“Persimpangan”
Oleh:
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................. ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................. 1
1.3 Tujuan..................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1 Definisi Persimpangan............................................................................................ 3
2.2 Jenis-jenis Persimpangan....................................................................................... 10
2.3 Alih Gerak (Manuver) pada Persimpangan Jalan
12
2.4 Tahapan Pengendalian Persimpangan.................................................................. 13
2.5 Tujuan Pengaturan Simpang................................................................................. 16
2.6 Tata Cara Perencanaan Geometrik Persimpangan Sebidang.....................17
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
Makalah ini dimaksudkan untuk digunakan sebagai acuan dan pegangan bagi
pembaca agar :
2
BAB II
PEMBAHASAN
Persimpangan jalan adalah suatu daerah umum dimana dua atau lebih
ruas jalan (link) saling bertemu atau berpotongan yang mencakup fasilitas jalur jalan
(roadway) dan tepi jalan (road side), dimana lalu lintas dapat bergerak
didalamnya. Persimpangan ini adalah merupakan bagian yang terpenting dari
jalan raya sebab sebagian besar dari efisiensi, kapasitas lalu lintas, kecepatan,
biaya operasi, waktu perjalanan, keamanan dan kenyamanan akan
tergantung pada perencanaan persimpangan tersebut. Setiap persimpangan
mencakup pergerakan lalu lintas menerus dan lalu lintas yang saling memotong
pada satu atau lebih dari kaki persimpangan dan mencakup juga pergerakan
perputaran. Pergerakan lalu lintas ini dikendalikan berbagai cara, bergantung pada
jenis persimpangannya.
3
a k a n menghasilkan kualitas operasional yang baik seperti tingkat pelayanan,
waktu tunda, panjang antrian, dan kapasitas.
3) Untuk hal-hal dimana kondisi medan sangat sulit (karena paktor topografi atau lahan
terbatas) maka bentuk persimpangan saling tegak lurus sulit diperoleh, maka bentuk
persimpangan bisa tidak saling tegak lurus seperti ;
4
Gambar Bentuk Persimpangan Tidak Saling Tegak
Sudut ∝ persimpangan terkecil harus lebih besar dari 650 , lihat Gambar berikut ini:
5
4) Simpang tiga ganda (senjang) dimana parameter perencanaan harus memenuhi ;
(1) Jarak antara lengan persimpangan harus lebih kecil dari 40 meter
(2) Lintasan lalu lintas utama dilayani oleh jalur lurus.
6
2. Persimpangan Tidak Sebidang atau Simpang Susun ( Interchange)
Persimpangan tidak sebidang adalah persimpangan dimana dua ruas jalan atau
lebih saling bertemu tidak dalam satu bidang tetapi salah satu ruas berada
diatas atau dibawah ruas jalan yang lain.
b.
a) Kapasitas yaitu arus lalu lintas maksimum yang dapat dipertahankan pada suatu
bagianjalan dalam kondisi tertentu yang dinyatakan dalam satuan kendaraan/
jam atau smp.jam.
b) Derajat Kejenuhan yaitu rasio arus lalu lintas terhadap kapasitas
Metoda MKJI(1997) ini menganggap bahwa simpang jalan berpotongan tegak lurus
dan terletak pada alinyemen dan berlaku untuk derajat kejenuhan kurang dari 0.8 – 0.9.
7
Pada kebutuhan lalu lintas yang lebih tinggi perilaku lalu lintas menjadi agresif dan ada
resiko tinggi bahwa simpang tersebut akan terhalang oleh para pengemudi yang berebut
ruang terbatas pada daerah konflik. Metoda ini memperkirakan pengaruh terhadap
kapasitas dan ukuran-ukuran terkait lainnya akibat kondisi geometrik, lingkungan dan
kebutuhan lalu lintas.
