Anda di halaman 1dari 31

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2017
tentang Jasa Konstruksi Bab 1 Ketentuan Umum Pasal 1, jasa konstruksi
adalah layanan jasa konsultansi konstruksi dan atau pekerjaan konstruksi,
dimana konsultansi kontruksi adalah layanan keseluruhan atau sebagian
kegiatan yang meliputi pengkajian, perencanaan, perancangan, pengawasan,
dan manajemen penyelenggaraan konstruksi suatu bangunan, dan pekerjaan
konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian kegiatan meliputi pembangunan,
pengoperasian, pemeliharaan, pembongkaran, dan pembangunan kembali
suatu bangunan.
Jadi jasa konstruksi adalah layanan jasa konsultansi konstruksi,
pelaksanaan, dan konsultasi pengawasan konstruksi.

Sedangkan izin usaha jasa konstruksi adalah izin yang diberikan kepada
badan usaha untuk menjalankan suatu jasa konstruksi.

Jenis badan usaha yang diperbolehkan berusaha adalah :

1. Badan Usaha Jasa Konstruksi Nasional


2. Badan Usaha Konstruksi Penanaman Modal Asing
3. Badan Usaha Jasa Konstruksi Asing
1.2 Perumusan Masalah
1. Apa saja persyaratan Izin Usaha Jasa Konstruksi ?
2. Apa saja jenis Badan Usaha Jasa Konstruksi ?
1.3 Tujuan
1. Menyebutkan persyaratan Izin Usaha Jasa Konstruksi.
2. Menyebutkan jenis Badan Usaha Jasa Konstruksi dan menjelaskan
persyaratan izinnya.

1
1.4 Metode Penulisan
Metode yang dipakai dalam penulisan makalah ini adalah metode pustaka,
dimana dalam penulisan makalah dengan mempelajari dan mengumpulkan
data yang bersumber dari buku maupun internet.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 IUJK (Izin Usaha Jasa Konstruksi)

1. Akta Pendirian Badan Usaha/Akta Terakhir.


2. Susunan Penanggung Jawab Umum/Teknis dan Pengurus Badan
Usaha.
3. Susunan Kepemilikan Badan Usaha.
4. Kekayaan bersih Badan Usaha (neraca, pajak, dll).
5. Bukti Dukungan Bank pada Badan Usaha.
6. Bukti kepemilikan peralatan atau dukungan penyediaan peralatan
dari perusahaan penyewaan alat kerja konstruksi.
7. Bukti pengalaman kerja peusahaan atau kompetensi manajerial
yang berkaitan dengan system jaminan mutu pekerjaan konstruksi.
8. Memiliki keterangan domisili usaha (alamat tetap).
9. Pernyataan dalam melakukan kegiatan usahanyatunduk kepada
ketentuan: Ketenagakerjaan, K3, Tata Ruang, Tata Bangunan, Tata
lingkungan, Peraturan Daerah yang terkait.
10. Pernyataan dalam melakukan kegiatan usahanya tunduk kepada
ketentuan peraturan perundang-undangan jasa konstruksi.

( Tim Pembina Jasa Konstruksi Kabupaten Kulon Progo)


2.2 Jenis Usaha Jasa Konstruksi dan Perizinannya

2.2.1 IUJK Nasional (Izin Usaha Jasa Konstruksi Nasional)

Izin usaha ini diberikan kepada Badan Usaha Jasa Konstruksi


Nasional (BUJK Nasional).

3
Yaitu badan usaha yang berbentuk badan hukum yang kegiatannya
bergerak dibidang jasa konstruksi dengan kualifikasi yang
dikeluarkan oleh Pemerintah Propinsi Kabupaten/Kota.
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomer:
04/PRT/M/2011, tentang “Pedoman Persyaratan Pemberian Izin
Usaha Jasa Konstruksi Nasional”.
Dalam pasal 2 : peraturan menteri ini dimaksudkan sebagai
pedoman bagi Pemerintah kabupaten/kota dalam memberikan
IUJK.
1. Langkah-langkah untuk mendapakan Izin Usaha Jasa
Konstruksi Nasional ;
1) Mengajukan tenaga ahli untuk mendapatkan sertifikat
keahlian (SKA) atau sertifikat keterampilan (SKTK) untuk
tenaga terampil.
2) Mengajajukan permohonan sebagai anggota asosiasi
perusahaan jasa konstruksi. 
3) Mengajukan permohonan sertifikasi dan registrasi jasa
konstruksi untuk mendapatkan Sertifikat Badan Usaha
(SBU) yang dikeluarkan oleh LPJK Nasional atau LPJK
Propinsi.
4) Setelah SBU selesai perusahaan atau BUJKN baru bisa
mengajukan permohonan Izin Usaha Jasa Konstruksi
Nasional untuk dapat melakukan kegiatan usaha diseluruh
Indonesia.

2. Wewenang pemberian IUJK (Pasal 4)


- IUJK diberikan oleh pemerintah Kabupaten atau Kota
tempat BUJK tersubut berdomisili.
- Bupati atau Walikota dapat menunjuk Unit kerja / Instansi
untuk memberikan IUJK dalam rangka pelaksanaan
pemberian IUJK.

