Anda di halaman 1dari 9

PAROTITIS

No. Dokumen : 445/ C.VII.SOP.35/XVI/


P601140201/2017
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit : 15 Maret 2017
Halaman : 1 /3

UPTD PUSKESMAS ARPANUDDIN, SKM


KARYA MUKTI NIP.19630107198603004

1 Pengertian : Yaitu peradangan yang terjadi pada kelenjar saliva atau yang lebih
dikenal dengan kelenjar parotis
2 Tujuan Sebagai penerapan langkah-langkah dalam melakukan diagnosa
dan terapi kasus Parotitisdi puskesmas karya mukti.
3 Kebijakan : Surat keputusan Kepala Puskesmaskarya mukti Nomor: 445/C.VII.
SOP.35/XVI/P1601140201/2017 tentang layanan Klinis.
4 Referensi : PERMENKES no 5 tahun 2014
5 Prosedur : 1. Anamnesa
A. Menanyakan apakah ada panas dan berapa lama
B. Menanyakan apakah ada keluhan pembengkakan pada
kelenjar parotis mulai dari depan telinga hingga rahang
bawah
C. Menanyakan apakah ada keluhan nyeri terutama saat
mengunyah makanan dan mulut terasa kering.
2. Pemeriksaan Klinis
A. Demam
B. Pembengkakan kelenjar parotis
C. Eritema pada kulit.
D. Nyeri tekan di kelenjar parotis.
E. Terdapat air liur purulen
3. Diagnosa
A. Parotitis
4. Diagnosa Banding
A. Neoplasma kelenjar saliva
B. Pembesaran kelenjar getah bening karena penyebab lain
5. Terapi
A. Menjaga kebersihan gigi dan mulut
B. Tatalaksana simptomatis sesuai gejala yang dirasakan
C. Antibiotik: Antibiotik spektrum luas dapat diberikan pada
kasus parotitis bakteri akut yang disebabkanoleh bakteri.
D. Bila kondisi tidak membaik, segera rujuk ke layanan
sekunder
6 Diagram Alir :
(bila Diperlukan)
7 Unit Terkait : Poli Umum, laboraturium, UGD
INFEKSI PADA UMBILIKALIS

No. Dokumen : 445/ C.VII.SOP.35/XVI/


P601140201/2017
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit : 25 Maret 2017
Halaman : 1 /2

UPTD PUSKESMAS ARPANUDDIN, SKM


KARYA MUKTI NIP.19630107198603004

1 Pengertian : Infeksi pada tali pusat adlah infeksi yang terjadi pada tali pusat atau jaringan kulit
di sekitar area pusat.
2 Tujuan Sebagai penerapan langkah-langkah dalam melakukan diagnose
dan terapi kasus infeksi pada umbilikalis di uptd puskesmas karya
mukti.
3 Kebijakan : Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Karya Mukti
No.445/C.VII.SOP.35/XVI/P1601140201/2017.
4 Referensi : Permenkes no 5 tahun 2014
5 Prosedur : 1. Anamese
Keluhan panas, rewel, tidak mau menyusu
a. Factor resiko
 Imunitas seluler dan humoral belum sempurna
 Luka umbilicus
 Kulit tipis sehingga mudah lecet
b. Factor presdisposisi
 Pemotongan dan perawatan tali pusat yang tidak steril.
2. Pemeriksaan fisik
a. Ada tanda-tanda infeksi disekitar tali pusat seperti
kemerahan, panas, bengkak, nyeri dan mengeluarkan
bau bususk
b. Infeksi tali pusat local atau terbatas : bila kemerahan dan
bengkak terbatas pada daerah kurang dari 1cm di sekitar
pengkal tali pusat.
c. Infeksi tali pusat berat atau meluas bila kemerahan atau
bengkak pada tali pusat meluas melebihi area 1cm atau
kulit di sekitar tali pusat bayi mengeras dan memerah
serta bayi mengalami pembengkak perut.
d. Tanda sistemik : demam, takikardia, hipotensi, letaregu,
somnolen, ikterus
3. Rencana penataksanaan komprehenshif (plan)
 Perawatan local
a. Pembersihan tali pusat dengan menggunakan larutan
antiseptic (kloheksidin atau iodium povidon 2,3 %)
dengan kain kasa yang bersih delapan kali.
b. Setelah di bersihkan, tali pusat di oleskan dengan
salep antibiotic 3-4 kali.
 Perawatan sistemik
Bila tanpa gejala sistemik, paien diberikan antibiotic
seperti kloksasilin oral selama lima hari. Bila anak tanpak
sakit, harus di cek dahulu ada tidaknya tanda-tanda
sepsis. Anak dapat di berikan antibiotic kombinasi
dengan aminoglikisida, bila tidak ada perbaikan,
pertimbangan kemungkinan metilicilin resisteance
staphylococcus aureus (MARSA)
Kontrol kembali bila tidak ada perbaikan atau ada
perluasan tanda-tanda infeksi kompilasi seperti bayi
pnas, rewel dan mulai tak mau makan.
4. Criteria rujukan
a. Bila intake tidak mencukupi dan anak mulai tampak tanda
dehidrasi
b. Terdapat tanda komplikasi sepsis