Menurut MKJI(1997), pada umumya sinyal lalu lintas dipergunakan untuk satu atau
lebih dari alasan berikut:
Simpang tanpa prioritas ini umumnya digunakan pada daerah volume lalu lintas
yang kecil pada masing-masing cabang simpang. Apabila pada simpang itu terjadi konflik
lalu lintas maka salah satu pihak memperoleh hak utama untuk berjalan berdasarkan
pada kebiasaan (peraturan pemerintah yang berlaku) sementara pihak lain akan
memperlambat gerakannya atau berhenti.
Meningkatnya volume lalu lintas pada salah satu cabang simpang mempertinggi
tingkat konflik antara cabang simpang dengan arus yang rendah dengan arus yang tinggi
pada simpang tersebut.Untuk mengatasi konflik lalu lintas ini maka diberikan hak utama
tertentu pada suatu simpang yang biasa dengan prioritas.
Simpang pengendalian semacam ini cocok untuk simpang dimana lalu lintas
pada jalan yang lebih kecil (minor road) tidak terlalu besar.Dengan meningkatnya arus
pada jalan yang lebih kecil maka semakin banyak kendaraan yang memotong arus jalan
yang lebih besar (major road).Arus kendaraan di jalan yang lebih kecil dikendalikan oleh
rambu lalu lintas, misalnya tanda stop atau tanda untuk mengalah (giveway sign). Fungsi
rambu atau marka ini adalah untuk memberikan hak utama untuk bergerak pada jalan
yang fungsinya lebih tinggi.
Pada simpang dengan prioritas, diasumsikan tidak ada tundaan yang terjadi
pada arus lalu lintas utama.Aspek yang paling penting adalah tingkat pengaruh dari arus
lalu lintas pada jalan yang lebih kecil. Kendaraan dari jalan yang lebih kecil akan datang
menuju rambu sebelum memasuki simpang dengan prioritas, kemudian menunggu suatu
jarak kendaraan yang memberi waktu aman pada ruas jalan yang lebih besar.
Tundaan kendaraan pada jalan yang lebih kecil tergantung dari ukuran waktu
antara kendaraan pada jalan yang lebih besar.Ukuran waktu antara kendaraan yang
terjadi tergantung pada volume lalu lintas pada jalan utama. Jika volume lalu lintas pada
jalan utama bertambah maka lama tundaan kendaraan pada jalan yang lebih kecil akan
semakin besar. Dengan terus meningkatnya arus lalu lintas maka simpang prioritas akan
mengalami banyak kesulitan.
9
Dari sifat dan tujuan gerakan didaerah persimpangan, dikenal beberapa bentuk alih
gerak yaitu:
1. Diverging (memisah)
2. Merging (menggabung)
3. Crossing (memotong)
4. Weaving (menyilang)
1. Diverging (memisah)
Divering adalah peristiwa memisahnya kenderaan dari suatu arus yang sama
kejalur yang lain
2. Merging (Menggabung)
Merging adalah peristiwa menggabungnya kenderaan dari suatu jalur ke jalur yang
lain
10
3. Crossing (memotong)
Crossing adalah peristiwa perpotongan antara arus kenderaan dari satu jalur ke
jalur yang lain pada persimpangan dimana keadaan yang demikian akanmenimbulkan
titik konflik pada persimpangan tersebut.
4. Weaving (menyilang)
Weaving adalah pertemuan dua arus lalu lintas atau lebih yang berjalan menurut
arah yang sarna sepanjang suatu lintasan dijalan raya tanpa bantuan rambu lalu lintas.
Gerakan ini sering terjadi pada suatu kenderaan yang berpindah dari suatu jalur kejalur
lain misalnya pada saat kenderaan masuk kesuatu jalan raya dari jalan masuk, kemudian
bergerak kejalur lainnya untuk mengambil jalan keluar dari jalan raya tersebut keadaan
ini juga akan menimbulkan titik konflik pada persimpangan tersebut.
11
3 Titik Konflik pada Persimpangan
1. Konflik primer, yaitu konflik yang terjadi antara arus lalu lintas yang saling
memotong.
