dengan menggunakan otak,
tapi juga otot.
3. Bersikap acuh tak acuh
Ada dua sebab mengapa mahasiswa menjadi acuh tak acuh. Pertama,
dikarenakan tidak adanya rasa tanggung jawab dalam diri mahasiswa yang
bersangkutan, dan mengidentikkan bahwa seorang mahasiswa itu hanya
bertugas untuk “belajar. Kedua, dikarenakan platform pergerakan mahasiwa
yang tengah di usung tidak sesuai dengan pemikirannya, ataupun cara dia
berjuang, bisa jadi orang-orang seperti ini mulai melihat bahwa organisasi
mahasiwa yang bersangkutan berada pada jalur yang salah.
4. Berlandasan
Jenis mahasiswa ini biasanya memiliki pemahaman-pemahaman, dan pola
berpikir yang matang, sehingga segala sesuatu yang diperbuat atau
diperjuangkannya memiliki sebuah landasan yang real, dengan arti kata
penolakan dan penerimaan didasarkan pada sebuah proses berpikir yang
matang dengan pertimbangan landasan-landasan itu tadi.
5. Idealis
Idealisme adalah sesuatu yang ideal, dengan kata lain menempatkan
sesuatu pada tempatnya, bisa juga dikatakan serasi atau selaras. Sebagai
contoh, seorang mahasiswa dikatakan memiliki idealisme adalah ketika
melakukan protes kepada seorang Dekan yang membuat sebuah keputusan
dengan tidak mengindahkan aturan, untuk kembali kepada aturan yang
sebenarnya, jadi idealisme disini adalah mencoba untuk memperjuangkan
sebuah aturan yang telah disepakati sebelumnya.

2.3 Organisasi Mahasiswa


Berdasarkan Kepmendikbud RI No. 155/U/1998 pasal 1 yang dimaksud
dengan Organisasi kemahasiswaan intra perguruan tinggi adalah wahana dan
sarana pengembangan diri mahasiswa ke arah perluasan wawasan dan
peningkatan kecendekiawanan serta integritas kepribadian untuk mencapai tujuan
pendidikan tinggi. Dan tujuan pendidikan tinggi ini adalah menjadi ahli dalam
bidangnya dan mampu mengembangkan keilmuannya dalam masyarakat.
Melihat pengertian organisasi kemahasiswaan seperti dijabarkan diatas
maka secara jelas dapat diartikan bahwa peran organisasi mahasiswa adalah untuk
meningkatkan tingkat intelektualitas mahasiswa, sisi responsivitas mahasiswa
dalam masyarakat kedepannya serta sisi kekritisan mahasiswa terhadap
permasalahan disekitarnya.
Sedangkan fungsi organisasi mahasiswa dijelaskan pada pasal 5
Kepmendikbud RI No. 155/U/1998 sebagai berikut:
1. perwakilan mahasiswa tingkat perguruan tinggi untuk menampung dan
menyalurkan aspirasi mahasiswa, menetapkan garis-garis besar program
dan kegiatan kemahasiswaan;
2. pelaksanaan kegiatan kemahasiswaan;
3. komunikasi antar mahasiswa;
4. pengembangan potensi jatidiri mahasiswa sebagai insan akademis, calon
ilmuwan dan intelektual yang berguna di masa depan;
5. pengembangan pelatihan keterampilan organisasi, manajemen dan
kepemimpinan mahasiswa;
6. pembinaan dan pengembangan kader-kader bangsa yang berpotensi
dalam melanjutkan kesinambungan pembangunan nasional;
7. untuk memelihara dan mengembangkan ilmu dan teknologi yang
dilandasi oleh norma-norma agama, akademis, etika, moral, dan
wawasan kebangsaan.