4
- Dalam hal pemberian IUJK dilaksanakan oleh unit
kerja/instansi yang tidak membidangi jasa kontruksi, IUJK
dapat diberikan setelah mendapatkan rekomendasi dari unit
kerja / instansi yang membidangi jasa kontruksi.
3. Persyaratan Tata cara Pemberian IUJK
 (Pasal 5)
1. BUJK yang ingin memperoleh IUJK harus
mengajukan permohonan kepada Bupati/Walikota
melalui Unit Kerja/Instansi yang ditujukan sesuai
dengan domisili Badan Usaha.
4. Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas:
 Permohonan Izin baru ;
 Perpanjangan Izin ;
 Perubahan data ; dan / atau
 Penutupan Izin
 Persyaratan
 (Pasal 6)
(1) Persyaratan Permohonan Izin :
a. Mengisi Formulir Permohonan
b. Menyerahkan rekaman Akta Pendirian BUJK
c. Menyerahkan Rekaman Sertifikat Badan Usaha
(SBU) yang telah di Registrasi oleh Lembaga;
d. Menyerahkan Rekaman Sertifikat Keahlian
(SKT) dari Penanggung Jawab Teknik Badan
Usaha (PJT-BU) yang telah diregistrasi oleh
Lembaga;
e. Menyerahkan rekaman Kartu Penanggung
Jawab Teknik Badan Usaha (PJT-BU)yang
dilengkapi surat pernyataan pengikatan diri
Tenaga

5
(2) Persyaratan Perpanjangan Izin
a. Mengisi Formulir Permohonan
b. Menyerahkan Rekaman Sertifikat Badan Usaha
(SBU) yang telah di Registrasi oleh Lembaga;
c. Menyerahkan Rekaman Sertifikat Keahlian
(SKT) dari Penanggung Jawab Teknik Badan
Usaha (PJT-BU) yang telah diregistrasi oleh
Lembaga;
d. Menyerahkan rekaman Kartu Penanggung
Jawab Teknik Badan Usaha (PJT-BU) yang
dilengkapi surat pernyataan pengikatan diri
Tenaga
e. Menyelesaikan kewajiban pembayaran Pajak
Penghasilan ( PPh atas Kontrak) yang
diperolehnya yang menjadi kewajibannya.
(3) Persyaratan Perubahan Data
a. Mengisi Formulir Permohonan;
b. Menyerahkan Rekaman:
1. Akta Perubahan Nama Direksi/pengurus
umtuk perubahan Data Nama dan
Direksi/pengurus;
2. Surat Keterangan DomisiiIi BUJK untuk
perubahan AIamat BUJK;
3. Akta Perubahan untuk Nama BUJK;
dan/atau
4. Sertifikat Badan Usaha untuk Perubahan
Kasifikasi dan Kuaifikasi usaha.
(4) Persyaratan Penutupan sebagaimana dimaksud
daIam pasaI 5 ayat (2) huruf d meIiputi:
a. Mengisi formuir Permohonan;
b. Menyerahkan IUJK yang asi; dan

6
c. Menyerahkan Surat Pajak Nihil.
 Tata Cara
 (Pasal 7)
(1) Unit kerja/instansi melakukan pemeriksaan terhadap
dokumen permohonan dan dapat melakukan
verifikasi lapanan sesuai kebutuhan.
(2) IUJK diberikan oleh unit kerja/instansi paling lama
10 (sepuluh) hari kerja setelah berkas dokumen
persyaratan dinyatakan lengkap.
(3) IUJK diberikan dalam bentuk sertifikat yang
ditandatangani oleh Bupati/Walikota, atau Kepala
Unit Kerja/instansi yang ditunjuk atas nama
Bupati/Walikota.
(4) IUJK yang sudah diberikan, ditayangkan melalui
media internet
(5) Setiap IUJK yang diberikan wajib mencantumkan
klasifikasi dan kualifikasi badan usaha yang tertera
dalam SBU.
(6) Kualifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
terdiri atas usaha besar, menengah, kecil.
(7) Setiap IUJK yang diberikan, menggunakan nomor
kode izin.
(8) Nomor kode izin sebagaimana dimaksud pada ayat
97) akan berubah dalam hal terjadi perubahan nama
perusahaan.
 (Pasal 8)
(1) Alur proses Perizinan dan dokumen persyaratan
pemberian IUJK:
a. Untuk permohonan izin baru
b. Untuk permohonan perpanjangan izin
c. Untuk permohonan perubahan data, dan

7
d. Untuk permohonan penutupan izin.
(2) Formulir permohonan:
a. Lampiran 2 untuk penyedia jasa pelaksana
konstruksi, dan
b. Lampiran 3 untuk penyedia jasa
perencana/pengawas konstruksi
(3) Pemberian nomor kode izin tercantum dalam
lampiran 5
(4) Format Sertifikat IUJK tercantum dalam:
a. Lampiran 6 untuk jasa pelaksana konstruksi, dan
b. Lampiran 7 untuk jasa perencana/pengawas
konstruksi.

3. Tanda Daftar Usaha Orang Perseorangan

 Pasal 9
1. Usaha orang perseorangan Wajib memiIiki
SKA/SKT dan terdapat pada unit
Kerja/Instansipemberi IUJK.
2. Usaha orang Perseorangan sebagaimana Ayat (1)
diberikan Kartu Tanda daftar.
3. Format Tanda Kartu Daftar Usaha Orang
Perseorangan sebagaimana tercantum daam ampiran
4.
4. Jangka Waktu dan Wilayah Operasi IUJK
 PasaI 10
1. Masa beraku IUJK seIama 3 tahun dan dapat di
perpanjang.
2. IUJK yang diberikan berIaku di seIuruh wiayah
Republik Indonesia.