2. Konflik sekunder, yaitu konflik yang terjadi antara arus lalu lintas kanan dengan
ar us lalu lintas arah lainnya dan atau lalu lintas belok kiri dengan para pejalan
kaki.
Adapun titik konflik yang terjadi disuatu persimpangan dapat dilihat pada gambar
berikut :
Pada dasarnya jumlah titik konflik yang terjadi dipersimpangan tergantung beberapa
faktor antara lain:
12
3. Jumlah arah pergerakan yang ada
4. Sistem pengaturan yang ada
Pengendalian simpang Menurut Wibowo, dkk., (cit., Atisusanti, 2009), sesuai dengan
kondisi lalu lintasnya, dimana terdapat pertemuan jalan dengan arah pergerakan yang
berbeda,simpang sebidang merupakan lokasi yang potensial untuk menjadi titik pusat
konflik lalu lintas yang bertemu, penyebab kemacetan, akibat perubahan kapasitas,
tempat terjadinya kecelakaan, konsentrasi para penyeberang jalan atau pedestrian.
Masalah utama yang saling mengkait di persimpangan adalah :
1. volume dan kapasitas, yang secaralangsung mempengaruhi hambatan,
2. desain geometrik, kebebasan pandangan dan jarak antar persimpangan,
3. kecelakaan dan keselamatan jalan,kecepatan, lampu jalan,
4. pejalan kaki, parkir, akses danpembangunan yang sifatnya umum.
Menurut Abubakar, dkk., (1995), sasaran yang harus dicapai pada pengendalian
persimpangan antara lain adalah :
1. mengurangi atau menghindari kemungkinan terjadinya kecelakaan yang
disebabkan oleh adanya titik-titik konflik seperti : berpencar (diverging),
bergabung (merging), berpotongan (crossing), dan bersilangan (weaving),
2. menjaga agar kapasitas persimpangan operasinya dapat optimal sesuai dengan
rencana,
3. harus memberikan petunjuk yang jelas dan pasti serta sederhana, dalam
mengarahkan arus lalu lintas yang menggunakan persimpangan.
1. persimpangan prioritas
14
kendaraan. Cara yang termudah adalah dengan menyediakan lajur-lajur
tersendiri untuk keperluan mempercepat dan memperlambat kendaraan,
Para pejalan kaki akan berjalan dalam suatu garis lurus yang mengarah kepada
tujuannya, kecuali apabila diminta untuk tidak melakukannya. Fasilitas penyeberangan
bagi pejalan kaki harus diletakkan pada tempat-tempat yang dibutuhkan, sehubungan
dengan daerah kemana mereka akan pergi. Digunakan pagar dari besi untuk
mengkanalisasi (mengarahkan) para pejalan kaki dan penyeberangan bawah tanah
(subway) serta jembatan-jembatan penyeberangan untuk memisahkan para pejalan
kaki dari arus lalu lintas yang padat, dengan mengarahkan dan memberikan fasilitas
khusus. Penyediaan fase khusus pada persimpangan berlampu lalulintas mungkin
diperlukan jika:
a) arus pejalan kaki yang menyeberangi setiap kaki persimpangan lebih besar
dari 500 smp/jam,
b) lalu lintas yang membelok ke setiap kaki persimpangan mempunyai waktu
antara rata-rata kurang dari 5 detik, tepat pada saat arus lalu lintas tersebut
bergerak dan terjadi konflik dengan arus pejalan kaki yang besarnya lebih
dari 150 orang/jam.
