No. Dokumentasi :
No. Revisi :
SOP Tangga Terbit : 15 Maret 2017
Halaman : 1/3
PROSEDUR 1. Anamesis
A. Keluhan
Keluhan kelainan kulit berupa gatal, kelainan kulit bergantung pada
keparahan dermatitis, keluhan dapat disertain timbul kemerahan. Hal
yang penting ditanyakan adalah riwayat kontak dengan bahan-bahan
yang berhubungan dengan riwayat pekerjaan, hobby, obat topikal yang
pernah digunakan, obat sistemik, kosmetik, bahan-bahan yang dapat
menimbulkan alergi, serta riwayat alergi keluarga.
B. Faktor Resiko
Ditemukan pada orang-orang terpapar oleh bahan iritan, riwayat kontak
dengan bahan iritan pada waktu tertentu
Pasien bekerja sebagai tukang cuci, juru masak, kuli bangunan, montir,
penata rambut
Riwayat dermatitis atopik
2. Pemeriksaan Klinis
a. Tanda yang dapat diobservasi sama seperti dermatitis pada umumnya,
tergantung pada kondisi akut atau kronis
b. Faktor Predisposisi pekerjaan
Paparan seseorang terhadap terhadap suatu bahan yang bersifat
iritan
c. Faktor Predisposisi
Pekerjaan atau paparan seseorang terhadap suatu bahan yang
bersifat alergen
3. Pemeriksaan Penunjang
Tidak diperlukan
No. Dokumentasi :
No. Revisi :
SOP
Tangga Terbit : 15 Maret 2017
Halaman : 2/3
4. Diagosis
A. Diagosis Klinis ditegakkan berdasarkan anamesis dan pemeriksaan fisik
B. Klasifikasi berdasarkan penyebab dan pengaruh faktor-faktor tertentu,
DKI dibagi menjadi :
a) DKI Akut
1) Bahan iritan kuat, misalnya larutan asam sulfat (H2SO4) atau asam
klorida (HCL), termasuk luka bakar oleh bahan kimia
2) Lesi berupa : Eriema, edema, bula kadang disertai nekrosis
3) Tepi kelainan kulit berbatas tegas dan pada umumnya asimetris
d) Reaksi iritan :
1) Atitis subklinis pada seseorang yang terpajan dengan pekerjaan basah,
misalnya penata rambut dan pekerja logam dalam beberapa bulan
pertama, kelainan kulit kering monomorfik ( efloresensi tunggal) dapat
berupa eritema, skuaman, vesikel , pustul, dan erusi
2) Umumnya dapat sembuh sendiri, namun menimbulkan penebalan kulit,
dan kadang-kadang berlanjut menjadi DKI kumulatif
e) DKI Traumatik
1) Kelainan kulit berkmbang lambat setelah trauma panas atau lasera
No. Dokumentasi :
No. Revisi :
SOP
Tangga Terbit : 15 Maret 2017
Halaman : 3/3
5. Komplikasi
Infeksi sekunder
6. Terapi
A. Farmakologi
1. Topikal (2x Sehari)
a) Kortikosteroid
Hidrokortison 1% , Pada kasus dengan manifestasi klinis likenfikasi dan
Hiperpigmentasi dapat mengunakan golongan betametason valerat
cream 0,1%
b) Pada kasus infeksi sekunder, perlu dipertimbangkan pemberian
antibiotik topikal
2. Oral sistemik
Antihistamin : Cetirizine 10 mg 1X1 atau ceterizine 5mg/ml 1X1 atau
Loratadine 1 x10 mg/hari selama maksimal 2 minggu atau CTM 4mg 2x1
DERMATITIS ATOPIK
No. Dokumentasi :
No. Revisi :
SOP Tangga Terbit : 15 Maret 2017
Halaman : 1/2
Dermatitis atopik adalah peradangan kulit berulang dan kronis dengan disertai
PENGERTIAN gatal. pada umumnya pada bayi dan anak disertai adanya riwayat atopi pada
keluarga
KEBIJAKAN
PROSEDUR 1. Anamnesis :
Keluhan utama gatal dapat hilang timbul sepanjang hari, umumnya lebih
hebat pada malam hari
Pasien biasanya mempunyai riwayat juga sering merasa cemas, egois,
frustasi, agresif, atau merasa tertekan
Faktor resiko penderita wanita lebih banyak dibanding pria, riwayat
sensitifitas terhadap wol, bulu kucing, anjing, ayam dan burung
3. Diagnosa Banding :
Dermatitis Seboroik
Dermatitis Numularis
Scabies
4. Terapi :
A. Modifikasi gaya hidup :
1. Menemukan faktor resiko
2. Menghindari bahan-bahan yang bersifat iritan termasuk pakaian seperti
wol atau bahan sintetik.