8
2.2.2 IUJK PMA (Izin Usaha Jasa Konstruksi Penanaman Modal Asing)
Izin usaha ini diberikan kepada Badan Usaha Jasa Konstruksi
Penanaman Modal Asing (BUJK PMA).
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan
Rakyat Republik Indonesia Nomor 03/PRT/M/2016, tentang
“Petunjuk Teknis Pemberian Izin Usaha Jasa Konstruksi Badan
Usaha Jasa Konstruksi Penanaman Modal Asing”.
Dalam pasal 1 ayat (3) : BUJKA adalah badan usaha yang
didirikan menurut hukum dan berdomisili di Negara asing,
memiliki kantor perwakilan di Indonesia, dan dipersamakan
dengan badan hukum Perseroan Terbatas yang bergerak di bidang
usaha Jasa Konstuksi.
Pasal 1 ayat (5) : BJUK PMA didirikan dalam rangka penanaman
modal usaha antara satu atau lebih penanaman modal asing dengan
satu atau lebih penanaman modal dalam negeri.
1. Izin Usaha Jasa Konstruksi Penanaman Modal Asing (Pasal 7)
(1) Setiap BUJK PMA wajib memiliki IUJK PMA.
(2) IUJK PMA sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diterbitkan oleh Kepala BKPM
(3) IUJK PMA dapat digunakan untuk melakukan kegiatan
usaha Jasa Konstruksi di seluruh wilayah Indonesia.
(4) IUJK PMA berlaku 3 (tiga) tahun sejak tanggal penerbitan
dan dapat diperpanjang.
2. Jenis Permohonan, Persyaratan dan Tata Cara Penerbitan Izin
Usaha Jasa Konstruksi Penanaman Modal Asing
 Jenis Permohonan
 (Pasal 10)
(1) Setiap IUJK PMA mengajukan permohonan IUJK
PMA kepada Kepala BKPM.
(2) Permohonan IUJK PMA sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas:

9
a. IUJK PMA baru
b. Perpanjangan IUJK PMA
c. Perubahan data IUJK PMA
 (Pasal 11)
(1) Permohonan perubahan data IUJK PMA meliputi:
a. Perubahan data nama badan usaha
b. Perubahan data alamat
c. Perubahan nama PJBU, PJT, atau
d. Perubahan subklasifikasi dan subkualifikasi
usaha.
(2) Perubahan data sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) tidak mengubah masa berlaku dari IUJK PMA.
 Persyaratan
 (Pasal 12)
(1) Persyaratan permohonan IUJK PMA baru :
a. Izin prinsip
b. Akta Pendirian BUJK PMA dan perubahannya yang
telah disetujui Menteri Hukum dan HAM
c. Anggaran Dasar Perusahaan dan perubahannya
yang telah disetujui Menteri Hukum dan HAM
d. NPWP perusahaan
e. NPWP PJBU
f. Data umum BUJK PMA atau company profile
g. KITAS, IMTA, dan paspor atau kartu tanda
penduduk PJBU
h. KITAS, IMTA, dan paspor atau kartu tanda
penduduk PJT
i. Dokumen Pengelolaan lingkungan hidup
j. Legalitas alamat perusahaan kantor yang terdiri
atas:

10
1. Bukti penguasaan tanah dan/atau bangunan
untuk kantor berupa akta jual beli oleh pejabat
pembuat akta tanah atas nama perusahaan atau
sertifikat ha katas tanah dan Izin Mendirikan
Bangunan
2. Bukti perjanjian sewa menyewa tanah dan/atau
gedung/bangunan, berupa rekaman perjanjian
sewa menyewa tanah dan bangunan dengan
jangka waktu sewa minimal 1 (satu) tahun
terhitung sejak diajukan, atau
3. Bukti afiliasi dan perjanjian pinjam pakai, bila:
a) Tempat kedudukan kantor pusat perusahaan
berada dalam 1 (satu) bangunan secara utuh
dan terpadu dengan beberapa perusahaan
lainnya yang memiliki afiliasi
b) Tempat kedudukan kantor pusat perusahaan
berada dilahan atau bangunan yang dikuasai
oleh perusahaan lain yang memiliki afiliasi,
atau
c) Dalam hal afiliasi merupakan 1 (satu) grup
perusahaan, dibuktikan dengan kepemilikan
saham dalam akta perusahaan.
4. Hubungan afiliasi, mencakup:
a) 1 (satu) grup perusahaan, yang dibuktikan
dengan kepemilikan saham dalam Akta
perusahaan, atau
b) Perjanjian kerjasama antar perusahaan yang
dibuktikan dengan kesepakatan kerjasama
yang ditandatanani oleh direksi masing-
masing perusahaan.