Menurut Wells (1993), walaupun lampu lalu lintas adalah alat yang sangat baik dalam
pengendalian lalu lintas pada persimpangan-persimpangan yang ada dengan
memprioritaskan membuat pulau-pulau penyalur pada persimpangan persimpangan
dapat mengurangi titik-titik konflik. Bentuk sederhana dalam penyaluran lalu lintas
adalah dengan menggunakan cat putih pada jalan. Pulau pulau lalu lintas hanyalah
perkembangan garis-garis cat tadi dan fungsi utamanya, sebagaimana halnya tanda-
tanda garis, adalah :
15
1. memisahkan arus lalu lintas secara terarah (dan kadang-kadang juga
kecepatannya),
2. mengarahkan pengemudi ke jalur yang benar sesedikit mungkin pengemudi
menentukan keputusan pilihan,
3. menghindarkan pengemudi melakukan gerakan-gerakan terlarang,
4. melindungi (memberikan keamanan) pengemudi yang bermaksud belok ke
kanan,
5. menyediakan ruang lindung bagi para pejalan
satu “keuntungan” lain adalah bahwa pulau lalu lintas seringkali merupakan
tempat yang ideal untuk menempatkan peraturan lalu lintas dan rambu-rambu
pengarah dan lain
Tujuan utama dari pengaturan lalu lintas umumnya adalah untuk menjaga
Keselamatan arus lalu lintas dengan memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas dan
terarah, tidak menimbulkan keraguan.Pengaturan lalu lintas di simpang dapat dicapai
dengan menggunakan lampu lalu lintas, marka dan rambu-rambu yang mengatur,
mengarahkan, dan memperingati serta pulau-pulau lalu lintas.
16
1. Pengaturan dengan persimpangan
a. Pengaturan simpang biasa
b. Pengaturan simpang dengan bundaran
2. Pengaturan dengan lampu lalu lintas
a. Pengaturan simpang biasa
b. Pengaturan simpang dengan bundaran
3. Pengaturan dengan Simpang susun
A. Ketentuan
Persimpangan sebidang harus :
B. Daerah Persimpangan
1. Jarak Pandang
Persimpangan harus mempunyai kemudahan pandang ke arah memanjang dan
menyamping, sesuai dengan jarak pandang masuk dan jarak pandang untuk
keselamatan.
Jarak pandang adalah suatu jarak yang diperlukan oleh seorang pengemudi pada
saat mengemudi sedemikian sehingga jika pengemudi melihat suatu halangan yang
membahayakan, pengemudi dapat melakukan sesuatu untuk menghindari bahaya
tersebut dengan aman.
17
Jarak pandang pada persimpangan tergantung pada terlihatnya tanda-tanda lalu
lintas.
(1) Jarak pandang masuk diperlukan untuk pengendara di jalan minor masuk ke
jalan utama, didasarkan pada asumsi kendaraan pada jalan utama tidak
mengurangi kecepatan.
(2) Jarak pandang aman persimpangan disediakan untuk kendaraan agar dapat
berhenti sebelum persimpangan.
(3) Gradien alinemen vertikal diusahakan serendah mungkin/datar.
18
Gambar Jarak Pandang Pada Persimpangan
(1) Kelandaian relatif belokan persimpangan tidak lebih dari 2 %, fungsi utama
kelandaian untuk mengalirkan air permukaan (run-off drainage).
(2) Persimpangan pada daerah tikungan harus dihindarkan sejauh mungkin, minimal
lebih besar dari jarak pandang henti, yaitu dimulai dari titik peralihan tangen ke
lengkung (TC/TS) sampai ke daerah persimpangan, lihat Gambar 4.6.
19
TS/T persimpangan
Jarak ke persimpangan
Jarak antara persimpangan harus sejauh mungkin, jarak minimum harus lebih besar dari
jumlah komponen-komponen berikut ini :
20
Gambar Jarak Antara Persimpangan
2. Lajur
1) Lajur merupakan bagian dari jalur yang memanjang, memiliki lebar yang cukup
untuk satu kendaraan bermotor sedang berjalan selain sepeda motor;
4) Lengan persimpangan untuk lalu lintas menerus dimana, lajur masuk dan lajur
21
keluar harus berada pada satu lintasan/poros garis lurus;
5) Jumlah lajur di persimpangan mengacu pada MKJI.