3. Memakai sabun dengan pH netral dan mengandung pelembab.
4. Menjaga kebersihan bahan pakaian.
5. Menghindari pemakaian bahan kimia tambahan.
DERMATITIS ATOPIK
No. Dokumentasi :
No. Revisi :
SOP
Tangga Terbit : 15 Maret 2017
Halaman : 2/2
2. Oral sistemik
Antihistamin sedative yaitu hidroksisin (2x1 tablet) selama maksimal 2
minggu, atau Loratadine 1x10 mg/hari atau antihistamin non sedative
lainnya selama maksimal 2 minggu
1. Laboratorium
UNIT KERJA 2. Rawat jalan
3. Apotek
DERMATITIS NUMULARIS
No. Dokumentasi :
No. Revisi :
SOP Tangga Terbit : 15 Maret 2017
Halaman : 1/2
PROSEDUR 1. Anamnesis :
Keluhan terdapat bercak merah yang basah pada predileksi tertentu dan
sangat gatal
Keluhan dirasakan hilang timbul dan sering kambuh dan Kambuh
ditempat semula
Pasien dapat memiliki riwayat trauma fisik dan kimiawi, riwayat dermatitis
kontak alergi, riwayat dermatitis atopik pada kasus dermatitis numularalis
anak, riwayat infeksi kulit sebelumnya, dan kebiasaan mengkonsumsi
minuman yang mengandung alkohol
2. Pemeriksaan Fisik :
Mengamati area kulit yang mengalami dermatitis numularis
Sejumlah pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk
memastikan diagnosa kelainan kulit yang terjadi adalah:
- Kerokan kulit
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengerok permukaan kulit yang
mengalami dermatitis, untuk melihat keberadaan jamur. Tujuannya
adalah untuk membedakan penyakit ini dari kurap.
- Tes alergi tempel (patch testing)
Caranya adalah dengan menempelkan beberapa zat pada kulit, misalnya
logam nikel. Tes alergi dilakukan bila pasien diduga memiliki alergi.
- Biopsi kulit
Pemeriksaan biopsi kulit dilakukan dengan mengambil sedikit sampel
jaringan kulit dari area yang mengalami kelainan, untuk kemudian
diperiksa dengan mikroskop. Tujuannya adalah untuk melihat kelainan
kulit yang terjadi.