11
c) NPWP perusahaan sesuai dengan alamat
yang baru
d) Surat keterangan domisili perusahaan sesuai
dengan alamat yang baru, dan
e) Dokumen Pengelolaan lingkungan hidup.
5. Persyaratan permohonan perubahan nama PJBU
dan/atau PJT:
a. IUJK yang masih berlaku
b. KITAS, IMTA, dan paspor atau kartu tanda
penduduk PJBU
c. KITAS, IMTA, dan paspor atau kartu tanda
penduduk PJT
d. Surat pernyataan bahwa PJBU dan direksi
atau komisaris BUJK PMA tidak sedang
menjabat sebagai direksi atau komisaris
pada BUJK lain, dan
e. NPWP PJBU.
 (Pasal 13)
(1) Perpanjangan IUJK PMA:
a. Mengajukan permohonan paling lambat 30 (tiga
puluh) hari kalender sebelum habis masa
berlaku IUJK PMA
b. Melengkapi seluruh dokumen yang
dipersyaratkan dalam permohonan perpanjangan
c. Mendapatkan rekomendasi teknis dari Tim
Teknis, dan
d. Menyampaikan laporan kegiatan usaha semester
kepada Kepala BKM paling lambat tanggal 10
bulan Januari setelah tahun berikutnya.

12
(2) Kepala BKM menyampaikan laporan kegiatan
semester sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
d kepada menteri c.q Kepa Unit Organisasi.
 Tata Cara Penerbitan Izin Usaha Jasa Konstruksi
Penanaman Modal Asing
 (Pasal 14)
(1) BKPM melakukan pemeriksaan terhadap kebenaran
persyaratan dokumen permohonan sesuai dengan
ketentuan Peraturan Menteri
(2) BKPM menerbitkan IUJK PMA paling lama 6
(enam) hari kerja setelah dokumen permohonan
dinyatakan lengkap dan benar.
(3) IUJK PMA paling sedikit mencantumkan data
sebagai berikut:
a. Nomor IUJK
b. Nomor izin prinsip
c. Nama BUJK PMA
d. Jenis usaha
e. Nama PJBU
f. Nama PJT
g. Alamat, nomor telpon dan nomor fax BUJK
PMA
h. Masa berlaku IUJK PMA.
2.2.3 Izin BUJKA (Izin Perwakilan Badan Usaha Jasa Konstruksi Asing)
Izin usaha ini dikeluarkan oleh BKPM dan hanya diberikan kepada
Badan Usaha Jasa Konstruksi Asing (BUJKA).
Menurut Peraturaran Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia
Nomor 10/PRT/M/2014, tentang “Pedoman Persyaratan pemberian
Izin Perwakilan Badan Usaha Jasa Konstruksi Asing”.
1. Tata Cara Pengajuan dan Persyaratan
 (Pasal 5)

13
(1) BUJKA yang ingin memperoleh Izin Perwakilan
harus mengajukan permohonan kepada Menteri
melalui Kepala Unit Kerja.
(2) Permohonan Izin Perwakilan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. Izin Perwakilan baru;
b. perpanjangan Izin Perwakilan;
c. pergantian data Izin Perwakilan; dan/atau
d. penutupan Izin Perwakilan.
(3) Permohonan pergantian data sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf c terdiri atas:
a. pergantian data badan usaha;
b. pergantian data alamat;
c. perubahan jenis usaha; dan/atau
d. pergantian data Kepala Perwakilan BUJKA.
 (Pasal 6)
(1) Izin Perwakilan diberikan dalam bentuk sertifikat,
yang sekurang-kurangnya mencantumkan data-data
sebagai berikut:
a. nama badan usaha;
b. nama kepala perwakilan;
c. alamat dan nomor telepon BUJKA;
d. masa berlaku Izin Perwakilan; dan
e. jenis usaha.
(2) Format sertifikat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tercantum dalam Lampiran I yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
Permohonan Izin Perwakilan baru, perpanjangan
Izin Perwakilan dan/atau perubahan jenis usaha
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf

14
a, Pasal 5 ayat (2) huruf b dan Pasal 5 ayat (3) huruf
c, dikenakan biaya administrasi sebagai berikut:
a. Bidang jasa konsultansi perencana/pengawasan
konstruksi senilai USD 5.000 (lima ribu dolar
Amerika Serikat); dan/atau
b. Bidang jasa pelaksana konstruksi senilai USD
10.000 (sepuluh ribu dolar Amerika Serikat)
(3) Biaya administrasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) langsung disetor oleh BUJKA kepada kas
negara.
 Tata Cara
 (Pasal 7)
(1) BUJKA yang akan mengajukan layanan perizinan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 wajib
mengajukan surat permohonan yang ditujukan
kepada Menteri cq. kepala Unit Kerja.
(2) Unit Kerja melakukan pemeriksaan terhadap
dokumen permohonan, melakukan verifikasi
lapangan sesuai kebutuhan, melakukan validasi
terhadap keabsahan dokumen dan/atau melakukan
wawancara langsung kepada calon Kepala
Perwakilan.
(3) Izin Perwakilan diberikan paling lama 10 (sepuluh)
hari kerja, setelah berkas dokumen dinyatakan
lengkap dan benar.
 (Pasal 8)
Alur proses perizinan untuk permohonan Izin
Perwakilan baru, permohonan perpanjangan Izin
Perwakilan, permohonan pergantian data Izin
Perwakilan, dan permohonan penutupan Izin
Perwakilan adalah sebagaimana tercantum dalam