6) Pergeseran poros lajur tambahan (jika diperlukan) harus dengan lengkung/taper
yang tepat. Standar taper tercantum pada Tabel 1 dan panjang minimum taper
tercantum pada Tabel 2
50 1/25
40 1/20
30 1/15
20 1/10
80 45 40
60 30 30
50 20 25
40 15 20
30 10 15
20 10 10
22
GambarPanjang Lajur Belok Kanan
Berikut ini beberapa tipikal lajur bekok kanan ;
23
a. Lajur Belok Kanan pada Jalan b. Lajur Belok Kanan dengan
Tanpa Trotoar. Perpindahan Lajur di Kaki
Persimpangan.
24
7) Panjang lajur belok kiri dapat ditentukan dengan cara yang sama pada penentuan
lajur untuk belok kanan
3. Kanal
25
1) Kanal adalah lajur khusus untuk belok kiri
2) Lajur husus belok kiri harus dilengkapi pulau lalu lintas
3) Lebar kanal merupakan fungsi dari manuver kendaraan rencana membelok,
seperti tercantum pada Tabel 4.9.
1) Pulau lalu lintas dipisahkan dari lajur lalu lintas diperlukan daerah bebas selebar 50
cm disisi kiri dan kanan, dan masih diperlukan daerah bebas digunakan untuk
menggeser mundur sudut/hidung pulau (set back), lihat Gambar 4.16 merupakan
desain belok kiri dengan kanal dan pulau lalu lintas.
26
Gambar Desain Belok Kiri Dengan Kanal
27
4. Pulau Lalu Lintas
2) Ruang pada pulau lalu lintas dapat dimanfaatkan untuk penempatan fasilitas jalan
seperti:
Ukuran minimum pulau lalu lintas tersebut tercantum pada Tabel 4.10
Catatan :
28
Berikut ini penjelasan dari tabel 4.10 dimensi mininum pulau lalu lintas pada
Gambar 4.17 dalam beberapa tipikal pulau jalan.
29
(C) Penempatan fasilitas pada pulau
30
lurus dan garis lengkung.
4) Daerah pendekat persimpangan harus dipasang sparator untuk mengarahkan
pergerakan kendaraan belok ke kanan
5) Ujung pulau lalu lintas yang ditinggikan dengan kerb harus dibulatkan,
dengan ketentuan ;
RI Ro Rr
( Meter ) ( Meter ) ( Meter )
0,50 - 1,00 0,50 0,50 - 1,50
6) Bidang kosong akibat pemunduran pulau lalu lintas harus diisi marka Chevron
sesuai dengan arah pergerakan lalu lintas.
31
Gambar Pergeseran Jalur Lalu Lintas Memisah
32
5. Lintasan Belokan Pada Persimpangan
Kelas Jalan
Pengaturan Bagian
L.L I II III IV
Masuk S4 T3 T2 T1
Stop
Kontrol Keluar JalanU S4 T3 T2 T1
tama
Jalan T3 T2 T1
Minor
Masuk S4 T3 T2 T1
SignalK
ontrol Keluar S3 T2 T2 T1
Keterangan :
33
GambarLintasan Belokan Pada Persimpangan
34
GambarLintasan Belokan Pada Persimpangan
I 12 10 5 3
II 10 5 3
III 5 3
IV 3
35
Gambar Potongan Sudut
36
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Saran ini digunakan jika tindakan perubahan fase sinyal tidak memungkinkan. Hal
ini dilakukan, karena kondisi eksisting yang terjadi adalah jarak pandang antar lengan
simpang yang sangat berdekatan yang dapat megakibatkan konflik lalu lintas ketika
sinyal per fase berada di posisi sinyal hijau. Sehingga, memicu para pengendara untuk
melakukan pelanggaran lalu lintas. Apalagi, waktu amber yang didapatkan hanya 2
detik di tiap fase.
37
DAFTAR PUSTAKA
38