6 Diagram Alir :
Perawatan local (pembersihan tali pusat) dan pemberian salep
(bila Diperlukan)

Perawatan sistemik

Rencana tindak lanjut / rujukan

7 Unit Terkait : IDG, KIA, apotik


GASTRITIS

No. Dokumen : 445/ C.VII.SOP.35/XVI/


P601140201/2017
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbit : 13 februari 2017
Halaman : 1 /2
UPTD PUSKESMAS ARPANUDDIN, SKM
KARYA MUKTI NIP.19630107198603004

1 Pengertian : Proses inflamasi atau peradangan pada lapisan mukosa dan


submukosa lambung sebagai mekanisme proteksi mukosa apabila
terdapat akumulasi bakteri atau bahan iritan lainnya
2 Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk pengobatan
gastritis di Puskesmas Karya Mukti.
3 Kebijakan : Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Karya Mukti
No.445/C.VII.SOP.35/XVI/P1601140201/2017.
4 Referensi : Permenkes RI no 5 tahun 2014 tentang paduan praktik klinisbagi
dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer
5 Prosedur : 1. Pasien datang dengan membawa rekam medis
2. Pemeriksaan fisik
a. Nyeri tekan epigastrium dan bising usus meningkat
b. Bila terjadi proses inflamasi berat, dapat di temukan
pendarahan saluran cerna berupa hematemesiss dan
melena
c. Biasanya pada pasien dengan gastritis kronis,
konjungtiva tampak anemis.
3. Penatalaksanaan
a. Menginformasikan kepada pasien untuk menghindari
pemicu terjadinya keluhan, makan sering dengan makan
tepat waktu, makan sering dengan porsi kecil dan hindari
dari makanan yang meningkatkan asam lambung atau
perut kembung seperti kopi, teh, makanan pedas dan kol
b. Terapi di berikan per oral dengan obat antara lain : H2
bloker 2 x/hari (ranitidine 150 mg/kali, famotidin 20
mg/kali, cimetidin 400-800 mg/hari), PPI 2x/hari
(omeprazole 20 mg/hari, lansoprazole 30 mg/hari) serta
antasida dosis 3 x 500- 1000 mg/hr
4. Mencatat ke dalam rekam medis
5. Pasien mengambil obat ke apotik
6 Diagram Alir :
(bila Diperlukan) anamnesis

Penegakan diagnosis (pemeriksaan fisik dan


penunjang)
Penatalaksanaan (terapi dan
rencana tindak lanjut

7 Unit Terkait : Poli umum, UGD


ULKUS MULUT (AFTOSA, HERPES)

No. Dokumen : 445/ C.VII.SOP.35/XVI/


P601140201/2017
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit : 25 februari 2017
Halaman : 1 /3