15
Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.
 Persyaratan
 (Pasal 9)
(1) Persyaratan permohonan Izin Perwakilan baru
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2)
huruf a meliputi:
a. surat permohonan;
b. rekaman akta pendirian BUJKA induk di negara
asal yang telah dilegalisir oleh notaris publik
atau lembaga yang berwenang di Negara asal;
c. data umum BUJKA;
d. surat rekomendasi dari kedutaan besar negara
asal di Indonesia yang menyatakan bahwa
BUJKA yang bersangkutan merupakan badan
usaha yang teregistrasi dengan sah dan memiliki
reputasi baik;
e. rekaman izin usaha jasa konstruksi BUJKA
induk yang masih berlaku yang telah dilegalisir
oleh instansi penerbit;
f. rekaman Sertifikat Penyetaraan yang telah
dilegalisir oleh Lembaga Tingkat Nasional;
g. surat penunjukan Kepala Perwakilan BUJKA
oleh BUJKA induk (Letter of Appointment);
h. rekaman laporan keuangan BUJKA induk yang
terbaru dan telah diaudit oleh akuntan publik;
i. rekaman paspor atau kartu tanda penduduk
calon Kepala Perwakilan;
j. daftar riwayat hidup calon Kepala Perwakilan
BUJKA;

16
k. rekaman surat keterangan domisili kantor
perwakilan BUJKA di Indonesia yang
diterbitkan oleh Kelurahan setempat;
l. surat pernyataan kebenaran dan keaslian
dokumen; dan m. surat pernyataan bahwa
direksi atau komisaris BUJKA induk tidak
sedang menjabat sebagai direksi atau komisaris
pada BUJK lain.
(2) Persyaratan permohonan perpanjangan Izin
Perwakilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ayat (2) huruf b, meliputi:
a. surat permohonan;
b. data umum BUJKA;
c. Izin Perwakilan asli yang akan/sudah habis
masa berlakunya;
d. Sertifikat Penyetaraan yang telah dilegalisir
Lembaga Tingkat Nasional;
e. surat rekomendasi yang telah diperbarui dari
kedutaan besar Negara asal di Indonesia yang
menyatakan bahwa BUJKA yang bersangkutan
merupakan badan usaha yang teregistrasi
dengan sah dan memiliki reputasi baik;
f. rekaman izin usaha jasa konstruksi BUJKA
induk yang masih berlaku;
g. tanda terima penyerahan laporan kegiatan
tahunan sesuai dengan format yang tercantum
dalam Bagian B Lampiran IV yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini.
h. rekaman NPWP Perwakilan BUJKA yang
bersangkutan;

17
i. rekaman paspor atau kartu tanda pengenal
Kepala Perwakilan;
j. rekaman surat keterangan domisili kantor
perwakilan BUJKA di Indonesia yang
diterbitkan oleh kelurahan setempat;
k. rekaman bukti pembayaran jaminan sosial
ketenagakerjaan untuk setiap proyek konstruksi
yang dilaksanakan dan telah dilegalisir oleh
instansi terkait jaminan sosial ketenagakerjaan;
dan
l. surat pernyataan kebenaran dan keaslian
dokumen.
(3) Persyaratan permohonan pergantian data badan
usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat
(3) huruf a meliputi:
a. surat permohonan;
b. Izin Perwakilan asli yang masih berlaku;
c. rekaman akta penggantian nama perusahaan
yang telah dilegalisir oleh notaris publik di
negara asal;
d. surat rekomendasi dari kedutaan besar negara
asal di Indonesia yang menyatakan bahwa
BUJKA yang bersangkutan telah berganti
namanya;
e. rekaman surat keterangan domisili kantor
perwakilan BUJKA di Indonesia yang
diterbitkan oleh kelurahan setempat; dan
f. surat pernyataan kebenaran dan keaslian
dokumen.

18
(4) Persyaratan permohonan pergantian data alamat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3)
huruf b meliputi:
a. surat permohonan;
b. Izin Perwakilan asli yang masih berlaku;
c. Rekaman Akta Penggantian alamat perusahaan
yang telah dilegalisir;
d. surat rekomendasi dari kedutaan besar negara
asal di Indonesia yang menyatakan bahwa
BUJKA yang bersangkutan telah berganti
alamatnya;
e. rekaman surat keterangan domisili kantor
perwakilan BUJKA di Indonesia yang
diterbitkan oleh kelurahan setempat; dan
f. surat pernyataan kebenaran dan keaslian
dokumen.
(5) Persyaratan permohonan perubahan jenis usaha
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3)
huruf c sekurang-kurangnya meliputi:
a. surat permohonan;
b. Izin Perwakilan asli yang masih berlaku;
c. rekaman Sertifikat Penyetaraan yang telah
dilegalisir Lembaga Tingkat Nasional; dan
d. surat pernyataan kebenaran dan keaslian
dokumen.
(6) Persyaratan permohonan pergantian data Kepala
Perwakilan BUJKA sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (3) huruf d sekurangkurangnya
meliputi:
a. surat permohonan;
b. Izin Perwakilan asli yang masih berlaku;

19
c. surat penunjukan Kepala Perwakilan BUJKA
baru oleh BUJKA induk (Letter of
Appointment);
d. daftar riwayat hidup Kepala Perwakilan
BUJKA baru;
e. Exit Permit Only (EPO) Kepala Perwakilan
BUJKA lama;
f. rekaman paspor atau kartu tanda penduduk
Kepala Perwakilan yang baru;
g. surat pernyataan kebenaran dan keaslian
dokumen; dan
h. surat pernyataan bahwa direksi atau komisaris
BUJKA induk tidak sedang menjabat sebagai
direksi atau komisaris pada BUJK lain.
(7) Pergantian data sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (2) huruf c tidak mengubah masa
berlaku dari Izin Perwakilan.
(8) Persyaratan permohonan penutupan Izin
Perwakilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ayat (2) huruf d sekurang-kurangnya meliputi:
a. surat permohonan;
b. Izin Perwakilan asli; dan
c. surat pajak nihil.