3. Diagnosa differensial :
Dermatitis Kontak
Dermatitis Atopik
Neurodermatitis sirkumskripta
4. Terapi
A. Farmakoterapi
Kompres terbuka dengan PK 1 : 10.000
DERMATITIS NUMULARIS
No. Dokumentasi :
No. Revisi :
SOP
Tangga Terbit : 15 Maret 2017
Halaman : 2/2
No. Dokumentasi :
No. Revisi :
SOP Tangga Terbit : 15 Maret 2017
Halaman : 1/2
Napkin Eczema disebut juga dermatitis pokok/ diaper rash adalah dermatitis
PENGERTIAN didaerah genital krural sesuai dengan tempat kontak popok, umumnya pada
bayi, pemakai popok dan juga orang dewasa yang sakit
PROSEDUR 1. Anamnesis :
Keluhan terdapat bercak merah dan gatal, mengikuti popok yang
berkontak kadang-kadang membasah dan membentuk luka
Faktor rsiko :
a. Pokok jarang diganti
b. Kulit bayi yang kering sebelum dipasang popok
c. Riwayat atopi diri dan keluarga
d. Riwayat alergi terhadap bahan plastik dan kertas
2. Pemeriksaan Fisik :
Pemeriksaan fisik patognomis :
a. Makula eritematosa berbatas agak tegas ( Bentuk megikuti popok yang
digunakan )
b. Papul
c. Vesikel
d. Erosi
e. Ekskorinasi
f. Infiltran dan ulkus bila parah
g. Plak eritematosa, membasah, kadang pultus, lesi satelit (bila terinfeksi
jamur)
3. Pemeriksaan Penunjang
Bila diduga terinfeksi jamur kandida, perlu dilakukan pemeriksaan KOH atau
GRAM dari kelainan kulit yang basah
4. Diagnosa differensial :
Penyakit Letterer-Siwe
Akrodermatitis enteropatika
Psoriasis infersa
Eritrasma
5. Terapi
A. Farmakoterapi
1. Prinsip pemberian farmakoterapi yaitu menekan inflamasi dan
mengatasi infeksi kandida
NAPKIN ECZEMA
No. Dokumentasi :
No. Revisi :
SOP Tangga Terbit : 15 Maret 2017
Halaman : 2/2
1. UGD
UNIT KERJA 2. Poli Umum
3. Apotek
DERMATITIS SEBOROIK
No. Dokumentasi :
No. Revisi :
SOP Tangga Terbit : 15 Maret 2017
Halaman : 1/3
KEBIJAKAN
PROSEDUR 1. Anamnesis :
Pada bayi biasanya terjadi pada 3 bulan pertama kehidupan.
Sering disebut cradle cap. Keluhan utama biasanya berupa sisik
kekuningan yang berminyak dan umumnya tidak gatal
Pada anak dan dewasa, biasanya yang menjadi keluhan utama adalah
kemerahan dan sisik di kulit kepala, lipatan nasolabial, alis mata, area
post aurikula, dahi dan dada. Lesi lebih jarang ditemukan di area
umbilikus, interskapula, perineum dan anogenital. Area kulit yang
kemerahan biasanya gatal. Pasien juga dapat mengeluhkan ketombe
(Pitiriasis sika). Keluhan dapat memburuk jika terdapat stressor atau
cuaca dingin
Pada bayi umumnya bersifat swasirna sementara cenderung menjadi
kronis pada dewasa
2. Pemeriksaan Fisik :
Pada bayi, dapat ditemukan skuama kekuningan atau putih yang
berminyak dan tidak gatal. Skuama biasanya terbatas pada batas kulit
kepala (skalp) dan dapat pula ditemukan di belakang telinga dan area
alis mata. Lesi lebih jarang ditemukan di lipatan fleksura, area popok dan
wajah.
Pada anak dan dewasa dapat bervariasi mulai dari:
1) Ketombe dengan skuama halus atau difus, tebal dan menempel
padan kulit kepala
2) Lesi eksematoid berupa plak eritematosa superfisial dengan skuama
terutama di kulit kepala, wajah dan tubuh
3) Di dada dapat pula menunjukkan lesi petaloid atau pitiriasiformis.
Apabila terdapat di kelopak mata, dapat disertai dengan blefaritis.
Dapat meluas hingga menjadi eritroderma.
3. Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada pemeriksaan penunjang khusus untuk diagnosis. Apabila
diagnosis meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan kerokan kulit dengan
pewarnaan KOH untuk menyingkirkan infeksi jamur atau biopsi kulit
-
DERMATITIS SEBOROIK
No. Dokumentasi :
No. Revisi :
SOP Tangga Terbit : 15 Maret 2017
Halaman : 2/3
4. Diagnosa Banding :
Pada bayi : dermatitis atopik, skabies, psoriasis
Pada anak dan dewasa : psoriasis, dermatitis atopik, dermatitis kontak,
impetigo, tinea
Di lipatan: dermatitis intertriginosa, kandidosis kutis Harus disingkirkan:
histiositosis sel Langerhans (pada bayi)
5. Terapi
A. Farmakoterapi
Dewasa :
Pada lesi dikulit kepala, diberikan shampo selenium sulfida1,8
(Selsun-R) atau ketokonazol 2% shampo, zink pirition ( Shampo snti
ketombe), atau pemakaian preparat ter (Liquor carbons detergent)
2-5% dalam bentuk salep dengan frekuensi 2-3kali seminggu
selama 5-15 menit perhari
Pada lesi dibadan diberikan kortikosteroid topikal : Desnid krim
0,05% selama maksimal 2 minggu
Pada kasus dengan manifestasi yang berat diberikan kortikosteroid
kuat (betametason valent krim 0,1%)
Pada kasus dengan infeksi jamur, perlu dipertimbangkan pemberian
ketokonazol 2% topikal
Obat sistemik :
Antihistamin sedatif yaitu hidroksisin (2X1 tablet) selama maksimal 2
minggu
Bayi :
Pada lesi kulit kepala bayi diberikan asam salisilat 3% dalam minyak
kelapa atau vehikulum yang larut air atau kompres minyak kelapa
hangat 1x/hari selama beberapa hari
Dianjurkan dengan krim hidrokortison 1% atau lotion selama
beberapa hari
Selama pengobatan rambut tetap dicuci
DERMATITIS SEBOROIK
No. Dokumentasi :
No. Revisi :
SOP Tangga Terbit : 15 Maret 2017
Halaman : 3/3
PITIRIASIS ROSCA
No. Dokumentasi :
No. Revisi :
SOP Tangga Terbit : 15 Maret 2017
Halaman : 1/3
Pitiriasis Rosca adalah suatu kelainan kulit akut yang diawali dengan
timbulnya makula/plak soliter berwarna merah muda dengan skuama halus
PENGERTIAN (“herald patch”), kemudian dalam beberapa hari sampai beberapa minggu
timbul lesi serupa dengan ukuran lebih kecil di badan dan ekstremitas proksimal
yang tersusun sesuai lipatan kulit (christmas tree pattern)
Sebagai acuan untuk menegakan diagnosis dan penatalaksanaan penyakit
TUJUAN
Pitiriasis Rosca
KEBIJAKAN
1. Anamnesis :
Terutama timbul pada remaja dan dewasa muda yang sehat, kelompok
usia 10-35 tahun. Lebih banyak dialami oleh perempuan.
Gejala subjektif biasanya tidak ditemukan, tetapi dapat disertai gatal
ringan maupun sedang.
Kelainan kulit diawali dengan lesi primer yang diikuti lesi sekunder.
Timbul lesi sekunder bervariasi antara 2 hari sampai 2 bulan setelah lesi
primer, tetapi umumnya dalam waktu 2 minggu. Kadang-kadang lesi
primer dan sekunder timbul secara bersamaan.
Dapat pula ditemukan demam yang tidak terlalu tinggi atau lemah badan
2. Pemeriksaan Fisik :
Gambaran klinis diawali dengan timbulnya lesi primer berupa
makula/plak sewarna kulit / merah muda / salmon-colored /
PROSEDUR hiperpigmentasi yang berbatas tegas, umumnya berdiameter 2-4 cm
dan berbentuk lonjong atau bulat. Bagian tengah lesi memiliki
karakteristik skuama halus, dan pada bagian dalam tepinya terdapat
skuama yang lebih jelas membentuk gambaran skuama kolaret.
Lesi primer biasanya terletak di bagian badan yang tertutup baju, tetapi
kadang-kadang ditemukan di leher atau ekstremitas proksimal seperti
paha atas atau lengan atas. Lesi primer jarang ditemukan di wajah,
penis atau kulit kepala berambut.
Erupsi simetris terutama pada badan, leher, dan ekstremitas proksimal.