2.4 Lembaga Kedaulatan Mahasiswa Universitas Brawijaya (LKM-UB)


Kata “kedaulatan” merupakan hasil terjemahan kata ‘souvereignity” (Inggris)
yang berasal dari kata latin “superanus/superanitas”, yang berarti “tertinggi”
(supreme). Kata “kedaulatan” mengandung arti (a) Kemerdekaan, (b)
Kuasatertinggi, dan (c) Kekuatan (Fadjar, 2000).
LKM-UB merupakan sebuah wadah mahasiswa untuk mengimplementasikan
peran mahasiswa dan memberikan sumbangsih dalam turut memajukan bangsa
dan negara Indonesia yang merupakan hasil integrasi dirinya dengan seluruh
gerakan perubahan yang memperjuangkan kebenaran dengan secara konsisten
pada nilai-nilai religius, kedaulatan, intelektualitas dan demokrasi.Lembaga ini
terdiri atas (a) lembaga-lembaga di tingkat Universitas (b) lembaga di
tingkatFakultasdan (c) Dewan Pers Kampus, baik tingkat Universitas dan tingkat
Fakultas (Probinmaba, 2007).
Lembaga tingkat Fakultas terdiri dari lembaga eksekutif (EM) dan legislatif
(DPM). Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) menjadi wadah dari seluruh
aspirasi mahasiswa untuk UB yang lebih baik. Selain itu DPM juga menjadi
jembatan penghubung antara mahasiswa dan rektorat/dekanat untuk mewujudkan
kesejahteraan di lingkungan kampus. 

2.5 Definisi Profesional, Aktif, Aspiratif, dan Inovatif


2.5.1 Profesional
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Aspiratif berarti bersifat
kepandaian khusus.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kepandaian khusus
merupakan sikap dimana seseorang mengerjakan sesuatu sesuai bidang
dan apa yang diminatinya, sehingga akan menimbulkan hasil yang
maksimal pula.
2.5.2 Aktif
Menjalin hubungan yang harmonis dan kekeluargaan guna menciptakan
kehidupan mahasiswa dalam perkuliahan ataupun dalam antar lembaga
serta organisasi yang berada di dalam lingkup UB.
2.5.3 Aspiratif
Aspiratif adalah sikap dimana seseorang memberikan masukan atau petuah
yang bermanfaat dan membuat pendengarnya merasa mendapatkan sesuatu
atau ynag biasa disebut dengan mendapat “ilham”
2.5.4 Inovatif
Kepribadian dan sikap seseorang yang dapat mencurahkan segala
kemampuan diri dalam berfikir untuk menciptakan sesuatu ynag baru bagi
diri kita maupun masyarakat dan lingkungan.

2.6 Metode Penelitian


2.6.1 Jenis Penulisan
Karya tulis ini berfokus pada konsep “aspiratif dan kolaboratif” sebagai asas
pergerakan mahasiswa dalam ruang lingkup DPM UB. Sesuai dengan jenis
penulisan yang digunakan yaitu penulisan deskriptif, maka penulisan ini
menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah prosedur
penulisan yang menghasilkan data deskriptif yang meliputi kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang yang memahami objek penulisan yang sedang dilakukan
dan didukung oleh studi literatur berdasarkan pengalaman kajian pustaka, baik
berupa data penulisan maupun angka yang dapat dipahami dengan baik. Di
samping itu, pendekatan kualitatif lebih peka dan dapat menyesuaikan diri dengan
banyak penajaman pengaruh bersama serta pola-pola nilai yang dihadapi di
lapangan (Moleong, 2004).

2.6.2 Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data


Data yang dikumpulkan dalam penulisan ini adalah data sekunder, yaitu
sumber data penulisan yang diperoleh secara tidak langsung melalui media
perantara. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan, atau laporan historis
yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter), baik yang dipublikasikan
maupun tidak dipublikasikan (Indriantoro dan Soepomo, 2002).
Metode pengumpulan data yang digunakan didalam penulisan ini adalah
dengan metode:

1. Kepustakaan
Studi kepustakaan dilakukan dengan jalan membaca literatur-literatur
yang berkaitan dan menunjang penulisan ini, berupa pustaka cetak maupun
elektronik (data-data internet).

2. Dokumenter
Studi dokumentasi dilakukan dengan jalan membaca laporan-
laporan penulisan sebelumnya serta artikel yang diakses dari internet, buku
maupun jurnal yang sesuai dengan permasalahan. Pada metode ini penulis
hanya memindahkan data yang relevan dari suatu sumber atau dokumen
yang diperlukan.

3. Intuitif Subjektif
Menurut Simogaki dan Ghofar (1999) intuitif subjektif merupakan
perlibatan pendapat penulis atas masalah yang sedang dibahas.