20
 (Pasal 10)
(1) Format surat permohonan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, Pasal 9
ayat (2) huruf a, Pasal 9 ayat (3) huruf a, Pasal 9
ayat (4) huruf a, Pasal 9 ayat (5) huruf a, Pasal 9
ayat (6) huruf a dan Pasal 9 ayat (8) huruf a
tercantum dalam Bagian A Lampiran III yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
(2) Format data umum BUJKA sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c dan
Pasal 9 ayat (2) huruf b, tercantum dalam
Bagian B Lampiran III yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(3) Format surat pernyataan kebenaran dan keaslian
dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (1) huruf l, Pasal 9 ayat (2) huruf l, Pasal 9
ayat (3) huruf f, Pasal 9 ayat (4) huruf f, Pasal 9
ayat (5) huruf d dan Pasal 9 ayat (6) huruf g
tercantum dalam Bagian C Lampiran III yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
(4) Format surat pernyataan bahwa direksi atau
komisaris BUJKA induk tidak sedang menjabat
sebagai direksi atau komisaris pada BUJK lain
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1)
huruf m dan Pasal 9 ayat (6) huruf h tercantum
dalam Bagian D Lampiran III yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini.

21
2. Prinsip Kerjasama Operasi, Kriteria Pekerjaan dan Tata
Laksana Kerjasama Operasi
 Kerjasama Operasi
 (Pasal 11)
1. BUJKA wajib membentuk Ikatan kerjasama operasi
dengan BUJK didasari prinsip-prinsip kesamaan
Layanan Jasa konstruksi dan Kesetaraan kuaIifikasi
Jasa Kontruksi.
2. Ikatan Kerjasama Operasi sebagaimana dimaksud
pada Ayat (1) dimuIai saat mengikuti proses
pengadaan, peIaksanaan, sampai dengan
pengakhiran pekerjaan kontruksi.
3. Para pihak daam ikatan kerjasama operasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara
bersama-sama dan secara sendir-sendiri mempunyai
tanggung jawab yang sama kepada pengguna jasa.
4. BUJK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus:
a. Berbentuk perseroan Terbatas;
b. KepemiIikan Tanah 100% (seratus persen) oeh
perorangan warga Negara Indonesia, Negara
RepubIik Indonesia, pemerintah daerah,
BUMS,BUMN, dan /atau BUMD;
c. MemiIiki SBU dengan kuaIifikasi usaha besar;
dan
d. MemiIiki IUJK.
5. DaIam haI persyaratan pada ayat (4) huruf b tidak
dapat dipenuhi, BUJK caIon mitra kerjasama
operasi mengajukan permohonan persetujuan
kepada Menteri cq. Lampiran V yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.

22
6. Menteri atau pejabat yang di tunjuk oIeh Menteri,
dapat menerbitkan Surat persetujuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) kepada BUJK yang
memenuhi ketentuan sebagaimana beririkut;
a. BUJK yang KepemiIikan dan kepenguasaan
sham paing sedikt 65% (enam puIuh ima
persen) oIeh perorangan warga Negara
Indonesia, Negara RepubIik Indonesia,
pemerintah daerah, yayasan, BUMS, BUMN,
dan/atau BUMD;
b. Jabatan Direktur utama, direktur keuangan dan
direktur sumber daya manusia daam BUJK
Diduduki oIeh Warga Negara Indonesia; dan
c. BUJK tersebut terbukti teah meIakukan kegiatan
yang mendorong rantai pasok produksi industri
konstruksi daIam negeri,
DaIam haI BUJK yang tidak memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (6)
meIakukan ikatan kerjasama operasi dengan
BUJKA, Menteri atau pejabat yang ditunjuk oIeh
Menteri memberikan teguran tertuIis kepada BUJK.
 Kriteria Pekerjaan
 (Pasal 12)
1. BUJKA yang teIah membentuk ikatan kerjasama
operasi sebagaimanaa dimaksud daIam pasaI 11
ayat (1) dapat meIaksanakan pekerjaan kontruksi
yang dibiayai dengan:
a. Anggaran Pendapatan dan BeIanja Negara atau
Anggaran pendapatan dan Beanja Daerah;
b. Pinjaman;
c. Hibah Iuar Negeri;

23
d. Penanaman ModaI Asing dan daIam
Negeri;dan/atau
e. Dana swasta sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

BUJKA hanya diizinkan mengerjakan pekerjaan


kontruksi yang beresiko besar, berteknoIogo tinggi
dan berbiaya tinggi.

Pekerjaan kontruksi yang beresiko besar


sebagaimana di maksud pada ayat (2) adaah
pekerjaan kontruksi yang peIaksanaannya dan
pemanfaatan bangunan kontruksinya
membahayakan keseamatan umum, harta benda,
jiwa manusia danIingkungan.