Lesi sekunder berupa makula/plak merah muda, multipel, berukuran
lebih kecil dari lesi primer berbentuk bulat atau lonjong, yang mengikuti
Langer lines sehingga pada punggung membentuk gambaran christmas-
tree pattern
Dapat ditemukan pembesaran kelenjar getah bening
-
PITIRIASIS ROSCA
No. Dokumentasi :
No. Revisi :
SOP Tangga Terbit : 15 Maret 2017
Halaman : 2/3
3. Pemeriksaan Penunjang
Untuk penegakan diagnosis tidak perlu pemeriksaan penunjang khusus.
Apabila diperlukan, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang sesuai
diagnosis banding.
Pemeriksaan histopatologi dapat dilakukan pada kasus yang tidak dapat
ditegakkan berdasarkan gambaran klinis.
4. Diagnosa Banding :
a. Sifilis sekunder
b. Tinea korporis
c. Dermatitis numularis
d. Psoriasis gutata
e. Pityriasis lichenoides chronica
f. Pitiriasis rosea-like drug eruption
g. Dermatitis seboroik
5. Terapi
A. Farmakoterapi
Prinsip: penyakit dapat sembuh spontan, penglihatan bersifat
simtomatis Terdapat beberapa obat yang dapat dipilih sesuai dengan
indikasi sebagai berikut:
1) Topikal
Bila gatal sangat mengganggu:
Larutan anti pruritus seperti calamine lotion.
Kortikosteroid topikal.
2) Sistemik
Apabila gatal sangat mengganggu dapat diberikan antihistamin
Seperti ceterizin 1x10 mg per hari
Kortikosteroid sistemik
Eritromisin oral 4x250 mg/hari selama 14 hari
Acyclovir 3x400 mg/hari per oral selama 7 hari diindikasikan
sebagai terapi pada awal perjalanan penyakit yang disertai flu-like
symptoms atau keterlibatan kulit yang luas
Dapat pula dilakukan fototerapi: narrowband ultraviolet B (NB-UVB)
dengan dosis tetap sebesar 250 mg/cm2 3 kali seminggu selama 4
minggu.
PITIRIASIS ROSCA
No. Dokumentasi :
No. Revisi :
SOP Tangga Terbit : 15 Maret 2017
Halaman : 3/3
UPTD PUSKESMAS
KARYA MUKTI ARPANUDDIN, SKM
NIP : 19630107198603004
1. UGD
UNIT KERJA 2. Poli Umum
3. Apotek
PENGERTIAN Akne Vulgaris Ringan adalah Penyakit kulit obstruktif dan inflamasi kronik
pada unit pilosebasea yang sering terjadi pada masa remaja.
Sebagai acuan untuk menegakan diagnosis dan penatalaksanaan penyakit
TUJUAN
Akne Vulgaris Ringan
KEBIJAKAN
1. Anamnesis :
Pasien datang dengan keluhan adanya wajah berminyak dan komedo
Hasil Pemeriksaan Fisik dan pemeriksaan Penunjang Sederhana
(Objective)
2. Pemeriksaan Fisik
Lesi kulit berupa komedo, papul, pustul, nodul, kistik bahkan scar.
Daerah predileksi adalah wajah, leher, bahu dan lengan atas serta
punggung.
3. Pemeriksaan Penunjang
Meskipun androgen berperan penting, sebagian besar penderita acne
PROSEDUR tanpa gejala hiperandrogenisme memiliki kadar androgen serum normal,
dan derajat berat acne tidak berkorelasi dengan kadar androgen serum.
Diduga, androgen hanya sebagai faktor pemicu acne.
4. Terapi
A. Farmakoterapi
Topikal terapi : benzoil peroksida 2,5-5%, asam salisilat 0,5-2%, asam
retinoat 0,05% , sulfur, sabun keratolitik dan antibiotik.
