2017 tentang Pemilihan Umum (Pemilu) menjadi dasar hukum penyelenggaraan Pemilu DPR, DPD, DPRD dan Pilpres tahun 2019 yang diselenggarakan secara serentak. Pemilu dilaksanakan berdasarkan asas Langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Dan dalam menyelenggarakan pemilu, penyelenggara pemilu harus melaksanakan Pemilu berdasarkan pada -asas sebagaimana dimaksud, DASAR HUKUM dan penyelenggaraannya harus memenuhi prinsip mandiri, jujur, adil, berkepastian hukum, tertib, terbuka, proporsional, profesional, akuntabel, efektif, dan efisien. - landasan ideal, yaitu pancasila - landasan konstitusional, yaitu UUD 1945 (pembukaan alinea ke 4 dan batang tubuh pasal 1,2,dan 3) - landasan perasional, yaitu garis garis besar haluan negara yang berupa ketetapan-ketetapan MPRS/MPR.
BENTUK PELANGGARAN PEMILU 1. Pelanggaran Kode Etik
Pasal 251 Undang-Undang Nomor 8
Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD menyebutkan:
“Pelanggaran kode etik penyelenggara
Pemilu adalah pelanggaran terhadap etika penyelenggara Pemilu yang berpedomankan sumpah dan/atau janji sebelum menjalankan tugas sebagai penyelenggara Pemilu.”
2. Tindak Pidana Pemilu
Pasal 260 UU No. 8 Tahun 2012
menyebutkan:
“Tindak pidana Pemilu adalah tindak
pidana pelanggaran dan/atau kejahatan terhadap ketentuan tindak pidana Pemilu sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.”
3. Pelanggaran Administrasi Pemilu
Pasal 253 UU No. 8 Tahun 2012
menyebutkan:
“Pelanggaran administrasi Pemilu adalah
pelanggaran yang meliputi tata cara, prosedur, dan mekanisme yang berkaitan dengan administrasi pelaksanaan? Pemilu dalam setiap tahapan penyelenggaraan Pemilu di luar tindak pidana Pemilu dan pelanggaran kode etik penyelenggara Pemilu.”
4. Sengketa Pemilu
Pasal 257 UU No. 8 Tahun 2012
menyebutkan:
“Sengketa Pemilu adalah sengketa yang
terjadi antar peserta Pemilu dan sengketa Peserta Pemilu degan penyelenggara Pemilu sebagai akibat dikeluarkannya keputusan KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota”
5. Sengketa TUN Pemilu
Pasal 268 UU No. 8 Tahun 2012
menyebutkan:
“Sengketa tata usaha negara Pemilu adalah
sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha negara Pemilu antara calon anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD kabupaten/kota, atau partai politik calon Peserta Pemilu dengan KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota sebagai akibat dikeluarkannya keputusan KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota”.
6. Perselisihan Hasil Pemilu
(PHPU)
Pasal 271 ayat (1) UU No. 8 Tahun 2012
menyebutkan:
“Perselisihan hasil Pemilu adalah
perselisihan antara KPU dan Peserta Pemilu mengenai penetapan perolehan suara hasil Pemilu secara nasional.” Berdasarkan Undang-undang Dasar 1945 Pasal 22E ayat 1, "Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun sekali". Itulah yang menjadi asas- asas pelaksanaan pemilu yang kemudian disingkat Luber dan Jurdil.
Luber = langsung, umum, bebas dan
rahasia
Jurdil = Jujur dan adil
- Langsung = Pemilih di haruskan
HAKIKAT PEMILU YANG TELAH memberikan hak suaranya secara TERCAPAI langsung dan tidak dapat di wakilkan - Umum = pemilihan umum dpt di ikuti seluruh warga negara yang sudah mmiliki hak menggunakan hak suaranya - Bebas = pemilih di haruskan memberikan suaranya tanpa adaya paksaan - Rahasia = suara yg di brikan pemilih bersifat rahasia hanya di ketahui oleh si pemilih itu sendiri - Jujur = pemilihan umum harus dilaksanakan sesuai dengan aturan - Adil = perlakuan yang sama terhadap peserta pemilu dan pemilih
Dampak Positif Pemilu Langsung Dampak Negatif Pemilu Langsung
- Masyarakat bisa memilih wakilnya - Pilkada langsung dapat membentuk
lewat mekanisme Pilkada tersebut. polarisasi atau perpecahan di - Memberikan ruang kepada calon masyarakat. kepala daerah independen atau tanpa - Konflik mudah tersulut akibat dukungan partai politik. adanya polarisasi - Negara bisa menghemat dana - Calon kepala daerah harus operasional, memberi semangat baru keluarkan biaya yang tinggi, untuk masyarakat. berpotensi masuk ke pusaran korupsi - Masyarakat memiliki ruangdemokrasi - Biayanya cenderung tinggi, pilkada yang luas langsung akan membuat - Kepala daerah memiliki legitimasi ketegangan dan keramaian yang tinggi - Money politics - Adanya platform visi misi kepala - Elitcapture daerah yang akan menjadi landasan - Kecurangan politik dasar perencanaan didaerah - Kebocoran APBD karena lemahnya kontrol terhadap kepala daerah.