Pekerjaan kontruksi yang berteknoIogi tinggi


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adaIah
pekerjaan kontruksi yang peIaksanaannya
menggunakan metode peIaksanaan kontruksi khusus
serta banyak memerIukan tenaga asIi.

Pekerjaan kontruksi yang berbiaya tinggi


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adaIah
peaksanaan pekerjaan kontruksi dengan niIai
kontruksi paing sedikit Rp. 100.000.000.000,-
(seratus miIiar rupiah) serta pekerjaan perencanaan
dan/atau pengawasan kontruksi paing sedikit Rp.
10.000.000.000,- (sepuIuh miIiar rupiah) pimpinan
K/L/D/I atau pejabat yang di tunjuk oIeh pimpinan
K/L/D/I Terkait menetapkan pekerjaan kontruksi
yang beresiko besar dan teknoIogi tinggi.

 Tatalaksana Kerjasama Operasi

24
 (Pasal 13)
1. Kerja sama operasi untuk pekerjaan peIaksanaan
kontruksi, diIaksanakan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. PaIing sedikit 50% (Iima puIuh persen) dari
niIai pekerjaan peIaksanaan kontruksi di
kerjakan di daIam negeri; dan
b. Paing sedikit 30% (tiga puIuh persen) dari niIai
pekerjaan.
2. Pimpinan K/L/D/I terkait atau pejabat yang ditunjuk
oIeh pimpinan K/L/D/I terkait menempatkan
pekerjaan peIaksanaan kontruksi yang dapat
dikerjakan Iebih dari 50% (Iima puIuh persen) di
Iuar negeri dan Iebih dari 30% (tiga puIuh persen)
dari niIai pekerjaan peIaksanaan kontruksi di
kerjakan oIeh BUJK.
3. Kerja sama operasi untuk pekerjaan perencanaan
kontruksi, diIaksanakan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. seIuruh pekerjaan perencanaan teknis diIakukan
di daIam negeri; dan
b. paIing sedikit 50% (Iima puIuh persen) dari
niIai pekerjaan perencanaan kontruksi
dikerjakan oIeh BUJK.

BAB 3

PENUTUP

25
3.1 Kesimpulan

 Jasa konstruksi adalah layanan jasa konsultansi konstruksi, pelaksanaan,


dan konsultasi pengawasan konstruksi.
 Izin usaha jasa konstruksi adalah izin yang diberikan kepada badan usaha
untuk menjalankan suatu jasa konstruksi.
 Persyaratan Izin Usaha Konstruksi:
1. Akta Pendirian Badan Usaha/Akta Terakhir.
2. Susunan Penanggung Jawab Umum/Teknis dan Pengurus Badan
Usaha.
3. Susunan Kepemilikan Badan Usaha.
4. Kekayaan bersih Badan Usaha (neraca, pajak, dll).
5. Bukti Dukungan Bank pada BAdan Usaha.
6. Bukti kepemilikan peralatan atau dukungan penyediaan peralatan
dari perusahaan penyewaan alat kerja konstruksi.
7. Bukti pengalaman kerja peusahaan atau kompetensi manajerial yang
berkaitan dengan system jaminan mutu pekerjaan konstruksi.
8. Memiliki keterangan domisili usaha (alamat tetap).
9. Pernyataan dalam melakukan kegiatan usahanyatunduk kepada
ketentuan: Ketenagakerjaan, K3, Tata Ruang, Tata Bangunan, Tata
lingkungan, Peraturan Daerah yang terkait.
10. Pernyataan dalam melakukan kegiatan usahanya tunduk kepada
ketentuan peraturan perundang-undangan jasa konstruksi.
 Jenis badan usaha konstruksi dan perizinannya, meliputi:
1. IUJK Nasional (Izin Usaha Jasa Konstruksi Nasional)
- Tata cara Pemberian IUJK
1) BUJK yang ingin memperoleh IUJK harus mengajukan
permohonan kepada Bupati/Walikota melalui Unit Kerja/Instansi
yang ditujukan sesuai dengan domisili Badan Usaha.
2) Permohonan terdiri atas:
 Permohonan Izin baru ;

26
 Perpanjangan Izin ;
 Perubahan data ; dan / atau
 Penutupan Izin
- Langkah-langkah untuk mendapakan Izin Usaha Jasa Konstruksi
Nasional ;
1) Mengajukan tenaga ahli untuk mendapatkan sertifikat keahlian
(SKA) atau sertifikat keterampilan (SKTK) untuk tenaga
terampil.
2) Mengajajukan permohonan sebagai anggota asosiasi perusahaan
jasa konstruksi. 
3) Mengajukan permohonan sertifikasi dan registrasi jasa konstruksi
untuk mendapatkan Sertifikat Badan Usaha (SBU) yang
dikeluarkan oleh LPJK Nasional atau LPJK Propinsi.
4) Setelah SBU selesai perusahaan atau BUJKN baru bisa
mengajukan permohonan Izin Usaha Jasa Konstruksi Nasional
untuk dapat melakukan kegiatan usaha diseluruh Indonesia.

- Masa beraku IUJK seIama 3 tahun dan dapat di perpanjang.

- IUJK yang diberikan berIaku di seIuruh wiayah Republik Indonesia.