2.6.3 Metode Analisis Data


Sehubungan dengan permasalahan yang tertulis pada rumusan masalah dan
pendekatan penulisan yang digunakan, penulis menganalisa data-data yang
diperoleh dengan metode analisa deskriptif kualitatif, yaitu data yang diperoleh
kemudian disusun, sehingga mempermudah pembahasan masalah-masalah yang
ada. Karena titik fokus penulisan ini adalah penulisan berbasis literatur (pustaka),
maka data yang dikumpulkan merupakan data kualitatif.
Proses analisa data yang dilakukan dalam penulisan ini terjadi secara bolak-
balik dan berinteraktif, yang terdiri dari:

1. Pengumpulan data (data collection)


2. Reduksi data (data reduction)
3. Penyajian data (data display)
Pemaparan dan penegasan kesimpulan (conclution drawing and
verification) (Moelong, 2002)
BAB III
ISI

3.1 Kesadaran Bersikap Kritis


Melihat suatu kondisi sekarang ini yang memang mudah, tapi beda halnya
ketika harus memahaminya. Misalkan, problematika perpolitikan kampus yang
kompleks tak bisa dilihat dari satu sudut pandang. Tidak setiap mahasiswa mampu
berfikir secara kompleks dan membaca setiap celah kesempatan dari sebuah
permasalahan. Tidak setiap mahasiswa mampu menganalisa problematika dengan
pisau analisia yang tajam, serta dengan tingkat kritis yang strategis. Dan tak setiap
mahasiswa mampu membawa sebuah pergerakan secara dinamis dan progresif.
Dalam literatur ilmu politik, istilah "budaya politik" terutama mengacu
pada: orientasi politik, sikap terhadap sistem politik dan bagian-bagiannya, serta
sikap terhadap peranan individu (diri kita sendiri) dalam sistem tersebut.
Pengertian budaya politik juga mengacu pada dua tingkat orientasi politik, yaitu
sistem dan individu. Mereka mungkin tercerahkan secara academis atau
intelektual, tapi belum tercerahkan secara moral dan politik. Dari sinilah
dibutuhkan sosok mahasiswa pendobrak yang mampu membawa budaya politik
Brawijaya kearah yang lebih baik. Mahasiswa yang mampu menyadari tanggung
jawab akademis, sosial, moral, dan politis, bahkan tanggung jawab kesejarahan.
Melihat keadaan yang demikian, sudah seyogyanya sebagai mahasiswa
mulai timbul kesadaran untuk mempertahankan budaya politik positif, budaya
politik yang membawa arah pergerakan mahasiswa menjadi lebih dinamis dan
progresif dan berinisiasi untuk ikut berperan dalam memaksimalkan peran
mahasiswa dalam lingkup peran moral, sosial, akademik, dan politik.

3.2 Dari DPM UB untuk Mahasiswa Universitas Brawijaya


DPM UB merupakan lembaga legislatif tertinggi di lingkungan Universitas
Brawijaya. Lembaga ini mendampingi lembaga eksekutif mahasiswa yang
diaktualisasikan dalam bentuk Lembaga Otonom di UB . DPM UB menjadi
penghubung antara mahasiswa dengan pihak dekanat serta juga bisa menjadi
penampung sekaligus penghubung aspirasi mahasiswa yang ada di UB
Melihat begitu pentingnya fungsi dan peranan DPM di UB terhadap
kehidupan mahasiswa UB maka tentu saja dibutuhkan sosok wakil-wakil yang
mumpuni agar arah pergerakan yang hendak dilaksanakan dapat sesuai dengan
tujuan pencapaian yang telah disusun diawal kerja. Sehingga impian untuk
mewujudkan UB Madani bisa terealisasi dengan peran aktif seluruh civitas
akademika UB yang saling bersinergi dan saling bekerja sama untuk mewujudkan
tujuan tersebut.

3.3 Penjabaran Visi Misi


3.3.1 Visi
Visi merupakan sebuah pandangan secara tepat yang dapat diraih hanya
dengan menatap kedepan dan melakukan aksi dari visi tersebut. Intisari dari visi
merupakan unsur ideal yang kerap menjadi dasar dan arah tujuan suatu
pergerakan. Dengan mencanangkan visi “Terciptanya DPM UB yang
professional, aktif, aspiratif dan inovatif dengan mengedepankan kekeluargaan” ,
maka diharapkan melalui kerja-kerja bersama antara komponen di lingkungan UB
yang dilakukan dengan cara progresif terhadap almamater UB, dimana DPM bisa
menjadi evaluator serta mampu mewujudkan UB lebih baik.
Inovatif dimaksudkan menghadirkan inovasi dan berkolaborasi dengan
civitas akademika Univesitas Brawijaya. Inovatif merupakan salah satu mengajak
mahasiswa UB untuk menunjukkan karya terbaik yang dimulai dari rasa semangat
bersatu sebagai keluarga UB yang solid dan saling mendukung demi UB yang
lebih baik.