Terapi oral : Asam retinoat, antibiotik ( Clindamisin dan Eritromisin) ,
hormonal terapi
1. UGD
UNIT KERJA 2. Poli Umum
3. Apotek
HIDRADENITIS SUPURATIF
No. Dokumentasi :
No. Revisi :
SOP Tangga Terbit : 15 Maret 2017
Halaman : 1/2
Hidradenitis Supuratif adalah penyakit kulit jangka panjang yang timbul pada
PENGERTIAN kulit yang memiliki rambut dan kelenjar keringat. Kelainan ini diawali dengan
timbulnya benjolan kecil sebesar kacang di area pergesekan kulit, seperti ketiak
atau lipat paha. Benjolan kecil tersebut dapat terasa nyeri atau berisi nanah.
Sebagai acuan untuk menegakan diagnosis dan penatalaksanaan penyakit
TUJUAN
Hidradenitis Supuratif
KEBIJAKAN
PROSEDUR 1. Anamnesis :
Pasien hidradenitis suppurativa umumnya akan mengeluhkan terdapat
nodul pada area intertriginosa, seperti aksila, lipatan inframammary, regio
anogenital, dan lipatan paha. Penyakit ini bersifat kronik, sehingga pasien
akan mengalami flare rekuren. Gejala lain yang bisa timbul adalah rasa
terbakar atau menyengat, nyeri, gatal, hangat, dan kering.
Rasa terbakar pada nodul akan terjadi selama 7-15 hari dan diikuti dengan
ruptur nodul yang menyebabkan rasa nyeri lebih berat. Setelah
terbentuknya abses, pasien akan mengeluhkan terdapat cairan purulen
dengan bau busuk.
2. Pemeriksaan Fisik
Penampakan lesi hidradenitis suppurativa bergantung pada progresi
penyakit. Lesi dapat ditemukan pada aksila, anogenital, lipatan paha, dan
lipatan inframammary.
Hidradenitis suppurativa memiliki karakteristik lesi primer berupa nodul
dengan ukuran 0,5-2 cm. Nodul dapat muncul pada lebih dari satu
kelenjar, sehingga akan tampak berbenjol-benjol. Kumpulan nodul yang
saling bertumpuk dan tidak teratur ini kemudian akan melunak tidak
merata, yang disebut sebagai abses multipel. Abses yang pecah akan
mengeluarkan cairan purulen berbau busuk, serta menimbulkan sinus dan
fistula.
Stadium Hurley
Derajat penyakit hidradenitis suppurativa dapat ditentukan melalui sistem
stadium Hurley. Berikut ini merupakan hidradenitis suppurativa berdasarkan
pembagian stadium Hurley :
HIDRADENITIS SUPURATIF
No. Dokumentasi :
No. Revisi :
SOP Tangga Terbit : 15 Maret 2017
Halaman : 2/2
Hurley stadium I : formasi abses tanpa adanya jaringan parut atau saluran
sinus
Hurley stadium II: Abses rekuren dengan saluran sinus dan jaringan parut
Hurley stadium III : Keterlibatan luas, saluran sinus multipel yang menyatu,
abses-abses hampir terdapat pada seluruh area meninggalkan sedikit atau
tidak ada bagian kulit normal
3. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis hidradenitis suppurativa umumnya tidak membutuhkan
pemeriksaan penunjang. Peran pemeriksaan penunjang pada
hidradenitis suppurativa adalah untuk menyingkirkan diagnosis banding
dan mencari komorbiditas.
4. Terapi
A. Farmakoterapi
Pengobatan oral :
1) Antibiotik sistematik
Misalnya kombinasi Rifampisin 600mg sehari (dalam dosis tunggal atau
dosis terbagi) dan Clindamisin 300 mg dua kali sehari menunjukan
hasil pengobatan yang menjanjikan.Dapson dengan dosis 50-150
mg/hari sebagai monoterapi, Eritromisin atau tetrasiklin 250-500mg 4
kali sehari, doksisiklin 100mg dua kali sehari selama 7-14 hari
2) Kortikosteroid sistemik
Misalnya Triamsinolon, prednisolon atau prednison