UPTD PUSKESMAS ARPANUDDIN, SKM


KARYA MUKTI NIP.19630107198603004

1 Pengertian : Stomatitis aftosa rekurens (SAR) merupakan penyakit mukosa mulut tersering dan
memiliki prevalensi sekitar 10-25% pada populasi. Biasanya bersifat ringan, self limiting,
namun bisa juga merupakan gejala dari penyakit sistemik seperti penyakit ceoliac,
malabsorbsi, anemia defisiensi besi atau asam folat, defisiensi vitamin B12 atau HIV.
Stomatitis herpes merupakan inflasi pada mukosa mulut akibat virus gerpes simpleks tipe
1 (HSV 1)
2 Tujuan Sebagai acuan dalam penatalaksanaan bagi pasien ulkus mulut di
Puskesmas Karya Mukti.
3 bijakan : Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Karya Mukti
No.445/C.VII.SOP.35/XVI/P1601140201/2017.
4 Referensi : Buku Bagan Manajemen Terpadu Balit Sakit,Kemenkes RI:Jakarta 2015
5 Prosedur : 1. Anamnesa
a. SAR
 Luka terasa nyeri pada mukosa bukal, bibir bagian dalam,
atau sisi lateral dan anterior lidah.
 Onset penyakit biasanya dimulai pada usis kenak-kanak,
paling sering pada usia remaja atau dewasa muda
 Frekuensi rekurensi bervariasi
 Episode SAR yang sebelumnya biasnya bersifat self-limiting
 Pasien biasanya bukan perokok atau tidak pernah merokok
 Biasanya terdapat riwayat yang sama dalam keluarga
 Pasien biasnya sehat, namun pula deare, konstipasi tinja
berdarah sakit perut berulang, lemes atau pucat
 Pada wanita dapat timpul saat menstruasi
b. Stimatitis herpes
 Luka pada bibir, lidah, gusi, langit-langit atau bukal yang
terasa nyeri
 Kadang timbul bau mulut
 Dapat disertai malaise, demam dan benjolan pada
kelenjar limfe leher
 Sering terjadi pada usia remaja atau dewasa
2. Pemeriksaan fisik
 Pada SAR
a. Tanda anemia (warna kulit, mukosa konjungtiva)
b. Pemeriksaan abdomen (distensi, hopertimpani, nhyeri
tekan)
c. Tenada dehidrasi akibat diare berulang
 Pada stomatitis herpes
a. Lesi berupa vasikel, berbentuk seperti kubah, terbatas
tegas, berukuran 2-3 mm, niasanya multiple dan dapat
bergabung satu sama lain
b. Lokasi lesi dapat di bibir (hepes labialis) sisi luar dan
dalam, gingival, palatum dan bukal
c. Mukosa sekitar lesi edematosa dan hiperemis
d. Demam
e. pembesaran kelenjar limfe dan hiperemis
f. tanda-tanda penyakit imunodefisiensi yang mendasar
3. pemeriksaan penunjang
a. darah perifer lengkap
b. MCV,MCH dan MCHC
c. Pada herpes stomatitis tidak mutlak dan tidak di lakukan
4. Penatalaksanaan
1. SAR
a. Larutan kumur chlohexidene 0,2% untuk membersihkan
ronga mulut. Pengguna sebanyak 3 kali setelah makan,
masing-masing selama 1 menit
b. Kortikosteriod topical, seperti kirim triamcinolon acetonide 0,1
% in oral base sebanyak 2 kali sehari setelah mkan dan
membersihkan ronga mulut
c. Pasien perlu menghindari trauma pada mukosa dan mkanan
atau zat dalam makan yang berpotensi menimbulkan SAR
misalnya : kripik, susu sapi, gluten, asam benxonat dan cuka.
2. Stomatitis herpes
a. Untuk nyeri di beri analgetik seperti paracetamol atau
ibubrofen. Larutan kumur chlorhexidine 0,2% juga member
efek anastetik sehingga dapat membantu
b. Bantu antivirus yang di berikan antara lain :
 Acyclovir oral dengan dosis
Desawa : 4x 500-400mg perhari per 7 hari
Anak : 20mg/kgBB/hari di bagi menjadi 5 kali pemberian,
selama 7 hari
 Valacyclovir oral dan dosis
Dewasa : 3 x 250 mg per gari 7-10 hari untuk episode tunggal
3 x 500 mg per har, selama 7-10 hari untuk tipe rekurens
Anak : belum ada data mengenai keamanan dan efektifitas
pemberiannya pada anak-anak
 Pencegahan rekurensi dimulai dengan mengidentifikasi
factoe0factor pencetus dan selanjutnya melakukan
pengjindran antara lain trauma dan paparan sinar matahari
 Dosis perlu disesuaikan dengan gangguan fungsi ginjal
5. Criteria rujukan
a. Gejala ekstraoral yang mungkin terkait penyakit sistemik yang
mendasari :
 Lesi gential, kulit atau mata
 Gangguan gastrointesitial
 Penurunan berat bdan
 Rasa lemah
 Batuk kronik
 Demam
 Limfe denopati, hepatomegalui, splenomegali
6 Diagram Alir :
(bila
Diperlukan)
7 Unit Terkait : UGD, poli umum, laboratorium

Anda mungkin juga menyukai