4.3.2 Misi

Misi merupakan point-point yang akan dicapai untuk menyempurnakan


sebuah visi. Misi saya adalah:
1) Mengoptimalkan fungsi DPM sebagai media untuk menampung dan
menyalurkan aspirasi mahasiswa.
Menyadari peran tersebut DPM harus bisa benar-benar mengakomodir
aspirasi setiap mahasiswa, lembaga, maupun komunitas yang ada di UB sebagai
penyambung lidah mahasiswa kepada pihak rektorat. Sebagai media fasilitator
yang menyalurkan aspirasi mahasiswa, DPM perlu memberikan pelayanan sebaik
mungkin.

2) Meningkatkan komunikasi dan relasi ke antar fakultas.


Peran DPM selain sebagai media fasilitator aspirasi mahasiswa, juga
sebagai pihak yang turut serta menjalin hubungan antar lembaga kemahasiswaan
guna meningkatkan komunikasi dan relasi yang baik dengan semua civitas
akademika Universitas Brawijaya.

3) Memaksimalkan penyelenggaraan pengawasan dan pengawalan maksimal


kepada EM UB
DPM UB memiliki tanggung jawab untuk mendampingi dan mengawasi
Badan Eksekutif Mahasiswa dalam membangkitkan dan meningkatkan peran
aktif mahasiswa dalam menampung berbagai macam permasalahan yang ada di
lingkungan UB. Sejalan dengan visi misi Universitas Brawijaya, mahasiswa UB
harus bisa bersaing di tingkat regional, nasional, maupun internasional.

4) Memperjuangkan aspirasu mahasiswa yang terbaik agar terjadinya perubahaan


lebih baik lagi dibidang akademik atau non akademik
DPM juga turut serta memberikan perubahan yang nantinya berdampak
pada mahasiswa, dalam meningkatkan prestasi mahasiswa UB DPM UB akan
menyalurkan saran serta ide ide inspiratif
BAB IV
Kesimpulan dan Saran

4.1 Kesimpulan
Mahahasiswa merupakan masyarakat intelektual. Memilki 3 peran
strategis yaitu agen control sosial, agen perubah, dan generasi penerus masa
depan. Kebanyakan kalangan mahasiswa Universitas Brawijaya bersikap apatis,
solidaritas yang kurang dan minder untuk menyampaikan aspirasinya. Maka perlu
dilakukan penyehatan pencerah moral di kalangan mahasiswa, salah satunya
berperan dan berkontribusi dalam pergerakan mahasiswa yang progesif.
Untuk menjadikan DPM UB yang lebih baik, diusung sebuah visi baru
bertajuk ” Terciptanya DPM UB yang professional, aktif, aspiratif dan inovatif
dengan mengedepankan kekeluargaan”.

Dan membawa misi:


1. Mengoptimalkan fungsi DPM sebagai media untuk menampung dan
menyalurkan aspirasi mahasiswa.
2. Meningkatkan komunikasi dan relasi ke antar fakultas.
3. Memaksimalkan penyelenggaraan pengawasan dan pengawalan maksimal
kepada EM UB.
4. Memeperjuangkan aspirasi mahasiswa yang terbaik agar terjadinya
perubahan lebih baik lagi di bidang akademik atau non akademik.
.

4.2 Saran
Mahasiswa sebagai masyarakat intelektual hendaknya memiliki kesadaran
tanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat, cakap dan mandiri dalam
memelihara dan memajukan ilmu pengetahuan, cakap memangku jabatan atau
pekerjaan di masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Admin Universitas Brawijaya . 2029. Sejarah Universitas Brawijaya.


http://ub.ac.id [17 Desember 2020]
Anggraini, Suci Fauziah dkk. 2012. Mendalami Makna Konstitusi Mahasiswa
dalam AD-ART LKM UB. Karya Tulis Ilmiah UB, Malang
Anonim. 2012. Tugas Makalah Psikologi.
http://www.tokohindonesia.wordpress.com [05 Desember 2014]
Fadjar, A. Mukhtie. 2000. Ilmu Negara. Diktat Kuliah Fakultas Hukum UB,
Malang.
Ivaniar, Rendy dkk. 2012. Nilai Penting Lembaga Yudikatif dalam Mewujudkan
Supremasi Konstitusi (GagasanPembentukan Mahkamah Mahasiswa).
LKTI Mahkamah Konstitusi, Malang.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. http://kbbi.web.id/

Anda mungkin juga menyukai