SOLUSI PENCEGAHAN Ada empat hal yang selama ini menjadi
PELANGGARAN PEMILU pedoman Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) termasuk Bawaslu Lampung untuk mencegah pelanggaran pemilu.
Ketua Bawaslu Lampung Fatikhatul
Khoiriyah mengatakan, empat hal itu adalah
1. Pemetaan potensi rawan
2. Koordinasi atau kerja sama antar
lembaga
3. Sosialiasi undang- undang pemilihan
umum
4. Pengawasan partisipatif sebagai bentuk
supporting system
Bawaslu telah membentuk dan
mengaktifkan kembali jajaran pengawas ad hoc yang terdiri dari Panwaslu Kecamatan dan Panwaslu Desa/Kelurahan untuk mengawasi tahapan Pilkada 2020.
Panwaslu Kecamatan yang diaktifkan
sejumlah 12.723 dengan rincian 10.655 laki-laki dan sejumlah 2.068 pengawas dari unsur perempuan, sementara Panwaslu Desa/Kelurahan sebanyak 46.745 dengan rician 31.982 laki-laki dan 14.370 unsur perempuan yang tersebar di 9 Provinsi, 37 Kota dan 224 Kabupaten penyelenggara Pilkada 2020.
Menurut saya, kebanyakan pelanggaran
pemilu memiliki akar yang sama, yaitu uang. Pemilu sering kali dicurangi, maka dari itu, tidak ada banyak hal yang dapat dilakukan apabila hal tersebut dilakukan tanpa diketahui oleh Bawaslu. Karena itu, Bawaslu harus meningkatkan usaha penggagalan usaha ini dan juga meningkatkan minat masyarakat untuk berpatisipasi dalam pemilu maupun pilkada. Dan juga, masyarakat seharusnya tidak boleh menerima usaha yang dilakukan oleh calon yang tidak legal, seperti tidak menerima sogokan untuk memilih seorang calon tertentu.
Pemilu adalah pemilihan orang-orang
untuk mengisi jabatan tertentu. Untuk itu pemilihan umum sangat penting karena dalam pemilu terjadi pelaksanaan kedaulatan rakyat.
Pilkada dilakukan untuk memilih kepala
daerah. Pilkada pada dasarnya sama dengan pilpres. Keduanya diselenggarakan untuk memilih pemimpin secara langsung. KESIMPULAN Ada enam asas pemilu di Indonesia, yakni langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Tujuan diselenggarakannya pemilu dan pilkada adalah sama-sama untuk mewujudkan demokrasi. Pemilu dilaksanakan serentak diseluruh wilayah indonesia, adapun pilkada dilaksanakan hanya dalam lingkup wilayah pemerintahan daerah tertentu saja. SOAL:
1. Carilah dasar hukum pelaksanaan Pemilu di Indonesia
2. Carilah sebanyak-banyaknya bentuk-bentuk pelanggaran Pemilu di Indonesia 3. Ditinjau dari Asas LUBERJURDIL, Jelaskanlah hakikat Pemilu yang telah tercapi disertai penjelasannya 4. Dampak positif apa saja yang mungkin didapatkan dari pelaksanaan Pemilu langsung 5. Dampak negatif apa saja yang mungkin didapatkan dari pelaksanaan Pemilu langsung 6. Tawarkanlah sebuah solusi pencegahan terhadap pelanggaran Pemilu 7. Berikanlah kesimpulan terkait Topik Pemilihan Umum diatas