2. IUJK PMA (Izin Usaha Jasa Konstruksi Penanaman Modal Asing)

- Izin Usaha Jasa Konstruksi Penanaman Modal Asing :

1) Setiap BUJK PMA wajib memiliki IUJK PMA.


2) IUJK PMA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan
oleh Kepala BKPM
3) IUJK PMA dapat digunakan untuk melakukan kegiatan usaha
Jasa Konstruksi di seluruh wilayah Indonesia.
4) IUJK PMA berlaku 3 (tiga) tahun sejak tanggal penerbitan dan
dapat diperpanjang.
- Permohonan IUJK PMA terdiri dari;

27
1) Permohonan IUJK PMA baru
2) Perpanjangan IUJK PMA, dan/atau
3) Perubahan data IUJK PMA
- Tata Cara Penerbitan Izin Usaha Jasa Konstruksi Penanaman Modal
Asing
1) BKPM melakukan pemeriksaan terhadap kebenaran
persyaratan dokumen permohonan sesuai dengan ketentuan
Peraturan Menteri
2) BKPM menerbitkan IUJK PMA paling lama 6 (enam) hari
kerja setelah dokumen permohonan dinyatakan lengkap dan
benar.
3) IUJK PMA paling sedikit mencantumkan data sebagai berikut:
i. Nomor IUJK
j. Nomor izin prinsip
k. Nama BUJK PMA
l. Jenis usaha
m. Nama PJBU
n. Nama PJT
o. Alamat, nomor telpon dan nomor fax BUJK
PMA
p. Masa berlaku IUJK PMA.
3. Izin BUJKA (Izin Perwakilan Badan Usaha Jasa Konstruksi Asing)
- Izin Perwakilan Badan Usaha Jasa Konstruksi
1) Izin Perwakilan diberikan kepada BUJKA dengan kualifikasi besar.

2) Izin Perwakilan dapat digunakan untuk melakukan kegiatan usaha


jasa konstruksi di seluruh wilayah Indonesia.
3) Izin Perwakilan berlaku selama 3 (tiga) tahun dan dapat
diperpanjang.
4) Perpanjangan Izin Perwakilan hanya dapat dilakukan apabila
pemohon:

28
 mengajukan permohonan paling lama 60 (enam puluh) hari
kalender setelah habis masa berlaku dari Izin Perwakilan;
 melengkapi seluruh dokumen yang dipersyaratkan dalam
permohonan perpanjangan;
 melaksanakan paling sedikit 1 (satu) pekerjaan jasa konstruksi
dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun;
 menyampaikan laporan kegiatan tahunan paling lambat bulan
Januari setelah tahun berjalan; dan
 mendapatkan rekomendasi perpanjangan dari Tim Teknis.

- Permohonan Izin Perwakilan Badan Usaha Jasa Konstruksi Asing


(BUJKA)
1) BUJKA yang ingin memperoleh Izin Perwakilan harus
mengajukan permohonan kepada Menteri melalui Kepala Unit
Kerja.
2) Permohonan Izin Perwakilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas:
e. Izin Perwakilan baru;
f. perpanjangan Izin Perwakilan;
g. pergantian data Izin Perwakilan; dan/atau
h. penutupan Izin Perwakilan.
3) Permohonan pergantian data sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf c terdiri atas:
e. pergantian data badan usaha;
f. pergantian data alamat;
g. perubahan jenis usaha; dan/atau
h. pergantian data Kepala Perwakilan BUJKA.
4) Permohonan Izin Perwakilan baru, perpanjangan Izin Perwakilan
dan/atau perubahan jenis usaha dikenakan biaya administrasi
sebagai berikut:

29
 Bidang jasa konsultansi perencana/pengawasan konstruksi
senilai USD 5.000 (lima ribu dolar Amerika Serikat); dan/atau
 Bidang jasa pelaksana konstruksi senilai USD 10.000 (sepuluh
ribu dolar Amerika Serikat)

Biaya administrasi sebagaimana dimaksud langsung disetor oleh


BUJKA kepada kas negara.

3.2 Saran

Dari pembahasan mengenai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan


Perumahan Rakyat Republik Indonesia terkait Perizinan Badan Usaha Jasa
Konstruksi, saran yang akan disampaikan oleh penulis khususnya bagi suatu
badan usaha, bahwasannya dengan peraturan perizinan yang telah ada suatu
badan usaha diwajibkan mempunyai perizinan secara hukum dalam bidang
usahanya. Dan suatu badan usaha harus memperhatikan masa berlaku surat
izin usahanya.

DAFTAR PUSTAKA

30
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 04 / PRT / M / 2011. “Pedoman
Persyaratan Pemberian Izin Usaha Jasa Konstruksi”.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor 03 / PRT / M /


2016. “Petunjuk Teknis Pemberian Izin Usaha Jasa Konstruksi Badan Usaha Jasa
Konstruksi Penanaman Modal Asing”.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor: 10 / PRT / M / 2014.


“Pedoman Persyaratan Pemberian Izin Perwakilan Badan Usaha Jasa Konstruksi
Asing”.

Tim Pembina Jasa Konstruksi Kabupaten Kulon Progo. “Buku Saku Jasa
Konstruksi”.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 2 Tahun 2017. “Jasa Konstruksi”.

31

Anda mungkin juga menyukai